KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR … TAHUN 2023
TENTANG
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
BAB IV
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pasal 4
BAB V
PENUTUP
Pasal 5
(1) Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku, Peraturan Direktur
Nomor 002/PER-DIR/RSFS/II/2018 tentang Pedoman Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien dan Budaya Keselamatan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
(2) Peraturan Direktur Rumah Sakit ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Indramayu
Pada Tanggal : 2 Januari 2023
DIREKTUR
UPTD RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDIN
KABUPATEN INDRAMAYU
WIDIYANA
DAFTAR ISI
LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR 1
NOMOR :
TANGGAL : 2 JANUARI 2023
TENTANG : PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN
PASIEN DAN BUDAYA KESELAMATAN DI
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MURSID IBNU SYAFIUDDIN KRANGKENG
INDRAMAYU
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LATAR BELAKANG
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Pelayanan tentang Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien dan Budaya Keselamatan meliputi:
1. Peningkatan mutu rumah sakit;
2. Peningkatan keselamatan pasien;
3. Manajemen risiko;
4. Peningkatan budaya keselamatan;
5. Manajemen data dalam kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien;
6. Pendidikan dan pelatihan pelaksanaan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
B. Definisi Operasional
1. Mutu adalah kondisi dinamis mengenai jasa yang menuntut untuk
pemenuhan standar, kebutuhan, harapan, dan keinginan
pelanggan, yang cocok untuk digunakan dan menjadikan pelanggan
puas.
2. Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan
pelayanan RS untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen
akan pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika,
hukum, sosial dan budaya dengan memperhatikan keterbatasan
dan kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.
3. Dimensi Mutu adalah meliputi keprofesian, efisiensi, keamanan
pasien, kepuasan pasien, aspek sosial budaya.
4. Peningkatan mutu adalah proses pembelajaran dan perbaikan yang
terus menerus dalam proses penyediaan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya berdasarkan siklus penjaminan mutu yang berkelanjutan
(PDSA) dan perencanaan peningkatan mutu di semua unit
pada semua tingkatan dalam sistem.
5. Upaya peningkatan mutu adalah upaya yang menggunakan
pendekatan pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan
proses-proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
6. Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat,
fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan
lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan pergerakan
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
7. Proses adalah aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan
interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu
yang penting.
8. Output adalah jumlah pelayanan yang dilakukan oleh unit
kerja/rumah sakit.
9. Outcome adalah hasil pelayanan kesehatan, merupakan
perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat),
termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
10. Clinical pathway adalah pedoman kolaboratif untuk merawat pasien
yang berfokus pada diagnosis, masalah klinis dan tahapan
pelayanan atau dapat diartikan sebagai suatu alur yang
menunjukkan secara detail tahap-tahap penting dari pelayanan
kesehatan termasuk hasil yang diharapkan mulai saat penerimaan
pasien hingga pemulangan pasien dimana dalam pelaksanaannya
menggabungkan standar asuhan setiap tenaga kesehatan secara
sistematik. Tindakan yang diberikan diseragamkan dalam suatu
standar asuhan, namun tetap memperhatikan aspek individu dari
pasien.
11. Indikator adalah suatu cara yang sensitif dan spesifik untuk menilai
penampilan dari suatu kegiatan, atau dengan kata lain
merupakan variabel yang digunakan untuk menilai perubahan
12. Indikator Nasional Mutu (INM) adalah indikator mutu yang wajib
dilakukan pengukuran dan digunakan sebagai informasi mutu
secara nasional.
13. Indikator Mutu Prioritas Rumah Sakit (IMP-RS) adalah indikator
mutu yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit berdasarkan
prioritas perbaikan di tingkat rumah sakit. Dalam penentuannya
mempertimbangkan:
a. Sasaran Keselamatan pasien meliputi enam Sasaran
Keselamatan pasien (SKP).
b. Pelayanan klinis prioritas untuk dilakukan perbaikan
misalnya pelayanan berisiko tinggi dan terdapat masalah dalam
pelayanan tersebut.
c. Tujuan strategis rumah sakit
d. Perbaikan sistem
e. Manajemen risiko
f. Penelitian klinis dan program pendidikan kesehatan (jika ada)
14. Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit) adalah indikator prioritas
yang dipilih oleh Pimpinan unit berdasarkan dampak yang
diharapkan dapat luas/menyeluruh di unitnya.
15. Keselamatan/Safety adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard).
16. Hazard/bahaya adalah suatu keadaan, perubahan atau
tindakan yang dapat meningkatkan risiko pada pasien.
a. Keadaan adalah setiap faktor yang berhubungan atau
mempengaruhi suatu “Peristiwa Keselamatan Pasien/ Patient
safety event , Agent atau Personal”.
b. Agent adalah substansi, objek atau sistem yang menyebabkan
perubahan.
17. Kesalahan Medis (Medication error) adalah Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.Kesalahan
termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya.
Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
18. Harm/cedera adalah dampak yang terjadi akibat gangguan struktur
atau penurunan fungsi tubuh dapat berupa fisik, sosial dan
psikologis. Yang termasuk Harm adalah : “Penyakit, Cedera,
Penderitaan, Cacat, dan Kematian”.
a. Penyakit / Disease adalah disfungsi fisik atau psikis.
b. Cedera/Injury adalah kerusakan jaringan yang diakibatkan
agent /keadaan,
c. Penderitaan/Suffering adalah pengalaman/gejala yang tidak
menyenangkan termasuk nyeri, malaise, mual, muntah, depresi,
agitasi, dan ketakutan.
d. Cacat/Disability adalah Segala bentuk kerusakan struktur
atau fungsi tubuh, keterbatasan aktivitas dan atau restriksi
dalam pergaulan sosial yang berhubungan dengan harm yang
terjadi sebelumnya atau saat ini.
19. Keselamatan Pasien/Patient Safety:
a. Pasien bebas dari harm /cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit,
cedera fisik/sosial/psikologis, cacat, kematian dll), terkait
dengan pelayanan kesehatan.
b. Proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen
risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. (Penjelasan
UU 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43)
20. Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah Suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk:
asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan
belajar dan insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
21. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang selanjutnya disebut
insiden adalah setiap kejadian atau situasi yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
kerugian, cedera, kecacatan atau kematian pada pasien yang tidak
seharusnya terjadi. Terdiri dari :
a. Kejadian tidak diharapkan(KTD) adalah insiden keselamatan
pasien yang mengakibatkan cedera pada pasien.
b. Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden keselamatan pasien
yang sudah terpapar pada pasien namun tidak menyebabkan
cedera.
c. Kejadian nyaris cedera (KNC atau near miss atau hampir
cedera) adalah insiden keselamatan pasien yang belum terpapar
pada pasien
d. Kondisi potensial cedera signifikan (KPCS) adalah suatu
kondisi (selain dari proses penyakit atau kondisi pasien itu
sendiri) yang berpotensi menyebabkan kejadian sentinel.
e. kejadian sentinel adalah suatu kejadian yang tidak
berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau penyakit
yang mendasarinya yang terjadi pada pasien. Yang termasuk
kedalam kejadian sentinel adalah:
i. Kematian;
ii. Cedera permanen;
iii. Cedera berat yang bersifat sementara/reversible;
iv. bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat,
ditatalaksana, menerima pelayanan di unit yang selalu
memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72 jam
setelah pemulangan pasien, termasuk dari IGD;
v. Kematian bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi;
vi. Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
vii. Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan,
tatalaksana dan pelayanan;
viii. Kaburnya pasien (atau pulang tanpa izin) dari unit
perawatan yangs elalu dijaga oleh staf sehingga
menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera
sementara derajat berat pada pasien;
ix. Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian
darah atau produk darah.
x. Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan cedera berat
/permanen/cedera sementara derajat berat) atau
pembunuhan pasien yang sedang menerima perawatan,
tatalaksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan
rumah sakit;
xi. Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan cedera berat /
permanen/cedera sementara derajat berat) atau
pembunuhan anggota staf, praktisi mandiri berizin,
pengunjung atau vendor ketika berada dalam lingkungan
rumah sakit;
xii. Tindakan invasif, termasuk operasi yang dilakukan pada
pasien yang salah, pada sisi yang salah, atau menggunakan
prosedur yang salah (secara tidak sengaja);
xiii. Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak
sengaja setelah suatu tindakan invasif, termasuk operasi;
xiv. Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin >30 mg/dL);
xv. Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif >1.500
rad pada satu medan tunggal atau pemberian radioterapi ke
area tubuh yang salah atau pemberian radioterapi >25%
melebihi dosis radioterapi yang direncanakan;
xvi. Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau
pijaran yang tidak diantisipasi selama satu episode
perawatan pasien;
xvii. Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses
persalinan); atau
xviii. Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak
berhubungan dengan perjalanan alamiah penyakit pasien
atau kondisi lain yang mendasari) terjadi pada pasien dan
menyebabkan cedera permanen atau cedera sementara
derajat berat.
22. Laporan insiden RS (Internal) adalah pelaporan secara tertulis
setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak
diharapkan (KTD) yang menimpa pasien atau kejadian lain yang
menimpa keluarga pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di
rumah sakit.
23. Laporan insiden keselamatan pasien KKP-RS (Eksternal) adalah
pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap
kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi pada PASIEN, telah
dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan solusinya.
24. Faktor Kontributor adalah keadaan, tindakan, atau faktor yang
mempengaruhi dan berperan dalam mengembangkan dan atau
meningkatkan risiko suatu kejadian (misalnya pembagian tugas
yang tidak sesuai kebutuhan). Contoh :
a. Faktor kontributor di luar organisasi (eksternal),
b. Faktor kontributor dalam organisasi (internal), misalnya: tidak
adanya prosedur,
c. Faktor kontributor yang berhubungan dengan petugas
(kognitif atau perilaku petugas yang kurang, lemahnya
supervisi, kurangnya teamwork atau komunikasi).
d. Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien.
25. Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan
berdampak pada tujuan. Jenis-jenis risiko dalam pelayanan
rumah sakit:
a. Asuhan;
b. Keselamatan Fasilitas dan Konstruksi;
c. Keamanan;
d. B3 & Limbahnya;
e. Kebakaran;
f. Sistem Utilitas;
g. Alat Kesehatan;
h. Bencana;
i. Infeksi;
j. Proses Bisnis;
k. Lingkungan;
l. Staf.
26. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk
mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan
tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
27. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa
identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi resiko cedera dan
kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan
organisasinya sendiri.
28. Failure Mode and Cause Analysis (FMEA) adalah suatu alat mutu
untuk mengkaji suatu prosedur di rumah sakit secara rinci dan
mengenali model- model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu
prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model
kesalahan/kegagalan dan mencari solusi dengan melakukan
perbaikan desain atau prosedur.
29. Analisis akar masalah/ Root Cause Analysis (RCA) adalah :
a. Sebuah pendekatan terstruktur untuk mengidentifikasi
berbagai faktor dari kejadian-kejadian di masa lalu untuk
mengidentifikasi penyebab masalah yang bisa diperbaiki untuk
mencegah masalah yang sama terjadi kembali. RCA juga
berguna untuk mengidentifikasi pelajaran yang dapat dipetik
untuk mencegah kerugian kembali terjadi dalam proses.
b. Suatu proses berulang yang sistematik dimana faktor-faktor
yang berkontribusi dalam suatu insiden diidentifikasi dengan
merekonstruksi kronologis kejadian menggunakan pertanyaan
‘kenapa’ yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya
dan penjelasannya. Pertanyaan ‘kenapa’ harus
ditanyakan hingga tim investigator mendapatkan fakta, bukan
hasil spekulasi.
BAB III
TUJUAN
BAB IV
PENGERTIAN
BAB V
KEBIJAKAN
BAB VI
PENGORGANISASIAN
BAB VII
KEGIATAN
BAB VIII
PELAKSANA KEGIATAN
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. INDIKATOR MUTU
B. KEGIATAN
C. ALUR PELAPORAN
BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
BAB XI
PENUTUP
BAB
PENINGKATAN MUTU
1. Siapa yg mensurvei/mengambil
data ?
2. Kapan dilakukan (frekuensi), yakni
harian/
periodik (pekanan, bulanan) ?
3. Bagaimana
Sumber teknikasal
data adalah survei ? yang diukur.
data
(contoh:
rekam medis dan formulir observasi).
Jenis Sumber Data:
Sumber Data 1. Data Primer adalah data yang diambil
langsung dari sumbernya.
2. Data sekunder adalah data yang telah diolah
sebelumnya (misalnya rekam medis atau buku
catatan komplain).
Instrumen pengambilan data adalah alat atau tools
yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen data dapat berupa :
Instrumen 1. Kuesioner
Pengambilan Data 2. Checklist
3. Form pendataan harian
n : jumlah sampel
N: jumlah populasi
e : tingkat error
Periode pengumpulan data adalah kurun waktu yang
ditetapkan untuk melakukan pengumpulan data.
Periode pengumpulan data menjelaskan secara
spesifik di masa kapan data dikumpulkan.
Periode Pengumpulan Contoh :
Data 1. Tanggal 1 dalam setiap bulan.
2. Tanggal 1-30 dalam setiap
bulan.
3. Minggu kedua dalam setiap
1bulan.
Periode analisis dan pelaporan data adalah kurun
. waktu yang ditetapkan untuk melakukan analisis
dan melaporkan data.
2Periode analisis dapat bervariasi, tergantung
. dengan konteks yang sedang diukur. Misalnya
untuk data mutu prioritas dilaporkan setiap 3
Pelaporan Data
bulan ke representasi pemilik.
Cara analisis data dapat pula disebutkan, misalnya:
3a. Metode statistik (run chart, control chart,
pareto, histogram)
b. Metode lain (membandingkan dengan berbagai
sumber)
Penyajian data adalah cara menampilkan data.
Misalnya tabel, grafik dan sebagainya. kemudian
Penyajian Data sampaikan pula apakah akan ditampilkan dimana
saja. Apakah akan dipublikasikan, apakah akan
dilaporkan ke eksternal ?
Penanggung Jawab adalah Petugas yang
bertanggung
jawab atas pengukuran dan analisis data serta
Penanggung Jawab mengkoordinir upaya pencapaian target yang
ditetapkan. Misalnya :
1. Kepala Ruang IGD
2. Kepala Bagian IPSRS
F. Prinsip-Prinsip Sampling
Dalam pengumpulan data, idealnya data dikumpulkan dari seluruh
anggota populasi. Namun pada kondisi di mana anggota populasi sangat
banyak maka pengumpulan data dilakukan melalui sampling yaitu
mengambil sebagian dari anggota populasi yang dipilih dengan teknik
sampling agar dapat mewakili populasi. Apabila jumlah anggota
populasi tidak terlalu banyak maka digunakan seluruh anggota
populasi. Jika pengumpulan data dilakukan pada sampel, maka perlu
ditentukan dua aspek yaitu teknik sampling dan besar sampel minimal.
1. Teknik sampling
Berikut adalah beberapa contoh teknik sampling:
a. Sampling probabilitas (Probability sampling)
Dalam teknik sampling ini, setiap subjek dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
sampel. Beberapa teknik sampling probabilitas antara lain:
1) Sampel acak sederhana (simple random sampling)
Dalam teknik ini, subjek dipilih secara acak dari daftar
subjek dengan menggunakan undian atau menggunakan
tabel angka random. Apabila jumlah anggota populasi dapat
diketahui, maka tiap anggota populasi tersebut diberi nomor
urut dan dipilih sebagian dari mereka sebagai sampel
dengan menggunakan tabel angka random. Contoh:
memilih 200 sampel dalam 1000 anggota populasi.
2) Sampel acak sistematik (systematic random sampling)
Teknik ini memilih sampel dari populasi secara acak dengan
menggunakan interval yang sama.
3) Stratified Random Sampling
Stratified random sampling digunakan apabila populasi
bersifat heterogen, yang terdiri atas beberapa sub populasi
yang bersifat homogen. Dalam hal ini perbedaan adalah
dalam jumlah anggota subpopulasi. Besarnya sub populasi
dinyatakan dalam persentase terhadap populasi total. Pada
masing-masing subpopulasi dilakukan pengambilan sampel
secara acak sejumlah persentase dari total sampel yang
diperlukan.
4) Multistage random sampling
Multistage random sampling dipilih apabila populasi bersifat
heterogen dan dijumpai cluster/strata yang sifatnya heterogen
kemudian dilakukan pemilihan secara acak cluster/strata
yang akan digunakan sebagai sumber data. Sampel yang
terpilih merupakan representasi dari masing-masing
cluster/strata.
5) Cluster random sampling
Cluster random sampling digunakan apabila populasi yang
bersifat one stage dan terdiri atas cluster-cluster yang bersifat
heterogen. Cluste akan dipilih secara acak, cluster yang
terpilih mewakili karakteristik populasi.
6) Fixed exposure sampling
Yakni merupakan teknik pencuplikan sampel yang dimulai
dengan memilih sampel berdasarkan status paparan
subjek, yaitu terpapar atau tak terpapar oleh faktor
exposure.
b. Sampling non probabilitas (Non-probability sampling)
Teknik ini lebih praktis dan lebih mudah dilakukan sehingga
lebih sering digunakan. Jenis sampling non probabilitas antara
lain:
1) Consecutive Sampling
Teknik ini memilih calon subjek/sampel berdasarkan
kedatangan di tempat penelitian. Calon subjek/sampel yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi
akan digunakan sebagai sampel. Pengambilan sampel
dihentikan apabila jumlah sampel terpenuhi.
2) Sampling berdasarkan ketersediaan (Convenience sampling).
Dalam teknik ini, subjek diambil tanpa sistematika tertentu,
pemilihan berdasarkan ketersediaan yang ada pada saat
dilakukan pengukuran. Subjek diambil/terpilih sebagai
sampel karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu
yang tepat. Teknik ini paling mudah namun validitasnya
rendah.
3) Sampling berdasarkan pertimbangan (Judgmental
sampling atau purposive sampling/Trigger sampling).
Teknik ini memilih sampel berdasarkan adanya
pertimbangan atau trigger tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4) Total sampling
Apabila anggota populasi jumlahnya sedikit sesuai dengan
kriteria yang digunakan maka seluruh anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Misalnya jumlah anggota
populasi ≤ 30 maka seluruhnya digunakan sebagai sampel.
2. Besar Sampel
Untuk menentukan besar sampel minimal, faktor yang harus
dipertimbangkan adalah jumlah anggota populasi, namun selain
itu semakin banyak variasi dalam populasi, maka semakin banyak
besar sampel yang diperlukan.
a. Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus Slovin:
Rumus Slovin digunakan apabila anggota populasi > 30
sehingga perlu dihitung jumlah sampel minimal yang dapat
mewakili populasi.
Rencana perbaikan dilakukan uji coba dan selama masa uji dan
dilakukan evaluasi hasilnya untuk membuktikan bahwa perbaikan
sudah sesuai dengan yang diharapkan.
BAB V
MANAJEMEN KLINIS
BAB VI
MANAJEMEN RISIKO
A. Arti FMEA
Failure : prediksi kemungkinan kegagalan atau defect
Mode : penentuan mode kegagalan
Effect : identifikasi pengaruh setiap komponen terhadap kegagalan
Analysis : tindakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi terhadap
penyebab
Kerusakan/kerugian
Cacat
7-9 asset / kerugian Dampak berat Berat
permanen
finansial berat
Kerusakan/kerugian
Sangat luas
10 meninggal asset / kerugian Dampak luas
dan berat
finansial sedang luas
Angka Kemungkinan
Kemungkinan Terjadinya Kegagalan Rangking
Kegagalan
≥ 1 Dari 2 10
Sangat Tinggi, Kegagalan
Hampir Tidak Dapat Dielakkan
1 Dari 3 9
1 Dari 8 8
Tinggi, Kegagalan Berulang
1 Dari 20 7
1 Dari 80 6
Sedang, Kegagalan Jarang
1 Dari 400 5
1 Dari 2000 4
Rendah, Kegagalan Sangat
Jarang
1 Dari 15000 3
1 Dari 150000 2
Hampir Tidak Mungkin Gagal
^ Dari 1500000 1
Sistem
Kategori Monitoring Pelaksanaan Testing
Ranking Detektabilitas Penemuan Yg & Monitoring
Tersedia
Tidak
Hampir Tidak Tidak Ada Testing &
10 Mungkin Tidak Ada
Mungkin Monitoring
Ditemukan
Mungkin Tidak
9 Sangat Sulit Ditemukan Offline Terjadwal/Insidenta l
Sering Tidak
Sulit
8 Ditemukan Offline Terjadwal/Insidenta l
Mungkin
7 Sangat Rendah Offline Terjadwal
Ditemukan
Mungkin
5 Sedang Ditemukan Online Terjadwal
Sering
4 Sedang-Tingg i Online Terjadwal
Ditemukan
Mungkin Kontinu/Terus
3 Tinggi Ditemukan Online Menerus
2 Sangat tinggi Sering Online Kontiny/ terus menerus
ditemukan
1 Hamper selalu Selalu Online Kontinu/terus menerus
ditemukan
G. Penilaian Risiko
Untuk menentukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan maka
harus terlebih dahulu mendefinisikan tentang Severity, Occurrence,
Detection yang hasil akhirnya berupa RPN (Risk Priority Number).
Perhitungan RPN (Risk Priority Number) dari hasil FMEA: RPN = S
(Severit)y x O (Occurrence) x D (Detectability)
Tujuan menyusun prioritas adalah mengidentifikasi failure mode
yang paling butuh dianalisis untuk meningkatkan proses dan
mengurangi risiko mencelakai pasien.Hal yang harus diperhatikan
ketika menggunakan nilai RPN untuk penilaian risiko adalah tidak ada
nilai atau arti dalam setiap nilai dalam RPN. Meskipun memang benar
bahwa nilai yang lebih besar dalam RPN biasanya
mengindikasikan failure modes yang lebih penting, bukan berarti
merupakan masalah sebenarnya. Sebagai contoh, terdapat 3 kasus
dimana nilai RPN adalah sama, tapi jelas sekali bahwa kasus kedua
memerlukan lebih banyak perhatian.
Dalam aturan umum, setiap failure mode yang memiliki efek akan
menghasilkan nilai severity 9 atau 10 sebagai prioritas utama. Severity
diberikan bobot paling besar ketika menilai risiko dengan RPN.
Berikutnya adalah kombinasi Severity dan Occurance (S x O) akan
diperhitungkan sebagai prioritas selanjutnya, karena S x O dalam
suatu efek menunjukkan kritikalitas.
BAB VIII
MANAJEMEN DATA DALAM KEGIATAN PMKP
BAB IX
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PMKP
BAB X
PENUTUP
Ditetapkan di : Indramayu
Pada Tanggal : 2 Januari 2023
WIDIYANA
LAMPIRAN II
E-FORMULIR 1 - PELAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
DARI PENEMU INSIDEN
Lokasi Kejadian:
Nama Pasien: Jenis Kelamin: ⎕ Laki ⎕
Perempuan
No RM: Alamat:
Rincian/Deskripsi Kejadian:
Nama pelapor:
Profesi: Nama Bagian Pelapor:
Tanggal & Jam Disusun Laporan: Tanggal: / / Jam: :
Tanda tangan:
Dengan ini saya menyatakan laporan yang saya buat adalah benar, dan dapat
dipertanggungjawabkan
LAMPIRAN III
E-FORMULIR 2 - PELAPORAN IKP
DARI PIMPINAN UNIT KE KOMITE
MUTU
61
5. Tipe Insiden:
⎕ KPC, ⎕ KNC, ⎕ KTC, ⎕ KTD ⎕ KPCS ⎕ Sentinel Event
6. Orang Yang Pertama Melaporkan Insiden
Nama:
Profesi: ⎕ Dokter, ⎕ Perawat, ⎕ Bidan, ⎕ Apoteker, ⎕ Tenaga Kefarmasian,
⎕
Fisioterapis, ⎕ Analis Lab, ⎕ Radiografer,
(sebutkan) ⎕ Staf⎕Ahli Gizi, (sebutkan)
Non Klinis ⎕ Tenaga : Gizi, ⎕Staf
:
Bila merupakan staf RS, dari
(sebutkan)
:
Bila kejadian ditemukan oleh orang yg bukan staf RS, identitasnya sebagai berikut:
⎕Pasien, ⎕ Keluarga Pasien ⎕ Pengunjung
Yang bernama:
Alamat:
7. Insiden Terjadi Pada: ⎕ Pasien, ⎕ Keluarga, ⎕ Pendamping Pasien, ⎕
Pengunjung, ⎕
8. Staf RS Terjadi Pada Pasien yg Sedang Menjalani Asuhan di:
Insiden
⎕ IGD, ⎕ Rawat Jalan, ⎕ Rawat Inap, ⎕ ICU, ⎕ IBS, ⎕ IKB, ⎕ Perinatal, ⎕
Hemodialisis
9. Pasien Merupakan Pasien dari Bidang Spesialisasi:
⎕ Penyakit Dalam ⎕ Saraf ⎕ Lainnya:
⎕ Bedah ⎕ Jantung
⎕ Anak ⎕ THT-KL
⎕ Obstetri & Ginekologi ⎕ Mata
⎕ Orthopedi ⎕ Rehabilitasi Medik
⎕ Paru ⎕ Psikologi
⎕ Gigi
⎕ Konservasi Gigi
10. Unit Kerja yang Terkait Langsung dengan Insiden (isi bila relevan)
⎕ IGD ⎕Farmasi ⎕Lainnya:
⎕ Rawat Inap ⎕Laboratorium
⎕ Rawat Jalan ⎕Radiologi
⎕ ICU ⎕Gizi
⎕ IKB ⎕RM
⎕ IBS
⎕ Hemodialisis
⎕Kematian
12. Tindakan yg dilakukan segera setelah kejadian dan hasilnya
Tindakan:
Hasilnya:
BERITA ACARA PELAPORAN (diisi oleh penyusun laporan dan penerima laporan)
Tanggal disusunnya laporan: / / Jam: Laporan diterima tanggal:
: / /
Penyusun laporan: Jam: :
Nama: Penerima Laporan:
Instalasi/Bagian: Nama:
Tanda tangan: Tanda tangan:
GRADING (diisi oleh Komite Mutu, Sub Komite Keselamatan Rumah Sakit)
Skor Dampak= (x) Skor Frekuensi= Catatan tambahan:
Skor Akhir=
Grading= ⎕Biru, ⎕ Hijau, ⎕ Kuning, ⎕ Merah
Rencana langkah selanjutnya:
LAMPIRAN IV
Kerangka Kerja Manajemen Risiko - FMEA
(Failure Mode & Effect Analysis)
Risk
Identifikasi Risiko Asesmen Risiko Priority
Number
Skor Skor
Rekomen
Penang Target severit Detecta
Modus Sistem Pengelo dasi /
N gung Waktu y Pasca bility
Kegagal yangterse laan Rencana
o Jawab Penyele Perbai Pasca
Lingk an/ dia untuk Risiko Perbaika
Peny Skor saian kan Perbaika
up Insiden Dampak Skor Skor mendete Total Ran n
Kategor ebab Detec n
Area / potensia Seve Occu ksi skor gkin
i Risiko Pote tabib
Risik Error/ l rity rence kegagala RPN g
nsial ilty
o Kesalah n
an sebelum
terjadi