Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN PELAYANAN TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS

DI UPTD RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDIN


KABUPATEN INDRAMAYU

UPTD RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDIN


KABUPATEN INDRAMAYU
Jl. Raya Krangkeng KM 28 Krangkeng – Indramayu 45284
Telepon (0234) 7136366, Pos-el rsudmis@gmail.com,
Laman rsudmursid.indramayukab.go.id
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatnya Pedoman
Pelayanan Tuberkulosis Dengan Strategi DOTS di UPTD RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin
Kabupaten Indramayu telah dapat terselesaikan. Perlu disadari bahwa masih kurangnya kualitas
mutu pelayanan di rumah sakit sangat terkait komitmen pimpinan rumah sakit, serta memerlukan
dukungan dari klinis dan seluruh kontribusi karyawan di rumah sakit.

Pedoman ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan mutu rumah sakit khususnya pada
pelayanan terhadap pasien dengan diagnosa atau dugaan Tuberkulosis. Manfaat tersebut dapat
meningkatkan tingkat kesembuhan pasien dengan diagnosa atau dugaan Tuberkulosis.

Untuk itu tim pelayanan Tuberkulosis Rumah Sakit UPTD RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin
Kabupaten Indramayu berusaha melaksanakan kegiatan klinisi sesuai dengan pedoman yang
tersedia secara maksimal dan dengan harapan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
serta meningkatkan kesembuhan pasien dengan diagnosa atau dugaan Tuberkulosis.
ii

PERATURAN DIREKTUR
NOMOR 11 TAHUN 2023

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS


DI UPTD RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDIN
KABUPATEN INDRAMAYU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR,

Menimbang : a. bahwa UPTD RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin


Kabupaten Indramayu sebagai institusi yang
bergerak di bidang pelayanan kesehatan
harus mampu turut serta dalam
penanggulangan tuberkulosis (TB) untuk
mewujudkan masyarakat yang lebih sehat;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan peran
dan mutu pelayanan pada pasien
tuberkulosis (TB) dengan strategi DOTS,
perlu dilakukan penataan dan
pengorganisasian sumber daya yang ada
untuk dapat berfungsi optimal;
c. bahwa agar mutu pelayanan pasien
tuberkulosis (TB) dengan strategi DOTS dapat
dilaksanakan secara optimal dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan maka perlu
ditetapkan Pedoman Pelayanan TB dengan
Strategi DOTS yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi seluruh unit terkait di UPTD
RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten
Indramayu;
d. bahwa untuk mencapai maksud tersebut
pada butir a, b, dan c di atas, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur UPTD
RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten
Indramayu.
e. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
sampai dengan d perlu ditetapkan Peraturan
iii

Direktur UPTD RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin


Kabupaten Indramayu.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran (Lembaraan
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Repubik Indonesia Nomor 4431)
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063) ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991
tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular;
5. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021
tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin
Praktik dan Pelaksaan Praktik Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82
Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67
Tahun 2016 tentang Tuberkulosis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1128
Tahun 2022 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN


PELAYANAN TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI
DOTS DI UPTD RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDIN
KABUPATEN INDRAMAYU
iv

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:

1. Rumah sakit adalah UPTD RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten


Indramayu;
2. TB atau Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat masuk ke
dalam paru-paru dan mengakibatkan pengidapnya mengalami sesak
napas disertai batuk kronis.;
3. DOTS atau Directly Observed Treatment Shortcourse adalah strategi
pengobatan jangka pendek yang menekankan pada pengawasan
langsung terhadap penderita, baik keluarga maupun petugas kesehatan;

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Pedoman ini menjadi acuan bagi unit terkait dalam pelaksanaan


penanggulangan tuberkulosis (TB) di lingkungan UPTD RSUD Mursid Ibnu
Syafiuddin Kabupaten Indramayu.

BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 3

(1) Ruang lingkup Pedoman Pelayanan Tuberkulosis meliputi :


a. Peningkatan pelayanan tuberkulosis dengan strategi DOTS;
b. Peningkatan Promosi Kesehatan;
c. Peningkatan pelaksanaan surveilans;
d. Penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis;
e. Pemberian kekebalan;
f. Pemberian obat pencegahan.
(2) Dokumen pedoman yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur
ini, dijadikan acuan dalam melaksanakan tugas dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
v

BAB IV
PENUTUP

Pasal 4

Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan apabila
terdapat kesalahan/kekeliruan akan diperbaiki dikemudian hari.

Ditetapkan di : Indramayu
Pada Tanggal :

DIREKTUR
UPTD RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDIN
KABUPATEN INDRAMAYU

WIDIYANA
vi

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
PERATURAN DIREKTUR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................vi
LAMPIRAN...............................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
BAB II STANDAR KETENAGAKERJAAN..................................................................................3
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA..................................................................3
B. DISTRIBUSI KETENAGAKERJAAN............................................................................4
C. PENGATURAN JAGA........................................................................................................4
BAB III STANDAR FASILITAS......................................................................................................5
A. DENAH RUANG...................................................................................................................5
B. STANDAR FASILITAS......................................................................................................5
BAB IV TATALAKSANA...................................................................................................................6
A. ALUR PELAYANAN TB DOTS........................................................................................6
B. PROMOSI KESEHATAN...................................................................................................7
C. SURVEILANS TUBERKULOSIS.....................................................................................7
D. PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO TUBERCULOSIS..........................................7
E. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ( PPI ) TB..................................9
F. PENEMUAN DAN PENANGANAN KASUS TUBERCULOSIS...............................11
G. PEMBERIAN KEKEBALAN...........................................................................................14
H. PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN...........................................................................14
BAB V LOGISTIK.............................................................................................................................15
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS ( OAT ) PAKET........................................................15
B. OBAT ANTI TUBERKULOSIS ( OAT ) NON PAKET..............................................15
BAB VI KESELAMATAN PASIEN...............................................................................................17
A. PENGERTIAN....................................................................................................................17
B. TUJUAN...............................................................................................................................17
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN..............................................................17
BAB VII KESELAMATAN KERJA...............................................................................................20
A. KESELAMATAN KERJA................................................................................................20
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KECELAKAAN DAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA...............................................................................................................20
C. KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA.................................................20
D. PERLINDUNGAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN PETUGAS
KESEHATAN.....................................................................................................................21
E. PETUNJUK PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK PETUGAS KESEHATAN........21
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..............................................................................................22
A. PENGENDALIAN MUTU TB..........................................................................................22
B. MENILAI KEMAJUAN ATAU KEBERHASILAN TB...............................................22
BAB IX PENUTUP............................................................................................................................25
1

LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR I


NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN TUBERKULOSIS
DENGAN STRATEGI DOTS DI UPTD
RSUD MURSID IBNU SYAFIUDDI
KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I
PENDAHULUAN

World Healthorganization (WHO) mencanangkan strategi ‘Tuberculosis’,


yang merupakan bagian dari Sustainable Development Goals,dengan satu
tujuan yaitu untuk mengakhiri epidemic Tuberkulosis diseluruh dunia.
Visitheend TB strategy adalah “dunia yang bebas TB” yaitu zero deaths, disease
and suffering due to TB dengan tujuan mengakhiri epidemic TB
didunia.Indikator yang digunakan adalah pencapaian target dibawah ini pada
tahun 2030:
1. Jumlah kematian akibat TB berkurang 95% dibandingkan tahun 2015
2. Angka insidensi TB berkurang 90% dibandingkan tahun 2015
3. Tidak ada keluarga yang mengalami masalah ekonomi yang katastropik

Pilar dan komponen dalam end TB strategy yaitu:


1. Tatalaksana dan upaya pencegahan terintegrasi yang berpusat pasien
2. Dukungan politik dan system pendukung yang kuat
3. Intensifikasi penelitian dan inovasi baru.

Komponen tata laksana dan upaya pencegahan terintegrasi yang berpusat


pada pasien, diimplementasikan dalam bentuk:
1. Diagnosis dini TB termasuk penerapan pemeriksaan uji kepekaan obat
yang universaLskrining sistematis pada kontak dan kelompok risiko
tinggi.
2. Pengobatan untuk semua pasien TB termasuk TB resistan obat dengan
dukungan pasien yang memadai
3. Peningkatan kolaborasi layanan melalui TB-HIV, TB-DM, Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS),pendekatan praktis penyakit paru,dan lain
sebagainya
4. Pengobatan pencegahan bagi orang dengan risiko tinggi, dan tersedianya
vaksinasi TB.

Berdasarkan Global TB Report 2018, diperkirakan dilndonesia pada tahun


2017 terdapat 842.000 kasus TB baru (319 per 100.000 penduduk) dan
kematian karena TB sebesar 116.400 (44 per 100.000 penduduk) termasuk
pada TB-HIV positif. Angka notifikasi kasus (case notificationrate/CNR) dari
semua kasus dilaporkan sebanyak 171 per 100.000 penduduk. Secara
nasional diperkirakan insidens TB HIV sebesar 36.000 kasus (14 per 100.000
penduduk).Jumlah kasusTB-RO diperkirakan sebanyak 12.000 kasus
(diantara pasien TB paru yang temotifikasi) yang berasal dari 2.4% kasus baru
dan 13% kasus pengobatan ulang.Terlepas dari kemajuan yang telah dicapai
Indonesia, jumlah kasus tuberculosis baru di Indonesia masih menduduki
2

peringkat ketiga didunia dan merupakan salah satu tantangan terbesar yang
dihadapi Indonesia dan memerlukan perhatian dari semua pihak, karena
memberikan bcban morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Tuberkulosis
merupakan penyebab kematian tertinggi setelah penyakit jantung iskemik dan
penyakit serebrovaskuler. Pada tahun 2017, angka kematian akibat
tuberculosis adalah 40/100.000 populasi (tanpa TB- HIV) dan 3,6 per 100.000
penduduk (termasuk TB-HIV).
3

BAB II
STANDAR KETENAGAKERJAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Dalam melaksanakan pelayanan DOTS Di RSU PKU
Muhammadiyah Purbalingga dipimpin oleh Ketua Tim DOTS. Distribusi
ketenagaan TB-DOTS disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja
yang ada. Untuk distribusi ketenagaan TB-DOTS disebutkan dalam tabel
,sesuai dengan tugas masing – masing.

Tabel Pola Ketenegakerjaan TIM TB DOTS UPTD RSUD Mursid Ibnu


Syafiuddin Kabupaten Indramayu
Kualifikasi Tenaga
Nama Jumlah
yang Ket
Jabatan Formal Non Formal Kebutuhan
ada
Ketua Tim Dokter Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
DOTS Umum Pelayanan
Tuberkulosis
Dengan
strategiDOTS
di rumah
sakit (PPTS
DOTS )
Sekretaris DIII/S1 Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
Keperawat Pelayanan
an Tuberkulosis
Dengan
strategiDOTS
di rumah
sakit (PPTS
DOTS )
Staf klinik DIII/S1 Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
DOTS Keperawat Pelayanan
an Tuberkulosis
Dengan
strategiDOTS
di rumah
sakit (PPTS
DOTS )
Staf unit DIII/DIV/ Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
Laboratori S1 Analis Pelayanan
um Kesehatan Tuberkulosis
Dengan
strategiDOTS
di rumah
sakit (PPTS
DOTS )
Staf unit DIII/S1 Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
Farmasi Farmasi Pelayanan
atau Tuberkulosis
Apoteker Dengan
strategiDOTS
di rumah
sakit (PPTS
4

DOTS )
B. DISTRIBUSI KETENAGAKERJAAN
Petugas TB DOTS berjumlah 4 orang dan sesuai dengan struktur
organisasi TIM TB DOTS terbagi menjadi Ketua Tim TB DOTS, Sekretaris
dan Staff yang tertera dalam Tim TB DOTS.

C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan dinas unit rawat jalan TB-DOTS setiap hari Kamis dan
Jumat.
2. Pengaturan dinas unit rawat inap, laboratorium, farmasi TB-DOTS
berjaga sesuai shift yang tersedia.
5

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
UPTD RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten Indramayu
memiliki ruang khusus untuk Poli DOTS. Poli DOTS terletak di lantai 2
gedung pelayanan.

Keterangan :
1. Pintu poli
2. Kipas angin
3. Kursi dokter
4. Meja periksa
5. Kursi pasien
6. Wastafel
7. Bed pasien
8. Jendela

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi staf medis sehingga dapat
tercapai tujuan dan fiingsi pelayanan DOTS yang optimal bagi pasien TB.

Kriteria :
1. Tersedia ruangan khusus pelayanan pasien TB ( Klinik TB-DOTS )
yang berfungsi sebagai pusat pelayanan TB di Rumah Sakit
meliputi kegiatan diagnostik, pengobatan, pencatatan dan
pelaporan , serta menjadi pusat jejaring internal dan ekstemal
DOTS.
2. Ruangan tersebut memenuhi persyaratan pencegahan dan
pengendalian infeksi tuberkulosis (PPI-TB) di rumah sakit.
3. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan medis TB.
6

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. ALUR PELAYANAN TB DOTS

Keterangan :
1. Penderita suspek TB mendaftar di pendaftaran, dan anamnese di
lakukan scrining jika pasien Susp TB kemudian di cap Fast Track
dan pemberian masker untuk didahulukan saat pemeriksaan
kemudian ke poliklinik yang dituju, setelah dilakukan pemeriksaan
dengan gejala TB maka penderita diarahkan ke poli TB DOTS.

2. Untuk pasien TB yang datang dari IGD, jika pasien tidak stabil, maka
disarankan untuk masuk rawat inap isolasi, dan akan dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa rontgen dan lab untuk cek dahak
TCM. Kemudian untuk pasien TB post rawat diarahkan untuk
langsung kontrol ke poli DOTS.

3. Pasien yang ada di poli DOTS jika terbukti dari pemeriksaan TCM
sensitif rifampicin, maka termasuk pasien TB Sensitif Obat akan
langsung diobati , dengan OAT KDT kategori 1, kemudian dilakukan
konseling terhadap pasien dan keluarganya.
7

4. Data pasien yang berobat akan dilakukan pencatatan dan pelaporan


di SITB

5. Sedangkan pasien yang terbukti dari pemeriksaan TCM TB Resisten


Obat, akan segera dirujuk ke rumah sakit yang melayani pengobatan
TB Resisten Obat.

B. PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan
pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai pencegahan
penularan,pengobatan,pola hidup bersih sehat ( PHBS ) sehingga terjadi
perubahan sikap dan perilaku sasaran yaitu pasien dan keluarga,
pengunjung serta staf rumah sakit. Promosi kesehatan untuk pasien dan
pengunjung diadakan per 3 bulan sekali berkoordinasi dengan Tim
PKRS. Sedangkan untuk staf rumah sakit mengadakan IHT
penanggulangan Tuberkulosis setiap 2 tahun sekali.

C. SURVEILANS TUBERKULOSIS
Surveilans tuberkulosis, merupakan kegiatan memperoleh data
epidemologi yang diperlukan dalam sistem informasi program
penanggulangan tuberkulosis, seperti pencatatan dan pelaporan
tuberkulosis sensitif obat,pencatatan dan pelaporan tuberkulosis
resistensi obat. Sistem informasi yang digunakan untuk pencatatan dan
pelaporan adalah SITB, dari sistem tersebut akan diperoleh data suspek
TB. data tuberkulosis sensitif obat.data tuberkulosis resiten obat,data
tuberkulosis anak,data tuberkulosis dropout.data tuberkulosis
pengobatan sembuh dan lengkap.

D. PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO TUBERCULOSIS


Pengendalian faktor resiko tuberkulosis,ditujukan untuk
mencegah.mengurangi penularan dan kejadian penyakit
tuberkulosis,yang pelaksanaanya sesuai dengan pedoman pengendaliian
pencegahan infeksi tuberkulosis di rumah sakit pengendalian faktor
resiko tuberkulosis, ditukukan untuk mencegah,mengurangi penularan
dan kejadian penyakit tuberkulosis.yang pelaksanaanya sesuai dengan
pedoman pengendalian pencegahan infeksi tuberkulosis di rumah sakit.

1. Tata Laksana Follow up Pasien TB


Pemantauan kemajuan hasil pengobatan TB paru dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak mikroskopis.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan memeriksa spesimen
dahak sebanyak 2 kali ( sewaktu dan pagi ). Hasil pemeriksaan
dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif. Bila salah satu
spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang
dahak tersebut dinyatakan positif.

a. Pada TB paru BTA positif follow up BTA S-P dilakukan pada akhir
intensif, akhir sisipan(jika ada), 1 bulan sebelum akhir
pengobatan, dan akhir pengobatan.
b. Pada TB paru BTA negative follow up BTA s-p dilakukan pada
akhir intensif saja
8

c. Pada TB Ekstra paru dan TB anak ( tanpa pemeriksaan BTA SPS,


follow up dilakukan dengan pengamatan keluhan dan kondisi
klinis.

Untuk menjaga agar pasien TB rutin berobat, disepakati waktu


kontrol pasien TB adalah 1 — 2 minggu sekali dalam fase intensif
dan 1 bulan sekali dalam fase lanjutan. Apabila pasien tidak datang
kontrol ( mangkir ) 2 hari dalam fase intensif dan satu minggu dalam
fase lanjutan, petugas DOTS harus berkoordinasi dengan puskesmas
wilayah dan atau dinas kesehatan untuk pelacakan pasien.
Hubungan dengan puskesmas maupun dinas kesehatan dapat
dilakukan melalui telepon .
2. Tata laksana Screening Faktor Risiko HIV-AIDS Dan TB MDR
a. Screening HIV
Epidemi HIV sangat berpengaruh terhadap meningkatnya
kasus TB, dan begitu pula sebaliknya pengendalian TB tidak akan
berhasil baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Oleh karena
itu, setiap pasien TB yang baru diobati harus di evaluasi faktor
risiko HIV-nya. Apabila seorang pasien TB dinilai berisiko terhadap
kemungkinan HIV-AIDS, pasien tersebut harus dirujuk ke layanan
PDP.
b. Screening TB MDR
TB MDR adalah kasus TB yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis yang telah resisten terhadap INH dan
rifampicin secara bersamaan, dengan atau tanpa resistensi OAT
lini pertama lainnya. Kegiatan penemuan pasien TB MDR diawali
dengan penemuan suspek TB MDR. Suspek TB MDR adalah
semua orang yang mempunyai gejala TB dan memenuhi salah satu
kriteria TB MDR.Apabila ditemukan suspek TB MDR, Untuk
pemeriksaan lebih lanjut . Rujukan mengunakan form khusus
rujukan suspek TB MDR. dan dicatat dibuku daftar suspek TB
MDR.

3. Tata Laksana Rujukan Pasien TB


Merujuk pasien TB berarti memindahkan pengobatan TB ke UPK
lain, Ada 2 jenis rujukan pengobatan TB, yaitu :
a. Rujukan Awal : RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten
Indramayu hanya menegakkan diagnosa TB, seluruh
pengobatan dilakukan di UPK lain mulai dari awal.
b. Rujukan Tengah Pengobatan : RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin
Kabupaten Indramayu menegakkan diagnosa TB, meregister
sebagai pasien TB di RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten
Indramayu, memulai pengobatan , dan ditengah pengobatan
memindah pasien TB ke UPK lain.

Ruang instalasi Rawat Inap atau poliklinik yang akan merujuk


pasien TB harus berkoordinasi dengan unit DOTS melalui
koordinator rawat jalan. Form yang dipakai untuk merujuk pasien TB
adalah TB09, dan data pasien yang dirujuk harus dicatat di buku
rujukan TB.
9

E. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ( PPI ) TB


Tuberkulosis disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.
Apabila seseorang menderita sakit TB, maka orang tersebut dapat
menularkan kuman TB ke lingkungan sekitamya. Pasien TB dapat
mengeluarkan kuman TB dalam bentuk droplet infeksius pada waktu
batuk, bersin, berteriak, dan berbicara. Pada umumnya droplet infeksius
ini dapat bertahan dalam ruangan dan bersifat melayang ( airbone )
dalam waktu yang lama berkisar dari beberapa jam sampai 2-3 hari.
Pada keadaan lembab dan gelap kuman TB dapat hidup lebih lama,
sedangkan jika terkena sinar matahari langsung ( sinar ultraviolet) maka
kuman TB akan cepat mati.
Tindakan PPI merupakan kewaspadaan untuk memutus rantai
penularan, yang meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi airbone.

1. Kewaspadaan standar
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan yang diterapkan pada
semua orang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, dengan
tujuan mencegah penularan penyakit yang ditransmisikan melalui
darah atau cairan tubuh.. Komponen Kewaspadaan Standar meliputi :
Kebersihan Tangan ( Hand Hygiene), Alat Pelindung Diri ( Sarung
Tangan, Masker, Kacamata dan Pelindung Wajah, Gaun / apron ),
Pengelolaan Linen, Pengelolaan Peralatan Perawatan Bloodborne,
Etika batuk, serta pengelolaan makanan, Gelas, cangkir, dan
peralatan makan.

2. Kewaspadaan berdasarkan Transmisi Airbone


Merupakan kewaspadaan terhadap transmisi airbone, jika
partikel,< 5pm mengandung mikroba melayang atau menetap di
udara beberapa jam, di transfer sebagai aerosol melalui aliran udara
dalam ruangan / jarak lebih jauh dari 1 meter. Rumah Sakit
menurunkan risiko penularan TB melalui 3 pilar utama yaitu pilar
pengendalian administrative, pilar pengendalian lingkungan dan pilar
perlindungan perorangan.

a. Pilar Pengendalian Administratif, meliputi:


1) Rencana pengendalian infeksi
a) Memastikan penegakan diagnosis secara dini pada pasien
dan petugas yang diduga TB
b) Memberikan edukasi informasi mengenai etika batuk /
Hygiene Respirasi
c) Membatasi aktivitas pasien. Dokter konsultan sebaiknya
datang ke ruangan pasien, dan jika pasien harus keluar
ruangan, pasien harus menggunakan masker
d) Pasien TB harus dipisahkan dengan pasien lain
( terutama pasien immune compromised ) di unit rawat
jalan dan rawat inap.
e) Ruang pasien TB harus memiliki ventilasi yang baik, dan
terpisah dari pasien lain, jika tidak memungkinkan l
karnar untuk 1 pasien.
10

2) Pendidikan dan pelatihan petugas untuk meningkatkan


pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam
pengendalian infeksi TB.
3) Penyuluhan kepada pasien, pengunjung dan masyarakat
tentang pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi TB

b. Pilar Pengendalian Lingkungan


1) Pengendalian lingkungan yang bisa dilakukan di RSUD Mursid
Ibnu Syafiuddin Kabupaten Indramayu meliputi pengaturan
ventilasi di ruang isoIasi, dengan menggunakan ventilasi
campuran yaitu exhaust fan dan ventilasi alami.
2) Radiasi sinar ultraviolet (Ultra Violet Germical Irradiation =
UVGI) digunakan untuk memperoleh surface sterilisasi, pada
ruangan yang digunakan oleh pasien TB.

c. Perlindungan Perorangan
1) Perlindungan perorangan yang digunakan mengacu pada
kewaspadaan standar, yaitu : sarung tangan , masker , kaca
mata, topi / penutup kepala, baju kerja dan sepatu boot.
2) Sepatu pelindung harus digunakan selama berada di dalam
ruang laboratorium, dan sepatu terbuka / sandal/ tidak di
rekomendasikan untuk digunakan.
3) Penggunaan APD yang mengacu pada kewaspadaan IsoIasi
yaitu:
a) Penggunaan masker N95 bagi petugas yang melayani
pasien TB
b) Masker bedah bagi pasien TB mengurangi kemungkinan
pajanan kepada orang laindan lingkungan sekitamya.
c) Pelaksanaan edukasi etika batuk dengan benar, baik bagi
pasien TB maupun pasien batuk lainnya. Hindari batuk
di tempat banyak orang, hindari menyentuh muka
setelah batuk / bersin, dan jangan bertukar saputangan
dengan orang lain.
d) Penanganan sputum jika terjadi teijadi kecelakaan , jika
teijadi tumpahan sputum, gunakan handuk / kain yang
telah dibasahi desinfektan untuk menutup tumpahan
tersebut hingga terserap kemudian lantai dibersihkan
dengan desinfektan. Direkomendasikan untuk menutup
ruangan tersebut selamajam sebelum digunakan
kembali.Petugas hendaknya menggunakan APD yang
sesuai saat membersihkan sputum tersebut.
e) Penyediaan sarana cuci tangan di area pasien dan
pengunjung.
f) Perlindungan Transportasi pasien.

3. Penanganan TB MDR di RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin Kabupaten


Indramayu.
Pasien TB MDR tidak dapat ditangani oleh RSUD Mursid Ibnu
Syafiuddin Kabupaten Indramayu , jika ditemukan pasien diduga
11

menderita TB MDR, pasien dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah


Gunung Jati Cirebon.

4. Penempatan pasien TB di ruang rawat inap


a. Pasien TB di tempatkan pada ruang perawatan khusus isoIasi
yang dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, untuk mengurangi
kemungkinan transmisi mokroorganisme.
b. Jika ruang perawatan khusus tidak tersedia, pasien TB
ditempatkan dengan pasien yang sejenis ( kohorting ). Pasien yang
terinfeksi oleh mikroba yang sama, dapat di tempatkan dalam
ruang perawatan yang sama, untuk mencegah agar mereka tidak
terinfeksi oleh mikroorganisme pathogen yang lain, dan
kemungkinjan terjadi terinfeksi oleh mikroorganisme yang sama
menjadi minimal.
c. Apabila keduanya tidak memungkinkan dilakasanakan
(isolasi/kohorting), sangat penting untuk mendiskusikan
epidemiologi penyakit dan mode transmisi penyakit dengan Tim
PPIRS

F. PENEMUAN DAN PENANGANAN KASUS TUBERCULOSIS


Penemuan kasus tuberkulosis dilakukan melaui pasien datang ke
rumah sakit, setelah pemeriksan,penegakan diagnosa,penetapan
klasifikasi dan tipe pasien tuberkulosis.sedangkan untuk penanganan
kasus dilaksanakan sesuai tata laksana pada pedoman nasional
pelayanan kedokteran tuberkulosis dan standar lainya sesuai dengan
peraturan perundangundangan.

1. Kriteria suspek TB
a. Semua orang yang datang ke rumah sakit dengan keluhan
batuk berdahak 2 minggu atau lebih dianggap sebagai seorang
tersangka ( suspek ) pasien TB dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak dengan TCM.
b. Semua kontak dengan pasienTB paru BTA positif yang
menunjukkan gejala yang sama harus dianggap sebagai
seorang suspek TB dan dilakukan pemeriksaan dahak.
c. Semua keluarga pada penderita TB Anak yang menunjukkan
gejala yang sama harus dianggap sebagai seorang suspek TB
dan dilakukan pemeriksaan dahak

2. Untuk pasien anak — anak, kriteria suspek TB adalah sebagai


berikut:
a. Kontak erat dengan penderita TB BTA positif
b. Reaksi cepat BCG (timbul kemerahan dilokasi suntikan dalan
3-7 hari setelah imunisasi BCG )
c. Anoreksia atau nafsu makan menurun disertai gagal tumbuh,
berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan
kurang yang tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan
penanganan gizi.
12

d. Demam lama ( > 2 minggu ) atau berulang tanpa sebab yang


jelas ( singkirkan dulu kemungkinan ISK, Malaria, Demam
Typhoid dan lain –lain
e. Batuk lama ( > 3 minggu ) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyebab lain
f. Pembesaran kalenjar limfe superficial yang spesifik (leher,
axilla, inguinal )
g. Skrofuloderma
h. Test tuberculin positif ( > 10 mm )
i. Konjungtivitis fliktenularis Pemeriksaan follow up TB terhadap
anak dibawah (5) tahun pada keluarga TB harus dilakukan
untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan
pengobatan TB atau pengobatan pencegahan. Semua suspek TB
dilaporkan kepada unit DO I S melalui koordinator instalasi
Rawat Inap I Instakasi Rawat Jalan dengan menggunakan form
yang telah disediakan.

3. Tata laksana penegakkan diagnosa TB


a. TB paru Dewasa
Penegakkan diagnosa TB paru dilakukan dengan
pemeriksaan dahak TCM. Pemeriksaan penunjang lainnya
seperti foto dada,pemeriksaan darah , dan lain-lain dapat
digunakan sebagai penunjang. Tidak dibenarkan menegakkan
diagnosa TB paru hanya berdasarkan foto thorax saja.
b. TB paru anak
Untuk pasien anak yang dapat mengeluarkan dahak ,
penegakan diagnosa TB paru tetap menggunakan pemeriksaan
dahak TCM. Untuk anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak
, diagnosa TB ditegakkan dengan menggunakan system scoring.
Diagnosa TB ditegakkan jika nilai scoring > 6.
c. TB ekstra paru
Metode yang dipakai untuk menegakkan TB ekstra paru
bervariasi tergantung organ yang terkena , misalnya Patologi
Anatomi, Radiologi, dan Iain-lain. Semua pasien yang tegak
diagnosa TB ekstra paru harus diperiksa dahak TCM untuk
menyingkirkan kemungkinan didapatkan pula TB paru.
Pemeriksaa dahak TCM dilakukan untuk mencari kuman
Mycobacterium tuberculosis, sebanyak 2 kali pemeriksaan
dahak dengan minimal 1 kali dahak bangun tidur pagi

4. Tata Laksana Pengobatan TB


Sesuai dengan strategi DOTS,maka pengobatan TB dilakukan
dengan pengawasan langsung dan dalam jangka pendek. Prinsip
pengobatan TB adalah sebagai berikut :
a. Adanya PMO (Pengawas Menelan Obat)
PMO merupakan orang yang ditunjuk untuk memastikan
pasien TB menelan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) secara rutin dan
dengan carayang benar .PMO dapat berasal dari petugas
kesehatan,kader kesehatan atau keluarga pasien.
b. Kombinasi OAT ( Obat Anti Tuberkulosis )
13

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa


jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Tidak diperkenankan menggunakan OAT
tunggal ( monoterapi). Penggunaan OAT Kombinasi Dosis Tetap
( OAT-KDT )lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia adalah:
1) Kategori 1 : 2( HRZE) / 4( HR)
2) OAT Anak :2 (HR)Z / 4 HR atau2 HRZA (S)/4-10 HR
Pemberian panduan OAT kategori II sudah tidak direkomendasikan
lagi mulai tahun 2021 program TBC sudah tidak menyediakan OAT
kategori II.
Panduan Obat Anti Tuberculosis (OAT) disediakan dalam bentuk
paket,dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan
menjamin kelangsungan (kontinuitas)pengobatan sampai
selesai.Satu(l) paket untuk satu(l) pasien dalam satu(l) masa
pengobatan.

5. Obat Anti Tuberculosis (OAT)


Tabel OAT Lini Pertama
Jenis Sifat Efek Samping
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis
toksik, gangguan fungsi hati,
kejang
Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome, gangguan
gastrointestinal, urine
berwama merah, gangguan
fungsi hati, trombositopeni,
demam, skinrash, sesak
nafas, anemia hemolitik
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal,
gangguan fungsi hati,
goutartritis
Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan,
gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan
anafilaktik,
anemia,agranulositosis,
trombositopeni
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta
wama, neuritis perifer

Tabel dosis paduan OAT KDT Dewasa Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3


Tahap intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali
Berat
selama 56 hari seminggu selama 16 minggu
Badan
RHZE(150/75/400/275) RH(150/150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
>71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

Tabel dosis paduan OAT KDT Anak


14

Berat Badan (kg) 2 Bulan RHZ(75/50/150) 4 Bulan RH(75/50)


5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
23-30 5 tablet 5 tablet

G. PEMBERIAN KEKEBALAN
Pemberian kekebalan dilakukan melalui pemberian imunisasi BCG
terhadap bayi dalam upaya penurunan resiko tingkat pemahaman
tuberculosis sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

H. PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN


Pemberian obat pencegahan selama 6 ( Enam ) bulan yang
ditujukan pada anak usia dibawah 5 ( lima ) tahun yang kontak erat
dengan pasien tuberculosis aktif, orang dengan HIV dan AIDS ( ODHA )
yang tidak terdiagnosis tuberculosis, populasi tertentu lainya sesuai
peraturan perundang-undangan. Untuk menjalankan kegiatan tersebut
maka rumah sakit bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan
Puskesmas setempat untuk pemberian obat pencegahan tuberculosis.
15

BAB V
LOGISTIK

Pengadaan logistik untuk pelayanan DOTS dilakukan dengan


mengajukan permintaan secara berkala kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Indramayu sesuai kebutuhan.

A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS ( OAT ) PAKET


Pengadaan, pengelolaan dan pengawasan OAT paket merupakan
tanggung jawab Unit Farmasi RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin
Kabupaten Indramayu dibawah Koordinator Farmasi DOTS.OAT paket
terdiri dari :
1. OAT KDT Harian
2. OAT Anak

B. OBAT ANTI TUBERKULOSIS ( OAT ) NON PAKET


Instalasi Farmasi juga menyediakan OAT non paket (generik atau
paten), yang pengadaannya sesuai dengan belanja farmasi.

1. Logistik Laboratorium
Pengadaan dan pengeloiaan logistik Laboratorium berkaitan
dengan DOTS (pemeriksaan TCM) merupakan tanggung jawab Unit
Laboratorium di bawah Koordinator laboratorium.
Kebutuhan Logistik Laboratorium terkait DOTS terdiri dari :
a. Objek glass
b. Cat Ziehl Nieelson
c. Pot sputum
d. Box penyimpanan objek glass ( slide box )
e. TB04
f. TB06
g. Mikroskop binokuler
h. Laminar pemeriksaan
i. Lampu spiritus /Bunsen
j. Lidi
k. Tempat Limbah

Koordinator laboratorium mengajukan pemesanan logistik


laboratorium berupa cat, pot sputum, objek glass, slide box, TB04,
TB12 kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu

2. Logistik Dokumentasi
Logistik Dokumentasi DOTS berkaitan pencatatan dan
rekam medis pasien TB.
Meliputi:
a. TB01 (status pasien TB)
b. TB 02 ( kartu kontrol pasien)
c. TB03 ( buku besar DOTS rumah sakit)
d. TB04 ( data pemeriksaan BTA - laboratorium )
e. TB05 ( formulir permintaan pemeriksaan BTA)
f. TB06 (buku data suspek TB )
16

g. TB09 ( form rujukan )


h. TB10
i. TB12 ( from cross check slide BTA- laboratorium)
j. Buku data pasien pindah ( rujukan HDL )
k. Buku data pasien mangkir
l. Buku suspek TB MDR
m. Form rujukan TB MDR
n. Form screening factor risiko HIV

Koordinator laboratorium mengajukan pemesanan logistik


laboratorium kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu.
17

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm ( penyakit . cidera, cacat, kematian dan lain-
lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. TUJUAN
Tujuan sistem ini adalah mencegah teijadinya teijadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.
Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit , meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan
terlaksananya program pencegahan sehingga tidak teijadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


1. Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Adapun tujuh langkah
tersebut adalah:
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan
adil.
b. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen
dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
Mengembangkan system dan proses pengelolaan risiko, serta
identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah.
d. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan karyawan
agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden,
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Tim KPRS.
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan
pasien.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorongkaryawan untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
18

g. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan


pasien. Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian
atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan.

2. Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan


pasien harus diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut:
a. Hak pasien.
b. Mendidik pasien dan keluarga.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode - metode peningkatan kineija untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien.
f. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk
mencapai keselamatan pasien.

3. Langkah - langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:


a. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola
program keselamatan pasien Rumah Sakit.
b. Menyusun program keselamatan pasien Rumah Sakit jangka
pendek 1 - 2 th
c. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien
rumah sakit
d. Mengadakan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
e. Menetapkan system pelaporan pasien insiden (peristiwa
keselamatan pasien)
f. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit tersebut diatas.
g. Menerapkan standart keselamatan pasien rumah sakit
( seperti tersebut diatas )dan melakukan self assessment
dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien
rumah sakit.
h. Program khusus Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
i. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan kejadian tidak
diharapkan.

4. Sasaran keselamatan pasien TB di RSUD Mursid Ibnu Syafiuddin


Kabupaten Indramayu
a. Ketepatan identifikasi pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan
identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien
keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh
pasien .setiap pasien TB yang datang ke RSUD Mursid Ibnu
Syafiuddin Kabupaten Indramayu harus diverifikasi
identitasnya dengan menggunakan nama dan alamat atau
19

nama dan tanggal lahir. Untuk kepentingan rekam medis TB


dan memudahkan pelacakan jika diperlukan, alamat penderita
TB harus lengkap ( kecamatan / kelurahan / RT / RW) dan
menyertakan fotokopi kartu indentitas resmi ( KTP/ SIM ).
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
Peningkatan komunikasi yang efektif adalah Komunikasi
lisan yang menggunakan prosedur “SBAR’’ Write, Read dan
Repeat Back ( Reconfirm)
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai ( high alert)
Obat-obatan yang perlu diwaspadai ( high alert medication )
adalah obat yang sering menyebabkan teijadi kesalahan atau
kesalahan serius (sentinel event), dan obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan ( adverse
outcome ), Untuk OAT yang waktu penggunaannya jangka
panjang, harus diwaspadai juga masa / tanggal kadaluarsanya.
d. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan
terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa
dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah. pneumonia
yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok
eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan ( hand hygiene ) yang tepat.
e. Pengurangan risiko pasien jatuh
Pengurangan pengalaman pasien yang tidak direncanakan
untuk teijadinya jatuh. Suatu kejadian jatuh yang tidak
disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat
/ dirasakan , atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat
karena suatu kondisi tertentu seperti stroke, pingsan, dan
lainnya. Untuk pasien-pasien TB yang rawat inap, dikaji pula
risiko jatuhnya. Apabila termasuk beresiko .pasien tersebut
dipasang gelang kuning.
20

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. KESELAMATAN KERJA
Undang — undang No.36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1
menyatakan bahwa Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah
tempat kerja yang termasuk dalam kategori disebut diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan
pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan didalam dan diluar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa :
Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah
pekeijaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada
dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat
manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian
integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini TIM TB-DOTS
dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral
dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
rumah sakit. Undang-undang No. I tahun 1970 tentang keselamatan
kerja dimaksudkan untuk menjamin :
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada ditempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor - factor produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KECELAKAAN DAN


PENYAKIT AKIBAT KERJA
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
3. Peranan dan kualitas manajemen

C. KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


Dalam kaitannya kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi kualitas atau bila sudah aus
2. Alat - alat produksi tidak disususn secara teratur menurut tahapan
proses produksi.
3. Ruang keija terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan
terlalu panas atau terlalu dingin.
4. Tidak tersedia alat - alat pengaman.
21

5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya


kebakaran, dll

D. PERLINDUNGAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN PETUGAS


KESEHATAN
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien TB harus mendapatkan
pelatihan I sosialisasi mengenai cara penularan dan penyebaran
penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai
dengan protokol.
2. Petugas yang terlihat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular
melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak
merokok tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan
tangan.

E. PETUNJUK PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK PETUGAS KESEHATAN


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan
pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesui
untuk kewaspadaan standard an kewaspadaan isoIasi ( berdasarkan
penularan kontak, droplet, atau udara ) sesuai dengan penyebaran
penyakit. APD untuk pelayanan pasien TB adalah masker, juga baju
keija serta sarung tangan untuk petugas laboratorium.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan / sosialisasi
tentang gejala TB
3. Semua petugas kesehatan dengan gejala mencurigakan TB dievaluasi
untuk memastikan langsung dengan pasien, terutama mereka yang
bertugas di instalasi perawatan intensif (IPI ), ruang rawat anak, dan
ruang bayi.
4. Jika petugas kesehatan mengalami gejala batuk lebih dari 2 minggu,
cek TCM.
5. Pasien TB BTA positif harus menggunakan masker jika berada di
ruang tertutup dan bersama orang lain.
22

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. PENGENDALIAN MUTU TB
Pimpinan Rumah Sakit harus melaksanakan evaluasi pelayanan dan
pengendalian mutu TB. Adapun kriteria pengendalian mutu TIM TB-DOTS,
sebagai berikut:
1. Ada pertemuan berkala antara pimpinan rumah sakit dan komite
medik atau Tim DOTS untuk membahas, merencanakan, dan
mengevaluasi pelayanan medis serta peningkatan mutu pelayanan
medis TB.
2. Ada laporan data atau statistic serta hasil analisa pelayanan medis
TB rumah sakit.
3. Ada laporan data dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring internal.
4. Ada laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring ekstemal
5. Ada rencana tindak lanjut dari hasil evaluasi.

B. MENILAI KEMAJUAN ATAU KEBERHASILAN TB


Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan pengendalian TB, digunakan
beberapa indicator selain indikator mutu diatas, sebagai berikut:

Tabel Indikator Keberhasilan Pengendalian TB


No. Indikator Sumber Data Waktu
1 Proporsi pasien TB paru BTA  Daftar supek (TB06) Triwulan
positif diantara suspek yang  Register TB kab/kota
diperiksa dahaknya. ( TB03)
2 Proporsi pasien TB paru BTA  Kartu pengobatan Triwulan
positif diantara seluruh ( TBO1)
pasien TB paru  Register TB kab/kota
( TB03)
3 Proporsi pasien TB anak  Kartu pengobatan Triwulan
diantara seluruh pasien TB ( TB01)
 Register TB kab/kota
( TB03)
4 Angka Konversi  Kartu pengobatan Triwulan
( TBO 1)
 Register TB kab/kota
( TB03)
5 Angka Kesembuhan  Kartu pengobatan Triwulan
( TBO 1)
 Register TB kab/kota
( TB03)
6 Angka Keberhasilan  Kartu pengobatan Triwulan
Pengobatan ( TB01)
 Register TB kab/kota
( TB03)
7 Angka Kesalahan Laporan hasil uji silang Triwulan
Laboratorium ( Umpan balik dari Dinas
Kesehatan )
23

1. Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek


Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek adalah prosentase
pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses
penemuan sampai diagnosis pasien ,serta kepekaan menetapkan kriteris
suspek.

Rumus :

Angka ini sekitar 5 – 15 %, jika terlalu kecil (<5%) kemungkinan


disebabkan oleh hal berikut :
a. Penjaringan suspek terlalu longgar,
b. Banyak orang yang tidak memenuhi criteria suspek, atau
c. Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( Negatif palsu ).

Jika angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan disebabkan oleh


hal berikut :
a. Penjaringan terlalu ketat, atau
b. Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( Positif palsu ).

2. Proporsi pasien TB paru BTA positif


Proporsi pasien TB paru BTA positif Diantara semua pasien TB
paru tercatat /diobati adalah prosentase pasien tuberculosis paru BTA
positif diantara semua pasien tuberculosis paru tercatat. Indikator ini
menggambarkan prioritas penemuan pasien tuberculosis paru yang
diobati.

Rumus :

Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65 %, jika angka ini jauh
lebih rendah maka mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan
prioritas untuk menemukan pasien yang menular ( pasien BTA positif).

3. Proporsi Pasien TB Anak Diantara Seluruh Pasien TB


Angka prosentase pasien TB anak (<15 tahun) diantara seluruh
pasien TB yang tercatat.

Rumus :

Angka ini sebagai salah satu indicator untuk menggambarkan


ketepatan dalam mendiagnosis TB anak . Angka ini berkisar 15 %. Bila
angka ini terlalu besar dari 15%, kemungkinan teijadi overdiagnosis.
24

4. Angka Konversi (Conversion Rate)


Angka konversi adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif
yang mengalami perubahahan menjadi BTA negative setelah menjalani
masa pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung
menelan obat dilakukan dengan benar.

Rumus :

Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%.

5. Angka Kesembuhan (Cure Rate)


Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase
pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan,diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.

Rumus :

Angka minimal yang harus dicapai 85%.

6. Angka Keberhasilan Pengobatan


Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan
prosentasepasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan
pengobatan ( baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap ) diantara
pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.

Rumus :

7. Angka Kesalahan Laboratorium


Error Rate atau angka kesalahan baca adalah angka kesalahan
laboratorium yang menyatakan prosentase keslaahan pembacaan
slide /sediaan yang dilakukan oleh laboratorium pemeriksapertama
setelah diuji silang ( cross check )oleh BLK atau laboratorium rujukan
lain.
Nilai error rate yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
Angka kesalahan baca sediaan ( error rate ) maksimal 5 %.
25

BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan TB dengan strategi DOTS merupakan bahan


rujukan bagi pimpinan rumah sakit dalam rangka pelayanan TB, juga sebagai
bahan rujukan akreditasi rumah sakit. Keberhasilan pelaksanaan strategi
DOTS di rumah sakit sangat bergantung pada komitmen dan kemampuan para
penyelenggara pelayanan kesehatan serta dukungan stake holder terkait untuk
mencapai hasil yang optimal.
Pedoman pelayanan ini senantiasa akan disesuaikan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi serta kebijakan dan peraturan program
pengendalian TB Nasional yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai