Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE PPRA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIRACAS


2019

Jl. Lapangan Tembak Cibubur I, Jakarta Timur


Telp : 021-87711249 | fax : 021-8718995
e-mail : rsuciracas@gmail.com | website : rsuciracas.jakarta.go.id

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIRACAS


DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIRACAS

NOMOR 443 TAHUN 2017

TENTANG

PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM TB DOTS RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH CIRACAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIRACAS

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas sebagai


institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan
harus mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi - tingginya;
b. bahwa penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit
menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan salah satu penyebab kematian sehingga
perlu dilaksanakan program penanggulangan TB secara
berkesinambungan;

c. bahwa dalam rangka mempersiapkan pelayanan


penyakit TB di Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas,
maka dengan ini ditetapkan adanya Polillinik Paru di
Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas;

d. bahwa untuk pelaksanaan butir 1, 2, dan 3 di atas maka


dipandang perlu untuk melakukan pembentukan Tim
TB DOTS di Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Ciracas.

ii
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
159.b/Menkes/Per/II/1998 tentang Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman
Peraturan Internal Staf Medik (Medical Staff Bylaws) di
Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM TB DOTS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIRACAS;

PERTAMA : Pedoman Pengorganisasian Tim TB DOTS Rumah Sakit


Umum Daerah Ciracas sebagaimana terlampir dalam surat
keputusan ini.

KEDUA : Nama dan uraian tugas Tim TB DOTS selengkapnya


sebagaimana dalam lampiran Surat Keputusan ini.

KETIGA : Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit Umum Daerah


Ciracas sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini
dimaksud dalam diktum pertama harus dijadikan acuan
dalam pelayanan TB di Rumah Sakit Umum Daerah
Ciracas.

iii
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Juni 2017

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH CIRACAS,

SRI KUSTANTINI HENDRASTUTI


(NIP 196106081989102002

LIHAT SK PPRA!

iv
KATA PENGANTAR

Pedoman ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas


pelayanan di rumah sakit, yaitu dengan mewujudkan suatu pelaksanaan standar
pelayanan pasien TB yang memadai serta perilaku yang benar, di setiap tindakan
yang berhubungan dengan pelayanan pasien TB. Untuk mencapai tujuan di atas
maka perlu diterbitkan Pedoman Pengorganisasian Tim TB DOTS Rumah
Sakit Umum Daerah Ciracas.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian Pedoman Pengorganisasian Tim TB DOTS ini. Kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pedoman ini. Kekurangan ini
akan kami perbaiki secara berkesinambungan sesuai dengan tuntutan dalam
pelayanan pasien di RSUD Ciracas.

KATA PENGATAR LIAT DI PEDOMAN YANG SUDAH


DIKOREKSI

v
DAFTAR ISI

KEPUTUSAN DIREKTUR......................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT................................................3
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS.........................4
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RS............................................................6
BAB V STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA..........................................7
BAB VI URAIAN JABATAN...............................................................................8
BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA.............................................................11
BAB VIII POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL..........11
BAB IX KEGIATAN ORIENTASI....................................................................12
BAB X PERTEMUAN / RAPAT........................................................................13
BAB XI PELAPORAN........................................................................................16
BAB XII PENUTUP.............................................................................................17

DAFTAR ISI LIHAT BAGIAN YANG SUDAH DIREVISI

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO), jumlah pasien TB di


Indonesia sekitar 10% jumlah pasien TB di dunia dan merupakan peringkat ke-2
terbanyak di dunia setelah India. Setiap tahunnya diperkirakan insidens di
Indonesia sebesar 842.000 kasus baru atau 319 kasus baru per 100.000 penduduk
(tahun 2017). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan
penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit stroke, baik
di perkotaan maupun pedesaan. Berdasarkan data statistik rumah sakit tahun 2007,
TB menempati urutan pertama dalam proporsi penyakit menular dan menempati
urutan ke-14 sebagai penyakit terbanyak di rawat inap, sedangkan tahun 2008
menempati urutan ke-7 sebagai penyakit terbanyak di rawat jalan.
Kejadian ini diperparah oleh kejadian HIV yang semakin meningkat dan
bertambahnya jumlah kasus kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti
tuberkulosis (OAT). Keadaan ini akan memicu epidemi TB yang sulit dan terus
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Pada tahun 1993, WHO
menyatakan bahwa TB merupakan keadaan darurat dan pada tahun 1995
merekomendasikan strategi DOTS sebagai salah satu langkah yang paling efektif
dan efisien dalam penanggulangan TB.
Intervensi dengan strategi DOTS ke dalam pelayanan dasar (Puskesmas)
telah dilakukan sejak tahun 1995. Khusus untuk institusi pelayanan rumah sakit
dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) atau Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM), intervensi baru dilakukan secara aktif sejak tahun 2000.
Hasil survey prevalensi TB tahun 2004 menunjukkan bahwa pola pengobatan
pasien TB ke rumah sakit ternyata cukup tinggi, yaitu sekitar 60% pasien TB
ketika pertama kali sakit mencari pengobatan ke rumah sakit, sedangkan sisanya
ke Puskesmas dan praktisi swasta.
Pelaksanaan DOTS di rumah sakit mempunyai daya ungkit dalam
penemuan kasus (case detection rate, CDR), angka keberhasilan pengobatan
(cure rate), dan angka keberhasilan rujukan (success referral rate). Adapun
strategi DOTS terdiri dari:

1
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak miskroskopis yang terjamin mutunya
3. Pengobatan jangka pendek yang terstandar bagi semua kasus TB, dengan
penatalaksanaan kasus secara tepat, termasuk pengawasan langsung
pengobatan
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penialaian
terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan,
Untuk menanggulangi masalah TB, strategi DOTS harus diekspansi dan
diakselerasi pada seluruh unit pelayanan kesehatan dan berbagai institusi terkait,
termasuk rumah sakit pemerintah dan swasta, yaitu dengan mengikutsertakan
secara aktif semua pihak dalam kemitraan yang bersinergi untuk penanggulangan
TB.
Pada saat ini penanggulangan TB dengan strategi DOTS di rumah sakit
baru berkisar 20% dengan kualitas yang bervariasi. Ekspansi strategi DOTS di
rumah sakit masih merupakan tantangan besar bagi keberhasilan Indonesia dalam
mengendalikan TB. Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Tim TB
External Monitoring Mission pada tahun 2005 menunjukkan bahwa angka
penemuan kasus TB di rumah sakit cukup tinggi, tetapi angka keberhasilan
pengobatan rendah dengan angka putus berobat yang masih tinggi. Kondisi
tersebut berpotensi untuk menciptakan masalah besar, yaitu pengingkatan
kemungkinan terjadinya resistensi terhadap OAT.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

RSUD Ciracas merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi


DKI Jakarta yang diresmikan pada tanggal 2 April 2015. Beralamat di Jl.
Lapangan Tembak I Cibubur, Kel. Cibubur Kode Pos : 13720. Dengan Ijin
operasional 23/b.3.7/31/-1779.3/2018, luas bangunan 2600 m2 diatas tanah seluas
3149 m2.
RSUD Ciracas memiliki rawat inap non kelas dengan kapasitas tempat
tidur 27 bed, yaitu:
- Ruang rawat laki-laki dewasa: 2 bed
- Ruang rawat perempuan dewasa: 6 bed
- Ruang rawat anak: 8 bed
- Ruang rawat isolasi: 1 bed
- Ruang rawat maternitas: 5 bed
- Ruang rawat perinatologi: 2 bed
- Ruang rawat HCU: 3 bed
Poliklinik rawat jalan yang dilayani di RSUD Ciracas, antara lain:
1. Spesialis Penyakit Dalam
2. Spesialis Anak
3. Spesialis Obstetri dan Ginekologi
4. Spesialis Bedah
5. Spesialis Anastesi
6. Spesialis Paru (termasuk layanan TB DOTS)
7. Poli Gigi
8. Poli Umum
RSUD Ciracas juga memiliki fasilitas kamar operasi beserta recovery
room dan Central Sterile Supply Department (CSSD).
Sarana penunjang medis yang dimiliki, yaitu farmasi (24 jam),
laboratorium (24 jam), dan radiologi (rontgen dan USG).

3
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS

Visi RSUD Ciracas


Menjadi Rumah Sakit Umum Terbaik Di Indonesia.

Misi RSUD Ciracas


Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk
5 (lima) buah Misi sesuai dengan peran RSUD Ciracas, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan SDM yang berkualitas secara berkelanjutan.
2. Meningkatkan mutu pelayanan secara paripurna untuk kepuasan
pelanggan.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana yang safety berbasis teknologi.
4. Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan dinamis.
5. Menjalin hubungan harmonis dengan lintas sektoral.

Nilai-Nilai RSUD Ciracas


Integritas : Berpikir, berkata, berperilaku positif dan benar
Professional : Bekerja terampil, cermat dan tuntas
Sinergi : Kerjasama yang produktif
Empati : Kemampuan merasakan, memahami dan memberikan solusi
Visioner : Berpikir jauh kedepan dan siap menghadapi perubahan.

Tujuan RSUD Ciracas


1. Terwujudnya Pelayanan Kesehatan masyarakat yang Profesional,
Paripurna, berkualitas, berkeadilan, merata dan penuh kasih yang
memanusiakan manusia.
2. Terwujudnya Manajemen Organisasi RSUD Ciracas yang Solid bersih,
efektif, efisien, transparan, terarah dan modern dengan SDM yang
Berkualitas.

4
3. Terwujudnya suatu inovasi Sistem Informasi Kesehatan yang berbasis
Teknologi dan terwujudnya pembangunan berkelanjutan bagi perencanaan
sarana dan prasarana RSUD Ciracas yang berteknologi tinggi dan modern.

Motto RSUD Ciracas


“We do Care…”
Menunjukan bahwa kami akan selalu Peduli dan siap untuk terus Melayani
dengan Profesional, Paripurna dan Sepenuh Hati.

5
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RS

Gambar 4.1
Struktur Organisasi RSUD Ciracas

6
PERBAIKI STRUKTUR ORGANISASI RSUD CIRACAS

7
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

Tim PPRA RSUD Ciracas dipimpin oleh seorang dokter spesialis


interna selaku ketua dan wakil ketua dokter spesialis patologi klinik yang
membawahi anggota yang terdiri dari dua orang perawat, satu orang petugas
rekam medis, dan satu orang petugas laboratorium. Ketua tim DOTS
merangkap sebagai anggota.

Gambar 5.1.
Struktur Organisasi Tim TB DOTS RSUD Ciracas

Koordinator
dr.

Wakil Ketua:
dr. Erida Manalu Sp.PK

Sekretaris:
dr. Rosalina Hutapea

Anggota:

8
9
BAB VI
URAIAN JABATAN

Ketua Tim TB DOTS: dr.


1. Merencanakan, mengalokasikan anggaran kegiatan TB DOTS tahunan
2. Mengadakan kerjasama dengan RS Rujukan dan Puskesmas
3. Mengkoordinir Tim TB DOTS dan bertanggung jawab pada
keseluruhan rangkaian kegiatan dalam program TB DOTS di RSUD
Ciracas
4. Mengkoordinir dokter dan perawat untuk bekerja sesuai dengan
diagnosis standar TB yang merujuk pada panduan praktik klinis
tuberkulosis RSUD Ciracas yang disusun sesuai dengan Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis 2016,
Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Penanggulangan Tuberkulosis
2016, dan Guidelines WHO 2017.
5. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian
infeksi TB
6. Berkoordinasi dengan pihak manajemen RSUD Ciracas dalam hal
kebutuhan SDM kesehatan dalam pengendalian TB

10
7. Berkoordinasi dengan pihak manajemen RSUD Ciracas atau mitra
dalam hal peningkatan kualitas SDM kesehatan untuk mendapatkan
pelatihan terkait dengan pengendalian TB
8. Berkoordinasi dengan staf terkait di RSUD Ciracas dalam mendeteksi
permasalahan yang muncul dalam pengendalian TB serta mengupayakan
solusi terbaik terhadap masalah tersebut
9. Bertanggung jawab atas seluruh pencatatan dan pelaporan kasus TB
10. Mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan Tim TB DOTS ke Direktur

Pelaksana Harian: Irmalia Rahmawati, AMK & Riani, Amk


1. Mengisi formulir dari TB 01, TB 02, TB 03, TB 05, TB 06, serta TB 09 dan
TB 10 (jika diperlukan)
2. Memasukkan data pasien ke dalam buku bantu (buku bantu pasien mangkir,
buku bantu pasien pindah, buku bantu pemberian PP INH)
3. Mengarahkan dan mengawasi pasien berobat di Poli Paru dan Poli Anak
4. Menjaring dan tata laksana pasien TB di rawat jalan dan rawat inap
(koordinasi dengan kepala instalasi)
5. Menyimpan data-data pasien dan mencatat status pasien TB (koordinasi
dengan rekam medis)
6. Menyimpan dan mengeluarkan status pasien TB saat berobat (koordinasi
dengan rekam medis)
7. Melakukan pengarsipan terhadap surat-surat dari dan untuk Tim TB DOTS
8. Membantu ketua dalam mengkoordinir keseluruhan rangkaian kegiatan
dalam program TB DOTS di RSUD Ciracas
9. Mengkoordinir proses pencatatan dan pelaporan kasus TB
10. Memasukkan data pasien ke dalam aplikasi SITT Kemenkes
11. Mengkoordinir prioritas pemeriksaan kontak TB terutama terdahap pasien
anak
12. Mengkoordinir proses rujukan untuk pasien yang terdiagnosis TB MDR ke
RSUP Persahabatan
13. Mengkoordinir proses rujukan untuk pasien TB yang memiliki ko-infeksi
HIV ke layanan kesehatan dengan fasilitas VCT

11
14. Mengkoordinir dokter dan perawat dalam menjamin setiap pasien TB
memiliki PMO
15. Mengkoordinir pelaksanaan pemberian edukasi dan penyuluhan bagi pasien,
PMO, dan masyarakat
16. Mengkoordinasi dan mempersiapkan audio, visual, dan materi untuk edukasi
tentang TB
17. Mengkoordinir dokter dan perawat untuk meningkatkan intensitas
penjaringan suspek TB melalui cara skrining pada kelompok rentan tertentu
18. Mengkoordinir pengiriman sampel dahak ke instalasi laboratorium
19. Mengkoordinir dokter dan perawat dalam melakukan pemeriksaan radiologi
terhadap suspek maupun pasien TB

Laboratorium: Dian Rachmawati, A.Md


1. Menerima formulir TB 05 dari dokter yang menginstruksikan
2. Menerima sputum dari pasien
3. Melakukan pemeriksaan sputum
4. Mengisi formulir TB 04 untuk hasil sputum yang sudah diperiksakan
5. Melakukan prosedur rujukan untuk pemeriksaan TCM

Farmasi: Fitriana Puspitasari, S.Farm, Apt


1. Memastikan terpenuhinya ketersediaan obat anti TB
2. Menerima dan mengusulkan obat anti TB
3. Menerima resep dan mengeluarkan obat anti TB
4. Melaporkan obat-obat TB yang sudah terpakai dan persedian obat TB yang
ada ke Tim TB DOTS.

Uraian jabatan

12
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja unit DOTS (di bawah koordinasi Poliklinik Paru)


dengan unit-unit lainnya dibentuk sebagai jejaring internal dalam
menangani pasien TB di dalam rumah sakit. Koordinasi kegiatan
dilaksanakan oleh tim TB DOTS rumah sakit. Fungsi masing-masing unit
dalam jejaring internal rumah sakit adalah:
1. Unit DOTS (di bawah koordinasi Poliklinik Paru) berfungsi sebagai
tempat penanganan seluruh pasien tuberkulosis di rumah sakit dan pusat
informasi tentang TB. Kegiatannya juga meliputi konseling, penentuan
klasifikasi dan tipe, kategori pengobatan, pemberian OAT, penentuan
PMO, follow up hasil pengobatan, dan pencatatan.
2. Poli umum, IGD, dan poli spesialis berfungsi menjaring suspek TB,
menegakkan diagnosis, pengobatan, serta menginformasikan dan/atau
mengirim pasien ke Poliklinik Paru.
3. Rawat inap berfungsi sebagai pendukung unit DOTS (di bawah
koordinasi Poliklinik Paru) dalam melakukan penjaringan tersangka,
serta perawatan dan pengobatan pasien TB.
4. Laboratorium berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostik.
5. Radiologi berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostik.
6. Farmasi berfungsi sebagai unit yang bertanggung jawab terhadap
manajemen OAT di rumah sakit.
7. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh tim TB DOTS. Petugas rekam
medis berfungsi sebagai pendukung data TB di rumah sakit.
8. PKRS berfungsi sebagai pelaksana penyuluhan TB DOTS di rumah sakit.

13
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

Dalam upaya mempersiapkan tim TB DOTS yang handal, perlu


kiranya melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya
manusia yang tepat bagi organisasi. Atas dasar tersebut perlu adanya
perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan menyiapkan perputaran
orang ke dalam, di dalam, dan ke luar organisasi. Tujuannya adalah
mendayagunakan sumber-sumber tersebut seefektif mungkin sehingga pada
waktu yang tepat dapat disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan
persyaratan jabatan.
Perencanaan tersebut bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai sasarannya melalui
strategi pengembangan SDM. Adapun pola ketenagaan dan kualifikasi
sumber daya manusia di tim TB DOTS RSUD Ciracas adalah:

Tabel 9.1
Pola Ketenagaan dan Kualifikasi SDM Tim TB DOTS RSUD Ciracas
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jumlah
Koordinator Spesialis -
1
Pulmonologi/SP1
Ketua tim TB Dokter Umum/S1 Kemenkes
1
DOTS
D3 Keperawatan Kemenkes 1
Pelaksana Harian
D3 Keperawatan - 1
Koordinator D3 Analis Laboratorium Kemenkes
1
Laboratorium
Koordinator S1 Farmasi -
1
Farmasi

14
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

Orientasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan


pemahaman dan pengetahuan terhadap staf yang baru bergabung, untuk
memahami proses kerja di Tim TB DOTS.
1. Orientasi umum, adalah kegiatan yang memperkenalkan karyawan mengenai
visi, misi, motto, peraturan serta produk layanan rumah sakit. Selain itu
memperkenalkan kerja yang ada di dalam rumah sakit. Di dalamnya
mencakup juga mengenai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
setiap karyawan yang masuk.
Adapun kegiatan rincian orientasi ini sebagai berikut :
 Waktu : 3 (tiga) hari

Hari ke-1 dan ke-2 pengenalan kerja di RSUD Ciracas


Hari ke-3 sosialisasi tim yang telah dibentuk di RSUD Ciracas
 Pukul : 08.00-15.00

 Materi :

No Materi Orientasi Pembicara


1 Visi, misi,company profile dan Direktur RSUD Ciracas
struktur organisasi RSUD Ciracas
2 Pelayanan RSUD Ciracas Pelayanan Medis dan
Penunjang Medis
6 IPAL Kesling
7 Etika Keperawatan
8 Alur pelayanan loket dan kasir Keuangan
9 Alur surat masuk dan keluar TU, Sekretariat
Sosialisasi para dokter yang
praktek di RSUD Ciracas
10 Alur permintaan barang Perencanaan
11 Alur pembelian barang Pengadaan
12 Peraturan kepegawaian di RSUD Kepegawaian

15
Ciracas
13 Alur pelayanan gizi Gizi
14 Alur pelayanan farmasi Farmasi
15 Alur pelayanan rekam medik Rekam Medik
16 Alur pelayanan laboratorium Laboratorium
17 Alur pelayanan yang ada di Rumah Tangga
Rumah Tangga
18 Sosialisasi Penanganan Bahaya Tim K3
Kebakaran dan Bencana Alam
19 Sosialisasi Pengendalian dan Tim PPI
Pencegahan Infeksi
20 Sosialisasi Keselamatan Pasien Tim SKP

Tabel 9.1
Materi Orientasi Umum

2. Orientasi kerja, adalah memperkenalkan tujuan dan kegiatan pada masing-


masing . Hal ini agar karyawan dapat melakukan adaptasi dengan tuntutan dan
kondisi di lingkungan kerjanya.
a.

16
BAB X
PERTEMUAN / RAPAT

11.1. Rapat Rutin


Rapat rutin bersama Koordinator diadakan sedikitnya enam bulan sekali,
setiap bulan Januari dan Juli. Sedangkan rapat rutin tim dengan pelaksana
harian dilakukan sedikitnya tiga bulan sekali, yaitu pada bulan Januari, April,
Juli, dan Oktober; setelah mendapat input dan masukan dari pertemuan rutin
dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Materi yang akan dibahas
adalah evaluasi kinerja pelaksanaan pelayanan pasien TB, evaluasi SDM
yang memberikan pelayanan, perencanaan dan upaya peningkatan kinerja,
rekomendasi dan usulan untuk peningkatan kinerja pelayanan pasien TB.

11.2. Rapat Insidentil


Rapat insidentil diselenggarakan sewaktu-waktu jika ada masalah atau hal
yang perlu dibahas dan diselesaikan segera.

17
BAB XI
PELAPORAN

Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan


pelaporan dengan maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis,
diinterpretasi, disajikan, dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang
dikumpulkan pada kegiatan surveilans harus valid (akurat, lengkap, dan tepat
waktu), sehingga memudahkan dalam pengolahan dan analisis.
Dalam melaksanakan pencatatan di rumah sakit digunakan formulir
sebagai berikut:
1. Daftar tersangka (suspek) TB (TB 06)
2. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB 05)
3. Register laboratorium (TB 04)
4. Kartu pengobatan pasien TB (TB 01)
5. Kartu identitas pasien (TB 02)
6. Register pasien TB (TB 03)
7. Formulir rujukan/pindah pasien (TB 09)
8. Formulir hasil akhir pengobatan pasien TB pindahan (TB 10)
9. Aplikasi SITT 10.04
Dari formulir-formulir tersebut dapat dihitung indikator-indikator
keberhasilan sebagai berikut:
1. Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahaknya
(target 5-15%)
2. Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru yang
ditemukan (target > 65%)
3. Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB (target 10-15%)
4. Angka konversi (target > 80%)
5. Angka kesembuhan (target > 85%)
Seluruh data yang didapatkan dievaluasi per triwulan dan dilaporkan
kepada:
1. Direktur melalui Pelayanan Medik sebagai Penanggung Jawab Tim TB DOTS
RSUD Ciracas

18
2. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

19
BAB XII
PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman Pengorganisasian Tim TB DOTS RSUD


Ciracas ini, maka diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan
pengorganisasian Tim TB DOTS, sehingga terbentuk tim yang solid dan
terorganisir dan dapat bekerja secara optimal. Hal-hal yang bersifat lebih teknis
dan rinci akan disusun dalam bentuk SPO yang diperlukan sesuai dengan pokok
kegiatan yang mendukung pelaksanaan pelayanan TB. Setiap petugas kesehatan di
RSUD Ciracas diwajibkan mengikuti pedoman ini secara utuh.
Bila di dalam pelaksanaannya terdapat perkembangan yang baru, maka
tidak menutup kemungkinan pedoman ini akan dilakukan perubahan dan
penyesuaian sesuai kebutuhan dan tuntutan.

20

Anda mungkin juga menyukai