Anda di halaman 1dari 6

LAYANAN GAWAT DARURAT

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

002/KEP/H/II/2013 1 1/6

Tanggal terbit : Ditetapkan :


Direktur
KEBIJAKAN 7 Februari 2013 Klinik Muhammadiyah Kedungadem
UMUM
dr.H.Haryono
Pengertian
1. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kepada pasien yang menderita penyakit
kegawat daruratan, baik kedaruratan medis karena truma maupun non trauma;
2. Triage adalah suatu sistem untuk menseleksi problem pasien yang datang ke IGD
sesuai dengan skala prioritas kegawat daruratannya;
3. Triage officer adalah petugas yang bertanggung jawab melakukan triage pasien yang
datang memerlukan pelayanan IGD;
4. Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab penanganan /perawatan/ pengobatan
pasien ke unit/ institusi lain yang memiliki sumber daya yang lebih mampu baik antar
unit dalam klinik maupun dengan institusi (RS) lain dengan tujuan untuk menjamin
pasien yang akan dirujuk ke sarana kesehatan lain dapat ditangani sesuai standar dan
peraturan yang berlaku dan tidak memperberat/ memperburuk kondisi
pasien/penderita;
5. Obat dan alat life saving adalah semua obat dan alat yang digunakan untuk
menangani pasien emergency sehingga dapat terhindar dari kecacatan/ komplikasi
atau kematian akibat keterlambatan penanganan.

Ruang lingkup:
Merupakan kebijakan yang menetapkan adanya kegiatan pelayanan kegawat daruratan
yang diselenggarakan oleh Instalasi Gawat Darurat di Klinik Muhmmadiyah Kedungadem.

Tujuan :
Memberikan layanan kepada pasien yang mengalami kasus kegawat daruratan, baik
karena trauma maupun karena penyakit lainnya sesuai dengan standar prosedur
pelayanan kegawat daruratan.

Sasaran
1. Sasaran kebijakan pelayanan UGD terutama adalah para petugas pelaksana kegiatan
di UGD dan seluruh unit–unit pelayanan yang terkait.
2. Sasaran kegiatan pelayanan UGD adalah masyarakat dan pasien.

Kebijakan Prosedur Layanan Gawat Darurat


1. Pasien Gawat Darurat adalah pasien yang datang ke UGD Klinik Muhammadiyah
Kedungadem dalam kondisi gawat darurat, gawat, atau darurat;

Kebijakan Layanan Gawat Darurat Page 1 of 6


2. Pelayanan False Emergency adalah pelayanan bagi pasien yang masuk ke UGD dengan
keluhan gawat darurat, dan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata tidak masuk ke
dalam kondisi gawat darurat;
3. Pasien gawat darurat harus mendapatkan pelayanan yang cepat ,tepat dan cermat;
4. Pelayanan pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yang datang ke UGD tetap
dilayani seperti biasa;
5. Kriteria pasien gawat darurat:
 Pasien yang dalam keadaan / kondisi yang mengancam nyawa/ fungsi vital,
 Pasien dalam kondisi darurat yang perlu evaluasi secara menyeluruh dan ditangani
oleh dokter untuk stabilisasi, diagnosis dan terapi definitif, potensial mengancam
jiwa/ nyawa bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat.
6. Untuk pasien tidak akut dan tidak gawat yang datang pada jam poli diarahkan
langsung ke poliklinik umum (jam 07.00-14.00), false emergency tetap dilayani, diberi
obat untuk 3 hari dan dianjurkan kontrol ke poliklinik.

Kebijakan Triage IGD


1. Semua pasien yang datang ke IGD harus melalui Triage officer;
2. Triage dilakukan oleh seorang dokter dan/atau perawat IGD yang telah dilatih untuk
menyeleksi pasien sesuai dengan prioritas kegawat daruratannya;
3. Pembagian pasien:
a. Prioritas I (label merah): Emergency.
Pasien gawat darurat; mengancam nyawa/ fungsi vital; penanganan dan
pemindahan bersifat segera, antara lain: syok oleh berbagai kausa; gangguan
pernapasan; perdarahan eksternal massif; gangguan jantung yang mengancam;
problem kejiwaan yang serius;
b. Prioritas II (label kuning): Urgent
Pasien dalam kondisi darurat yang perlu evaluasi secara menyeluruh dan ditangani
oleh dokter untuk stabilisasi, diagnosa dan terapi definitif, potensial mengancam
jiwa/fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat penanganan dan
pemindahan bersifat jangan terlambat, antara lain: pasien dengan resiko syok;
fraktur multiple; fraktur femur/ pelvis; luka bakar luas; gangguan
kesadaran/trauma kepala; pasien dengan status yang tidak jelas;
c. Priotas III (label hijau): Non Emergency
Pasien gawat darurat semu (False emergency) yang tidak memerlukan
pemeriksaan dan perawatan segera.
d. Prioritas IV (label hitam): Death, Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal

Kebijakan Rujukan Pasien UGD


1. Untuk rujuk pasien yang menggunakan kendaraan rumah sakit harus didampingi oleh
perawat
2. Untuk pasien yang menggunakan kendaraan sendiri dan tidak disertai alat medis tidak
didampingi perawat.
3. Indikasi rujukan ke unit lain dalam Klinik :
(a) Kasus tak mampu ditangani di IGD
(b) Atas saran dokter konsultan
(c) Untuk perawatan lebih lanjut

Kebijakan Layanan Gawat Darurat Page 2 of 6


4. Indikasi rujukan ke RS lain
(a) Tidak ada tempat kosong untuk rawat inap
(b) Kasus tak mampu ditangani di Klinik Muhammadiyah Kedungadem
(c) Atas permintaan pasien/ keluarga/ pihak ketiga.

Kebijakan Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan untuk Life Saving:


1. Sesuai dengan fungsinya, Unit Gawat Darurat harus menyediakan obat dan alat untuk
life saving.
2. Tempat obat dan alat untuk life saving harus mudah dijangkau dan diketahui oleh
semua petugas jaga UGD.
3. Untuk menjaga kelancaran tersedianya obat dan alat life saving, maka penggunaan
obat dan alat tersebut harus benar-benar sesuai dengan indikasi penyakit.
4. Pengadaan obat dan alat untuk life saving mengikuti prosedur pengadaan obat dan
alat yang berlaku.
5. Dalam situasi dan kondisi yang darurat, pengadaan alat dan obat dapat menggunakan
prosedur darurat yang ada.

Kebijakan Batasan Tindakan Medis Dokter Jaga UGD


1. Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk :
a) Resusitasi.
b) Thorakosintesis dengan jarum.
c) Krikothiroidotomi.
d) Intubasi Oro/Nasotrakea.
e) Venaseksi.
f) Tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk resusitasi.
2. Dokter Jaga UGD boleh melakukan tindakan toilet luka (wound toilet), kecuali:
a) Perlukaan di mata.
b) Perlukaan di rongga faring.
c) Perlukaan tembus rongga thorax.
d) Perlukaan tembus di rongga perut.
e) Perlukaan di rongga anus.
f) Perlukaan di rongga vagina.
g) Perlukaan dengan patah tulang terbuka.
h) Perlukaan dengan putus tendon.
i) Perlukaan dengan putus syaraf.
j) Perlukaan dengan putus pembuluh darah.
3. Semua tindakan medis point 2 harus dengan persetujuan dokter spesialis terkait;
4. Dokter jaga UGD tidak boleh melakukan tindakan medis/ operatif elektif, kecuali atas
ijin konsulen terkait

Kebijakan Dokter Konsulen:


1. Dokter konsulen adalah dokter umum organik tertentu, dokter spesialis organik, dan
dokter spesialis mitra yang memiliki SIP atau ST di Klinik Muhammadiyah
Kedungadem;
2. Dokter umum organik yang menjadi dokter konsulen ditentukan atas kebijakan
Direktur;

Kebijakan Layanan Gawat Darurat Page 3 of 6


3. Dokter umum mitra tidak termasuk dokter konsulen di Klinik Muhammadiyah
Kedungadem;
4. Dokter spesialis organik secara otomatis menjadi dokter konsulen untuk kasus-kasus
yang menjadi kompetensi di bidang atau spesialisasinya dengan tetap mengacu pada
ketentuan dan kebijakan DPJP;
5. Dokter konsulen wajib memberikan jawaban atas konsultasi dokter jaga IGD
berkenaan dengan penatalaksanaan kasus kegawat daruratan, secara on site maupun
by phone;
6. Dalam hal dokter konsulen yang dimintai konsultasi oleh dokter jaga IGD karena suatu
sebab tidak bisa memberikan jawaban penatalaksanaan kasus kegawat daruratan,
maka memberikan saran untuk konsultasi ke dokter konsulen lainnya;

Kebijakan Keselamatan Pasien


1. Seluruh petugas yang terlibat dalam layanan rawat gawat darurat, wajib
memperhatikan keamanan dan keselamatan pasien dengan memberikan layanan
sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku serta memperhatikan etika-etika
profesi;
2. Seluruh tranformasi informasi berkaitan dengan layanan gawat darurat kepada
pasien, wajib dijalankan secara jelas dengan cara:
 untuk transformasi informasi secara tertulis senantiasa mengecek kesesuaian
identitas pasien dengan berkas rekam medis yang akan ditulisi dan atau diberikan
tambahan catatan dan atau penjelasan dan atau perintah;
 untuk transformasi informasi secara lisan, dijalankan dengan sistim write, read
back dan check back;
 dokter jaga UGD melaksanakan sendiri konsultasi dengan dokter konsulen secara
langsung berkenaan dengan penatalaksanaan kegawat daruratan pasien IGD;
3. Setiap tranportasi pasien gawat darurat dari UGD ke unit kerja lain harus dipastikan:
 stabilitas pasien yang ditransport;
 keamanan fasilitas transportasi yang dipakai;
 kesesuaian berkas rekam medis dengan pasien yang ditransport,
 kepastian tempat tujuan transport;
 check and recheck dengan petugas unit kerja penerima.
4. Setiap perubahan shift kerja, harus dilakukan serah terima pasien antara shift kerja
lama dengan shift kerja baru secara jelas dan rinci dengan langsung mengadakan
ronde bersama pasien yang ada di UGD;
5. Setiap kecelakaan dan atau gangguan dan atau ancaman keselamatan pasien selama
menjalani layanan kegawat daruratan harus dilaporkan ke Direktur;

Kebijakan Kesiapsiagaan IGD menanggulangi Musibah Massal


1. Musibah dengan korban masal adalah musibah yang terjadi karena satu sebab,
menyebabkan timbulnya korban yang cukup banyak yang tidak dapat diatasi oleh
tenaga, sarana yang tersedia saat itu, semua dalam kondisi gawat darurat dan
memerlukan pertolongan segera karena bila tidak ditolong segera dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan yang sebenarnya dapat dihindari;
2. Bencana adalah musibah yang timbul karena kejadian alam atau karena ulah manusia
yang berakibat jatuhnya korban atau kerusakan harta benda yang cukup besar dengan

Kebijakan Layanan Gawat Darurat Page 4 of 6


atau tanpa rusaknya infra struktur yang penanggulangan nya memerlukan suatu
upaya khusus;
3. UGD Klinik Muhammdiyah Kedungadem harus menyiapkan diri terhadap
kemungkinan adanya bencana yang mungkin terjadi di dalam atau di luar rumah sakit
dengan prosedur penanggulangan bencana (internal Klinik disaster plan);
4. UGD Klinik Muhammadiyah Kedungadem berkoordinasi dengan direktur untuk
penanggulanan bencana yang mungkin terjadi, termasuk dalam penyelenggaraan
pelatihan disaster plan.

Kebijakan Fasilitas:
Tersedia fasilitas yang cukup dan memadai untuk penyelenggaraan layanan kegawat
daruratan yang aman dan teruji kelayakannya oleh instansi yang berwenang, meliputi :
1. Fasilitas pengamanan pasien;
2. Alat resusitasi jalan napas yang sesuai dengan yang direkomendasikan oleh
standar profesi;
3. Alat dan obat untuk resusitasi dan kegawat daruratan;
4. Alat fiksasi sementara patah tulang;
5. Alat pengaman vertebra servikal;
6. Standar elektro medik: suction pump, patient monitor, EKG, oximeter;
7. Standar instrumen pembedahan minor dan perawatan luka;
8. Standar instrumen pertolongan persalinan;
9. Selalu tersedia linen steril yang siap pakai untuk pembedahan gawat darurat;
10. Alat pelindung diri tim IGD;
11. Cadangan gas medik;
12. Lampu penerang yang dapat bekerja bila sumber utama listrik mati;
13. Lampu tindakan medis gawat darurat;
14. Fasilitas air bersih yang teruji aman tingkat bakteriologisnya;
15. Setiap alat di UGD harus terpelihara dan dalam keadaan baik serta ada program
teratur untuk perbaikan alat;
16. Semua peralatan yang ada di UGD harus dipelihara baik dari segi jumlah mutu
serta diusahakan dapat bertahan lama untuk mendukung kegiatan pembedahan

Kebijakan Rekam Medis:


1. Dokter Jaga UGD wajib melaksanakan informed consent secara tertulis dengan pasien
atau penanggungjawab pasien sebelum dilakukan tindakan medis gawat darurat;
2. Sistim pecatatan dan pelaporan rekam medis pasien yang baik dan sesuai ketentuan
dan prosedur standar untuk keperluan medikolegal, klinik dan evaluasi pelayanan;
3. Berkas rekam medis pasien UGD disimpan di UGD, dengan ketentuan satu berkas
untuk setiap kali kunjungan (ganti kunjungan ganti berkas);

Kebijakan Antisepsis dan Pengendalian Infeksi Nosokomial:


1. Setiap petugas wajib melaksanakan tindakan asepsis setiap kali selesai melakukan
pemeriksaan dan atau tindakan yang memerlukan kontak langsung dengan badan dan
atau bagian-bagian badan pasien;
2. Pasien-pasien dengan penyakit yang beresiko tinggi penularan, dirawat di ruang
isolasi;

Kebijakan Layanan Gawat Darurat Page 5 of 6


3. Instrumen tindakan medis gawat darurat harus dijamin sterilitasnya, dilakukan
sterilisasi dengan metode-metode standar yang telah ditetapkan;
4. Ruang UGD harus dijamin kebersihannya, pembersihan dilakukan setiap hari dan
bongkaran dilakukan sebulan sekali;

Kebijakan Perlindungan Diri dari HIV:


Pasien UGD yang dicurigai menderita infeksi virus HIV, maka dirujuk ke Rumah Sakit
Umum Bojonegoro

Kebijakan Evaluasi dan Pengendalian Mutu:


1. Untuk menilai penampilan kerja staf dan mutu pelayanan di IGD harus ada prosedur
evaluasi dan pengendalian mutu;
2. Disusun SOP yang terkait dengan kegiatan di UGD dan dilakukan pemantauan dan
mengevaluasi pelaksanaannya bahwa seluruh kegiatan pelayanan UGD
diselenggarakan berpedoman pada SOP yang telah dibuat dan ditetapkan.
3. Pengendalia mutu Pelayanan UGD di tetapkan oleh Tim UGD berupa pendataan
respon time pelayanan, penigkayan mutu tusukan infus dan Triage UGD.

Kebijakan Pengorganisasian
1. Direktur bertanggung jawab menetapkan kebijakan pelayanan di UGD Klinik
Muhammadiyah Kedungadem
2. UGD Klinik Muhammadiyah Kedungadem dikepalai oleh seorang Dokter yang
bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Pelayanan Medis;
3. Kepala UGD bertanggung jawab menjamin dan memantau serta mengevaluasi
kegiatan pelayanan di UGD;
4. Organisasi pelayanan UGD mengacu kepada SK. Direktur mengenai struktur
organisasi.

Kebijakan Layanan Gawat Darurat Page 6 of 6

Anda mungkin juga menyukai