RS MUHAMMADIYAH PASER
NOMOR :
TENTANG PANDUAN PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Pelayanan pasien adalah segala bentuk pelayanan atau tindakan yang
diberikan kepada pasien baik untuk perawatan / tindakan / pengobatan / konsultasi
yang diberikan kepada pasien sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien
pulang dari rumah sakit
Pasien risiko tinggi adalah pasien yang berpotensi terjadi / mengalami
kerugian / gangguan / tingkat keparahan yang lebih buruk yang bisa mengakibatkan
kematian pasien.
Pelayanan risiko tinggi merupakan pelayanan yang diberikan oleh instansi
pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Terdapat pasien-pasien yang
teridentifikasi dan dianggap berisiko tinggi karena memerlukan pelayanan dengan
peralatan yang kompleks, yang memerlukan pengobatan yang sifatnya mengancam
jiwa (seperti dialisis, penggunaan produk darah, dll), berpotensi membahayakan
pasien / terdapat efek toksik dari obat-obat yang berisiko tinggi dll.
1
berdasarkan evaluasi (serta persepsi) keluarga dan staf, terhadap asuhan yang
diberikan.
BAB II
RUANG LINGKUP
2
8. Pelayanan yang mengarahkan asuhan pasien usia lanjut, mereka yang
cacat, anak-anak dan populasi yang berisiko disiksa.
9. Pelayanan kemoterapi tidak dapat diterapkan di RS Muhammadiyah
Paser karena keterbatasan tenaga dan fasilitas
C. Risiko tambahan
Risiko tambahan yang dapat terjadi sebagai hasil tindakan atau rencana
asuhan (contoh, kebutuhan mencegah trombosis vena dalam, luka decubitus,
infeksi terkait penggunaan ventilator pada pasien, cedera neurologis dan
pembuluh darah pada pasien restraint, infeksi melaui pembuluh darah pada
pasien dialisis, infeksi saluran /slang sentral dan pasien jatuh. Risiko tersebut
jika ada diatasi dan dicegah oleh edukasi staf serta penanganan sesuai
prosedur yang ada. Rumah sakit menggunakan informasi pengukuran untuk
evaluasi pelayanan yang diberikan kepada pasien risiko tinggi dan di
integrasikan kedalam program peningkatan mutu rumah sakit.
Guna memberikan pelayanan yang cermat, kompeten dan seragam pada
asuhan maka Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap pasien berisiko tinggi
dengan cara :
1. Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi dan
identifikasi risiko sampingan sebagai akibat dari suatu prosedur atau
tindakan di Rumah Sakit
2. Kolaborasi dalam mengembangkan prosedur dan kebijakan yang baru
3. Melaksanakan pelatihan staf dalam pelayanan bersiko tinggi
3
BAB III
TATA LAKSANA
4
Antara IGD dengan unit lain dalam RS Islam Jakarta Pondok Kopi
adalah dengan nomor ekstensi masing-masing unit
Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait
dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat
telepon langsung dari IGD dengan menggunakan kode PIN yang
dimiliki oleh dokter jaga atau melalui bagian operator
Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan pesawat telepon dan telepon genggam
Dari luar RS Islam Jakarta Pondok Kopi dapat langsung melalui
operator
5
4. Tata Laksana Pengisian Informed Consent
a. Petugas Penangung Jawab
Dokter jaga IGD
b. Perangkat Kerja
Formulir Persetujuan Tindakan
c. Tata Laksana Informed Consent
Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh
perawat
Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan
oleh perawat.
Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.
6
Perawat Admisi
Dokter jaga IGD
b. Perangkat Kerja
Stetoskop
Tensi meter
Alat Tulis
c. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
Pasien / keluarga pasien mendaftar di bagian admisi
Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung
jawab
Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admisi.
Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
7
8. Tata Laksana Pelayanan
a. Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD
Petugas Satpam
b. Perangkat Kerja
Senter
Stetoskop
EKG
Surat Kematian
c. Tata Laksana Death On Arrival (DOA) IGD
Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan
jenazah
Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan
bagian umum / keamanan
8
- Kemungkinan untuk dirawat di unit Intensive Care
- Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang
diterima dari petugas ambulan.
10. Tata Laksana Sistem Rujukan
a. Petugas Penanggung Jawab
Dokter IGD
Perawat IGD
b. Perangkat Kerja
Ambulan
Formulir persetujuan tindakan
Formulir rujukan
c. Tata Laksana Sistem Rujukan IGD
Alih Rawat
- Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
- Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah
sakit rujukan mengenai keadaan umum pasien
- Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD
menghubungi RS Muhammadiyah Paser / ambulan 118 sesuai
kondisi pasien
Pemeriksaan Diagnostik
- Pasien/ keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai
tujuan pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien
harus mengisi informed consent
- Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
- Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS Muhammadiyah
Paser
Spesimen
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan
spesimen
- Bila keluarga setuju maka harus mengisi informed consent
9
- Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan ke
petugas laboratorium
- Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang
dituju
B. Pelayanan Resusitasi
1. Kegawat Daruratan Terjadi di Ruang Perawatan
Pada kondisi normal (di ruangan) setiap shift dinas di masing-
masing ruangan, melakukan pendataan kondisi pasiennya (gawat / kegawat
daruratan) sebagai upaya triage di ruang perawatan. jika ditemukan ada
pasien dengan posisi gawat maka dokter ruangan/dokter jaga bersama-
sama perawat ruangan melakukan tindakan penanggulangan kegawatan
sesuai yang dibutuhkan pasien.
Tetapi bila setelah dilakukan tindakan penanggulangan kegawatan
pasien dalam kondisi gawat darurat, maka petugas ruangan secepatnya
menghubungi petugas operator yang selanjutnya petugas operator
memanggil team Blue melalui Pagging / HT /sound system dengan
menyebutkan “blue code, blue code ,blue code diruangan …..nomor
kamar….” Diulang tiga kali. Bila ada panggilan dengan blue code anggota
team blue yang bertugas di unitnya masing-masing saat itu wajib
menghentikan kegiatan tugasnya dan segera menuju lokasi kode biru yang
dimaksudkan.
Anggota tim yang datang lebih awal ke ruangan yang di maksud tetap
melakukan tindakan penanganan secara maksimal sampai anggota tim
lengkap. Seluruh personel Tim melakukan tugas sesuai dengan perannya
masing-masing.
10
blue code yaitu; tahapan awal dilakukan oleh petugas yang berada di sekitar
rumah sakit. Respon selanjutnya di lakukan petugas khusus yang terlatih,
berasal beberapa unit (Team blue code).
3. Area Posko Team Blue Code
Area tim untuk berjaga terdapat di beberapa titik, sesuai dengan wilayah
kedekatan ruangan/unit antara lain :
a. Titik I : Al Falah (SB, Lt 1, Lt 2, Lt 3, Lt 4, RF) , HD, Ruang Tunggu LRF,
Area Pendaftaran, Klinik Tumbang. (Tim 1 s.d. 4)
b. Titik II : Lt 1, Lt 2, Area Rumah Tangga (Tim 5 s.d. 8)
Penempatan alat berada pada tempat strategis dan mudah dari jangkauan
kerja.
11
Jendela terbuat dari kaca yang tidak mudah pecah, dan tertutup
rapat.
Kran cuci tangan dibuka dengan siku atau pijakan kaki.
Jika mungkin, Bank Darah dilengkapi dengan tempat mandi pancuran
(shower) dan ruang ganti pakaian dan perlengkapan lainnya yang
terletak di luar ruang kerja Bank Darah untuk petugas Bank Darah
yang akan keluar masuk ruang kerja.
3. Cuci tangan
a. Kontak
Cuci tangan dengan sabun anti bakteri atau gunakan antiseptic
berbasis alcohol setelah melepas sarung tangan
Jangan sentuh permukaan atau benda-benda yang secara potensial
dapat terkontaminasi sebelum meninggalkan ruangan
14
b. Droplet
Cuci tangan dengan sabun anti bakteri atau gunakan antiseptic
berbasis alcohol setelah melepas sarung tangan
Jangan sentuh permukaan atau benda-benda yang secara potensial
dapat terkontaminasi sebelum meninggalkan ruangan
c. Udara / Airborne
Cuci tangan dengan sabun anti bakteri atau gunakan antiseptic
berbasis alcohol setelah melepas sarung tangan
Jangan sentuh permukaan atau benda-benda yang secara potensial
dapat terkontaminasi sebelum meninggalkan ruangan
4. Transportasi pasien
a. Kontak
Batasi gerak, transport pasien seperlunya
Selama transportasi pertahankan kewaspadaan
Meminimalkan resiko penularan dari mikro organism.
b. Droplet
Batasi gerak, transport pasien seperlunya
Selama transportasi pertahankan kewaspadaan
Meminimalkan resiko penularan dari mikro organism.
c. Udara / Airborne
Batasi gerak, transport pasien seperlunya
Selama transportasi pertahankan kewaspadaan
Meminimalkan resiko penularan dari mikro organism.
15
c. Udara / Airborne
Transmisi pada TB
F. Pelayanan Dialisis
1. Tindakan inisiasi hemodialisis (HD pertama) dilakukan setelah melalui
pemeriksaan / konsultasi dengan konsultan atau Dokter Spesialis Penyakit
Dalam ( Dokter Sp.PD ) yang telah bersertifikat HD.
2. Setiap tindakan HD terdiri dari :
a. Persiapan pelaksaanaan hemodialisa : ±30 menit
Persiapan pelaksanaan meliputi:
Persiapan mesin meliputi listrik, air, saluran pembuagan, dialisat
Peralatan dan obat-obatan meliputi :
- Dialiser / ginjal buatan yang dipakai harus sesuai dengan pasien
dan siap pakai (Soaking, Rinsing, Priming)
- Persiapan alat : AV Blood Line, AV Fistula, infus set, spuit, heparin
Nacl, HD set, sarung tangan steril, desinfektan , matkan,
timbangan
Persiapan alat penunjang lain, seperti : O2, monitor EKG, Suction
Persiapan pasien meliputi persiapan Mental, Fisik dan Administrasi
b. Pelaksanaan Hemodialisis : ± 5 jam
Pelaksanaan HD meliputi observasi baik pasien (TTV, fisik, perdarahan,
sarana hubungan sirkulasi, posisi, aktifitas, keluhan dan komplikasi)
maupun mesin HD (QB, QD, temperature, konduktivitas, monitoring
tekanan/pressure, fistula dan tekanan arterial )
c. Evaluasi pasca hemodialisis : ± 30 menit
Evaluasi pasien yang meliputi observasi kesadaran dan keadaan umum
pasien, tanda-tanda vital, perdarahan, dan adanya keluhan pasien yang
lain.
3. Memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan memperhatikan hak
pasien termasuk membuat informed consent
17
Pasangkan gelang risiko jatuh tinggi berwarna kuning pada lengan
pasien yang aman.
Pasangkan tanda risiko segitiga warna kuning pada tempat tidur
pasien / wall dak pasien.
Lakukan intervensi jatuh standar sesuai pasien (anak, dewasa /
lansia).
Ajarkan dan didik pasien dan keluarga pasien tentang upaya
pencegahan cidera dan hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien
risiko jatuh melalui lembaran edukasi jatuh (menggunakan
pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur,
menempatkan benda berbahaya ditempat aman, analisa cara
berjalan, alat bantu, dll).
Lakukan penilaian kembali pasien risiko jatuh secara berkala setiap
harinya dan catat dalam lembaran perkembangan terintegrasi.
Lakukan pemasangan restrain pada pasien yang mengalami
gangguan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas.
Lakukan pencatatan dan pelaporan bila terjadi insiden jatuh (Kejadian
Tidak Diharapkan / KTD) dengan mengisi lengkap formulir Lembar 3A
dan melaporkannya dalam waktu 2x24 jam ke Unit Manajemen Risiko
dengan telah diketahui oleh atasan.
Bila terjadi KTD lakukan segera perawatan pasien jatuh dan lakukan
pengawasan secara intensif.
Laporkan ke dokter ruangan atau dokter yang merawat tentang
insiden jatuh dan kondisi pasien untuk tatalaksana selanjutnya.
Dokumentasikan setiap tindakan perawatan pasien jatuh kedalam
status catatan perkembangan terintegrasi.
19
Informasikan kepada petugas klinik mengenai kondisi dan kebutuhan
pasien dengan hambatan.
Petugas klinik mengidentifikasi ulang dan selanjutnya diliakukana
asesmen dan terapi (SPO Asuhan Terapi)
Informasikan proses yang akan dijalani.
Berikan pasien dengan hambatan atau keluarga kuitansi, atau rincian
penjelasan atas terapi tindakan yang telah dilakukan.
Pasang CCTV untuk memantau pasien dengan hambatan dan
populasi khusus.
20
BAB IV
DOKUMENTASI
21
BAB V
PENUTUP
Ditetapkan di Gerogot
Pada tanggal
DIREKSI
RS. MUHAMMADIYAH PASER
22
RUJUKAN
23