Anda di halaman 1dari 19

LAMPIRAN PERATURAN DIREKSI

RS MUHAMADIYAH PASER
NOMOR:
TENTANGPANDUAN RESTRAIN PADA PASIEN RAWAT INAP

BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
 Pengertian Dasar restrain : “membatasi gerak “ atau “membatasi kebebasan”
 Pengertian secara internasional: Restrain adalah suatu metode / cara
pembatasan / restriksi yang disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang.
Dalam hal ini “perilaku” yang dimaksud adalah tindakan yang direncanakan,
bukan suatu tindakan yang tidak disadari / tidak disengaja / sebagai suatu
refleks.
 Restrain (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan
ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan
memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.
 Pengertian lainnya : restrain adalah suatu tindakan untuk menghambat /
mencegah seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan.

Definisi restrain ini berlaku untuk semua penggunaan restrain di unit dalam RS.
Pada umumnya, jika pasien dapat melepaskan suatu alat yang dapat dengan mudah,
maka alat tersebut tidak dianggap sebagai suatu restrain.

B. TUJUAN PANDUAN RETRAIN


Tujuan Umum :
 Membantu memberikan layanan kesehatan yang terbaik untuk pasien
 Memahami aspek etik dan hukum yang relevan dengan pengaplikasian restrain
1
 Memastikan keselamatan dan kenyamanan pasien terhindar dari bahaya fisik /
jatuh

Tujuan Khusus :
 Memudahkan melakukan pemeriksaan fisik dan tindakan yang aman bagi pasien
dan petugas.
 Membantu dalam pelaksanaan uji diagnostik dan prosedur terapeutik
 Mengetahui langkah / tindakan apa yang sebaiknya dilakukan jika terdapat
kecurigaan terjadinya penyalahgunaan tindakan restrain
 Memahami kondisi / situasi yang memperbolehkan penggunaan restrain legal
dan etis

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. KLASIFIKASI RESTRAIN
 Pembatasan fisik
 Restrain fisika dalah restrain dengan metode manual atau alat bantu
mekanik, atau alat-alat yang dipasang pada tubuh pasien sehingga pasien
tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya.
 Restrain melibatkan 1 atau lebih staf untuk memagangi pasien,
menggerakkan pasien, atau mencegah pergerakan pasien.
 Jika pasien dengan mudah meloloskan diri / melepaskan diri dari pegangan
staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai suatu restrain
 Metode manual / pemegangan fisik biasanya staf memegangi pasien
dengan tujuan untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik / tes rutin. Namun
pasien berhak untuk menolak prosedur ini.
 Memegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi pergerakan pasien dan
berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu bentuk restrain.
 Pemegangan secara paksa saat melakukan prosedur pemberian obat (
melakukan keinginan pasien ) dianggap suatu restrain. Sebaiknya, kalaupun
terpaksa memberikan obat tanpa persetujuan pasien dipilih metode yang
kurang besifat restriktif/ sesedikit mungkin menggunakan pemaksaan.
 Pada beberapa keadaan, dimana pasien setuju untuk menjalani prosedur/
medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri/ tenang untuk disuntik / menjalani
prosedur, staf boleh memegangi pasien dengan tujuan prosedur /
pemberian medikasi berjalan dengan lancar. Hal ini bukan merupakan
restrain.
 Pemegangan pasien, biasanya anak/bayi, dengan tujuan untuk
menenangkan / memberi kenyamanan kepada pasien tidak dianggap
sebagai suatu restrain.

3
 Restrain fisik merupakan alternative terakhir jika dengan intervensi verbal
atau restrain kimiawi mengalami kegagalan.
 Pembatasan Mekanis
Melibatkan penggunaan suatu alat, misalnya :
 Penggunaan sarung tangan khusus di ruang rawat intensif ( ICU )
 Peralatan sehari-hari : ikat pinggang / sabuk untuk mencegah pasien jatuh
dari kusi, tempat tidur, penggunaan pembatas disisi kiri dan kanan tempat
tidur ( bed rails )untuk mencegah pasien jatuh.
 Penggunaan kebebasan gerak pasien : penggunaan kunci, penyekat,
tombol pengatur dan sebagainya.
 Pembatasan kimia
 Restrain kimiawai adalah restrain dalam bentuk zat kimia (neuroleptics,
anxiolytics, sedatif, dan psikotropika) yang digunakan untuk mengontrol
tingkah laku sosial yang merusak.
 Melibatkan penggunaan obat-obatan.
 Obat-obatan dianggap sebagai suatu restrain hanya jika penggunaan obat-
obatan tersebut tidak sesuai dengan standar terapi pasien dan penggunaan
obat-obatan ini hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien dan
kebebasan bergerak pasien.
 Pemberian obat-obatan dapat merupakan obat-obatan yang secara rutin
diresepkan, termasuk obat yang dijual bebas.
 Pemberian obat-obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak
dianggap sebagai restrain.
 Tidak diperbolehkan menggunakan pembatasan kimia ( obat sebagai
restrain ) untuk tujuan kenyamanan staf, untuk mendisiplinkan staf,
mendisiplinkan pasien, atau sebagai metode pembalasan dendam.

Kriteria untuk menentukan suatupenggunaan obat dan kombinasinya tidak


tergolong restrain adalah :

4
 Obat-obatan yang diberikan dalam dosis yang sesuai dan telah disetujui
oeh Food and Drug Administrastion ( FDA) dan sesuai dengan indikasinya.
 Penggunaan obat mengikuti/sesuai standard praktek kedokteran yang
berlaku.
 Penggunaan obat untuk mengobati kondisi medis tertentu pasien
didasarkan pada gejala pasien, keadaan umum pasien, dan pengetahuan
klinisi /dokter yang merawat pasien
 Penggunaan obat tersebut diharapkan dapat membantu pasien mencapai
kondisi fungsionalnya secaraefektif dan efisien.
 Jika secara keseluruhan efek obat menurunkan kemampuan pasien untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya secara efektif,maka obat tersebut
tidak digunakan sebagai tandar untuk pasien.

 Pembatasan Psikologis
 Pemberitahuan secara konstan/terus menerus kepada pasien mengenai hal-
hal yang tidak boleh dilakukan ataumemberitahukan bahwa pasien tidak
diperbolehkan melakukan hal-hal yang mereka inginkan karenatindakan
tersebut berbahaya.
 Pembatasan ini dapat juga merupakan pembatasan pemilihan gaya hidup
pasien seperti:memberitahukan kepada pasien tentang waktu tidur dan
waktu bangunnya.
 Pembatasan benda-benda/peralatan milik pasien, seperti mangambil alat
bantu jalan pasien seperi mengambil alat bantu jalan pasien,kacamata,
pakaian sehari-hari atau mewajibkan pasien menggunakan seragam rumah
sakit dengan tujuan mencegah pasien untuk kabur/keluar

B. JENIS RESTRAIN
 Limb restraints (restrain pergelangantangan), elbow restraints
(khususuntukdaerahsikut)
 Mummy restraints (padabayi), crib nets (box bayidenganpenghalang)
5
 Jacket restraints (jaket),
 Belt restraints (sabuk),
 Mitt or hand restraints (restrain tangan)

C. INDIKASI PENGGUNAAN RESTRAIN


 Pasien yang membutuhkan diagnose dan perawatan namun tidak bisa
kooperatif dikarenakan suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah umur,
pasien agresif atau aktif, pasien yang mengalami retardasi mental, pasien
mengalami gangguan mental organik, dll
 Pasien dalam keadaan di bawah pengaruh obat
 Ketika keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapat
terancam tanpa pengendalian fisik ( restrain )

D. SYARAT PENGGUNAAN RESTRAIN


 Mendapatkan ijin verbal dan tertulis dari orang tua/wali yang dipercaya atau
yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut dalam melaksanakan
prosedur kegiatan .
 Pasien gelisah atau tidak kooperatif karena beberapa penyebab baik fisik atau
mental atau pengaruh obat yang menyebabkan pasien risiko tinggi jatuh
 Pasien yang mempunyai risiko tinggi jatuh pada pasien anak, dewasa, geriatri.
 Penggunaan restrain disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kondisi pasien,
kondisi medis, riwayat penyakit, faktor lingkungan dan preferensi pasien.
 Penggunaan restrain harus mempunyai batas waktu pemberlakuannya
(maksimal 24 jam)
 Pasien harus di evaluasi mengenai kondisi dan perlunya penggunaan restrain ini
untuk dilanjutkan atau tidak. Batas waktu berlakumya restrain ditetapkan
olehrumah sakit.
 Catatan : Jika batas waktu berlakunya instruksi restrain hampir berakhir, maka
perawat yang bertugas harus menghubungi dokter untuk melaporkan mengenai
keadaan / kondisi klinis serta hasil assesmen dan evaluasi terkini pasien,
6
sekaligus menanyakan apakah insruksi restrain ini akan dilanjutkan atau tidak
(diperbaharui)

7
BAB III
TATA LAKSANA

A. Hal- Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan restrain :


 Pada kondisi gawat darurat, restrain dapat dilakukan tanpa ijin/perintah dokter
yang merawat terlebih dahulu. Namun sesegera mungkin ( kurang dari 1 jam )
setelah melakukan restrain , perawat melaporkan pada dokter untuk
mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal atau tertulis.
 Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu : 4 jam untuk pasien dewasa, 1-2 jam
untuk usia anak.
 Evaluasi dilakukan 4 jam untuk pasien dewasa, 1-2 jam pasien anak-anak. Waktu
reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia dewasa dan 4 jam untuk usia
anak-anak.
 Selama restrain pasien diobservasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi:
 Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain
 Nutrisi dan hidrasi
 Sirkulasi dan “range of motion” ektremitas
 Tanda vital
 Hygienitas , eliminasi
 Status fisik dan psikologis
 Kesiapan pasien untuk dibebaskan dari restrain
 Dalam menggunakan restrain, harus dipertimbangkan antara risiko yang dapat
timbul akibat penggunaan restrain dengan risiko yang dapat timbul akibat
perilaku pasien
 Permintaan keluarga / pasien untuk menggunakan restrain ( dianggap yang
menguntungkan) bukanlah suatu hal yang dapat mendasari diaplikasikannya
restrain. Permintaan ini harus mempertimbangkan kondisi pasien dan assesmen
pasien.

8
 Jika telah diputuskan bahwa restrain diperlukan, dokter harus menentukan jenis
restrain apa yang akan dipilih dan dapat memnuhi kebutuhan pasien dengan
risiko yang paling kecil dan pilihan yang paling menguntungkan untuk pasien.
 Perawat dan dokter ( staf ) harus mencatat di rekam medis pasien mengenai
kepustusan penggunaan restrain dan jenisnya. Dituliskan jg bahwa restrain yang
digunakan merupakan intervensi yang paling tidak restriktif namun efektif untuk
melindungi pasien dan penggunaan restrain diputuskan berdasarkan per-individu.
 Selama penggunaan restrain, pasien harus dipastikan memperoleh assesmen,
tata laksana, dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

B. Penilaian ( Assessment )
Untuk menentukan perlu tidaknya restrain, diperlukan suatu asesmen pada setiap
individu secara komprehensif untuk menetukan kebutuhan restrain berikut jenis yang
dipilih. Asesmen ini harusmeliputi pertanyaan minimal dibawah ini:
 Apakah terdapat intervensi / tindakan pencegahan yang aman selain restrain )
yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko pasien mengalami cedera / berada
dalam kondisi yang membahayakan ( terpeleset, tersandung, atau jatuh jika
pasien turun dari tempat tidur)?
 Apakah terdapat cara yang memungkinkan pasien untuk dapat bergerak dengan
aman?
 Apakah terdapat alat bantu yang dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk
mandiri ?
 Apakah terdapat kondisi / obat-obatan pada pasien yang menyebabkan ketidak
seimbangan berjalan ?
 Apakah pasien tersedia untuk berjalan sambil dipapah / ditermani staf ?
 Dapatkah pasien ditempatkan di kamar yang lebih dekat dengan pos perawat
dimana pasien tersebut dapat diobservasi dengan lebih baik ?

9
C. Prinsip Etis Penggunaan Restrain:
 Beneficence : bertujuan untuk kepentingan pasien ( bersifat menguntungkan
pasien )
 Non-maleficence : tidak membahayakan pasien . merugikan pasien
 Justice : memberlakukan semua pasien dengan setara dan adil
 Autonomy : menghargai hak pasien dalam mengambil keputusan trhadap dirinya
sendiri

D. Prosedur yang harus diobservasi sebelum dan setelah aplikasi restrain :


 Inspeksi tempat tidur, tempat duduk, restrain dan peralatan lainnya yang akan
digunakan selama proses restrain mengenai keamanan penggunaanya
 Jelaskan kepada pasien mengenai alas an penggunaan restrain
 Semua objek / benda yang berpotensi membahayakan ( seperti sepatu,
perhiasan ,selendang, ikat pinggang, tali sepatu, korek api, dll) harus disingkirkan
sebelum restrain diaplikasikan
 Setelah aplikasi restrain, pasien diobservasi
 Kebutuhan pasien , seperti makan minum, mandi dan penggunaan toilet akan
dipenuhi
 Secara berkala, perawat akan menilai tanda vital pasien, posisi tubuh pasin,
keamanan pasien dan kenyamana pasien
 Dokter harus diberitahu jika terdapat perubahan signifikan mengenai perilaku
pasien.
 Dokumentasi meliputi :
 Deskripsikan kondisi pasien dan perilaku pasien
 Deskripsikan alat dan jenis penggunaan restrain
 Evaluasi perilaku dan kondisi medis pasien setelah aplikasi restrain
 Intervensi alternative / yang bersifat kurang restriktif yang telah dilakukan
 Respon pasien terhadap intervensi yang digunakan, termasuk rasionalisasi
penggunaan restrain / isolasi

10
E. Intervensi Keperawatan
Selekman dan Snyder ( 1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang
tepat untuk anak yang direstrain:
 Lepas dan pasangkembali restrain secara periodik.
 Lakukan tindakan untuk memberikan rasa nyaman, jangan gunakan restrain
mekanik
 Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan
 Diskusikan criteria pelepasan restrain
 Berikan obat analgesic dan sedative jika diinstruksikan atau diminta
 Hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain
 Berikan distraksi ( membaca buku ) dan sentuhan
 Pertahankan harga diri anak
 Lakukan pengkajian keperawatan yang berkelanjutan
 Dokumentasikan penggunaan restrain

F. Protokol Pelaksanaan Pengikatan :


 Pasien yang memenuhi criteria fiksasi
 Edukasi dan Informasikan penggunaan restraint kepadakeluargadan di tuliskan
di lembar LIE
 Pengikatan fisik dapat dilakukan tanpa instruksi dokter, namun segera mungkin (
<1 jam ) perawat melaporkan kedokter untuk legalitas
 Lakukan pengkajian fisik apakah ada cedera
 Pilih alat pengikat yang sesuai, aman dan nyaman
 Pengikat dilakukan minimal 3-4 orang
 Pengikatan dilakukan pada sisi tempat tidur dengan posisi terlentang
 Fiksasi kimia dilakukan segera setelah fiksasi fisik, disesuaikan dengan kondisi
pasien. Pilihan fiksasi kimia dapat berupa diazepam 10 mg ( oral, IV, atau
haloperidol 2,5 mg – 10 mg (oral, IM). Pemberian haloperidol dapat diulangi tiap
30 menit dengan dosis maksimal 40 mg. Pemberian diazepam merupakan
kontraindikasi untuk pasien dengan penurunan kesadaran.
11
G. Persetujuan Umum untuk Penggunaan Restraint
Persetujuan merupakan salah satu alat hukum yang legal tentang seseorang
yang memberikan kekuasaan yang sah terhadap tatalaksana medis atau
keperawatan. Hal ini dapat mencakup memberikan persetujuan terhadap suatu
bentuk restrain. Dasar persetujuan yang sah indentik dengan persyaratan
professional bahwa suatu persetujuan diperlukan sebelum melakukan tindakan /
prosedur. Terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pernyataan
persetujuan oleh individu dapat diterima secara sah, yaitu :
 Persetujuan harus diberikan oleh seseorang yang kompeten dalam segi mental /
kejiwaan.
 Individu yang membuat persetujuan harus memperoleh informasi yang memadai
mengenai kondisinya, risiko dan implikasi penggunaan restraint.
 Persetujuan ini harus dibuat tanpa adanya paksaan.

12
H. SKEMA IMPLEMENTASI RESTRAINT
Pertanyaan kunci :
apa yang
Nilai Perilaku Pasien
mendasari perilaku
pasien ?

Assesment Pasien

Identifikasi solusi
yang
Tersedia

Jika tidak Jika tidak


ada ada
perubahan perubahan

Pilih Periode Pilih alternative Gunakan restraint


alternative yang terapilainnya dengan batas waktu
paling tidak restriktif tertentu
aplikasikan
Jika tidak ada
perubahan

Tinjau ulang dan nilai ulang diakhir Nilai ulang di akhir


batas waktu yang telah ditentukan periode (batas waktu)
penggunaan restraint

Penyusunan rencana asuhan keperawatan


pasien :
 Monitor dan evaluasi pasien
 Pastikan status keselamatan, kenyamanan,
psikologi, nutrisi, hidrasi pasien
 Re-evaluasi mengenai penggunaan
restraint dan tatalaksana

13
DOKUMENTASI

Alasan menggunakan restraint:


□ Perilaku destruktif
□ Lainnya………..

Tanggal dan waktu aplikasi:

Jenis restraint:
□ Jaket pengikat
□ Slide rails
□ Vest
□ Fiksasi pergelangan tangan / kaki
□ Isolasi
□ Restraint kimia/obat-obatan

Batas waktu (durasi)berlakunya restraint:


□ Usia > 18 tahun : 4 jam
□ Usia 9 - 17 tahun : 2 jam
□ Usia < 9 tahun : 1 jam
□ Restrain jenis kimia : maksimal 24 jam

Restraint dihentikan karena:


□ Kondisi yang membahayakan sudah teratasi
□ Pasien tidak berpotensi membahayakan diri sendiri, staf, dan orang lain
□ Berespon baik terhadap intervensi alternatif

Pilihan alternatif yang telah dicoba :


□ Menemani pasien/ supervisi langsung
□ Re-orientasi rutin terhadap lingkungan sekitar
□ Orientasi dan intervensi psikologis
□ Pemberian medikasi
□ Modifikasi lingkungan
□ Alternatif lainnya……………………………….

Rencana Asuhan keperawatan pasien :


□ Konsultasi kepada dokter
□ Restrain dilepas/ dilonggarkan setiap 2 jam selama 15 menit atau lakuakn pijatan
bertekanan lembut setiap 2 jam selama 15 menit
□ Tawarkan asupan cairan/ makanan dan penggunaan kamar mandi setiap jam (saat
pasien bangun)
□ Periksa tanda vital
□ Re-evaluasi pasien per 2 jam atau bila terdapat perubahan kondisi yang signifikan
□ Edukasi pasien/ keluarga
□ Informed Consent
□ Lainnya…………………………………………………………..

14
Bagian evaluasi dan penilaian penggunaan restraint ( lingkari yang dimaksud) :
 Alternatif telah dicoba Ya / tidak
 Edukasi kepada pasien / keluarga Ya / tidak
 Cedera pada pasien Ya / tidak
 Cedera pada staf Ya / tidak
 Pasien diobservasi secara ketat Ya / tidak
 Pendekatan tim multi disiplin Ya / tidak

Unit :
□ IGD
□ Rawat Inap Umum
□ Rawat Jalan

Batas waktu berlaku nya restraint :

Waktu penghentian restraint:

Bagian evaluasi ini diselesaikan oleh :

15
Aplikasi restraint pada pasien dengan perilaku diestruktif .membahayakan

1. Evaluasi secara langsung ( tatap muka) dengan dokter / perawat yang bertugas dalam
waktu 1 jam setelah aplikasi restraint
2. Lakukan observasi secara terus menerus setiap 15 menit dan dicatat

3. Jika restraint atau isolasi berlangsung lebih dari 12 jam atau terdapat 2 episode
restraint/isolasi dalam 12 jam, laporkan pada dokter penanggung jawab pasien.

Bagian evaluasi dan penilaian penggunaan restraint ( lingkari yang dimaksud) :

1. Alteratif telah dicoba Ya / tidak


2. Edukasi kepada pasien / keluarga Ya / tidak

3. Cedera pada pasien Ya / tidak

4. Cedera pada staf Ya / tidak

5. Pasien diobservasi secara ketat Ya / tidak

6. Pendekatan tim multidisiplin Ya / tidak

Unit :
Lengkapi kotak ini untuk pasien dengan perilaku
 UGD destriktif / membahayakan ( lingkari yang dimaksud ) :

 Rawat inap umum 1. Assesmen secara langsung dalam 1 jam


setelah aplikasi oleh dokter/perawat :
 Rawat inap khusus
Ya / tidak
 Lainnya 2. Pencatatan di rekam medis :
Ya / tidak
3. Pemberitahuan pada dokter penanggung
Batas waktu berlakunya restraint : jawab pasien jika intervensi >12 jam / terdapat
2 episode dalam 12 jam :
Waktu penghentian restraint: Ya / tidak
Bagian evaluasi ini diselesaikan oleh :

Pernyataan :

Saya telah memeriksa dan mengevaluasi respon pasien terhadap intervensi, kondisi medis dan
perilaku pasien.Hal ini telah sesuai dengan indikasi pengaplikasian restraint/isolasi

 Tanggal instruksi :

 Waktu instruksi diberikan :

 Nama dokter / perawat yang memeriksa :

 Tandan tangan pemeriksa

16
Lampiran 3
Panduan Intervensi Restrain / Isolasi Dan Alternatifnya
Intervensi Alternatif Intervensi Restrain / isolasi
Pasien dating berkeliaran , mempunyai gangguan mental
 Ditemani oleh keluarga, staf dan teman  Sabuk / ikat pengaman
 Pemasangan alarm di kamar tidur pasien  Jaket pelindung
 Aktifitas tanda / sensor pengenal pasien  Fiksator pergelangan tangan /
kaki
 Berikan aktifitas yang beragam
 Nilai adanya nyeri, rasa lapar , rasa haus
dan kebutuhan akan kamar mandi
 Usahan tempatkan dengan pos perawat
 Berikan medikasi pro r nata ( jika perlu )
sesuai dengan resep
Pasien tidak sadarkan diri, berusaha untuk melepaskan diri
Dari tubuhnya
 Ditemani oleh keluarga, teman  Fiksator pergelangan tangan /
kaki
 Tutupi / lindungi selang infus / konektor  Papan fiksator infuse yang
lainnya dengan perban diikat ketempat tidur pasien
 Sedasi (sesuai instruksi )
Pasien dengan hiperaktifitas motorik yang tidak terkontrol,
menghambat / menolak implementasi pelayanan klinis
 Pemegangan pasien oleh staf selama  Restrain siku
prosedur berlangsung
 Aktifitas / Latihan / penggunaan kamar  Restrain keempat ekstremitas
mandi terjadual
 Berikan aktifitas beragam, letakkan  Restrain pergelangan tangan /
benda yang lunak / lembut di kedua kaki

17
tangan pasien
 Berikan medikasi pro re nata ( sesuai
resep)
Pasien dengan perilaku agresif terhadap dirinya
Terhadap lingkungan sendiri atau orang lain
 Terapi percakapan  Isolasi
 Hindarkan stimulasi berlebihan  Retrain pergelangan tangan
 Berikan 15 menit time out kepada pasien  Jaket pelindung / fiksator
selama 15 menit
 Lakukan interaksi verbal
 Pemberian medical pro re nata( sesuai
resep)

18
BAB V
PENUTUP

Demikianlah buku Panduan Restrain Pada Pasien Rawat Inap RS Islam Jakarta
Pondok Kopi. Upaya perbaikan dan peningkatan kualitas akan terus dilakukan.
Peninjauan ulang buku panduan ini terhadap relevansi kondisi yang ada akan dilakukan
secara rutin setiap tahunnya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
DIREKSI
RS. Muhammadiyah Paser

Drg. Viell Sidhatut Thoharoni Syaltout


DIREKTUR UTAMA

19

Anda mungkin juga menyukai