RS MUHAMADIYAH PASER
NOMOR:
TENTANGPANDUAN RESTRAIN PADA PASIEN RAWAT INAP
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Pengertian Dasar restrain : “membatasi gerak “ atau “membatasi kebebasan”
Pengertian secara internasional: Restrain adalah suatu metode / cara
pembatasan / restriksi yang disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang.
Dalam hal ini “perilaku” yang dimaksud adalah tindakan yang direncanakan,
bukan suatu tindakan yang tidak disadari / tidak disengaja / sebagai suatu
refleks.
Restrain (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan
ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan
memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.
Pengertian lainnya : restrain adalah suatu tindakan untuk menghambat /
mencegah seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan.
Definisi restrain ini berlaku untuk semua penggunaan restrain di unit dalam RS.
Pada umumnya, jika pasien dapat melepaskan suatu alat yang dapat dengan mudah,
maka alat tersebut tidak dianggap sebagai suatu restrain.
Tujuan Khusus :
Memudahkan melakukan pemeriksaan fisik dan tindakan yang aman bagi pasien
dan petugas.
Membantu dalam pelaksanaan uji diagnostik dan prosedur terapeutik
Mengetahui langkah / tindakan apa yang sebaiknya dilakukan jika terdapat
kecurigaan terjadinya penyalahgunaan tindakan restrain
Memahami kondisi / situasi yang memperbolehkan penggunaan restrain legal
dan etis
2
BAB II
RUANG LINGKUP
A. KLASIFIKASI RESTRAIN
Pembatasan fisik
Restrain fisika dalah restrain dengan metode manual atau alat bantu
mekanik, atau alat-alat yang dipasang pada tubuh pasien sehingga pasien
tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya.
Restrain melibatkan 1 atau lebih staf untuk memagangi pasien,
menggerakkan pasien, atau mencegah pergerakan pasien.
Jika pasien dengan mudah meloloskan diri / melepaskan diri dari pegangan
staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai suatu restrain
Metode manual / pemegangan fisik biasanya staf memegangi pasien
dengan tujuan untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik / tes rutin. Namun
pasien berhak untuk menolak prosedur ini.
Memegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi pergerakan pasien dan
berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu bentuk restrain.
Pemegangan secara paksa saat melakukan prosedur pemberian obat (
melakukan keinginan pasien ) dianggap suatu restrain. Sebaiknya, kalaupun
terpaksa memberikan obat tanpa persetujuan pasien dipilih metode yang
kurang besifat restriktif/ sesedikit mungkin menggunakan pemaksaan.
Pada beberapa keadaan, dimana pasien setuju untuk menjalani prosedur/
medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri/ tenang untuk disuntik / menjalani
prosedur, staf boleh memegangi pasien dengan tujuan prosedur /
pemberian medikasi berjalan dengan lancar. Hal ini bukan merupakan
restrain.
Pemegangan pasien, biasanya anak/bayi, dengan tujuan untuk
menenangkan / memberi kenyamanan kepada pasien tidak dianggap
sebagai suatu restrain.
3
Restrain fisik merupakan alternative terakhir jika dengan intervensi verbal
atau restrain kimiawi mengalami kegagalan.
Pembatasan Mekanis
Melibatkan penggunaan suatu alat, misalnya :
Penggunaan sarung tangan khusus di ruang rawat intensif ( ICU )
Peralatan sehari-hari : ikat pinggang / sabuk untuk mencegah pasien jatuh
dari kusi, tempat tidur, penggunaan pembatas disisi kiri dan kanan tempat
tidur ( bed rails )untuk mencegah pasien jatuh.
Penggunaan kebebasan gerak pasien : penggunaan kunci, penyekat,
tombol pengatur dan sebagainya.
Pembatasan kimia
Restrain kimiawai adalah restrain dalam bentuk zat kimia (neuroleptics,
anxiolytics, sedatif, dan psikotropika) yang digunakan untuk mengontrol
tingkah laku sosial yang merusak.
Melibatkan penggunaan obat-obatan.
Obat-obatan dianggap sebagai suatu restrain hanya jika penggunaan obat-
obatan tersebut tidak sesuai dengan standar terapi pasien dan penggunaan
obat-obatan ini hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien dan
kebebasan bergerak pasien.
Pemberian obat-obatan dapat merupakan obat-obatan yang secara rutin
diresepkan, termasuk obat yang dijual bebas.
Pemberian obat-obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak
dianggap sebagai restrain.
Tidak diperbolehkan menggunakan pembatasan kimia ( obat sebagai
restrain ) untuk tujuan kenyamanan staf, untuk mendisiplinkan staf,
mendisiplinkan pasien, atau sebagai metode pembalasan dendam.
4
Obat-obatan yang diberikan dalam dosis yang sesuai dan telah disetujui
oeh Food and Drug Administrastion ( FDA) dan sesuai dengan indikasinya.
Penggunaan obat mengikuti/sesuai standard praktek kedokteran yang
berlaku.
Penggunaan obat untuk mengobati kondisi medis tertentu pasien
didasarkan pada gejala pasien, keadaan umum pasien, dan pengetahuan
klinisi /dokter yang merawat pasien
Penggunaan obat tersebut diharapkan dapat membantu pasien mencapai
kondisi fungsionalnya secaraefektif dan efisien.
Jika secara keseluruhan efek obat menurunkan kemampuan pasien untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya secara efektif,maka obat tersebut
tidak digunakan sebagai tandar untuk pasien.
Pembatasan Psikologis
Pemberitahuan secara konstan/terus menerus kepada pasien mengenai hal-
hal yang tidak boleh dilakukan ataumemberitahukan bahwa pasien tidak
diperbolehkan melakukan hal-hal yang mereka inginkan karenatindakan
tersebut berbahaya.
Pembatasan ini dapat juga merupakan pembatasan pemilihan gaya hidup
pasien seperti:memberitahukan kepada pasien tentang waktu tidur dan
waktu bangunnya.
Pembatasan benda-benda/peralatan milik pasien, seperti mangambil alat
bantu jalan pasien seperi mengambil alat bantu jalan pasien,kacamata,
pakaian sehari-hari atau mewajibkan pasien menggunakan seragam rumah
sakit dengan tujuan mencegah pasien untuk kabur/keluar
B. JENIS RESTRAIN
Limb restraints (restrain pergelangantangan), elbow restraints
(khususuntukdaerahsikut)
Mummy restraints (padabayi), crib nets (box bayidenganpenghalang)
5
Jacket restraints (jaket),
Belt restraints (sabuk),
Mitt or hand restraints (restrain tangan)
7
BAB III
TATA LAKSANA
8
Jika telah diputuskan bahwa restrain diperlukan, dokter harus menentukan jenis
restrain apa yang akan dipilih dan dapat memnuhi kebutuhan pasien dengan
risiko yang paling kecil dan pilihan yang paling menguntungkan untuk pasien.
Perawat dan dokter ( staf ) harus mencatat di rekam medis pasien mengenai
kepustusan penggunaan restrain dan jenisnya. Dituliskan jg bahwa restrain yang
digunakan merupakan intervensi yang paling tidak restriktif namun efektif untuk
melindungi pasien dan penggunaan restrain diputuskan berdasarkan per-individu.
Selama penggunaan restrain, pasien harus dipastikan memperoleh assesmen,
tata laksana, dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
B. Penilaian ( Assessment )
Untuk menentukan perlu tidaknya restrain, diperlukan suatu asesmen pada setiap
individu secara komprehensif untuk menetukan kebutuhan restrain berikut jenis yang
dipilih. Asesmen ini harusmeliputi pertanyaan minimal dibawah ini:
Apakah terdapat intervensi / tindakan pencegahan yang aman selain restrain )
yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko pasien mengalami cedera / berada
dalam kondisi yang membahayakan ( terpeleset, tersandung, atau jatuh jika
pasien turun dari tempat tidur)?
Apakah terdapat cara yang memungkinkan pasien untuk dapat bergerak dengan
aman?
Apakah terdapat alat bantu yang dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk
mandiri ?
Apakah terdapat kondisi / obat-obatan pada pasien yang menyebabkan ketidak
seimbangan berjalan ?
Apakah pasien tersedia untuk berjalan sambil dipapah / ditermani staf ?
Dapatkah pasien ditempatkan di kamar yang lebih dekat dengan pos perawat
dimana pasien tersebut dapat diobservasi dengan lebih baik ?
9
C. Prinsip Etis Penggunaan Restrain:
Beneficence : bertujuan untuk kepentingan pasien ( bersifat menguntungkan
pasien )
Non-maleficence : tidak membahayakan pasien . merugikan pasien
Justice : memberlakukan semua pasien dengan setara dan adil
Autonomy : menghargai hak pasien dalam mengambil keputusan trhadap dirinya
sendiri
10
E. Intervensi Keperawatan
Selekman dan Snyder ( 1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang
tepat untuk anak yang direstrain:
Lepas dan pasangkembali restrain secara periodik.
Lakukan tindakan untuk memberikan rasa nyaman, jangan gunakan restrain
mekanik
Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan
Diskusikan criteria pelepasan restrain
Berikan obat analgesic dan sedative jika diinstruksikan atau diminta
Hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain
Berikan distraksi ( membaca buku ) dan sentuhan
Pertahankan harga diri anak
Lakukan pengkajian keperawatan yang berkelanjutan
Dokumentasikan penggunaan restrain
12
H. SKEMA IMPLEMENTASI RESTRAINT
Pertanyaan kunci :
apa yang
Nilai Perilaku Pasien
mendasari perilaku
pasien ?
Assesment Pasien
Identifikasi solusi
yang
Tersedia
13
DOKUMENTASI
Jenis restraint:
□ Jaket pengikat
□ Slide rails
□ Vest
□ Fiksasi pergelangan tangan / kaki
□ Isolasi
□ Restraint kimia/obat-obatan
14
Bagian evaluasi dan penilaian penggunaan restraint ( lingkari yang dimaksud) :
Alternatif telah dicoba Ya / tidak
Edukasi kepada pasien / keluarga Ya / tidak
Cedera pada pasien Ya / tidak
Cedera pada staf Ya / tidak
Pasien diobservasi secara ketat Ya / tidak
Pendekatan tim multi disiplin Ya / tidak
Unit :
□ IGD
□ Rawat Inap Umum
□ Rawat Jalan
15
Aplikasi restraint pada pasien dengan perilaku diestruktif .membahayakan
1. Evaluasi secara langsung ( tatap muka) dengan dokter / perawat yang bertugas dalam
waktu 1 jam setelah aplikasi restraint
2. Lakukan observasi secara terus menerus setiap 15 menit dan dicatat
3. Jika restraint atau isolasi berlangsung lebih dari 12 jam atau terdapat 2 episode
restraint/isolasi dalam 12 jam, laporkan pada dokter penanggung jawab pasien.
Unit :
Lengkapi kotak ini untuk pasien dengan perilaku
UGD destriktif / membahayakan ( lingkari yang dimaksud ) :
Pernyataan :
Saya telah memeriksa dan mengevaluasi respon pasien terhadap intervensi, kondisi medis dan
perilaku pasien.Hal ini telah sesuai dengan indikasi pengaplikasian restraint/isolasi
Tanggal instruksi :
16
Lampiran 3
Panduan Intervensi Restrain / Isolasi Dan Alternatifnya
Intervensi Alternatif Intervensi Restrain / isolasi
Pasien dating berkeliaran , mempunyai gangguan mental
Ditemani oleh keluarga, staf dan teman Sabuk / ikat pengaman
Pemasangan alarm di kamar tidur pasien Jaket pelindung
Aktifitas tanda / sensor pengenal pasien Fiksator pergelangan tangan /
kaki
Berikan aktifitas yang beragam
Nilai adanya nyeri, rasa lapar , rasa haus
dan kebutuhan akan kamar mandi
Usahan tempatkan dengan pos perawat
Berikan medikasi pro r nata ( jika perlu )
sesuai dengan resep
Pasien tidak sadarkan diri, berusaha untuk melepaskan diri
Dari tubuhnya
Ditemani oleh keluarga, teman Fiksator pergelangan tangan /
kaki
Tutupi / lindungi selang infus / konektor Papan fiksator infuse yang
lainnya dengan perban diikat ketempat tidur pasien
Sedasi (sesuai instruksi )
Pasien dengan hiperaktifitas motorik yang tidak terkontrol,
menghambat / menolak implementasi pelayanan klinis
Pemegangan pasien oleh staf selama Restrain siku
prosedur berlangsung
Aktifitas / Latihan / penggunaan kamar Restrain keempat ekstremitas
mandi terjadual
Berikan aktifitas beragam, letakkan Restrain pergelangan tangan /
benda yang lunak / lembut di kedua kaki
17
tangan pasien
Berikan medikasi pro re nata ( sesuai
resep)
Pasien dengan perilaku agresif terhadap dirinya
Terhadap lingkungan sendiri atau orang lain
Terapi percakapan Isolasi
Hindarkan stimulasi berlebihan Retrain pergelangan tangan
Berikan 15 menit time out kepada pasien Jaket pelindung / fiksator
selama 15 menit
Lakukan interaksi verbal
Pemberian medical pro re nata( sesuai
resep)
18
BAB V
PENUTUP
Demikianlah buku Panduan Restrain Pada Pasien Rawat Inap RS Islam Jakarta
Pondok Kopi. Upaya perbaikan dan peningkatan kualitas akan terus dilakukan.
Peninjauan ulang buku panduan ini terhadap relevansi kondisi yang ada akan dilakukan
secara rutin setiap tahunnya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
DIREKSI
RS. Muhammadiyah Paser
19