Anda di halaman 1dari 37

Konsep DPPM

( District-Based Public-Private Mix )


dan
Penemuan Kasus Tuberkulosis

KOPI TB Jatim
1
Indonesia merupakan negara dengan triple burden TB untuk insiden TB, TB-RO, dan
TB-HIV (WHO, 2020) 1
2
3
INDI 1
BEBAN TB
5
4 IND 2
A 3 INDIA
CINA ONE CINA
•124.000

FILIPI 4
• 2.6 •65.000

PAKI NA 6 • 8335 SIA


RUSIA
•39.000
PAKISTAN

STAN 7
.00 40.
INDONESIA
•25.000 1
BEBAN TB 8
• 599 0 • 845
NIGERIA
000 3
•24.000
2
RO
• 570 .00
FILIPINA
.00
•21.000
4 AFRI
AFRIKA
•21.000
5 INDI KA
.00
SELATAN 6 0 NIG
•12.000
07 MO ERIA A SEL
0 8 KEN ZA
BEBAN TB 9 TAN YA • 71 ATA
HIV DPR ZAN MBI • 46
ZA .0 N
IND KON IA • 37 Q .0
MBI 00 2020• 20
WHO. Global TB Report. 2
ONE GO
Estimasi Insidens TB 2020,
Negara dengan Insidens Kasus Minimal 100.000
Insidens kasus tertinggi:
1. India (26%)
2. China (8,5%)
3. Indonesia (8,4%)
4. Filipina (6%)
5. Pakistan (5,8%)
6. Nigeria (4,6%)
7. Bangladesh (3,6%)
8. Afrika Selatan (3,3%)

Delapan negara yang menempati peringkat pertama hingga kedelapan dalam hal jumlah kasus, dan menyumbang dua pertiga dari kasus
global pada tahun 2020, 3
WHO Global TB Report 2021.
16 negara dengan kontribusi
terbesar pada penurunan
notifikasi kasus TB global pada
tahun 2020 dibandingkan
dengan 2019

WHO Global TB Report 2021.


4
Komitmen Presiden Indonesia Dalam Eliminasi TBC

Pelacakan secara agresif: Layanan


diagnostik maupun pengobatan TBC harus
Komitmen Presiden terus tetap berlangsung; Upaya lintas
sektor
5
PENANGGULANGAN TBC
(Perpres No. 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC)

Penemuan Pengobatan Pemberian Kekebalan


1. Sesuai dgn standar dan
dan Pencegahan
berpihak pada pasien • Imunisasi
Aktif Masif Pasif Intensif • Pemberian TPT pada
1. Penemuan di luar faskes 2. Obat disediakan oleh
Pemerintah kontak erat, ODHA
2. Pelacakan kontak 1.Pelibatan fasyankes dan orang yg
3. Skrining Massal pada 3. Pelacakan kasus mangkir
pemerintah-swasta mengalami penurunan
kelompok rentan dan dan LFU fungsi sistem imun
2.Jejaring Layanan
beresiko 4. Pendampingan selama • Imunisasi BCG
3.Jejaring Pemeriksaan
4. Skrining pada stiuasi pengobatan (keluarga, nakes • Pemberian obat
Laboratorium
khusus dan komunita) pencegahan tsb
4.Manajemen Layanan TBC
5. Dukungan psikologis, sosial disediakan oleh
terpadu (HIV, DM, rokok,
dan ekonomi Pemerintah
penyakit paru, dll)
6. Perlindungan dari stigma
dan diskriminasi
7. Pelaporan hasil pengobatan
sesuai satandar oleh faskes

Cakupan Penemuan Keberhasilan Pengobatan

6
7
Akselerasi Penemuan Kasus TB

To Reach the To Notify the To Detect the


Unreach Unnotified Undetect
- Geography,
- Social, - Improvement
- Ekonomic, - Politic diagnostic tools

Menemukan yang belum Mandatory Mendeteksi yang


ditemukan Notification belum terdeteksi

OBATI SAMPAI
SEMBUH
8
Notifikasi Kasus TB di Indonesia
tahun 2000-2019

9
Jejaring Layanan TB di Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan Swasta
Berbasis Kabupaten/Kota (District-Based Public-Private Mix/DPPM)

• Jejaring Layanan TB di Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan Swasta


Berbasis Kabupaten/Kota (District-Based Public-Private Mix/
DPPM) adalah jejaring layanan tuberkulosis dalam satu
kabupaten/kota yang melibatkan seluruh fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
• Jejaring ini terdiri dari seluruh layanan kesehatan baik milik
pemerintah maupun swasta mulai dari puskesmas, rumah sakit
pemerintah, rumah sakit swasta, klinik dan DPM, serta layanan
pendukung (apotek dan laboratorium).
Kemenkes RI. 2019. Panduan Penerapan Jejaring Layanan Tuberkulosis di Faskes Pemerintah dan Swasta berbasis Kabupaten/ Kota (DPPM)
10
PPM (Public-private mix)
• Public-Private Mix (PPM) perawatan dan pencegahan TB merupakan upaya
pendekatan komprehensif keterlibatan semua penyedia layanan TB melakukan
perawatan yang berkualitas sejalan dengan Standar Internasional TB
– merupakan salah satu strategi meningkatkan penemuan kasus dan kualitas layanan
dengan melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan baik tingkat primer-sekunder dan
pemerintah-swasta.
• PPM mencakup beragam strategi kolaboratif:
– public-private (antara Program TB Nasional (NTP) dan sektor Swasta),
– public-public (antara NTP dan sektor layanan pemerintahan lainnya), dan
– private-private (misalnya antara LSM atau rumah sakit swasta dan penyedia
layanan sektor swasta).

• https://www.who.int/tb/publications/PPM_Factsheet2017.pdf
• https://www.kncv.or.id/publikasi/56-petunjuk-teknis-penerapan-public-private-mix-berbasis-kabupaten-kota-area-binaan-challenge-tb.html 11
KONSEP PUBLIC PRIVATE MIX
Konsep PPM di Indonesia Mengorganisasikan layanan TB
Diimplementasikan dilaksanakan di tiap untuk memastikan layanan
dalam rangka tingkatan ( pusat, Provinsi, terpadu yang berpusat pada
meningkatan akses kab/kota) pasien (patient‐centered care)
layanan Tuberkulosis Implementasi lebih banyak dengan koordinasi yang
bermutu dan berpihak di Kab/Kota -> Desentralisasi substansial
pada pasien -> DPPM
Tim DPPM TB
JEJARING EKSTERNAL Tim DPPM telah terbentuk di
Jejaring layanan TB diantara
seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah dan
KOPI TB
23 Provinsi 112 Kab/Kota
& 71 Kab/Kota
swasta di sebuah kabupaten/kota

DPPM Tujuan PPM

JEJARING INTERNAL
Jejaring layanan TB antara
seluruh unit di sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan Detected Treated Reported 12
District-Based Public-Private Mix = DPPM
Jejaring Layanan TB

Kemenkes RI. 2019. Panduan Penerapan Jejaring Layanan Tuberkulosis di Faskes Pemerintah dan Swasta berbasis Kabupaten/ Kota (DPPM)
13
14
KONTRIBUSI FASYANKES PADA PELAPORAN TB DI JATIM
Jumlah Faskes Lapor Kasus TB per Jenis Fasyankes Tahun 2021 (Jan-Sept)

Jumlah Penemuan Kasus TB per Jenis Fasyankes Tahun 2021 (Jan-Sept)

15
HAMBATAN PENANGGULANGAN TBC
• BANYAK KENDALA DALAM ELIMINASI TBC

Rendahnya pengetahuan
Keterlambatan diagnosa
Under-reporting dan kesadaran masyarakat Tingkat kepadatan TBC karena keterbatasan
kasus TBC dalam kepatuhan minum penduduk yang tinggi sarana dan prasarana
obat TBC

Pemberian Pengobatan Obat dan Alkes yang mahal


Penemuan kasus TB masih Pelibatan multisektor belum
Pencegahan TBC masih dan sebagian besar masih
dibawah target optimal
belum optimal impor

Stigma terhadap penderita


TBC

16
Konsep PPM berbasis kab/kota
Merupakan Jejaring layanan kesehatan dalam satu
kabupaten/kota yang melibatkan peran organisasi
profesi dan kemasyarakatan, dibawah kepemimpinan
(leadership)/koordinasi Dinas Kesehatan
kabupaten/kota

17
Tujuan Utama

• Semua Layanan Kesehatan yang menangani TB


berpartisipasi dalam jejaring agar semua kasus TB
dapat ditemukan dan diobati sesuai standar dan
tercatat dalam sistem pencatatan TB nasional

18
Hal Penting dalam Penerapan PPM TB Berbasis
Kab/Kota
1. Kepemimpinan (regulasi/kebijakan) dan kepemilikan (anggaran dan pembiayaan) terhadap Program
Penanggulangan TB di kabupaten/kota.
2. Peran Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebagai koordinator dan yang yang bertanggung jawab terhadap
PPM di wilayahnya.
3. Peran organisasi profesi, atau KOPI TB (bila sudah terbentuk), sebagai penggerak PPM di
kabupaten/kota.
4. Pelibatan seluruh Fasyankes (termasuk DPM) yang ada di wilayah kabupaten/kota.
5. Percepatan penemuan kasus TB di wilayah kabupaten/kota.
6. Peningkatan layanan TB yang berkualitas dan sesuai standar di seluruh Fasyankes kabupaten/kota.
7. Kesinambungan program yang meliputi komponen pembiayaan untuk UKM dan UKP.
8. Pemanfaatan teknologi dan inovasi sesuai dengan kondisi masing-masing kabupaten/kota.

19
IMPLEMENTASI PPM TINGKAT KAB/KOTA

20
KEGIATAN PRIORITAS PENANGGULANGAN TBC
Kegiatan
Mengoptim
Mengatasi
1 2 Mengakses
3 khusus
4
alkan yang
Under yang belum Tuberkulosi
sudah
• reporting
Implemen • Penguatan
dicapai
terjangkau
•Promosi • sPelayanan
Resisten
tation of surveilans kesehata Obat
TBC RO
district/cit melalui n dai 360
y-based SITB •Penemua faskes
Public • Peningkat n dan • Pengobat
Private an an TBC RO
pelacakan
Mix kepatuhan Jangka
kontak
• Mandator minum pendek
(IK) 21
PERUBAHAN ALUR DIAGNOSIS TB

Komponen Utama
Surat Edaran
Dirjen P2P
N o.936/2021
1. TCM menjadi alat diagnosis 4. Dinkes Prov/Kab/Kota
utama untuk penegakan
7.Pasien TBC yang terdiagnosis
menyiapkan sumber daya di
diagnosis TB dengan mikroskopis harus dilakukan
Fasyankes yang akan
pemeriksaan lanjutan dengan TCM.
mengoperasikan TCM.
2. Fasyankes yang belum/tidak
8.OAT Kat 1 untuk fase awal dan lanjutan
mempunyai TCM, harus 5. Pasien MTB Pos Rif Sen dengan dosis harian. Prioritas pasien
merujuk terduga dengan riwayat pengobatan
TBC HIV, kasus TBC yang diobati di RS,
TBC/spesimen ke Fasyankes sebelumnya akan dilanjutan
dan kasus TBC dengan hasil MTB pos
TCM. dengan pemeriksaan uji
rif sen/indet dengan riwayat pengobatan
kepekaan terhadap INH.
3. Dinkes Prov/Kab/Kota sebelumnya.
mengatur jejaring rujukan dan 6. Penegakan diagnosis TBC 9.Pemberian OAT kat 2 tidak
menetapkan Fasyankes TCM secara klinis harus didahului
direkomendasikan lagi untuk
menjadi pusat rujukan bagi dengan pemeriksaan
pengobatan pasien TBC.
Fasyankes di sekitarnya. bakteriologis
22
Alur Diagnosis
dan Pengobatan
TB
2021

23

SE Dirjen P2P No.


HK.02.02/III.1/936/2021
PENEMUAN DAN PELAPORAN KASUS TBC
PENGUATAN PENEMUAN DAN PELAPORAN TBC

Penguatan Jejaring Internal Layanan Kewajiban Pelaporan (Mandatory


TBC di Fasyankes Notification)
Pasal 12 Ayat 1 Pasal 12 Ayat 4
optimalisasi upaya penemuan kasus TBC Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan
secara pasif intensif berbasis Fasilitas yang menemukan pasien TBC wajib
Pelayanan Kesehatan dan secara aktif melaporkan kepada dinas kesehatan
berbasis institusi dan komunitas kabupaten/ kota

Pasal 12 Ayat 2 Pasal 24 Ayat 2


Penemuan kasus TBC secara pasif intensif Salah satu tanggung jawab Pemerintah
dilakukan melalui pemeriksaan pasien Daerah adalah memastikan semua
dengan gejala TBC yang datang ke orang yang terdiagnosis TBC tercatat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan dan terlaporkan dalam sistem
terintegrasi dengan pelayanan informasi TBC.
kesehatan lainnya

24 24
NOMOR HK.02.01/MENKES/660/2020
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM
MELAKUKAN PENCATATAN
DAN PELAPORAN KASUS TUBERKULOSIS

1.Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, tempat


praktik mandiri dokter, klinik, balai kesehatan, dan r
rumah sakit) wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan semua kasus Tuberkulosis yang ditemukan dan
diobati
1.Pencatatan dan pelaporan menggunakan SITB atau
SIMRS-SITB
2.NIK = variabel wajib
3.Hasil pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis
menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaaan
pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK)

25
Mandatory PENEMUAN KASUS TB
Notification
PENEMUAN PASIF DENGAN JEJARING LAYANAN TB (PPM)

PUSKESMAS Penemuan Intensif melalui Kolaborasi HIV,,


DM, PAL, MTBS

KLINIK DPM

LAB SWASTA APOTEK

RS PEMERINTAH

LABKESDA RS SWASTA DINKES


KAB/KOTA
RS PARU
BB/BKPM

PENEMUAN AKTIF BERBASIS KELUARGA DAN MASYARAKAT


Kerjasama ✓ Investigasi Kontak
Organisasi Komunitas dgn ✓ Penemuan di tempat khusus: asrama, lapas/rutan, tempat pengungsi,
Kader, Posyandu, tempat kerja, sekolah 26
Pos TB Desa, dll ✓ Penemuan di masyarakat, Penemuan massal.
UPAYA AKSELERASI CAKUPAN PENEMUAN DAN PENGOBATAN
TUBERKULOSIS
Melakukan penemuan kasus secara aktif (Active Case Finding)
terutama pada kelompok berisiko seperti pada orang dengan Memperkuat jejaring fasilitas
HIV-ADIS (ODHA), pasien DM dan pasien malnutrisi pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta dalam penemuan, tatalaksana,
Memaksimalkan kegiatan investigasi
dan pengobatan;
kontak bersama komunitas
Mempeluas dan memperkuatlayanan
diagnostik dan pengobatan tuberkulosis;

Perluasan pemberian TPT kepada anak, Memperkuat pemantauan dan pendampingan pengobatan
ODHA, kontak serumah untuk TBC SO dan RO sesuai standar dengan
melibatkan komunitas

Mengoptimalkan komunikasi, informasi, dan


Melaksanakan wajib lapor penemuan
edukasi tentang tuberkulosiskepada
kasus tuberkulosis dan penguatan
masyarakat.
sistem surveilans TB di semua
fasyankes; 27
Kegiatan prioritas untuk Program TB

Mengatasi Underreporting Mengoptimalkan yang Mengakses yang belum Kegiatan khusus TB RO


di Fasyankes sudah dicapai terjangkau 1. Pelayanan TB RO di 360 RS
1. Penerapan PPM berbasis 1.Penguatan surveilans 1.Penemuan dan dan Balkes
kab/kota 2.Peningkatan kepatuhan pelacakan kontak 2. Pengobatan TB RO jangka
minum obat (PMO) 2.Skrining di tempat pendek
2. Wajib Lapor dan Penguatan
khusus 3. Desentralisasi layanan ke
surveilans 3.Pelacakan pasien mangkir puskesmas
3.Pengendalian faktor
3. Sinkronisasi dengan BPJS (data risiko 4. Dukungan psikososial
dan sistem rujuk balik) 4.Promosi kesehatan (pendampingan pasien dan
4. Manajemen Layanan TB yang pemeberian enabler)
terintegrasi (HIV, DM, gizi, 5. Penanganan efek samping
rokok, penyakit paru, dll)

28
Strategi Penemuan Kasus TB
Penemuan pasif, intensif berbasis fasyankes
Jejaring layanan Public-Private Mix dan pendekatan integrasi layanan TB

IDI
DPM
Klinik Koalisi Profesi
RS Swasta Lab Swasta
Apotik IAI

RS Paru
RSU Daerah

Dinkes Kab/kota
Puskesmas
Mandatory
Notification BPPM Labkesda

Penemuan Aktif dan masif melelui pendekatan keluarga (PIS PK)


Ban putih, Kader,
posyandu, posbindu • Pelacakan kontak : 10 – 15 orang
• Penemuan di tempat khusus : asrama, lapas, rutan, pengungsi, tempat kerja, sekolah
• Penemuan / skrining massal
29
PENGERTIAN NOTIFIKASI WAJIB (Mandatory
Notification)

KEWAJIBAN bagi setiap fasilitas kesehatan yang


memberikan pelayanan TB untuk mencatat dan
melaporkan pasien TB (semua type, pada semua usia)
yang ditemukan dan atau diobati sesuai standar

30
Koalisi Organisasi Profesi (KOPI)
untuk Penanggulangan Tuberkulosis

31
Koalisi Organisasi Profesi

▪ Merupakan gabungan dan kerjasama beberapa IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, PDUI,
organisasi profesi yang mempunyai komitmen dan PDKI, PERDOKI, PAMKI, PDS-
saling berkerjasama untuk terlibat dalam upaya PATKLIN, PATELKI, PDSRI,
penanggulangan TB di tingkat nasional, provinsi PPNI, IAI, DST....
dan kabupaten/kota melalui jejaring PPM TB.

▪ Merupakan penggerak para sejawatnya dalam


mendukung pelaksanaan PPM TB berbasis
kabupaten/kota
Koalisi ini bersifat terbuka

32
Misi KOPI TB
1. Meningkatkan keterlibatan praktisi dalam kegiatan penanggulangan TB
nasional;
2. Menjamin semua anggota profesi melaksanakan tata laksana TB sesuai
dengan International Standard Tuberculosis Care (ISTC) dan Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran TB (PNPK TB);
3. Menjamin semua pasien TB yang diobati ternotifikasi dalam sistem
informasi Program TB Nasional;
4. Meningkatkan keberhasilan penanggulangan TB.

33
Fungsi dan Tugas KOPI TB di Kab/Kota
LOKASI PERAN
Di tempat praktik masing- Menjadi bagian dari PPM dalam pelayanan langsung pada pasien dan
masing melaporkan langsung kedalam sistim informasi di kabupaten/kota sesuai
pedoman
Berfungsi sebagai tenaga ahli yang menjadi Inisiator, motivator, fasilitator,
Di Rumah Sakit pelaksana pelayanan kesehatan dan mendorong terbentuknya jejaring internal
layanan TB yang sinergis. → Dalam melaksanakan strategi DOTS di Rumah
Sakit
Di dalam Jejaring PPM Sebagai fasilitator untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan fasyankes
Kab/Kota melalui pelatihan, pembinaan, supervisi, mentoring klinik, dan advokasi

Catatan: (motivasi, fasilitasi dan pelaksanaan)


▪ Layanan TB oleh OP sesuai dengan PNPK : mengisi alur klinis (clinical pathway)
▪ Semua layanan tercatat dalam form TB mulai dari instalasi rawat jalan, rawat inap, dan instalasi penunjang

34
Tugas dan Fungsi masing-masing organisasi
profesi

35
HARAPAN UNTUK KOPI TB
1. Sebagai wadah information sharing kepada setiap
anggota profesi
2. Sebagai think tank untuk menggerakkan dan memicu
berjalannya layanan TB standar dan jejaring PPM
3. Peningkatan keterlibatan praktisi dalam kegiatan
penanggulangan TB nasional
4. Penatalaksanaan TB yang sesuai standar
5. Peningkatan notifikasi pasien TB yang diobati ke
dalam sistem informasi TB
6. Peningkatan keberhasilan penanggulangan TB di
Indonesia

36
37

Anda mungkin juga menyukai