DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS B 21
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINAWAN JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
29 Maret 2022
Penulis
DAFTAR ISI
A. KonsepPasanganUsiaSubur……………………………..............................6
B. Pelayanan Yang Diberikan Kepada Pasangan Usia Subur……….................7
C. Intervensi Komunitas......................................................................................9
D. Menetapkan sasaran......................................................................................10
A. Pengkajian .....................................................................................................11
BAB V PENUTUP....................................................................................................14
A. Kesimpulan ....................................................................................................14
B. Saran ..............................................................................................................15
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pasangan usia subur
2. Mengetahui cakupan pasangan usia subur
3. Mengetahui rumus perhitungan pasangan usia subur
4. Mengetahui masalah yang di hadapi pasangan usia subur
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat
tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15
tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15
sampai 44 tahun dan bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan
perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam kegiatan
keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45–49 bukan
merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur 45–49 tahun,
kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo,
2010).
Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri yang saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana usia istri antara
20 tahun sampai 45 tahun. Pasangan usia subur batasan usia yang digunakan
disini adalah 20-45 tahun. Pasangan Usia Subur berkisar antara usia 20-45
tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam
segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, Pasangan Usia Subur sangat mudah
dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut
normal. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi Pasangan Usia Subur yaitu
perlunya pengaturan tingkat kelahiran, perawatan kehamilan dan persalinan
aman (Kadarisman, 2015)
Keterangan :
1. Pembilang : Jumlah PUS yang usia isterinya < 20 tahun.
2. Penyebut : Jumlah PUS yang usia isterinya 15 – 49 tahun.
3. Satuan Indikator: Persentase (%)
2. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk
mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung.,
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2015).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun
belum berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2016).
Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan
seksual tanpa perlindungan (Bobak, 2012).
a. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
3. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda
terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak
semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk
tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas
adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun
tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi
wanita.
4. Personal hygiene
Kebersihan organ reproduksi, khususnya bagian luar
merupakan bagian dari kebersihan diri. Kebiasaan ini perlu
ditanamkan sejak kecil, dimulai dari cara cebok yang benar yaitu
dari arah depan ke belakang. Hal ini dilakukan untuk mencegah
berpindahnya kuman-kuman dari anus ke vagina. Selain itu area
vagina harus selalu di jaga keadaan kering, karena kelembaban dapat
menyebabkan kuman, bakteri, dan jamur tumbuh subur sehingga
sering kali berlanjut menyebabkan keluhan keputihan. Salah satu
masalah yang timbul pada wanita usia subur adalah keputihan.
Keputihan merupakan cairan yang keluar dari vagina yang bukan
darah (Wiknyosastro, 2005).
b. Oligemenore
Oligemenorea adalah panjang siklus haid yang
memanjang dari panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari
35 hari per siklusnya. Volume perdarahannya umumnya
lebih sedikit dari volume perdarahan haid biasanya. Siklus
haid biasanya juga bersifat ovulatoar dengan fase proliferasi
yang lebih panjang di banding fase proliferasi siklus haid klasik.
c. Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang
dari panjang siklus haid klasik (oligemenorea) atau tidak
terjadinya perdarahan haid, minimal 3 bulan berturut-turut.
Amenorea dibedakan menjadi dua jenis:
1) Amenorea primer
Amenorea primer yaitu tidak terjadinya haid
sekalipun pada perempuan yang mengalami amenorea.
2) Amenorea sekunder
3) Amenorea sekunder yaitu tidak terjadinya haid yang di
selingi dengan perdarahan haid sesekali pada perempuan yang
mengalami amenorea.
d. Hipermenorea (Menoragia)
Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan haid yang
terlalu banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya
(lebih dari 8 hari).
e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit
dari biasanya tetapi tidak mengganggu fertilitasnya.
Pelayanan kesehatan yang dapt diberikan kepada pasangan usia subur yaitu:
a. G : Greet
d. H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang
harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing –
masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi
dirinya.
e. E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil
yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa
saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula
siapa dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
b. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole klien.
Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai
dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri kita di
dalam hati klien.Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami
pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat membantunya.
c. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini,
serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan alternative
kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.Uraikan juga mengenai
risiko penularan HIV/
d. TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai
apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah
klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.
Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan
criteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi.Tanyakan
juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan
tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut pada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah
memutuskan pilhan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih
yang akan digunakan.
e. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan
alat/ obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi
tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi
doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan
terbuka.Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi,
misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual
(IMS).Cek pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya
dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
f. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian,
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.
7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Ber-KB Pada PUS
Terjadinya unmet need pada pasangan usia subur merupakan salah satu
sikap dan perilaku dari pasangan tersebut dalam menggunakan alat
kontrasepsi. Salah satu teori perilaku yaitu Teori Precede-Proced yang
dikembangkan oleh Lawrence Green pada tahun 1991. Berdasarkan
penelitian sebelumnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian
unmet need pada PUS. Namun terdapat pula faktor lain yang dapat
mempengaruhi PUS untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi dan menjadi
kelompok unmet need KB berdasarkan teori perilaku.
.1 Faktor Predisposisi
1. Umur
Umur berperan sebagai faktor presdiposisi dalam hubungannya
dengan pemakaian KB. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi
fisiologis komposisi biokimiawi serta sistem hormonal seorang
wanita(Indira, 2009). Perbedaan fungsi fisiologis, komposisi biokimiawi
dan sistem hormonal akan mempengaruhi pemakaian kontrasepsi yang
bermaksud untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada
usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia
tua.
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
adanya pengetahuan, seseorang tidak akan memiliki dasar dalam
pengambilan sebuah keputusan serta menentukan tindakan maupun solusi
terhadap masalah yang dihadapi(Dwijayanti, 2008).
2 Faktor Pemungkin
1. Akses Terhadap Pelayanan Alat Kontrasepsi
Agar suatu metode kontrasepsi dapat tercapai maka terlebih dahulu
kontrasepsi tersebut harus tersedia dan tempat pelayanannya pun mudah
dijangkau oleh masyarakat. Jarak pelayanan alat kontrasepsi berdasarkan
kriteria yang dibuat oleh BPS dalam mengelompokkan rata-rata jarak
terdekat
(km) dari rumah tangga ke fasilitas umum yaitu dikategorikan dengan jika
jarak dari rumah ke puskesmas ≤ 2,5 km dan jauh jika jarak dari rumah
puskesmas > 2,5 km (BPS 2007 dalam Purba, 2008).
2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan menurut BPS (2006) merupakan balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi dalam jangka waktu tertentu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suseno (2011) pendapatan
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian unmet need
(p=0,033 (p<0,05) ; 95% CI = 1,162-14,463). (Suseno, 2011). Pendapatan
keluarga perbulan yang rendah akan memungkinkan PUS tersebut untuk
tidak menggunakan KB karena penggunaan KB bukan merupakan
kebutuhan primer di keluarga.
3. Biaya
Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar haya
tarikmenarik antara konsumen-konsumen dan produsen-produsen yang
bertemu di pasar (Boediono, 2011). Pasar yang dimaksud dapat kita
artikan sebagai pelayanan kesehatan, PUS sebagai konsumen dan tenaga
kesehatan sebagai produsen. Biaya alat kontrasepsi yang dimaksud adalah
semua pengeluaran yang digunakan untuk memasang atau memperoleh
alat kontrasepsi. Dalam penggunaan metode kontrasepsi, harga atau biaya
yang mudah dijangkau oleh masyarakat merupakan salah satu persyaratan
yang harus dipenuhi, sehingga kontrasepsi dapat digunakan oleh semua
PUS.
3 Faktor Pendorong
1. Dukungan dari Pasangan
Dalam persyaratan penggunaan metode kontrasepsi telah
dijelaskan bahwa dalam penggunaan metode kontrasepsi harus dapat
diterima bukan hanya oleh klien tetapi juga pasangan dan lingkungan
budaya di masyarakat. Permasalahan yang ada dalam kontrasepsi yaitu
apabila mendengar kata kontrasepsi identik dengan perempuan sebagai
penggunaanya.
2. Tubektomi
Ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii wanita.
Keuntungan tubektomi adalah :
a. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksualis
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
Pelaksanaan tubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan
dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum dipersulit dengan edema tuba,
infeksi, dan alat-alat genital belum menciut.
Tubektomi dan vasektomi dilakukan pada pasangan yang tidak
menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap (kontrasepsi mantap). Dalam
pemilihan kontrasepsi ini, diperlukan pemikiran yang matang.
3. Peran Perawat
4. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai pemilihan KB
5. Memberi HE mengenai pentingnya mengatur jarak kehamilan
6. Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan masalah dengan
mengkonsultasikan pada petugas Kesehatan
1. Sebagai pendidik
4. Sebagai advokat
5. Sebagai konsultan
8. Spesialis lingkungan
TINJAUAN SITUASI
1. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan
data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005). a.
Pengumpulan data
1) Sensus
3) Catatan Autopsi
Catatan autopsy memiliki bias yang sangat kentara, pasien
menderita sakit yang parah dan meninggal dunia. Autopsy tidak
dilakukan pada semua kasus kematian. Catatan autopsy meliputi
kasus-kasus kematian akibat tindak kekerasan yang tidak
proporsional dan penyebab kematian seseorang yang tidak
diketahui sampai autopsy dilakukan.
b. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data
denga cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
c. Analisis data
Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis adalah :
1) Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu
jika pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan
dalam berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas meliputi:
3) Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah
mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan kehilangan data.
Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti kesalahan dalam
pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara kritis data dan
menyadari potensi terjadinya kesenjangan dan kehilangan data.
4) Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang
telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis
dari bukti yang ada untuk mengarah perumusan diagnosa
keperawatan komunitas.
e. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah
(Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
f. Aspek politis
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai
dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 :
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang
mungkinterjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Diagnosa keperawatan
mengandung komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi (penyebab),
sign atau symtom (tanda gejala)
(Mubarak, 2005).
3. Perencanaan keperawatan.
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai
pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan
anggota masyarakat
(Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi
pada keperawatan komunitas adalah :
a. Inovative
(IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005).
b. Integrated
c. Rasional
(Mubarak, 2005).
e. Ugem
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan Tersier
a. Memperkuat program
Tujuan perawatan adalah promosi kesehatan dan peningkatan
kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaiain ini dengan
cara menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan dalam
mengakaji program dampaknya serta hasil akhir program tersebut.
e. Memungkinkan fleksibilitas
Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat prestiktif; jira tidak, akan
sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali
meningkat secara tajam dan komplek.
f. Membangun kapasitas
Prose evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan
ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat
didalamnya.
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja
Keterangan:
:peran masyarakat
:
peran perawat
Analisa Kasus
Di sebuah desa Sukamaju terdapat 50 KK dengan jumlah warga 200. Dimana
terdapat 30 KK dengan pasangan usia subur. Dengan usia diatas 50 tahun adalah 20
orang, usia 36-50 adalah 30 orang, usia 35 tahun adalah 30 orang, usia 20 tahun
45orang, usia 10-19 tahun 50 orang, usia 1-9 15 orang, usia 0-1 10 orang.
Masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani dengan rata-rata penghasilan setiap
bulan adalah sekitar kurang dari 500 ribu. Komunikasi antar warga berjalan dengan
baik karean jarak rumah satu dengan yang lain juga dekat. Warga sukamaju mayoritas
beragam islam, pendidikan pasangan usia subur mayoritas SMP.
Fasilitas kesehan yang ada di Desa sukomaju adalah 1 bidan praktek swasta, 1
puskesmas, 1 praktek dokter umum. Kebiasaan warga sukomaju bila sakit adalah
mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas ditoko sealin itu masih banyak warga
yang minum jamu buatan sendiri karena mereka beranggapan ini terbebas dari bahan
kimia dan lebih aman dan bila mereka sudah merasa sakitnya parah mereka baru
pergi ke puskesmas dan bidan. 30 KK dengan pasangan usia subur disini terdapat 10
KK yang mengerti penggunaan alat kontrasepsi dan alat kontrasepsi yang mereka
gunakan antara lain KB pil dan KB suntik. Untuk 20 KK yang tidak menggunakan
alat kontrasepsi berdasarkan hasil pengkajian kami menemukan banyak sekali alasan
seperti mereka beranggapan banyak anank banyak rejeki, mereka beranggapan bahwa
KB itu dilarang oleh agama, ada juga yang mangatakan bahwa salah satu dari
pasangan mereka mengalami infertile( mandul),mereka juga mengatakan tidak
adanya dana untuk melakukan kontrasepsi. Ada warga yang mengeluh mengalami
nyeri saat menstruasi dan mengalami siklus yang tidak teratur.
1. Pengkajian
Umur pasangan usia subur : usia 35 tahun adalah 30 orang, usia 20 tahun
45orang, usia 10-19 tahun 50 orang
a. Sistem komunikasi : sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
dusun Sukamaju meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan
reproduksi seperti alat kontrasepsi, penyakit yang berhubungan dengan
kehamilan misalnya televisi, radio, Koran.
b. . Ekonomi : tingkat sosial ekonomi secara keseluruhan apakah sesuai
dengan UMR ( Upah Minimum Regional ), di bawah UMR atau dinas
UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan dapat terjangkau, misalnya
anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut
c. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
d. Budaya
Budaya yang biasa dilakukan di warga sukamaju
e. Kepercayaan
Kepercayaaan atau mitos-mitos yang dilakukan warga bila sakit dalam
memilih pelayanan kesehatan.
f. Status kesehatan
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistik, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR,
serta cakupan imunisasi dan KB.
2. Analisa data
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya.Masalah yang dialami pasangan usia subur antara lain pemilihan
kontrasepsi, penyakit kista, infertilitas dan lain-lain.
Asuhan keperawatan pada pasangan usia subur dengan infertilitas biasanya
akan mempunyai masalah terkait dengan psikologi yang berhubungan juga karena
kurangnya factor pendukung di komunitas. Langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan pembentukan program – program untuk memadai masalah tersebut.
1. Saran
1. Tenaga kesehatan: sebaiknya melakukan penyuluhan tentang infertilitas
dan juga pendampingan emosional bagi klien.
2. Masyarakat: diharapkan dapat memberikan dukungan psikologi bagi
warganya.
Astuti, E. 2014. Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS)
Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Vol. 5 No. 2
Desember 2014. Hlm. 99-108
BKKBN Gorontalo. 2012. Manfaat Utama Keluarga Berencana. Diakses: 22 April 2022.
BKKBN. 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia. Jakarta:
BKKBN.
Burner and, suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Christiana K., Rina K., dan Yolanda B. 2015. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan WUS Dalam Pemilihan Kontrasepsi Di Desa Kalama Darat Kec. Tamako
Kepulauan Sangihe. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 No. 3 Agustus 2015.
Fridalni, N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Suami tentang KB dengan
Keikutsertaan KB Oleh Pasangan Usia Subur (PUS) di RW III Kelurahan Korong Gadang
Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Padang Tahun 2012. [Skripsi Ilmiah]. Padang: STIKES
Mercubaktijaya.
Mulyani S.N dan Rinawati M. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga,
Edisi 18. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.