Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA PASANGAN USIA SUBUR

Dosen Pengampu : Widanarti Setyaningsih, S.Kep.,MN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

LINCAH NURJANNAH (012121025)


LA ODE JAMALUDIN (012121020)
MIRA NOFIYANTI (012121004)
NI PUTU DIAH TANTRIYANI (012121012)
PUTI ANDINI (012121010)
WIJI HANDAYANI (012121030)

KELAS B 21
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINAWAN JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena


berkat taufik dan hidayah Nya. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman dengan
diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.

Alhamdulillah sekali kami dapat menyelesaikan makalah


tentang “pasangan usia subur ”.Makalah ini ditulis dari hasil yang
diperoleh dari buku dan media masa yang berhubungan dengan judul
makalah ini. Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar
menulis dalam bentuk makalah ini, tidak lupa pula kepada anggota
kelompok yang telah bekerja sama sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Kami sangat menyadari bahwa makalah
kami masih terdapat kekurangan, maka kami harapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kedepannya. Dan mudah-mudahan upaya ini
senantiasa mendapat bimbingan dan ridha Allah SWT. Amin yaa
Rabbal Alamin.

29 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………........2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………...........3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………..4

A. Latar belakang ……………………………………………………...........…4


B. Tujuan ……………………………………………………..........……...........5

BAB II TINJAUAN TEORI ……………………………………..…………...........6

A. KonsepPasanganUsiaSubur……………………………..............................6
B. Pelayanan Yang Diberikan Kepada Pasangan Usia Subur……….................7

BAB III ANALISA SITUASI ................................................……………...............7

A. Pengkajian Keperawatan Komunitas............................................................8

B. Diagnosa Keperawatan Komunitas................................................................9

C. Intervensi Komunitas......................................................................................9

D. Menetapkan sasaran......................................................................................10

E. Implementasi Keperawatan Komunitas......................................................10


BAB IV TINJAUAN KASUS ………………...……………………………............11

A. Pengkajian .....................................................................................................11

B. Data subsistem ..............................................................................................12

C. Analisa data ..................................................................................................12

D. Diagnosa keperawata ....................................................................................13


E. Intervensi keperawatan ................................................................................13

BAB V PENUTUP....................................................................................................14

A. Kesimpulan ....................................................................................................14

B. Saran ..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Menurut World Health Organization ( 2012 ), infertilitas


adalah ketidakmampuan untuk hamil, ketidakmampuan mempertahankan
kehamilan, ketidakmampuan untuk membawa kehamilan kepada
kelahiran hidup. Infertilitas dapat bersifat primer dimana
pasangan yang gagal untuk mendapatkan kehamilan sekurang -
kurangnya dalam satu tahun berhubungan seksual secara teratur
tanpa kontrasepsi dengan angka kejadian sebanyak 62,0% dan
infertilitas sekunder yaitu ketidakmampuan seseorang memiliki anak
atau mempertahankan kehamilannya dengan angka kejadian sebanyak
38,0% ( Alhassan et al, 2014 dalam karya KTI Universitas Andalas ).

WHO (2012), memperkirakan sekitar 50 - 80 juta


pasangan mengalami infertilitas di dunia. Infertilitas di negara
berkembang terjadi lebih tinggi yaitu sekitar 30%, dibandingkan
Negara maju hanya 5 – 8 % (Masoumi et al, 2013). Prevalensi
infertilitas di Asia yaitu 30,8% di Kamboja, 10% di Kazakhtan,
43,7% di Turkmenistan (Konsensus Penanganan Infertilitas, 2013
karya KTI Universitas Andalas).

Menurut World Population Data Sheet ( 2013 ) Indonesia


merupakan Negara kelima didunia dengan estimasi jumlah penduduk
terbanyak yaitu 249 juta. Angka Fertilitas atau Total Fertility Rate ( TFR
) 2,6 Indonesia masih berada diatas rata – rata TFR Negara ASEAN
yaitu 2,4. Sementara di Jawa Timur sendiri TFR mencapai 2,3 pada
tahun 2012, hal ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 dan
2011 dimana TFR hanya berkisar 2,0 ( Badan Pusat Statistik, 2012 ).
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan
suami istri yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan
hubungan senggama teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi
belum berhasil memperoleh kehamilan. Pasangan yang mengalami
infertilitas mencoba untuk memiliki anak melalui pengobatan medis
seperti pengobatan hormonal, inseminasi ataupun bayi tabung. Setelah
pasangan infertil menjalani pengobatan infertilitas, tingkat kecemasan
yang dimiliki akan lebih meningkat dibandingkan dengan pasangan
yang tidak menjalani pengobatan (Ogawa et al., 2011 karya KTI
Universitas Andalas).

Wanita adalah pihak yang sering kali mengalami perasaan


tertekan pada pasangan infertilitas. Gangguan psikologis yang dialami
dapat menghambat kehamilan. Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan
terganggunya ovulasi, sel telur tidak bisa diproduksi, dimana menyebabkan
saluran telur mengalami spasme sehingga sulit dilewati sel telur atau
spermatozoa (Manuaba, 2010).
Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang yang
penuh dengan rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir
akan sesuatu hal yang belum pasti akan terjadi. Kecemasan berasal dari
bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang
digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis
(Muyasaroh et al. 2020). Menurut American Psychological Association
(APA) dalam (Muyasaroh et al. 2020), kecemasan merupakan keadaan emosi
yang muncul saat individu sedang stress, dan ditandai oleh perasaan tegang,
pikiran yang membuat individu merasa khawatir dan disertai respon fisik
(jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya).

Dukungan keluarga sangatlah penting bagi wanita infertil,


khususnya yang mengalami kecemasan. Penelitian Lowdermic et al. (2012
karya KTI Universitas Andalas), menunjukkan proses adaptasi wanita
infertil berhubungan dengan dukungan dari lingkungan sekitar pasien
yaitu adanya motivasi yang kuat dalam diri untuk menerima dirinya
sendiri dengan kondisinya sekarang dan dukungan dari orang lain seperti
suami, keluarga, teman, tetangga, teman kerja dan orang - orang lainnya

2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pasangan usia subur
2. Mengetahui cakupan pasangan usia subur
3. Mengetahui rumus perhitungan pasangan usia subur
4. Mengetahui masalah yang di hadapi pasangan usia subur
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat
tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15
tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15
sampai 44 tahun dan bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan
perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam kegiatan
keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45–49 bukan
merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur 45–49 tahun,
kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo,
2010).

Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri yang saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana usia istri antara
20 tahun sampai 45 tahun. Pasangan usia subur batasan usia yang digunakan
disini adalah 20-45 tahun. Pasangan Usia Subur berkisar antara usia 20-45
tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam
segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, Pasangan Usia Subur sangat mudah
dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut
normal. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi Pasangan Usia Subur yaitu
perlunya pengaturan tingkat kelahiran, perawatan kehamilan dan persalinan
aman (Kadarisman, 2015)

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang


istrinya berumur 15-49tahun dan masih menstruasi, atau pasangan suami-
istri yang istrinya berusia kurang dari 15 tahundan sudah menstruasi, atau
istri sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih menstruasi(datang
bulan). Namun dalam mini survei dibatasi wanita PUS umur 15-49
tahun (BKKBN,2011)

2. Cakupan Pasangan Usia Subur


Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya antara
15 – 49 tahun yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga ) kelompok yakni:
1. Dibawah usia 20 tahun
2. Antara 20 - 35 tahun
3. Usia diatas 35 tahun.
Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental usia terbaik melahirkan adalah
antara 20 - 35 tahun, sehingga sangat dianjurkan bagi setiap wanita dapat menikah
diatas 20 tahun.
Upaya peningkatan cakupan dilakukan melalui:
1) Peningkatan akses informasi
2) Peningkatan akses pelayanan PIK-Remaja
3) Peningkatan kualitas dan pengelolaan, jaringan serta keterpaduan program
PIK-Remaja. Sehingga remaja dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak
reproduksi bagi remaja secara terpadu dengan memperhatikan keadilan dan
kesetaraan gender.
3. Rumus perhitungan pasangan usia subur
Persentase cakupan PUS yang usia isterinya di bawah 20 tahun.
∑ PUS yang usia isterinya < 20 tahun
—————————————————– x 100% = …..%
∑ PUS yang usia isterinya 15-49 tahun

Keterangan :
1. Pembilang : Jumlah PUS yang usia isterinya < 20 tahun.
2. Penyebut : Jumlah PUS yang usia isterinya 15 – 49 tahun.
3. Satuan Indikator: Persentase (%)

4. Masalah Dan Kebutuhan Yang Dialami Pasangan Usia Subur

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam


memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal.
Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas
(kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian
masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian
penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan
mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan
harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh masyarakat luas.
(Indeks artikel compas.com, 2011).
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berawal dari kata control berarti mencegah atau melawan
sedangkan kontasepsi adalah pertemuan antra sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan .jadi kontasepsi adalah
menghindari atau mencerah terjadi kehamilan sebagai akibat pertemuan antar sel
yang matang dengan sel sperma .(Fitria, 2010)
 Syarat –syarat kontrasepsi.
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya .
b. Lama kerja dapat di atur menurut keinginan .
c. Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal.
d. Harganya dapat dijangkau masyarat .
e. Cara penggunaan sederhana .
f. Tidak mengganggu hubungan suami istri.
g. Tidak memerlukan control yang ketat selama pemakaian.
 Macam metode atau Cara Kontrasepsi
A. Metode Kontrasepsi Sederhana
1. Tanpa alat atau obat , antara lain :
a) Metode kalender (pantangan berkala)
b) Metode lender servik
c) Metode suhu basal
d) Coitus interutus (senggama terputus )
e) Metode simpto-therma
2.   Dengan alat atau obat ,antara lain
a) Mekanisme (barrier)
b) Kondom
c) Introvagina wanita antara lain :diafragma ,spons dan kap servix .
d) Kimiawi dengan spermisid antara lain : vaginal cream, vaginal
foam, vagina jelly, vagina suppositoria, vaginal tablet.
B. Metode Konrasepsi efektif (MKE)
1. Kontrasepsi hormonal
a. KB pil ,antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil , Morning
after
b. KB Sutik : Depo Provera , cylofem ,Norigest
2. Implan /AKBK.
3.   Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
C. Metode Konrasepsi Mantap
1. Metode Operatif pria (MOP /  Vasektomi )
2. Metode operatif wanita (MOW/ Tubektomi) Sumber :
( Hartanto,2007:42)

 Tujuan dari pengguan alat kontrasepsi adalah :


a.   Menunda kehamilan
Di tunjukkan untuk PUS yang berusia <20tahun
b. Menjarangkan kehamilan /mengatur kehamilan
Masa saat istri berusia antara 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk
melahirkan , dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-
4 tahun mengakhiri kehamilan
c. Saat istri berusia >30tahun, terutama >35 tahun ,sebagai mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai2 orang anak (Hartanto,2010:30)

2. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk
mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung.,
 Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2015).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun
belum berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2016).
Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan
seksual tanpa perlindungan (Bobak, 2012).

a. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.

3. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda
terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak
semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk
tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas
adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun
tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi
wanita.
4. Personal hygiene
Kebersihan organ reproduksi, khususnya bagian luar
merupakan bagian dari kebersihan diri. Kebiasaan ini perlu
ditanamkan sejak kecil, dimulai dari cara cebok yang benar yaitu
dari arah depan ke belakang. Hal ini dilakukan untuk mencegah
berpindahnya kuman-kuman dari anus ke vagina. Selain itu area
vagina harus selalu di jaga keadaan kering, karena kelembaban dapat
menyebabkan kuman, bakteri, dan jamur tumbuh subur sehingga
sering kali berlanjut menyebabkan keluhan keputihan. Salah satu
masalah yang timbul pada wanita usia subur adalah keputihan.
Keputihan merupakan cairan yang keluar dari vagina yang bukan
darah (Wiknyosastro, 2005).

5. Pengetahuan PUS tentang KB


Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat
diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari
buku, surat kabar, atau media massa, elektronik ( Notoatmodjo,
2011).

Umumnya PUS yang memiliki pengetahuan yang kurang


tentang KB berkaitan dengan tingkat pendidikan yang ditempuhnya.
Se;erti hasil penelitian yang diungkapkan oleh Dwi A.T ( 2015 ) bahwa
kebanyakn pasangan usia subur terutama yang berada di daerah dengan
rata – rata pendidikan SD – SMP kurang memahami tentang kontrasepsi.
6. Siklus haid
Siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu
dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan
hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap
sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari. Panjang siklus
dipengaruhi oleh seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis
12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan
pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus
haid 28 hari itu tidak sering dijumpai (Prawirohardjo, 2007).

Hendrik (2006) mengatakan gangguan haid dan siklus dibagi


menjadi :
a. Polimenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek
dari panjang siklus haid klasik, yaitu kurang dari 21 hari per
siklusnya, sementara volume perdarahannya kurang lebih
sama atau lebih banyak dari volume perdarahan haid biasanya.

b. Oligemenore
Oligemenorea adalah panjang siklus haid yang
memanjang dari panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari
35 hari per siklusnya. Volume perdarahannya umumnya
lebih sedikit dari volume perdarahan haid biasanya. Siklus
haid biasanya juga bersifat ovulatoar dengan fase proliferasi
yang lebih panjang di banding fase proliferasi siklus haid klasik.

c. Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang
dari panjang siklus haid klasik (oligemenorea) atau tidak
terjadinya perdarahan haid, minimal 3 bulan berturut-turut.
Amenorea dibedakan menjadi dua jenis:

1) Amenorea primer
Amenorea primer yaitu tidak terjadinya haid
sekalipun pada perempuan yang mengalami amenorea.

2) Amenorea sekunder
3) Amenorea sekunder yaitu tidak terjadinya haid yang di
selingi dengan perdarahan haid sesekali pada perempuan yang
mengalami amenorea.

d. Hipermenorea (Menoragia)
Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan haid yang
terlalu banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya
(lebih dari 8 hari).

e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit
dari biasanya tetapi tidak mengganggu fertilitasnya.

5 Pelayanan Kesehatan Yang Dapat Diberikan Kepada Pasangan Usia Subur

Pelayanan kesehatan yang dapt diberikan kepada pasangan usia subur yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan kedua catin, agar salah satu/kedua catin tersebut


menderita penyakit dapat diketahui sebelumnya.
2. Apabila ternyata sakit agar segera berobat,sehingga pada saat pernikahan
kedua catin benar-benar dalam keadaan sehat.
3. Penjelasan tentang kesehatan dalam perkawinan, terutama yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan, masa nifas dan KB. Misalnya anemia pada
waktu hamil yang berdampak pada ibu dan bayinya.
4. Pemberiaan imunisasi TT pada catin perempuan untuk mencegah tetanus
pada bayi yang akan dilahirkannya.
5. Memberikan pengetahuan bagaimana sikap seorang PUS ini harus sesuai
dengan kodratnya, tidak sama dengan sebelum dia menikah, atau masih
gadis. Dia harus mampu melayani suaminya, bukan kebutuhan bathiniah
saja tapi rohaniah dan yang laennya juga.
6. Apabila seorang wanita datang untuk memakai KB maka bidannya harus
menanyakan apakah suaminya setuju dengan ia memakai KB. Bila perlu si
wanita tadi datang bersama suaminya, jadi suaminya juga ikut dalam
menentukan kontrasepsi yang baik dan aman untuk istrinya.
6 Konseling KB
Konseling didesain untuk menolong klien memahami dan menjelaskan
pandangan mereka terhadap kehidupan dan membantu mencapai tujuan
penentuan diri mereka melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik
serta bermakna bagi mereka dan melalui pemecahan masalah emosional atau
karakter interpersonal.

Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana


seseorang yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara
efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, hubungan konseling
menggunakan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai
informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberikan
bantuan melalui pengambilan keputusan.

Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang


dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana
yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami
dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta
dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai
kesejahteraan hidup.

Tujuan diberikannya layanan bimbingan dan konseling adalah anyak


orang menghadapi berbagai masalah dalam dirinya karena kurang mampunya
menghadapi realitas. Proses konseling dapat membantu seseorang untuk
memperoleh suatu pengalam yang sedemikian rupa sehingga mereka memiliki
suatu pemahaman yang lebih baik tentang realitas dan mampu menghadapinya
secara efektif. Agar Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif.
bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah
dan fasilitasi perkembangan individu. Langkah-langkah konseling KB :

1. GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier


Konseling KB Gallen dan Leitenmaier memberikan satu akronim yang
dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling.

Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan


dari :

a. G : Greet

Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.

b. A : Ask atau Assess


Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah
keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
c. T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah
seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan
upaya penyelesaian masalah tersebut.

d. H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang
harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing –
masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi
dirinya.

e. E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil
yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa
saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula
siapa dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.

f. R : Refer dan Return visit


Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai
atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah
diberikan.

2. Langkah – Langkah Konseling KB SATU TUJU


Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang
baru hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata
kunci SATU TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan
secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan
klien .Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah
yang satu dibandingkan dengan langkah lainnya.Kata kunci SATU TUJU
dalah sebagai berikut :

a. SA : sapa dan salam


Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan nyaman serta
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya
diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

b. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole klien.
Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai
dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri kita di
dalam hati klien.Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami
pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat membantunya.

c. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini,
serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan alternative
kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.Uraikan juga mengenai
risiko penularan HIV/

Aids dan pilihan metode ganda.

d. TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai
apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah
klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.
Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan
criteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi.Tanyakan
juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan
tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut pada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah
memutuskan pilhan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih
yang akan digunakan.

e. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan
alat/ obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi
tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi
doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan
terbuka.Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi,
misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual
(IMS).Cek pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya
dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.

f. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian,
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.
7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Ber-KB Pada PUS
Terjadinya unmet need pada pasangan usia subur merupakan salah satu
sikap dan perilaku dari pasangan tersebut dalam menggunakan alat
kontrasepsi. Salah satu teori perilaku yaitu Teori Precede-Proced yang
dikembangkan oleh Lawrence Green pada tahun 1991. Berdasarkan
penelitian sebelumnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian
unmet need pada PUS. Namun terdapat pula faktor lain yang dapat
mempengaruhi PUS untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi dan menjadi
kelompok unmet need KB berdasarkan teori perilaku.

.1 Faktor Predisposisi
1. Umur
Umur berperan sebagai faktor presdiposisi dalam hubungannya
dengan pemakaian KB. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi
fisiologis komposisi biokimiawi serta sistem hormonal seorang
wanita(Indira, 2009). Perbedaan fungsi fisiologis, komposisi biokimiawi
dan sistem hormonal akan mempengaruhi pemakaian kontrasepsi yang
bermaksud untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada
usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia
tua.

2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
adanya pengetahuan, seseorang tidak akan memiliki dasar dalam
pengambilan sebuah keputusan serta menentukan tindakan maupun solusi
terhadap masalah yang dihadapi(Dwijayanti, 2008).

3. Riwayat Penyakit Tertentu


Terdapat beberapa penyakit yang tidak memperbolehkan seseorang
untuk menggunakan alat kontrasepsi salah satunya adalah kontrasepsi
yang bersifat hormonal. Salah satu penyakit mempengaruhi seseorang
untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu kanker payudara.

4. Jumlah Anak Hidup


Jumlah anak yang dimaksud adalah jumlah anak yang masih hidup
yang dimiliki oleh seorang wanita sampai saat wawancara dilakukan
(BPS,2009 dalam Indira 2009). Keluarga yang berkualitas adalah keluarga
yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis,dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

2 Faktor Pemungkin
1. Akses Terhadap Pelayanan Alat Kontrasepsi
Agar suatu metode kontrasepsi dapat tercapai maka terlebih dahulu
kontrasepsi tersebut harus tersedia dan tempat pelayanannya pun mudah
dijangkau oleh masyarakat. Jarak pelayanan alat kontrasepsi berdasarkan
kriteria yang dibuat oleh BPS dalam mengelompokkan rata-rata jarak
terdekat

(km) dari rumah tangga ke fasilitas umum yaitu dikategorikan dengan jika

jarak dari rumah ke puskesmas ≤ 2,5 km dan jauh jika jarak dari rumah
puskesmas > 2,5 km (BPS 2007 dalam Purba, 2008).

2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan menurut BPS (2006) merupakan balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi dalam jangka waktu tertentu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suseno (2011) pendapatan
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian unmet need
(p=0,033 (p<0,05) ; 95% CI = 1,162-14,463). (Suseno, 2011). Pendapatan
keluarga perbulan yang rendah akan memungkinkan PUS tersebut untuk
tidak menggunakan KB karena penggunaan KB bukan merupakan
kebutuhan primer di keluarga.

3. Biaya
Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar haya
tarikmenarik antara konsumen-konsumen dan produsen-produsen yang
bertemu di pasar (Boediono, 2011). Pasar yang dimaksud dapat kita
artikan sebagai pelayanan kesehatan, PUS sebagai konsumen dan tenaga
kesehatan sebagai produsen. Biaya alat kontrasepsi yang dimaksud adalah
semua pengeluaran yang digunakan untuk memasang atau memperoleh
alat kontrasepsi. Dalam penggunaan metode kontrasepsi, harga atau biaya
yang mudah dijangkau oleh masyarakat merupakan salah satu persyaratan
yang harus dipenuhi, sehingga kontrasepsi dapat digunakan oleh semua
PUS.

3 Faktor Pendorong
1. Dukungan dari Pasangan
Dalam persyaratan penggunaan metode kontrasepsi telah
dijelaskan bahwa dalam penggunaan metode kontrasepsi harus dapat
diterima bukan hanya oleh klien tetapi juga pasangan dan lingkungan
budaya di masyarakat. Permasalahan yang ada dalam kontrasepsi yaitu
apabila mendengar kata kontrasepsi identik dengan perempuan sebagai
penggunaanya.

2. Informasi Dari Tenaga Kesehatan


Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam membantu,
melindungi dan mendukung pelaksanaan program KB. Untuk pasangan
baru yang ingin menggunakan alat kontrasepsi, biasanya akan
berkonsultasi dengan bidan di klinik KB yang dekat dengan temapt
tinggalnya. Terlihat proses interaksi sosial dan penyampaian pesan terjadi,
di mana bidan akan akan menjelaskan dan memberikan informasi secara
detail apa itu program KB, apa saja jenisjenis kntrasepsi hingga apa saja
reaksi atau dampak dari setiap jenis alat kontrasepsi tersebut (Nainggolan,
2013).

4. Promosi Kesehatan Yang Diberikan Pada Pasangan Usia Subur


Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan angka
kelahiran karena kebanyakan penduduk Indonesia melakukan pernikahan dalam
usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa dimana keduanya memiliki
keturunan yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan dalam mengatasi
masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada pasangan
tersebut.
Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat
kontrasepsi, dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan tersebut untuk
memilih apa yang sesuai dengan keinginannya. Salah satu alat kontrasepsi baik
untuk pria dan wanita yaitu :
1. Vasektomi
Merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP) dengan jalan
memotong vas deferen sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam
cairan sperma. Setelah menjalani vasektomi tidak segera akan steril, tetapi
memerlukan sekitar 12 kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dri spermatozoa.
Oleh karena itu, diperlukan penggunaan kondom selama 12 kali sehingga bebas
untuk melakukan hubungan seks.

2. Tubektomi
Ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii wanita.
Keuntungan tubektomi adalah :
a. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksualis
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
Pelaksanaan tubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan
dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum dipersulit dengan edema tuba,
infeksi, dan alat-alat genital belum menciut.
Tubektomi dan vasektomi dilakukan pada pasangan yang tidak
menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap (kontrasepsi mantap). Dalam
pemilihan kontrasepsi ini, diperlukan pemikiran yang matang.

3. Peran Perawat
4. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai pemilihan KB
5. Memberi HE mengenai pentingnya mengatur jarak kehamilan
6. Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan masalah dengan
mengkonsultasikan pada petugas Kesehatan

4. Peran Perawat Komunitas

1. Sebagai pendidik

Perawat keluarga mengajar tentang kesehatan keluarga,


penyakit, hubungan, dan perawatan. Sebagai pendidik bisa dialkukan
secara formal atau non formal. Contohnya : mengajar orang tua
bagaimana merawat bayi mereka, memberikan instruksi tentang diabetes
ke seorang remaja yang baru di diagnosis.

2. Koordinator, collaborator, dan liaison (penghubung)


Perawat keluarga mengkoordinasikan perawatan yang
dilakukan keluarga, berkolaborasi dengan keluarga untuk
merencanakan perawatan. Misalnya, jika anggota keluarga
mengalami trauma Kecelakaan, perawat membantu keluarga
mengakses sumber daya yang ada. Mulai dari rawat inap, perawatan
rawat jalan, perawatan kesehatan di rumah, dan layanan untuk
rehabilitasi. Perawat dapat berfungsi sebagai penghubung di antara
layananlayanan ini.

3. Deliverer dan supervisor perawatan dan ahli teknis

Perawat keluarga juga memberikan atau mengawasi


perawatan yang diterima keluarga. Untuk melakukan ini, perawat
harus menjadi seorang ahli teknis baik dari segi pengetahuan
maupun ketrampilan. Misalnya, perawat melakukan kunjungan ke
rumah keluarga setiap hari untuk melakukan konsultasi dengan
keluarga dan membantu melakukan perawatan sehingga keluarga
menjadi mandiri.

4. Sebagai advokat

Perawat keluarga mendukung kepeada keluarga dan


melindungi hak-hak pasien keluarga sebagai pasien

5. Sebagai konsultan

Perawat keluarga berfungsi sebagai konsultan kepada


keluarga kapan saja diminta atau kapan pun diperlukan. Dalam
beberapa kasus, dia berkonsultasi dengan lembaga untuk
memfasilitasi perawatan yang berpusat pada keluarga. Sebagai
contoh, seorang spesialis perawat klinis di rumah sakit mungkin
Diminta untuk membantu keluarga menemukan yang sesuai
pengaturan perawatan jangka panjang untuk nenek mereka yang
sakit.
6. Sebagai konselor
Perawat keluarga berperan membantu individu dan keluarga
dalam memecahkan masalah atau mengubah perilaku. Contoh :
kesehatan mental adalah keluarga yang membutuhkan bantuan
dengan mengatasi kondisi kronis jangka panjang, seperti ketika
seorang anggota keluarga telah didiagnosis dengan skizofrenia.

7. Case-finder dan epidemiologist

Perawat keluarga terlibat dalam penemuan kasus dan menjadi


pelacak penyakit. Misalnya, ada anggota keluarga yang didiagnosis
dengan penyakit menular seksual. Perawat akan terlibat dalam
melepaskan sumber transmisi dan membantu pengobatan,
melakukan rujukan serat melibatkan dari anggota keluarga untuk
menjadi bagian dari peran ini.

8. Spesialis lingkungan

Perawat, keluarga dan masyarakat lngkunga sekitar


bekerjasama untuk memodifikasi lingkungan. Misalnya, jika seorang
pria dengan paraplegia akan segera keluardari rumah sakit, perawat
membantu keluarga dalam memodifikasi lingkungan rumah sehingga
pasien dapat bergerak di kursi roda dan melibatkan keluarga dalam
perawatan diri.

9. Clarify dan interpret

Perawat menjelaskan dan menginterpretasikan data ke


keluarga di semua pengaturan. misalnya, jika seorang anak dalam
keluarga memiliki penyakit yang kompleks, seperti leukemia.
perawat menjelaskan dan memberikan informasi yang berkaitan
dengan diagnosis, pengobatan, dan prognosis kondisi untuk orang
tua dan anggota keluarga.

10. Sebagai pengganti

Perawat keluarga berfungsi sebagai pengganti dengan


menggantikan orang lain. Contoh, perawat dapat berdiri sementara
sebagai oran tua/keluarga kepada seorang remaja yang melahirkan
seorang anak sendiri di ruang persalinan.

11. Sebagai peneliti

Perawat keluarga harus mengidentifikasi masalah dan


menemukan solusi terbaik untuk menangani masalah tersebut
melalui proses ilmiah/penyelidikan.

Contoh mungkin berkolaborasi dengan tim untuk menemukan


intervensi yang lebih baik untuk membantu keluarga mengatasi
lansia dengan dimensia.

12. Sebagai panutan

Perawat keluarga berfungsi sebagai teladan bagi orang lain.


BAB III

TINJAUAN SITUASI

4.Asuhan Keperawatan Komunitas


Target keperawatan komunitas adalah:

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat


diterima semua orang dari berbagai golongan
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam
hal ini komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima
pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang ada di masyarakat,
maka dapat dkembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan
praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual)
terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri
dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur


dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat di desa Pamijen.
7. Pengembangan tenaga kesehatan/keperawatan bagi masyarakat yang
direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus agar lebih baik.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan
data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005). a.
Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai


masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut
aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005). Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Wawancara atau anamnesa


2) Pengamatan
3) Pemeriksaan fisik
Menurut Anderson dan Elizabeth T (2006), dalam pengkajian sumber
data yang dipergunakan dapat diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu :

1) Sensus

Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus


dapat diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat.

Data Statistik Vital :


Data statistik vital adalah data tentang kejadian-kejadian yang
tercatat secara legal, seperti kelahiran, kematian, perkawinan, dan
perceraian, yang dikumpulkan secara terus-menerus oleh badan
pemerintahan.

1) Laporan Penyakit yang Terinformasikan


Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang
dilaporkan oleh departemen kesehatan baik pusat maupun daerah
tentang penyakit-penyakit yang dapat dilaporkan secara legal.
Secara legal laporan penyakit yang ditugaskan mungkin tidak
mewakili seluruh kasus penyakit sehingga laporan tersebut tidak
menyajikan penjelasan yang valid tentang penyakit yang terjadi di
masyarakat. Dalam prakteknya, petugas kesehatan mungkin gagal
untuk memberikan laporan penyakit yang seharusnya dilaporkan.

2) Catatan Medis dan Rumah Sakit


Catatan medis dan rumah sakit digunakan secara luas dalam
penelitian kesehatan komunitas. Bagaimanapun catatan-catatan
inipun tidak menyajikan gambaran yang lengkap atau valid
tentang kesehatan komunitas.

3) Catatan Autopsi
Catatan autopsy memiliki bias yang sangat kentara, pasien
menderita sakit yang parah dan meninggal dunia. Autopsy tidak
dilakukan pada semua kasus kematian. Catatan autopsy meliputi
kasus-kasus kematian akibat tindak kekerasan yang tidak
proporsional dan penyebab kematian seseorang yang tidak
diketahui sampai autopsy dilakukan.

b. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data
denga cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
c. Analisis data
Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis adalah :

1) Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu
jika pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan
dalam berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas meliputi:

a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan


kelompok etnik dan ras).
b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan
tempat tinggal, ruang public, dan jalan).
c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan,
pendidikan yang dicapai, dan pola penyewaan atau kepemilikan
rumah).
d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat
pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya). 2) Ringkasan
Berupa diagram dan grafik.

3) Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah
mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan kehilangan data.
Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti kesalahan dalam
pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara kritis data dan
menyadari potensi terjadinya kesenjangan dan kehilangan data.

4) Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang
telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis
dari bukti yang ada untuk mengarah perumusan diagnosa
keperawatan komunitas.

d. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang
telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu
diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005).

e. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah

(Mubarak, 2005):

1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
f. Aspek politis
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai
dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 :

No Kriteria Bobot kriteria 1-10 Masalah Bobot

1 - 10 Rasional Makna masalah


1 Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2 Motivasi komuniti untuk mengatasi masalah
3 Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah
4 Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi
5 Bertanya akibat jika masih tetap
6 Cepat masalah teratasi

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang
mungkinterjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Diagnosa keperawatan
mengandung komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi (penyebab),
sign atau symtom (tanda gejala)

(Mubarak, 2005).

3. Perencanaan keperawatan.
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai
pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan
anggota masyarakat

(Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi
pada keperawatan komunitas adalah :

a. Inovative

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan


mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi

(IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005).

b. Integrated

Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama


profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).

c. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan


harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).

d. Mampu dan mandiri


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten

(Mubarak, 2005).

e. Ugem

Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas


kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas
dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in community
(model for nursing partnership)
(Mubarak, 2005).

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas


terdiri atas:

a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan Tersier

5. Evaluasi atau Penilaian


Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).

Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan


dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif program. Data
evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki database dan diagnosis
keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data
komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan
(proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan
tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
semula. Sejalan dengan landasan teoretis dalam menjalin kemitraan dengan
komunitas, program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang
dikenukakan oleh Foundation, W.K.K (1998). Prinsip tersebut disimpulkan
sebagai berikut :

a. Memperkuat program
Tujuan perawatan adalah promosi kesehatan dan peningkatan
kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaiain ini dengan
cara menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan dalam
mengakaji program dampaknya serta hasil akhir program tersebut.

b. Menggunakan pendekatan multipel


Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan
bermacam-macam. Tidak ada satu pendekatan yang lebih unggul, tetapi
metode yang dipilih harus señalan anegan tujuan program.

c. Merancang evaluasi untuk memnuhi isu nyata


Program berbasis dan berfokus-komunitas, yang berakar pada comunitas
nyata dan berdasarkan pengkajian comunitas, harus memiliki rancangan
evalausi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut
bagi komunitas.

d. Menciptakan proses partisipasi


Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian, analisis,
perencanaan, dan implementasi, merekapun harus menjadi mitra dalam
evaluasi.

e. Memungkinkan fleksibilitas
Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat prestiktif; jira tidak, akan
sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali
meningkat secara tajam dan komplek.

f. Membangun kapasitas
Prose evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan
ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat
didalamnya.

Hal ini serupa dengan kontek profesional maupun nonprofesional.


Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses

c. Efisiensi biaya

d. Efektifitas kerja

e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka


waktu berapa?

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Perubahan dampak kesehatan

Keterangan:

:peran masyarakat
:
peran perawat

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang


terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan melalui proses asuhan keperawatan komunitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Analisa Kasus
Di sebuah desa Sukamaju terdapat 50 KK dengan jumlah warga 200. Dimana
terdapat 30 KK dengan pasangan usia subur. Dengan usia diatas 50 tahun adalah 20
orang, usia 36-50 adalah 30 orang, usia 35 tahun adalah 30 orang, usia 20 tahun
45orang, usia 10-19 tahun 50 orang, usia 1-9 15 orang, usia 0-1 10 orang.
Masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani dengan rata-rata penghasilan setiap
bulan adalah sekitar kurang dari 500 ribu. Komunikasi antar warga berjalan dengan
baik karean jarak rumah satu dengan yang lain juga dekat. Warga sukamaju mayoritas
beragam islam, pendidikan pasangan usia subur mayoritas SMP.
Fasilitas kesehan yang ada di Desa sukomaju adalah 1 bidan praktek swasta, 1
puskesmas, 1 praktek dokter umum. Kebiasaan warga sukomaju bila sakit adalah
mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas ditoko sealin itu masih banyak warga
yang minum jamu buatan sendiri karena mereka beranggapan ini terbebas dari bahan
kimia dan lebih aman dan bila mereka sudah merasa sakitnya parah mereka baru
pergi ke puskesmas dan bidan. 30 KK dengan pasangan usia subur disini terdapat 10
KK yang mengerti penggunaan alat kontrasepsi dan alat kontrasepsi yang mereka
gunakan antara lain KB pil dan KB suntik. Untuk 20 KK yang tidak menggunakan
alat kontrasepsi berdasarkan hasil pengkajian kami menemukan banyak sekali alasan
seperti mereka beranggapan banyak anank banyak rejeki, mereka beranggapan bahwa
KB itu dilarang oleh agama, ada juga yang mangatakan bahwa salah satu dari
pasangan mereka mengalami infertile( mandul),mereka juga mengatakan tidak
adanya dana untuk melakukan kontrasepsi. Ada warga yang mengeluh mengalami
nyeri saat menstruasi dan mengalami siklus yang tidak teratur.

1. Pengkajian
Umur pasangan usia subur : usia 35 tahun adalah 30 orang, usia 20 tahun
45orang, usia 10-19 tahun 50 orang
a. Sistem komunikasi : sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
dusun Sukamaju meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan
reproduksi seperti alat kontrasepsi, penyakit yang berhubungan dengan
kehamilan misalnya televisi, radio, Koran.
b. . Ekonomi : tingkat sosial ekonomi secara keseluruhan apakah sesuai
dengan UMR ( Upah Minimum Regional ), di bawah UMR atau dinas
UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan dapat terjangkau, misalnya
anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut
c. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
d. Budaya
Budaya yang biasa dilakukan di warga sukamaju
e. Kepercayaan
Kepercayaaan atau mitos-mitos yang dilakukan warga bila sakit dalam
memilih pelayanan kesehatan.
f. Status kesehatan
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistik, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR,
serta cakupan imunisasi dan KB.

2. Analisa data

Data Etiologi Masalah


DS:. Kurangnya informasi Kurangnya pengetahuan
Warga beranggapan tentang kontrasepsi
bahwa banyak anak (D0111)
banyak rejeki
Adanya warga yang
berpendapat bahwa KB
dilarang agama
DO: 20 KK pasangan
usia subur tidak
menggunakan
kontrasepsi
BPS di Sukamaju 1
Agama: islam 100%

DS: warga mengatakan Kurangya minat dalam Koping komunitas tidak


tidak mengetahui jenis menggunakan efektif (D0095)
kontrasepsi yang tepat kontrasepsi
Warga mengatakan
belum petugas yankes
yang melakukan
penyuluhan kesehatan
DO: 10 kk
menggunakan kotrasepsi
20 kk tidak
menggunakan
kontrasepsi
Bidan praktek swasta 1
orang
Pendidikan pasangan
usia subur mayoritas
SMP.

DS: warga mengatakan Gangguan dalam Resiko terjadinya kista


sering mengalami mentruasi
gangguan pada
menstruasi seperti nyeri
perut, siklus yang tidak
teratur
DO: 10 warga
mengalami nyeri perut
15 mengalami siklus
tidak teratur
Bidan 1
Dokter 1
Puskesmas 1
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Hasil
1 Kurang Pengetahuan (D0111) b.d Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan warga
Kurangnya Informasi tindakan 2. Berikan edukasi berupa penyuluhan tentang alat
ditandai dengan : keperawatan selama kontrasespsi
DS:. 7x24 jam, warga 3. Libatkan tokoh masyarakat setempat
Warga beranggapan bahwa dapat memahami 4. Beri motivasi warga untuk menggunakan
banyak anak banyak rejeki tentang penggunaan kontrasepsi
Adanya warga yang berpendapat alat kontrasepsi 5. Jelaskan manfaat kontrasepsi
bahwa KB dilarang agama dengan kriteria hasil :
DO: - Memiliki
20 KK pasangan usia subur tidak pengetahuan yang
menggunakan kontrasepsi cukup tentang alat
Agama: islam 100% kontrasepsi
- Memiliki minat
dalam menggunakan 1. Kaji ulang pengetahuan pasien tentang kontrasepsi
alat kontrasepsi 2. Berikan informasi kesehatan tentang kontrasepsi
3. Berikan motivasi terkait penggunaan kontrasepsi
4. Mengadakan kerjasama lintas sektoral, misalnya
dengan puskesmas dan kader setempat

1. Indentifikasi warga yang menderita kista


2 Koping komunitas tidak efektif Setelah dilakukan 2. Anjurkan warga untuk melakukan pemeriksaan
(D0095) b.d kurangnya minat tindakan dini
dalam menggunakan alat keperawatan selama 3. Beri penyuluhan tentang tanda gejala awal kista,
kontrasepsi 7x24 jam, koping perawatan dan pencegahan kista
komunitas tentang 4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan kader
penggunaan alat setempat
kontrasepsi kembali
efektif dengan
kriteria hasil :
- Memiliki minat
untuk menggunakan
alat kontrasepsi
- Mengunjungi
faskes terdekat
- Berkolaborasi
dengan kader
setempat
Setelah dilakukan 1. Indentifikasi warga yang menderita kista
3 Resiko terjadinya kista b.d tindakan 2. Anjurkan warga untuk melakukan pemeriksaan
gangguan dalam menstruasi keperawatan selama dini
7x24 jam, 3. Berikan edukasi mengenai gejala awal,
masyarakat pencegahan, dan perawatan kista
menyadari resiko 4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan kader
terjadi kista dengan setempat
kriteria hasil :
- Memahami pola
hidup yang baik
untuk pencegahan
kista
- Mengunjungi
faskes terdekat untuk
melakukan screening
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan

Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya.Masalah yang dialami pasangan usia subur antara lain pemilihan
kontrasepsi, penyakit kista, infertilitas dan lain-lain.
Asuhan keperawatan pada pasangan usia subur dengan infertilitas biasanya
akan mempunyai masalah terkait dengan psikologi yang berhubungan juga karena
kurangnya factor pendukung di komunitas. Langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan pembentukan program – program untuk memadai masalah tersebut.

1. Saran
1. Tenaga kesehatan: sebaiknya melakukan penyuluhan tentang infertilitas
dan juga pendampingan emosional bagi klien.
2. Masyarakat: diharapkan dapat memberikan dukungan psikologi bagi
warganya.

3. Klien: diharapkan mampu untuk memanfaatkan layanan kesehatan guna


mendapatkan informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E. 2014. Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS)
Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Vol. 5 No. 2
Desember 2014. Hlm. 99-108

BKKBN Gorontalo. 2012. Manfaat Utama Keluarga Berencana. Diakses: 22 April 2022.

BKKBN. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN

BKKBN. 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia. Jakarta:
BKKBN.

Burner and, suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC

Christiana K., Rina K., dan Yolanda B. 2015. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan WUS Dalam Pemilihan Kontrasepsi Di Desa Kalama Darat Kec. Tamako
Kepulauan Sangihe. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 No. 3 Agustus 2015.

Fridalni, N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Suami tentang KB dengan
Keikutsertaan KB Oleh Pasangan Usia Subur (PUS) di RW III Kelurahan Korong Gadang
Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Padang Tahun 2012. [Skripsi Ilmiah]. Padang: STIKES
Mercubaktijaya.

Mulyani S.N dan Rinawati M. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga,
Edisi 18. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

World Health Organization.2012. Infertility. Diakses dari : https://who.int/infertility pada 22


April 2022

Wiknjosastro.Hanifa.2010.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai