Anda di halaman 1dari 31

` TUGAS MATA KULIAH KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASANGAN USIA SUBUR DENGAN INFERTIITAS

KELOMPOK I

1. Andhika Cahya Kharisma 131811123002

2. Suwarning 131811123028

3. Umi Mahfurotun Latifah 131811123033

4. Siti Devi Astutik 131811123036

5. Ma’una Qurrotul Ain 131811123041

6. Rahayu Dewi Pangestuti 131811123066

Halaman judul

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018

1
Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah komunitas.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bantuan dosen dan teman – teman semua sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Airlangga. Saya sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu saya
meminta kritik dan sarannya demi perbaikan makalah di masa yang akan datang.

Surabaya, Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman judul............................................................................................................................................1

Kata Pengantar......................................................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................................1

B. Tujuan......................................................................................................................................2

BAB II KONSEP TEORI....................................................................................................................4

A. Definisi....................................................................................................................................4

B. Cakupan pasangan usia subur..................................................................................................4

C. Rumus perhitungan pasangan usia subur.................................................................................4

D. Masalah dan Kebutuhan Yang Dialami Pasangan Usia Subur..................................................5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................10

1. Pengkajian..............................................................................................................................10

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................................21

A. Kesimpulan............................................................................................................................21

B. Saran......................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................22

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization ( 2012 ), infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil, ketidakmampuan mempertahankan kehamilan,
ketidakmampuan untuk membawa kehamilan kepada kelahiran hidup.
Infertilitas dapat bersifat primer dimana pasangan yang gagal untuk
mendapatkan kehamilan sekurang - kurangnya dalam satu tahun berhubungan
seksual secara teratur tanpa kontrasepsi dengan angka kejadian sebanyak 62,0%
dan infertilitas sekunder yaitu ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau
mempertahankan kehamilannya dengan angka kejadian sebanyak 38,0%
( Alhassan et al, 2014 dalam karya KTI Universitas Andalas ).
WHO (2012), memperkirakan sekitar 50 - 80 juta pasangan
mengalami infertilitas di dunia. Infertilitas di negara berkembang terjadi lebih
tinggi yaitu sekitar 30%, dibandingkan Negara maju hanya 5 – 8 % (Masoumi et
al, 2013). Prevalensi infertilitas di Asia yaitu 30,8% di Kamboja, 10% di
Kazakhtan, 43,7% di Turkmenistan (Konsensus Penanganan Infertilitas, 2013
karya KTI Universitas Andalas).
Menurut World Population Data Sheet ( 2013 ) Indonesia merupakan
Negara kelima didunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta.
Angka Fertilitas atau Total Fertility Rate ( TFR ) 2,6 Indonesia masih berada diatas
rata – rata TFR Negara ASEAN yaitu 2,4. Sementara di Jawa Timur sendiri TFR
mencapai 2,3 pada tahun 2012, hal ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2010 dan 2011 dimana TFR hanya berkisar 2,0 ( Badan Pusat Statistik, 2012 ).
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri
yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama
teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh
kehamilan. Pasangan yang mengalami infertilitas mencoba untuk memiliki anak
melalui pengobatan medis seperti pengobatan hormonal, inseminasi ataupun bayi
tabung. Setelah pasangan infertil menjalani pengobatan infertilitas, tingkat
1
kecemasan yang dimiliki akan lebih meningkat dibandingkan dengan pasangan
yang tidak menjalani pengobatan (Ogawa et al., 2011 karya KTI Universitas Andalas
).
Wanita adalah pihak yang sering kali mengalami perasaan tertekan
pada pasangan infertilitas. Gangguan psikologis yang dialami dapat
menghambat kehamilan. Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan terganggunya
ovulasi, sel telur tidak bisa diproduksi, dimana menyebabkan saluran telur
mengalami spasme sehingga sulit dilewati sel telur atau spermatozoa (Manuaba,
2010).
Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan
ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan (Stuart, 2016 karya
KTI Universitas Andalas ). Wanita infertil merasa berkurang feminitas yang dapat
mengganggu harga diri dan citra dirinya sedangkan perasaan cemas membuat mereka
sulit untuk berbagi perasaan dengan kerabat, sehingga muncullah perasaan kesepian
dan tertekan, yang lebih lanjut membuat mereka menarik diri atau mengisolasi
diri (Sultan & Tahir, 2011).
Dukungan keluarga sangatlah penting bagi wanita infertil, khususnya
yang mengalami kecemasan. Penelitian Lowdermic et al. (2012 karya KTI
Universitas Andalas), menunjukkan proses adaptasi wanita infertil
berhubungan dengan dukungan dari lingkungan sekitar pasien yaitu adanya
motivasi yang kuat dalam diri untuk menerima dirinya sendiri dengan
kondisinya sekarang dan dukungan dari orang lain seperti suami, keluarga, teman,
tetangga, teman kerja dan orang - orang lainnya.

B. Tujuan
Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur dengan infertilitas.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pasangan usia subur
2. Mengetahui cakupan pasangan usia subur
3. Mengetahui rumus perhitungan pasangan usia subur
2
4. Mengetahui masalah yang di hadapi pasangan usia subur
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur dengan infertilitas.

3
BAB II KONSEP TEORI

A. Definisi
Pasangan usia subur (PUS) merupakan salah satu komposisi penduduk yang
secara fisik dan seksual sudah matang untuk melangsungkan kehamilan. Pasangan
usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-35 tahun dimana pasangan (laki-laki dan
perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya
sudah berfungsi dengan baik (BKKBN, 2014).
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan
kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga
berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk
meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan dating ((BKKBN,
2014).
Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya di bawah usia 20 tahun adalah
suatu keadaan pasangan suami istri yang isterinya masih di bawah usia 20 tahun
yang dapat menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan anak
yang dilahirkan (BKKBN, 2014).
B. Cakupan pasangan usia subur
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya antara 20
– 35 tahun yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga ) kelompok yakni:
1. Dibawah usia 20 tahun
2. Antara 20 - 35 tahun
3. Usia diatas 35 tahun.
Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental usia terbaik melahirkan adalah
antara 20 - 35 tahun, sehingga sangat dianjurkan bagi setiap wanita dapat
menikah diatas 20 tahun.
C. Rumus perhitungan pasangan usia subur
Persentase cakupan PUS yang usia isterinya di bawah 20 tahun.
∑PUS yang usia isterinya < 20 tahun
—————————————————– x 100% = …..%
∑ PUS yang usia isterinya 15-49 tahun

Keterangan:
1. Pembilang: Jumlah PUS yang usia isterinya < 20 tahun.
2. Penyebut: Jumlah PUS yang usia isterinya 15 – 49 tahun.

4
3. Satuan Indikator: Persentase (%)
D. Masalah Dan Kebutuhan Yang Dialami Pasangan Usia Subur
Masalah yang dihadapi pasangan usia subur:
1. Personal hygiene
Kebersihan organ reproduksi, khususnya bagian luar merupakan bagian
dari kebersihan diri. Kebiasaan ini perlu ditanamkan sejak kecil, dimulai dari
cara cebok yang benar yaitu dari arah depan ke belakang. Hal ini dilakukan
untuk mencegah berpindahnya kuman-kuman dari anus ke vagina. Selain itu
area vagina harus selalu di jaga keadaan kering, karena kelembaban dapat
menyebabkan kuman, bakteri, dan jamur tumbuh subur sehingga sering kali
berlanjut menyebabkan keluhan keputihan. Salah satu masalah yang timbul pada
wanita usia subur adalah keputihan. Keputihan merupakan cairan yang keluar
dari vagina yang bukan darah (Wiknyosastro, 2005).
2. Pengetahuan PUS tentang KB
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi
yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media
massa, elektronik ( Notoatmodjo, 2011).
Umumnya PUS yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang KB
berkaitan dengan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. Se;erti hasil penelitian
yang diungkapkan oleh Dwi A.T ( 2015 ) bahwa kebanyakn pasangan usia subur
terutama yang berada di daerah dengan rata – rata pendidikan SD – SMP kurang
memahami tentang kontrasepsi.
3. Siklus haid
Siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang
klasik ialah 28 hari. Panjang siklus dipengaruhi oleh seseorang. Rata-rata
panjang siklus haid pada gadis 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43
tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya
panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai (Prawirohardjo, 2007).
Hendrik (2006) mengatakan gangguan haid dan siklus dibagi menjadi :
a. Polimenorea

5
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang
siklus haid klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara
volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari
volume perdarahan haid biasanya.
b. Oligemenore
Oligemenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang
dari panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya.
Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume
perdarahan haid biasanya. Siklus haid biasanya juga bersifat ovulatoar
dengan fase proliferasi yang lebih panjang di banding fase proliferasi siklus
haid klasik.
c. Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari
panjang siklus haid klasik (oligemenorea) atau tidak terjadinya
perdarahan haid, minimal 3 bulan berturut-turut. Amenorea dibedakan
menjadi dua jenis:
1) Amenorea primer
Amenorea primer yaitu tidak terjadinya haid sekalipun pada
perempuan yang mengalami amenorea.
2) Amenorea sekunder
3) Amenorea sekunder yaitu tidak terjadinya haid yang di selingi dengan
perdarahan haid sesekali pada perempuan yang mengalami amenorea.
d. Hipermenorea (Menoragia)
Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan haid yang terlalu
banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya (lebih dari 8 hari).
e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit dari biasanya
tetapi tidak mengganggu fertilitasnya.
4. Pemilihan dan penggunaan kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra “melawan” atau
“mencegah” dan konsepsi adalah pertemuan antar sel yang matang dengan
sperma yang mengakibatkan kehamialan. Maksud dari konsepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antar
sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang
membutuhkan konsepsi adalah pasangan yang aktiv melakukan hubungan

6
intim/seks dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan.
Syarat –syarat kontrasepsi.
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya .
b. Lama kerja dapat di atur menurut keinginan .
c. Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal.
d. Harganya dapat dijangkau masyarat .
e. Cara penggunaan sederhana .
f. Tidak mengganggu hubungan suami istri.
g. Tidak memerlukan control yang ketat selama pemakaian.
Macam metode atau Cara Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Tanpa alat atau obat , antara lain :
a) Metode kalender (pantangan berkala)
b) Metode lender servik
c) Metode suhu basal
d) Coitus interutus (senggama terputus )
e) Metode simpto-therma
2) Dengan alat atau obat ,antara lain
a) Mekanisme (barrier)
b) Kondom
c) Introvagina wanita antara lain :diafragma ,spons dan kap servix .
d) Kimiawi dengan spermisid antara lain : vaginal cream, vaginal foam,
vagina jelly, vagina suppositoria, vaginal tablet.
b. Metode Kontrasepsi efektif (MKE)
1) Kontrasepsi hormonal
a) KB pil ,antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil , Morning
after.
b) KB Sutik : Depo Provera , cylofem ,Norigest
c) Implan /AKBK.
d) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
c. Metode Konrasepsi Mantap
1) Metode Operatif pria (MOP / Vasektomi )
2) Metode operatif wanita (MOW/ Tubektomi)
Tujuan dari pengguan alat kontrasepsi adalah :
a. Menunda kehamilan, di tunjukkan untuk PUS yang berusia <20tahun.
b. Menjarangkan kehamilan /mengatur kehamilan .
Masa saat istri berusia antara 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk
melahirkan , dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-
4 tahun mengakhiri kehamilan
c. Saat istri berusia >30tahun, terutama >35 tahun ,sebagai mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.
5. Penyakit reproduksi
7
a. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk
mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung
(Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono,
2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun
belum berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Klasifikasi Infertilitas.
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
a) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
b) Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
b. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran
kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi
standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan
infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun
tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi
wanita.
E. Peran Perawat
1. Sebagai pendidik

8
Perawat keluarga mengajar tentang kesehatan keluarga, penyakit,
hubungan, dan perawatan. Sebagai pendidik bisa dialkukan secara formal atau
non formal. Contohnya : mengajar orang tua bagaimana merawat bayi mereka,
memberikan instruksi tentang diabetes ke seorang remaja yang baru di diagnosis.
2. Koordinator, collaborator, dan liaison (penghubung)
Perawat keluarga mengkoordinasikan perawatan yang dilakukan
keluarga, berkolaborasi dengan keluarga untuk merencanakan perawatan.
Misalnya, jika anggota keluarga mengalami trauma Kecelakaan, perawat
membantu keluarga mengakses sumber daya yang ada. Mulai dari rawat inap,
perawatan rawat jalan, perawatan kesehatan di rumah, dan layanan untuk
rehabilitasi. Perawat dapat berfungsi sebagai penghubung di antara layanan-
layanan ini.
3. Deliverer dan supervisor perawatan dan ahli teknis
Perawat keluarga juga memberikan atau mengawasi perawatan yang
diterima keluarga. Untuk melakukan ini, perawat harus menjadi seorang ahli
teknis baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilan. Misalnya, perawat
melakukan kunjungan ke rumah keluarga setiap hari untuk melakukan konsultasi
dengan keluarga dan membantu melakukan perawatan sehingga keluarga
menjadi mandiri.
4. Sebagai advokat
Perawat keluarga mendukung kepeada keluarga dan melindungi hak-hak
pasien keluarga sebagai pasien
5. Sebagai konsultan
Perawat keluarga berfungsi sebagai konsultan kepada keluarga kapan
saja diminta atau kapan pun diperlukan. Dalam beberapa kasus, dia
berkonsultasi dengan lembaga untuk memfasilitasi perawatan yang berpusat
pada keluarga. Sebagai contoh, seorang spesialis perawat klinis di rumah sakit
mungkin Diminta untuk membantu keluarga menemukan yang sesuai pengaturan
perawatan jangka panjang untuk nenek mereka yang sakit.
6. Sebagai konselor

9
Perawat keluarga berperan membantu individu dan keluarga dalam
memecahkan masalah atau mengubah perilaku. Contoh : kesehatan mental
adalah keluarga yang membutuhkan bantuan dengan mengatasi kondisi kronis
jangka panjang, seperti ketika seorang anggota keluarga telah didiagnosis
dengan skizofrenia.
7. Case-finder dan epidemiologist
Perawat keluarga terlibat dalam penemuan kasus dan menjadi pelacak
penyakit. Misalnya, ada anggota keluarga yang didiagnosis dengan penyakit
menular seksual. Perawat akan terlibat dalam melepaskan sumber transmisi dan
membantu pengobatan, melakukan rujukan serat melibatkan dari anggota
keluarga untuk menjadi bagian dari peran ini.
8. Spesialis lingkungan
Perawat, keluarga dan masyarakat lngkunga sekitar bekerjasama untuk
memodifikasi lingkungan. Misalnya, jika seorang pria dengan paraplegia akan
segera keluardari rumah sakit, perawat membantu keluarga dalam memodifikasi
lingkungan rumah sehingga pasien dapat bergerak di kursi roda dan melibatkan
keluarga dalam perawatan diri.
9. Clarify dan interpret
Perawat menjelaskan dan menginterpretasikan data ke keluarga di semua
pengaturan. misalnya, jika seorang anak dalam keluarga memiliki penyakit yang
kompleks, seperti leukemia. perawat menjelaskan dan memberikan informasi
yang berkaitan dengan diagnosis, pengobatan, dan prognosis kondisi untuk
orang tua dan anggota keluarga.
10. Sebagai pengganti
Perawat keluarga berfungsi sebagai pengganti dengan menggantikan
orang lain. Contoh, perawat dapat berdiri sementara sebagai oran tua/keluarga
kepada seorang remaja yang melahirkan seorang anak sendiri di ruang
persalinan.
11. Sebagai peneliti
Perawat keluarga harus mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi
terbaik untuk menangani masalah tersebut melalui proses ilmiah/penyelidikan.
10
Contoh mungkin berkolaborasi dengan tim untuk menemukan intervensi yang
lebih baik untuk membantu keluarga mengatasi lansia dengan dimensia.
12. Sebagai panutan
Perawat keluarga berfungsi sebagai teladan bagi orang lain.
13. Manajer kasus
Sebagai manajer kasus adalah seorang nama kontemporer untuk peran
ini, tetapi tetap melibatka kolaborasi antara keluarga dan sistem perawatan
kesehatan. Manajer kasus bertanggung jawab atas suatu kasus. Contoh, perawat
keluarga yang bekerja dengan senior dikomunitas dapat ditugaskan untuk
menjadi manajer kasus pasien dengan penyakit Alzheimer.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
KOMPONEN WINDSHIELD SURVEY

a. Komponen umum

ELEMEN DESKRIPSI

11
Perumahan dan  Bangunan
lingkungan (daerah) Mayoritas bangunan adalah bangunan permanen terbuat dari tembok.
 Arsitektur
Hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Lantai yang terbuat
dari tegel 80 rumah , yang terbuat dari semen 25 rumah dan yang
terbuat dari tanah 5 rumah. Rata-rata di setiap rumah terdapat jendela
dengan pencahayaan yang baik yaitu sekitar 130 rumah.
 Keunikan lingkungan
Banyak tanah kosong di sekitar rumah yang dimanfaatkan untuk
membuang sampah terutama halaman belakang rumah.

Kebersihan  Lingkungan disekitar perkampungan cukup bersih.


lingkungan  Belum ada TPA di perkampungan tersebut masyarakat memanfaatkan
lahan yang kosong sebagai tempat pembuangan sampah.
 Adanya program kerja bakti setiap 2 minggu sekali guna membersihkan
kampung dari sampah dan memotong pohon – pohon yang berbahaya
di sekitar jalan.

Lingkungan terbuka  Luas


Luas wilayah RW 01  80 Ha dengan kepadatan rata-rata 9-10 rumah /
100 m.

 Kualitas
Lahan terbuka digunakan untuk membuang hasil pembakaran sampah
dan sampah basah.

Batas  Batas wilayah


Barat : Kelurahan Telogoringin, Timur : Kelurahan Weru , Utara :
Kelurahan Karangtumpuk, Selatan : Kelurahan Mbluri.

Tingkat sosial  Tingkat Sosial ekonomi


ekonomi Tingkat sosial ekonomi masyarakat RW 01 Logosadang berprofesi
sebagai petani dan pedagang, dengan rata – rata penghasilan Rp.
1.000.000,00 per bulan.

Kebiasaan  Dewasa-tua
Pada pagi dan sore hari sebagian warga bekerja. Pada 1 bulan sekali
ibu-ibu rumah tangga mengadakan arisan (tergantung masing-masing
RT). Dan setiap bulan sekali diadakan arisan RW dan PKK, namun
PKK tidak terlalu aktif karena hanya dihadiri beberapa orang saja
sementara warga yang lain tampak pasif sehingga program PKK tidak
sampai kepada masyarakat secara menyeluruh
Kebiasaan warga Logosadang bila sakit adalah mengkonsumsi obat –
12
obatan yang dijual bebas ditoko, selain itu masih banyak warga yang
minum jamu buatan sendiri karena mereka beranggapan ini terbebas
dari bahan kimia dan lebih aman dan bila mereka sudah merasa
sakitnya parah mereka baru pergi ke pukesmas.
 Anak-anak
Pada pagi mayoritas pergi ke sekolah, siang hari bermain dengan teman
sebaya dan sore hari mayoritas mengikuti kegiatan keagamaan dengan
mengaji di TPA dan bermain sepak bola

Transportasi  Transportasi menggunakan kendaraan pribadi (motor, sepeda, mobil)


selain itu juga menggunakan mobil angkutan umum, ataupun jalan
kaki.
 Situasi jalan beraspal, paving dan sepanjang waktu keadaan jalan
ramai.
Fasilitas umum  Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Desa Logosadang adalah 1 bidan
praktek swasta, 1 puskesmas, 1 praktek dokter umum.
 Sekolah
Di wilayah Kelurahan Logosadang terdapat bangunan sekolah
 Agama
Masjid : 1
 Pelayanan umum
Tidak ada tempat pelayanan umum, seperti kantor Pos, Bank, dan lain-
lain.
 Terdapat satu pos ronda di tengah desa.
Pelaksanaan  Posyandu dilakukan setiap 2 minggu sekali, bertempat di balai desa
pelayanan kesehatan setiap hari sabtu.
 Tidak ada posyandu untuk lansia.
 Ibu hamil rutin melaksanakan ANC di bidan setempat.
 Tidak adanya program layanan kesehatan reproduksi yang dilakukan
oleh pegawai puskesmas.

Pusat belanja  Terdapat banyak toko yang menjual kebutuhan sehari – hari.

Suku bangsa  Mayoritas penduduk dari suku Jawa.


Agama  Mayoritas beragama Islam
Kesehatan dan Penyakit terbanyak yang terjadi di masyarakat selama 6 bulan terakhir
morbiditas adalah batuk pilek yaitu 67 KK Sedangkan pada usila 7 penyakit yang
terbanyak adalah rheumatik yaitu 25 orang, hipertensi 20 orang, katarak 5
orang, Diabetes Mellitus 4 orang, penyakit jantung 1 orang.
Terdapat 220 orang yang menikah, terdapat 50 orang pasangan usia subur
dan terdapat 3 pasangan usia subur yang infertile.

13
Sarana Penunjang 
Rata-rata warga mempunyai televisi dan radio, telepon.

Tidak ada media cetak yang dibaca.

Sudah ada sumber air bersih yaitu sumur pribadi.
 Sumber penerangan menggunakan PLN
Berdasarkan hasil pengkajian di Desa Logosadang RW 01 dari 220 orang yang menikah,
terdapat 50 orang pasangan usia subur, 5 pasangan baru menikah dan terdapat 3 pasangan
usia subur yang infertile.
b. Data Wawancara
Wawancara dilakukan oleh mahasiswa mengenai perasaan pasangan infertile
yang tak kunjung memiliki momongan yang melibatkan 6 orang ( 3 pasangan usia
subur infertile ).
Dari hasil wawancara tersebut, ibu X dan Yan Z mengatakan adanya kecemasan
tentang ketidakkunjungannya memiliki momongan padahal mereka sudah menikah
sekitar 1,5 tahun. Ibu X dan Y mengatakan terkadang malu dengan tetangga karena
sering ditanya kapan hamilnya, sementara dirinya tidak kunjung hamil.

c. DATA KUESIONER
1. Berapa umur suami?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 30 - 35 tahun 2 orang 66,6%
2 25 - 30 tahun 1 orang 33,4%
Jumlah 3 orang 100%

14
Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa usia suami antara 30 – 35 tahun sebanyak 2
orang ( 66,6% ) dan usia sekitara 25 sampai dengan 30 tahun sebanyak 1 orang ( 33,3 %).
2. Berapa umur istri?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 30 -35 tahun 1 orang 33,4%
2 25 - 30 tahun 2 orang 66,6%

Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa usia istri antara 30 – 35 tahun sebanyak 1
orang ( 33, 3 %) dan usia sekitar 25 sampai dengan 30 tahun sebanyak 2 orang ( 66,6 %).
3. Riwayat aborsi
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Iya 1orang 33,4 %
2 Tidak 2 orang 66,6 %

15
Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi ibu yang pernah mengalami
aborsi sebanyak 33,3 % dan yang pelum pernah mengalami aborsi sebanyak 66,6 %.
4. Riwayat penggunaan KB
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Iya 0 orang 0%
2 Tidak 3 orang 100%
Jumlah 3 orang 100%

Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi ibu yang belum pernah
menggunakan KB sebanyak 3 orang atau 100 %
5. Apakah menstruasi ibu teratur?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Iya 2 orang 66,6%
2 Tidak 1 orang 33,3%
Jumlah 3 orang 100%

16
Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi ibu yang menstruasinya tidak
teratur sebanyak 33,3 % dan yang teratur sebanyak 66,6 %.
6. Apakah ada keluhan saat ibu mengalami menstruasi?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Iya 1 orang 33,4%
2 Tidak 2 orang 66,6%
Jumlah 3 orang 100%

Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi ibu yang mengalami keluhan
ketika menstruasi aborsi sebanyak 33,3 % dan yang tidak menunjukkan keluhan sebanyak
66,6 %.
7. Jika iya, keluhan berupa apa?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Nyeri 1 orang 100%
2 Gatal 0 orang
3 Dan lain-lain 0 orang
Jumlah 1 orang 100%
17
Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi ibu yang mengalami keluhan
ketika menstruasi yaitu 100 % dengan keluhan nyeri saat menstruasi.
8. Apakah ibu mengetahui kapan usia subur setelah menstruasi?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Iya 1 orang 33,4 %
2 Tidak 2 orang 66.6 %
Jumlah 20 orang 100%

Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi ibu yang mengetahui tentang
masa usia subur adalah sebanyak 33,3 % dan yang tidak mengetahui sebanyak 66,6 %.
9. Sudah berapa lama ibu berumah tangga?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 0-5 tahun 3 orang 100 %
2 6-10 tahun 0 orang 0%
Jumlah 3 orang 100%

18
Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi pasangan yang berumah tangga
selam 0 sampai dengan 5 tahun adalah 100 % atau ketiga pasangan tersebut.
10. Apakah kalian mengetahui apa itu infertilitas?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Iya 3 orang 100%
2 Tidak 0 orang 0%
Jumlah 3 orang 100%

Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi pasangan yang mengetahui
infertilitas sebanyak 100 %.
11. Apakah kalian mengetahui penyebab infertilitas?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Iya 0 orang 0%
2 Tidak 3 orang 100 %
Jumlah 3 orang 100%

19
Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi ibu yang mengetahui penyebab
infertilitas sebanyak 33,3 % dan yang tidak menunjukkan keluhan sebanyak 66,6 %.
12. Sudahkah kalian melakukan kunjungan ke layanan kesehatan untuk mengetahui
penyebab infertilitas?

NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE


1 Iya 0 orang 0%
2 Tidak 3 orang 100 %
Jumlah 3 orang 100%

Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi pasangan yang sudah melakukan
kunjungan ke layanan kesehatan sebanyak 0 %.
13. Berapa kali seminggu dalam melakukan hubungan seksual?
NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 1 kali seminggu 0 orang 0%
2 2 kali seminggu 2 orang 66,6 %
20
3 3 kali seminggu 1 orang 33,4 %
4 4 kali seminggu 0 orang 0%
5 5 kali seminggu 0 orang 0%
6 6 kali seminggu 0 orang 0
7 7 kali seminggu 0 orang 0
Jumlah 3 orang 100%

Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi pasangan dalam melakukan
koitus sebanyak 2x dalam seminggu sebanyak 2 pasangan ( 66,6 %) dan yang melakukan
hubungan seksual sebanyak 3x per minggu adalah sebanyak 1 pasangan ( 33,4 % ).

14. Apakah ada keluhan dalam melakukan hubungan seksual?


NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Iya 0 orang 0%
2 Tidak 3 orang 100%
Jumlah 3 orang 100%

21
Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi keluhan pasangan dalam
melakukan hubungan sekual adalah 100 % tidak mengalami keluhan.

15. Apakah kalian mengalami cemas terkait masalah infertilitas?

NO JAWABAN FREKUENSI PRESENTASE


1 Iya 0 orang 0%
2 Tidak 3 orang 100%
Jumlah 3 orang 100%

Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa persentasi pasangan terkait kecemasan
adalah 100 %.

1. Analisa data
DS DO Masalah
 Ibu X dan Y dan Z  Dari ketiga pasangan Defisiensi Kesehatan
mengatakan cemas tersebut belum ada Komunitas ( 00215 ) pada
dengan kondisinya yang datang ke pasangan usia subur
karena tidak kunjung pelayanan kesehatan dengan infertilitas di Desa
memiliki keturunan untuk mengecek terkait Logosadang.
dan sudah terus status kesehatannya
didesak oleh khususnya organ
mertuanya. reproduksi.
 Warga mengatakan  Tidak adanya program
usia pernikahan layanan kesehatan

22
mereka ± 1, 5 tahun reproduksi yang
tapi belum memiliki dilakukan oleh pegawai
anak. puskesmas.
 Ibu X dan Y
mengatakan malu
dengan tetangga.
 Ibu mengungkapkan  Tidak ada program Kesiapan Peningkatan
keinginan untuk spiritual di masyarakat Koping Komunitas
mengetahui status seperti kajian rutin ( D.0091 ) pada pasangan
kesehatannya, terkait usia subur dengan
adakan factor infertilitas di Desa
pengahalang mengapa Logosadang.
pasangan tersebut
belum mempunyai
anak.
 ibu dan bapak
mengungkapkan
keinginan untuk
mencari tahu
penyebab terkait
kondisinya

1. Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, dilaporkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah
untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas RW 01 Desa Logosadang
Diagosa Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total
Keperawatan penyelesaian positif untuk peningkatan Score
masalah penyelesaian di kualitas hidup
1 : rendah komunitas 0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada 1 : rendah
3 : tinggi 1 : rendah 2 : sedang
2 : sedang 3 : tinggi
23
3 : tinggi
Defisiensi 3 3 3 9
Kesehatan
Komunitas
( 00215 ) pada
pasangan usia
subur dengan
infertilitas di
Desa
Logosadang.

Kesiapan 3 2 2 7
Peningkatan
Koping
Komunitas
( D.0091 ) pada
pasangan usia
subur dengan
infertilitas di
Desa
Logosadang.

Diagnosa Keperawatan
Dari hasil analisa data dan skoring, maka didapatkan diagnosa keperawatan
komunitas sesuai prioritas sebagai berikut:
Tabel 5.1 Diagnosa keperawatan asuhan keperawatan komunitas RW 1 Desa
Logosadang.
Sasaran Domain Kelas Kode Diagnosa
Keperawatan
Komunitas

Semua Domain I : Kelas 2 : 00215 Defisiensi Kesehatan


pasangan Promosi Manajemen
Komunitas ( 00215 )
usia subur Kesehatan Kesehatan
pada pasangan usia
subur deng`an
24
infertilitas di Desa
Logosadang.

Pasangan Domain 9 Kelas 2 D.0091 Kesiapan Peningkatan


usia subur Respon Koping Komunitas
dengan koping ( D.0091 ) pada
infertilitas pasangan usia subur
dengan infertilitas di
Desa Logosadang.

Rumusan diagnosa keperawatan:


1. Defisiensi Kesehatan Komunitas ( 00215 ) pada pasangan usia subur dengan
infertilitas di Desa Logosadang.
2. Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas ( D.0091 ) pada pasangan usia subur
dengan infertilitas di Desa Logosadang.

2. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan NOC NIC
Defisiensi Kesehatan a. Tingkat Primer
Komunitas ( 00215 ) partisipai a. Diadakannya
pada pasangan usia dalam program
subur dengan pelayanan tentang
infertilitas di Desa perawatan pendidikan
Logosadang. kesehatan kesehatan
preventif reproduksi
( 270101 ) dengan
b. Tingkat bekerjasama
partisipasi antara
dalam puskesmas
program dan kader
kesehatan PKK.
komunitas Sekunder
( 270107 ) Berikan
pendidikan
25
kesehatan terkait
masalah yang
dihadapi.
Anjurkan klien
untuk pergi ke
layanan kesehatan
untuk
memeriksakan diri
ke layanan
kesehatan.
Tersier:
Berikan program
kehamilan untuk
klien

Kesiapan  Mempunyai Ketahanan Primer:


Peningkatan Koping rencana untuk komunitas (2704)  Pengadaan
Komunitas ( D.0091 ) mengatasi 270412 program kajian
pada pasangan usia masalah dan : Kelanjutan dari rutin di
subur dengan stressor. layanan rutin masyarakat
infertilitas di Desa  Meneruskan untuk komunitas Sekunder:
Logosadang. meningkatkan 270413 : Pengaktifan PKK
metoda Keterediaan untuk
komunikasi dan layananan menyibukkan agar
penyelesaian kesehatan mental oikiran menjadi
masalah saat ini 270416 : positif
 Mengekspresikan Informasi Pengadaan arisan/
kekuatan untuk diberikan pada perkumpulan di
mengelola waktu yang tepat masyarakat
perubahan dan Tersier:
meningkatkan Adanya bimbingan

26
fungsi komunitas. rohani bagi
pasangan infertil

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasangan usia subur dengan infertilitas biasanya akan
mempunyai masalah terkait dengan psikologi yang berhubungan juga karena
kurangnya factor pendukung di komunitas. Langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan pembentukan program – program untuk memadai masalah tersebut.

B. Saran

1. Tenaga kesehatan: sebaiknya melakukan penyuluhan tentang infertilitas dan juga


pendampingan emosional bagi klien.
2. Masyarakat: diharapkan dapat memberikan dukungan psikologi bagi warganya.
3. Klien: diharapkan mampu untuk memanfaatkan layanan kesehatan guna
mendapatkan informasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2014
Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Hendrik. 2006. Problemahaid: Tinjauan Syariat Islam dan Medis. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.`
http://scholar.unand.ac.id/17961/3/Bab%201.pdf
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta:EGC
Notoatmodjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga,
Edisi 18. Jakarta: EGC
Wiknyosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan Edisi ke Dua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
www.bps.go.id

28

Anda mungkin juga menyukai