Anda di halaman 1dari 11

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
DI RUANG MAWA RSUD WONOSARI

Disusun Oleh:
SINTIA.I.MADINA
193203099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
DI RUANG MAWAR RSUD WONOSARI

Telah Disetujui pada dan Oleh :


Hari :
Tanggal :

PembimbingAkademik PembimbingKlinik Mahasiswa

(.........................................................) (.............................................) (Sintia.I.Madina, S.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI

A. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorangu ntuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehat.Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit khususnya penyakit degenerative dan untuk aktualisasi
(Mubarak, 2009).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam
waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaa nnormalnya (Mubarak, 2009).
B. Penyebab
Menurut Hidayat (2010), faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi adalah
sebagai berikut:
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai
yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan
dibagi menjadi dua yaitu:
a) Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma
(misalnya: paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula
spinalis).
b) Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring).
Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh
terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal
ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas
dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2009)
C. Klasifikasi

Menurut Asmadi. (2012), secara umum ada beberapa macam keadaan


imobilitas antara lain:
1. Imobilitas fisik: kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik
yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual: kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada
kasus kerusakan otak
3. Imobilitas emosional: kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan
atau kehilangan seseorang yang dicintai
4. Imobilitas sosial: kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial
yang sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2009).
a. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu:
1) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara
pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki
pasien.
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya
berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3) Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan (Tarwoto & Wartonah, 2008).
D. Patofisiologi
Perry & Potter (2012), Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem
neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon,
kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada
kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot
tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah
kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan
kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan
isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark
miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot
skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus
otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional
tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung (Smeltzer&
Suzane, 2013).
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah
(Brunner & Sudarth, 2013).
Menurut Asmadi (2012), Sendi dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi
elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.
Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang
konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
2. Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan
tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya
fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang
terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula) .
3. Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat
digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan
dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh
membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip)
dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
4. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan
tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi
dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen
non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord
(tulang belakang) saat punggung bergerak.
5. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak
elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya
tendon akhiles/kalkaneus.
6. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai
vaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan
telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago
permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit,
seperti osteoarthritis.
7. Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik
volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau
jalur motorik.
8. Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian
tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan
posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada
telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri
atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus
menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini
sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi
jelas, bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis.
c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan).
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar
mata), peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal ), obstruksi.
e. Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/
turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
f. Neurosensori
Beberapa hal yang perludikaji di antaranya adalah bagaimana respon
spsikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang
dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam
menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital,
gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,
perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/
masssa.
h. Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea,
batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan
alat bantu pernafasan.
i. Keamanan
a) Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan
aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu
dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap
pekembangan individu.
b) Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah
riwayat adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal,
ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas,
jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-
lain.
j. Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh,
dan dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang
dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana
pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor
maupun sosial dan lain-lain
k. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan
nilai yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya
sekarang, seperti apakah klien menunjukan keputusasaannya?
Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan
fisiknya? (Asmadi, 2012).
F. DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, mekanik
2. Gangguan mobilitas fisik kerusakan persepsi sensori
G. IntervensiKeperawatan
No. DiagnosaKeperawatan TujuanKeperawatan RencanaTindakan
(NANDA) ( NOC ) (NIC )
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan Pain management
dengan agen cidera keperawatan selama 2 X 8 - Kaji karakteristik nyeri ( lokasi,
mekanik. jam masalah klien teratasi lama, intensitas dan radiasi)
dengan kriteria hasil: - Observasi tanda-tanda vital,
Pain control tensi, nadi, cemas
- Mengakuinyeri. - Jelaskan penyebab rasa nyeri
- Menggambarkan factor - Bantu untuk mengalihkan rasa
penyebab nyeri. nyeri: teknik napas dalam
- Mampu mengontrol - Kolaborasi dengan dokter untuk
nyeri dengan teknik pemberian analgetik
nonfarmakologi.
- Melaporkan bahwa nyeri
terkontrol.

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan LatihanKekuatan


fisik berhubungan keperawatan selama 2x 8 - Ajarkan dan berikan dorongan
dengan Kerusakan jam klien menunjukkan: pada klien untuk melakukan
persepsi sensori - Mampu mandiri total program latihan secara rutin
- Membutuhkan alat bantu Latihanuntukambulasi
- Membutuhkan bantuan - Ajarkan teknik
orang lain Ambulasi&perpindahan yang
- Membutuhkan bantuan aman kepada klien dan
orang lain dan alat keluarga.
- Tergantung total dalam - Sediakan alat bantu untuk klien
hal: seperti kursi roda.
- Penampilan posisi tubuh - Beri penguatan positif untuk
yang benar berlatih mandiri dalam batasan
- Pergerakan sendi dan yang aman.
otot
- Melakukan perpindahan/
ambulasi: miring kanan-
kiri, berjalan, kursi roda
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2012).Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.Jakarta


:SalembaMedika.
Perry & Potter.(2012). Buku ajar fundal mental keperawatankonsep, proses
danpraktik.Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tarwoto&Wartonah. (2008). Kebutuhan dasar manusia& proses
keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
Wilkinson, J.M. (2010). Buku saku diagnose keperawatan dengan intervensi
NIC dankriteriahasil NOC. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Alimul.(2010). Pengantar kebutuhan Dasar Manusia:
AplikasiKonsepdan Proses Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
Mubarak&Chayatin. (2009). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:
TeoridanAplikasidalam Praktik. Jakarta: EGC.
Brunner &Suddarth. (2013).Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta:
EGC.
Smeltzer& Suzane.(2013). BukuSaku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi
8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai