STATUS PASIEN
A Anamnesis
1.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. W
Umur
: 61 tahun
: Islam
Pekerjaan
: Kuli Bangunan
Alamat
: Mojolaban, Sukoharjo
: 01360260
Keluhan Utama
bila
disertai
perubahan
posisi
tubuh
terutama
apabila
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat trauma
: (+) jatuh
Riwayat alergi
: disangkal
5.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
B.
Pemeriksaan Fisik
1.
Status Generalis
a
Keadaan umum
Tanda Vital
: 19x / menit
Kepala
Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider naevi (-), striae(-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
e
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak lansung (+/+), pupil isokor (3 mm/3 mm), oedem palpebra (-/-),
sekret (-/-).
f
Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Pendengaran berkurang (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
Thoraks
Retraksi (-), simetris
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/Sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
ROM Pasif
Fleksi
0 - 70
Ekstensi
0 - 40
Lateral bending kanan
0 - 60
Lateral bending kiri
0 - 60
Rotasi kanan
0 - 90
Rotasi kiri
0 - 90
ROM tidak terbatas a/r v.cervicalis
ROM Aktif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90
Lateral
b) Palpasi
:
Suhu teraba hangat, nyeri gerak (+), nyeri tekan (+), deformitas (+),
nyeri ketok sudut kostovertebrae (+)
ROM
TRUNK
Fleksi
ROM Pasif
0-50
ROM Aktif
0-50
Ekstensi
0-10
0-10
Rotasi
0-35
0-35
4
Lateral fleksi
Dextra 20 Sinistra 10 Dextra 20 Sinistra 10
ROM terbatas a/r v.thorakalis dan v.lumbalis
3) Regio Shoulder
a) Inspeksi
Anterior
Posterior
Lateral
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90
Flexor
Dextra
Sinistr
M.deltoideus antor
a
5
M.biceps brachii
M.deltoideus antor
M.teres major
M.deltoideus
M.biceps brachii
M.latissimus dorsi
M.pectoralis major
M.latissimus dorsi
M.pectoralis major
M.teres major
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
r
Extensor
Abduktor
Adduktor
Rotasi internal
Rotasi eksternal
Kesimpulan: MMT nilai 5
4) Regio elbow
a) Inspeksi
Anterior
Posterior
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-),
nodul (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
Fleksi
0-150
0-150
Ekstensi
0-150
0-150
Elbow
Pronasi
0-90
0-90
Supinasi
0-90
0-90
ROM tidak terbatas a/r elbow
Ektremitas Superior
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-150
0-150
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-90
Dextra
5
5
5
5
5
Sinistra
5
5
5
5
5
Posterior
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-),
nodul (-)
ROM
Ektremitas Superior
Wrist
Finger
Fleksi
Ekstensi
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-20
0-20
0-50
0-50
0-90
0-90
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-20
0-20
0-50
0-50
0-90
0-90
6
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
tangan (wrist) dan jari-
jari tangan
Manual Muscle Testing (MMT)
Ekstremitas Superior
Wrist
Flexor
Extensor
Abduktor
Dextra
Sinistr
5
5
5
a
5
5
5
5
5
5
5
5
5
radialis
Adduktor
M.extensor carpi ulnaris
Finger Flexor
M.flexor digitorum
Extensor
M.extensor digitorum
Kesimpulan : MMT nilai 5
6) Regio Hip
a) Inspeksi
b) Palpasi
ROM
: Sulit dievaluasi
: Nyeri tekan (+), nyeri gerak (+)
Fleksi
ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
sde
sde
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
sde
sde
Ektensi
sde
sde
sde
sde
Abduksi
sde
sde
sde
sde
Adduksi
sde
sde
sde
sde
Eksorotasi
sde
sde
sde
sde
Endorotasi
sde
sde
sde
sde
Ektremitas Inferior
Hip
Extremitas Inferior
Flexor
M.psoas major
Dextra
sde
Sinistra
sde
Extensor
M.gluteus maximus
sde
sde
Abduktor
M.gluteus medius
sde
sde
Adduktor
M.adductor longus
sde
sde
7
deformitas (-),
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-),
deformitas (-)
b) Palpasi
:
Suhu normal, deformitas (-), nyeri tekan (-), nodul (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-120
0-120
0-10
0-10
0-10
0-10
Extremitas Inferior
Flexor
Hamstring muscles
Dextra
5
Sinistra
5
Extensor
Ektremitas Inferior
Fleksi
Knee
Ekstensi
M.quadriceps femoris
ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
Dorsofleksi
0-30
0-30
0-30
0-30
0-30
0-30
0-30
0-30
0-50
0-50
0-50
0-50
0-30
0-30
0-30
0-30
Plantarfleksi
Ankle
Eversi
Inversi
Dextra
Sinistr
a
Ankle
Flexor
M.tibialis
Extensor
M.soleus
Kekuatan
: MMT nilai 5
Refleks fisiologis :
Dextra
Sinistr
a
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
c
Tonus
N
N
Reflek Patologis
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
N
N
Dextra
Sinistr
Hoffman-Trommer
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
(+)
(+)
(+/+)
(+/+)
(+/+)
Patrik
(+/+)
Kontrapatrick (+/+)
f.) Pemeriksaan Nervi Craniales
n. I
: dalam batas normal
n. II, III
: reflek cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm), pergerakan bola mata normal
n. III, IV, VI : pergerakan bola mata normal
n. V
: dalam batas normal
n. XII
: dalam batas normal
C.
Score
0 = tidak bisa
5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, dll, atau
membutuhkan modifikasi diet
10 = independen
Bathing
0 = dependen
10
11
50 yard
Stairs
0 = unable
5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)
10 = independen
Total (0-100)
Interpretasi hasil :
0-20
: ketergantungan total
21-61
: ketergantungan berat
62-90
: ketergantungan sedang
91-99
: ketergantungan ringan
100
: mandiri
2. Kesadaran
3. Afek
: appropriate
4. Psikomotor
: normoaktif
5. Proses pikir
: bentuk
6. Insight
E.
: realistik
Isi
Arus
: koheren
: baik
2. Disability
aktivitas sehari-hari
F.
1
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah (07 Desember 2016)
12
No.
Laboratorium
Hasil
Rujukan
Hematologi
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
1
2
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Index Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
8.6 g/dl
26 %
14.2 ribu/ul
226 ribu/ul
3.07 juta/ul
13.5-17.5 g/dl
33-45%
4.5-11.0 ribu/ul
150-450 ribu/ul
4.10-5.90 juta/ul
85.7 /um
27.9 pg
32.6 g/dl
13.1 %
80.0-96.0 /um
28.0-33.0 pg
33.0-36.0 g/dl
11.6-14.6 %
MPV
PDW
Hitung Jenis
Eosinofil
6.8 fl
18 %
7.2-11.1 fl
25-65 %
2.18 %
0.00-4.00 %
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Laju Endap Darah 1 Jam
Laju Endap Darah 2 Jam
Kimia Klinik
SGOT
0.65 %
87.85 %
2.77 %
6.56 %
46 mm/jam
83 mm/jam
0.00-2.00%
55.00-80.00 %
22.00-44.00%
0.00-7.00 %
0-15 mm/jam
-
27 u/l
< 35 u/l
13
Kesimpulan:
G.
1
Masalah Medis :
-
14
H.
Assessment
1
Azotemia ec AKI
I.
1
Tatalaksana
Terapi Non Medikamentosa
a
ROM exercise
Strengthening exercise
Breathing exercise
Chest physiotherapy
2) Sosiomedik
15
Terapi Medikamentosa
- Paracetamol 3x1000 mg (jika perlu)
- Terapi oksigen 3 lpm
- Infus cairan NaCl 0.9% 16 lpm mikrodrip
- Injeksi Ceftriaxone 24gr/24 jam iv
- Injeksi Ketolorac
- CaCO3 3x1
- Asam Folat 2x1
Terapi Operatif
Saran konsul ke bagian bedah saraf
J.
Goal
a. Jangka pendek
a
b. Jangka panjang
a
K.
Edukasi
Mengurangi
aktifitas
yang
membutuhkan
posisi
jongkok
maupun
membungkuk
L.
Prognosis
Ad vitam
Ad sanam
: dubia
: dubia
Ad fungsionam : dubia
M. Foto Pasien
16
BAB II
LOW BACK PAIN
A. Definisi
Low Back Pain (LBP) merupakan sensasi nyeri, rasa tertekan pada otot, atau
rasa kaku yang terletak di pinggag dengan batas atas berupa costa dan batas
bawah berupa lipatan glutea inferior dengan atau tanpa nyeri panggul dan
didefinisikan kronis apabila berlangsung lebih dari sama dengan dua belas
minggu1.
Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk
suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri ini
dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat pantat bawah yaitu di daerah lumbal
atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah tungkai dan kaki2.
B. Anatomi
17
18
Vertebrae Regio
(Netterimages, 2016)
Lumbosacral
(Netterimages, 2016)
C. Epidemiologi
Lebih dari 70% orang di Negara maju mengalami LBP pada beberapa saat
di kehidupannya. Setiap tahun, sekitar 15-45% dewasa mengalami LBP dan
5% orang memeriksakan dirinya akibat LBP episode baru. Sekitar 10% tetap
tidak mampu bekerja dan sekitar 20% memiliki gejala persisten dalam satu
tahun1.
Prevalensi penyakit musculoskeletal di Indonesia berdasarkan pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis
atau gejala yaitu 24,7 presen. Prevalensi meningkat terus menenrus dan
mencapai puncaknya antara 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia
seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena
terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua4.
D. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LBP antara lain faktor
individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor individu dapat dilihat
berdasarkan faktor-faktor berikut ini:
1. Usia :Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang
dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia
30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin
tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami
penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala
LBP2.
2. Jenis kelamin :Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP.Jenis kelamin
sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi
karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
19
20
hasil responden dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low
back pain daripada yang tidak pernah merokok sama sekali6.
6. Riwayat
pendidikan:Pendidikan
terakhir
pekerja
menunjukkan
21
E. Etiologi
Etiologi dari low back pain meliputi berbagai faktor, antara lain :
1. Akibat trauma
Nyeri pinggang akut akibat trauma terjadi apabila bagian pinggang
mengalami paparan kekuatan dari luar yang besar sehingga terjadi
kerusakan otot atau fasia, bisa juga terjadi herniasi diskus intervertebrae dan
fraktur korpus vertebre. Nyeri pinggang kronis terjadi ketika otot dipakai
22
F. Klasifikasi
23
Low back pain terdiri dari tiga jenis yaitu Lumbar Spinal Pain atau nyeri di
daerah yang batasi superiornya oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebreae thorakal terakhir, batas inferior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebrae
sacralis pertama dan batas lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas
lateral spina lumbalis. Sacral Spinal pain atau nyeri di daerah yang dibatasi
superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus
vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang
melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah
1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain3.
LBP diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan waktunya yaiitu
akut apabila terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu dan kronis apabila
lebih dari 12 minggu4.
Klasifikasi menurut Jayson LBP dibagi menjadi:
1. Back Pain Primer disebabkan oleh kalainan orga itu sendiri yaitu :
a. Bagian kutan dan subkutan
b. Bagian miofasia
c. Artikulasi dan ligament
d. Ossa
2. Back Pain Sekunder yang disebabkan oleh kompresi atau proses
degenerative
3. Reffered Backache yang penyebabnya terletak pada ginekologi, traktus
urinarius, prostat, apendik
4. Psychosomatic Backeache yang disebabkan oleh depresi, cemas, histeira,
malingering8
Di lain pihak terdapat pengklasifikasian menjadi dua yaitu :
1. Spondilogenik
Nyeri punggung spondilogenik dapat didefinisikan sebagai nyeri terkait
dengan struktur tulang belakang. Rasa sakit ini diperparah dengan aktivitas
dan membaik bila diistirahatkan. Untuk diagnosis LBP spondilogenik
berupa riwayat masalah tulang belakang seperti perubahan degenerative,
kondisi serupa sebelumnya, trauma. Keadaan yang paling umum menjadi
penyebab dari LBP spondilogenik adalah perubahan struktur tulang
belakang itu sendiri atau kelainan jaringan lunak. Selain itu bisa juga
24
25
atas sebelah belakang dan daerah nyeri alih tersebut berasal dari jaringan
mesodermal yang sama dalam perkembangann embrioniknya.
Nyeri radikuler berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf spinal dan
keluhan ini lebih berat dirasakan seperti membungku, serta berkurang dengan
istirahat. Salah satu penyebab yang perlu diperhatikan adalah tumor pada korda
spinalis yang ditandai oleh tidak berkurangnya nyeri dengan istirahat atau lebih
memburuk terutama pada malam hari, Karakteristik yang dapat ditemukan
adalah perubahan neurologis seperti paresthesia dan baal serta dapat disertai
oleh kelemahan motorik.
H. Diagnosis
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit sekarang :Lokasi, onset dan durasi, kualitas, kuantitas,
faktor mempeberat, faktor memperingan, keluhan lain
c. Riwayat penyakit sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat sosial ekonomi
f. Kebiasaan pribadi10
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan
neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleksrefleks
a. Motorik.
26
27
tumor atau HNP) maka radiks yang teregang saat dilakukan tes
Naffziger akan timbul nyeri radikuler sesuai dengan dermatomnya
c) Tes Lassegue
Pada tes ini, pertama
telapak
kaki
pasien ( dalam
28
gerakan
gabungan
dinamakan
fleksi,
abduksi,
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Foto polos
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi,
dan luka degeneratif pada spinal. Standar pemeriksaan untuk nyeri
29
b)
Myelografi
Myelografi
adalah
cord
dan
canalis
spinaluntuk
diagnosa
penyakit
yang
berhubungan
diskus
dengan
intervertebralis,
30
c)
pada
jaringan
lunak,
korpus
vertebrae,
diskus
EMG/ NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang
digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.EMG/
NCS dapat memberikan informasi tentang : 1. Adanya kerusakan
pada saraf, 2. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik),
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau
distal), 4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf, 5. Memantau
proses penyembuhan dari kerusakan saraf12.
I. Tatalaksana
1. Medikamentosa
Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
a. Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat
golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena
bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya :
Morfin, heroin, dll.
b. Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat
anti piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi.
Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :
1) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.
Contohnya
: Aspirin
Dosis Aspirin
32
Kontraindikasi
:Penderita
tukak
lambung,
resiko
terjadinya
Dosis terapi
3) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita,
lebih kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang
Dosis terapi :
33
2. Fisioterapi
a. Terapi Panas
Metode ini sering digunakan untuk mengurangi nyeri dan menurunkan
ketegangan otot yaitu dengan kompres hangat. Kompres hangat adalah
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan14.
b. Terapi dingin (Cryotheraphy)
Merupakan prosedur sederhana dan efektif untuk menurunkan spasme
sehingga mengurangi nyeri. Metode terapi dingin yang dapat digunakan
yaitu ice massage, yaitu tinfakan pemijatan dengan menggunakan es
pada area yang sakit selama 5-10 menit15.
34
c. Elektro Stimulus
1) Electroacupunture
2) Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
3) Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)16
4) Ultra Sound17
5) Radiofrequency Lesioning18
6) Spinal Endoscopy19
7) Elektrothermal Disc Decompression20
d. Traction
Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot. Sangat
efektif pada Hernia Nukleus Pulposus7.
e. Latihan pada Low Back Pain
Lumbar stabilization exercises atau William Flexion Exercise merupakan
latihan yang dirancang untuk mengurangi nyeri pinggang dengan
memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama
otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok
ekstensor punggung bawah21
35
McKenzie Exercise
37
f. Alat Bantu
1) Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk
mengatasi Low Back Pain yang dapat membungkus punggung dan
perut.
3. Operasi
LBP yang mengindikasikan untuk tindak pembedahan antara lain
paralisis saraf sciatic menuju ekstremitas bawah, perkembangan kompresi
nerve rot, dan infeksi oleh M.tuberculosis atau bakteri lainnya. Sedangkan
kriteria untuk indikasi bedah adalah gangguan yang terjadi mengurangi
mobilitas dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan dari stenosis
lumbal serta paralisis akibat Human Nucleus Pulposus serta tumor korda
spinalis7.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy Family Physician (AAFP). Low Back Pain. Portland :
BMJ Publishing Group; 2011
2. Fauzia A. Risk factors of low back pain in workers 2015:4(1):12-9
3. Gerard JT and Bryan D. Principles of Anatomy and Physicology. 12 Edition.
USA . John Wiley & Sons, Inc.; 2009 : 235-58
4. Purnamasari. Overweight sebagai faktor risiko low back pain pada pasien poli
saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health
2010;4
5. Hilmawan F, Handoyo, Keksi. Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low
back pain pada perawat di rsud purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman;
2009:4(3):131-9
6. Anthony DW, Bruce. Burden of major musculoskeletal conditions. Bulettin of
the World Organization; 2003:81(9):646-56
7. Yusufumi. Classification, diagnosis, and treatment of low back pain. JAMJ;
2004:47(5):227-33
8. Jayson Malcolm I.V., Allan St J Dixon. The lumbar spine and back pain.
Second eddition, Pitman Medical 1980, Chap.5, 11, page: 295,150.
9. Thamir and Mubdir. Non-sponylogencic low back pain. Bas J Surg; 2002.
10. Mark . Buku ajar diagnosis fisik. EGC:1995:345-98
11. Pedoman Ketrampilan Klinis. Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta : Fakultas
Kedokteran UNS: 2013
12. Moehadsjah OK, et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3.
13. Nafrialdi, Setawati, A.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : 2007
39
14. Rosita, Tri. Kompres hangat atasi nyeri pada petani penderita nyeri punggung
bawah di kelurahan candi kecamatan ampel kabupaten boyolali. Gaster;
2016:XIV(1):30-9
15. Eva, Bayhakki, Erika. Pengaruh terapi dingin ice massage terhadap
perubahan intensitas nyeri pada penderita low back pain. Jurnal Ners
Indonesi; 2012:2(2):185-91
16. Masataka, et al. Comparison of percutaneous electrical nerve stimulatiion
with transcutaneous electrical nerve stimulation for long term pain relief in
patients with chronic low back pain. International Anesthesia Research
Society; 2004:98:1552-6
17. Ebadi, Ansari. Therapeutic ultrasound for chronic low back pain (online)
diakses (26 Juli 2016)
http://www.cochrane.org/CD009169/BACK_therapeutic-ultrasound-forchronic-low-back-pain
18. Laura, et al. Radiofrequency ablation for chronic low back pain : A system
rwview of randomized controlled trial. Pain Res Manag; 2014:19(5):146-53
19. Laxmaiah, Bhupinder, Vijay. Spinal endoscopy and lysis of epidural
adhesions in the management of chronic low back pain. Pain Physician;
2011:4(3);240-65
20. David, Douglas, Gunnar, Jon. Intradicscal electrothermal therapy (IDET) for
the treatment of discogenic low back pain : Patient selection and indications
for use. Pain Physician; 2008:11:659-68
21. Hannga, Anies. Pengaruh William flexion exercise terhadap peningkatan
lingkup gerak sendir penderita low back pain. Journal of Sport Science and
Fitness; 2015:4(3):16-21
22. Brotzman, S. Brent dan Wilk, Kevin E., Clinical Orthopaedic Rehabilitation
Second Edition. Philadelphia: Mosby; 2003
40