Anda di halaman 1dari 40

BAB I

STATUS PASIEN
A Anamnesis
1.

Identitas Pasien
Nama

: Tn. W

Umur

: 61 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Agama

: Islam

Pekerjaan

: Kuli Bangunan

Alamat

: Mojolaban, Sukoharjo

Tanggal Masuk : 07 Desember 2016


Tanggal Periksa : 07 Desember 2016
No RM
2.

: 01360260
Keluhan Utama

Nyeri punggung bawah


3.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan utama nyeri punggung bagian bawah.
Keluhan sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan memberat dalam 2
minggu terakhir. Nyeri yang dirasakan sifatnya hilang timbul dan kadang
memberat

bila

disertai

perubahan

posisi

tubuh

terutama

apabila

membungkuk dan juga apabila mengangkat beban berat. Nyeri dirasakan


berkurang pada saat berbaring dan istirahat. Keluhan tetap tidak berkurang
dengan pemberian obat anti nyeri. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut
yang menjalar sampai ke punggung bawah. Sebelumnya pasien pernah jatuh
dan mengalami patah tulang belakang sekitar 7 tahun yang lalu. Pasien
kemudian dibawa ke RS PKU Muhammadiyah. Pasien sempat membaik dan
dapat beraktivitas seperti biasa setelah mendapatkan terapi dan alat bantu
korset. Pasien memiliki riwayat mengangkat beban berat selama bekerja
sebagai kuli bangunan. Pasien mengalami gangguan BAB dan BAK. Pasien
dulu pernah mengalami keluhan susah BAK dan BAB bercampur darah.

Pasien menyangkal adanya kelemahan pada anggota gerak. Pasien sedang


tidak dalam keadaan demam dan batuk disangkal.
4.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat tensi tinggi

: disangkal

Riwayat batuk lama

: disangkal

Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat trauma

: (+) jatuh

Riwayat alergi

: disangkal

5.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa

: disangkal

Riwayat tensi tinggi

: disangkal

Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok

: disangkal

Riwayat minum alkohol

: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang kuli bangunan. Pasien merupakan anggota BPJS.

B.

Pemeriksaan Fisik

1.

Status Generalis
a

Keadaan umum

Sedang, compos mentis E4V5M6, gizi kesan cukup


b

Tanda Vital

Tensi : 100/70 mmHg


Nadi : 86 x / menit, isi cukup, irama teratur, simetris
RR

: 19x / menit

Suhu : 35.6 C per aksiler


Visual Analog Score (VAS) : 5

Kepala

Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-).


d

Kulit

Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider naevi (-), striae(-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
e

Mata

Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak lansung (+/+), pupil isokor (3 mm/3 mm), oedem palpebra (-/-),
sekret (-/-).
f

Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

Telinga
Pendengaran berkurang (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)

Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).

Thoraks
Retraksi (-), simetris

Jantung
Inspeksi

: Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus Cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising(-)

Paru
Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Simetris, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: Sonor/Sonor

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi

: Dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: Bising usus (+) normal, 12x/menit

Palpasi

: Supel, nyeri epigastrium (+)

Perkusi

: Tympani, pekak beralih (-), undulasi (-)

m Pemeriksaan Fisik Regional


1) Vertebra cervicalis
a) Inspeksi
:
Anterior
: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),
Lateral
Posterior

deformitas (-) tortikolis (-), spasme otot (-)


: Lordosis (-), edem (-), inflamasi (-), sikatrik (-)
: Simetris, edema (-), inflamasi (-), Prominent

m.trapezius (-), prominen processus spinosus (+)


b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-), spasme
m.sternocleidomastoideus (-)
ROM
NECK

ROM Pasif
Fleksi
0 - 70
Ekstensi
0 - 40
Lateral bending kanan
0 - 60
Lateral bending kiri
0 - 60
Rotasi kanan
0 - 90
Rotasi kiri
0 - 90
ROM tidak terbatas a/r v.cervicalis

ROM Aktif
0 - 70
0 - 40
0 - 60
0 - 60
0 - 90
0 - 90

2) Vertebra Thorakalis dan Lumbalis


a) Inspeksi
:
Anterior
: Simetris, edema (-), inflamasi (+), sikatrik (-),
Posterior

deformitas (+), penonjolan kosta (-)


: Simetris, shoulder tilt (-), skoliosis (-), edema (-),

Lateral

inflamasi (+), deformitas (+), wasting muscle (-)


: Kifosis (+), lordosis (-), gibus(-)

b) Palpasi
:
Suhu teraba hangat, nyeri gerak (+), nyeri tekan (+), deformitas (+),
nyeri ketok sudut kostovertebrae (+)
ROM
TRUNK
Fleksi

ROM Pasif
0-50

ROM Aktif
0-50

Ekstensi

0-10

0-10

Rotasi

0-35

0-35
4

Lateral fleksi
Dextra 20 Sinistra 10 Dextra 20 Sinistra 10
ROM terbatas a/r v.thorakalis dan v.lumbalis
3) Regio Shoulder
a) Inspeksi
Anterior

: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),

Posterior

deformitas (-) wasting m.deltoideus (-)


: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),

Lateral

deformitas (-),wasting m.deltoid (-)


: Edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-), deformitas

(-), wasting m.trapezius (-)


b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
Fleksi
0-180
0-180
Ektensi
0-30
0-30
Abduksi
0-150
0-150
Shoulder
Adduksi
0-75
0-75
Eksternal Rotasi
0-90
0-90
Internal Rotasi
0-90
0-90
ROM tidak terbatas a/r shoulder
Ektremitas Superior

ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90

Manual Muscle Test (MMT)


Ekstremitas Superior
Shoulde

Flexor

Dextra

Sinistr

M.deltoideus antor

a
5

M.biceps brachii
M.deltoideus antor
M.teres major
M.deltoideus
M.biceps brachii
M.latissimus dorsi
M.pectoralis major
M.latissimus dorsi
M.pectoralis major
M.teres major

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

r
Extensor
Abduktor
Adduktor
Rotasi internal
Rotasi eksternal
Kesimpulan: MMT nilai 5
4) Regio elbow

a) Inspeksi
Anterior

: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),


deformitas (-), cibitus valgus (-), cubitus valrus (-)
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-)

Posterior
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-),
nodul (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
Fleksi
0-150
0-150
Ekstensi
0-150
0-150
Elbow
Pronasi
0-90
0-90
Supinasi
0-90
0-90
ROM tidak terbatas a/r elbow
Ektremitas Superior

ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-150
0-150
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-90

Manual Muscle Test (MMT)


Ekstremitas Superior
Elbow Flexor
M.biceps brachii
M.brachialis
Extensor
M.triceps brachii
Supinator
M.supinator
Pronator
M.pronator teres
Kesimpulan : MMT nilai 5

Dextra
5
5
5
5
5

Sinistra
5
5
5
5
5

5) Regio pergelangan tangan (wrist) dan jari-jari tangan


a) Inspeksi
Anterior
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-),swan
neck (-), Bouterniere deformation (-), Mallet
deformation (-), Heberdens node (-)
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-)

Posterior
b) Palpasi
:
Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-), deformitas (-),
nodul (-)
ROM
Ektremitas Superior
Wrist
Finger

Fleksi
Ekstensi
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi

ROM Pasif
Dekstra Sinistra
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-20
0-20
0-50
0-50
0-90
0-90

ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-20
0-20
0-50
0-50
0-90
0-90
6

DIP II-V fleksi


0-90
PIP II-V fleksi
0-90
MCP I Ekstensi
0-90
ROM tidak terbatas a/r pergelangan

0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
tangan (wrist) dan jari-

jari tangan
Manual Muscle Testing (MMT)
Ekstremitas Superior
Wrist

Flexor
Extensor
Abduktor

Dextra

Sinistr

5
5
5

a
5
5
5

5
5
5

5
5
5

M.flexor carpi radialis


M.extensor digitorum
M.extensor carpi

radialis
Adduktor
M.extensor carpi ulnaris
Finger Flexor
M.flexor digitorum
Extensor
M.extensor digitorum
Kesimpulan : MMT nilai 5
6) Regio Hip
a) Inspeksi
b) Palpasi
ROM

: Sulit dievaluasi
: Nyeri tekan (+), nyeri gerak (+)

Fleksi

ROM Pasif
Dekstra
Sinistra
sde
sde

ROM Aktif
Dekstra Sinistra
sde
sde

Ektensi

sde

sde

sde

sde

Abduksi

sde

sde

sde

sde

Adduksi

sde

sde

sde

sde

Eksorotasi

sde

sde

sde

sde

Endorotasi

sde

sde

sde

sde

Ektremitas Inferior

Hip

ROM sulit dievaluasi a/r hip


Manual Muscle Testing (MMT)
Hip

Extremitas Inferior
Flexor
M.psoas major

Dextra
sde

Sinistra
sde

Extensor

M.gluteus maximus

sde

sde

Abduktor

M.gluteus medius

sde

sde

Adduktor

M.adductor longus

sde

sde
7

Kesimpulan : MMT sulit dievaluasi


7) Regio Lutut (Knee)
a) Inspeksi
Anterior
: Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-),
Posterior

deformitas (-),
: Simetris, edema (-), skar (-), inflamasi (-),
deformitas (-)

b) Palpasi
:
Suhu normal, deformitas (-), nyeri tekan (-), nodul (-)
ROM
ROM Pasif
Dekstra
Sinistra

ROM Aktif
Dekstra Sinistra

0-120

0-120

0-120

0-120

0-10

0-10

0-10

0-10

Extremitas Inferior
Flexor
Hamstring muscles

Dextra
5

Sinistra
5

Extensor

Ektremitas Inferior
Fleksi
Knee

Ekstensi

ROM tidak terbatas a/r lutut (knee)


Manual Muscle Testing (MMT)
Knee

M.quadriceps femoris

Kesimpulan : MMT nilai 5


8) Regio Tumit dan Jari-jari kaki
a) Inspeksi
:
Simetris, edema (-), inflamasi (-), sikatrik (-), deformitas (-), genu
valgum (-), genu valrum (-)
b) Palpasi
:
Suhu normal, deformitas (-), nyeri gerak (-), nyeri tekan (-)
ROM
Ektremitas Inferior

ROM Pasif
Dekstra
Sinistra

ROM Aktif
Dekstra Sinistra

Dorsofleksi
0-30

0-30

0-30

0-30

0-30

0-30

0-30

0-30

0-50

0-50

0-50

0-50

0-30

0-30

0-30

0-30

Plantarfleksi
Ankle

Eversi
Inversi

ROM tidak terbatas a/r pergelangan tumit dan jari-jari kaki


Manual Muscle Testing (MMT)
Extremitas Inferior

Dextra

Sinistr
a

Ankle

Flexor

M.tibialis

Extensor

M.soleus

Kesimpulan : MMT nilai 5


2. Status Neurologis
a. Kesadaran
: kompos mentis, GCS E4V5M6
b. Fungsi luhur
: dalam batas normal
c. Fungsi vegetatif
: terpasang IV line, terpasang DC catheter
d. Fungsi sensorik
:
1) Rasa eksteroseptik
a) Suhu
: dalam batas normal
b) Nyeri
: dalam batas normal
c) Rabaan
: dalam batas normal
2) Rasa propioseptik
a) Rasa getar
: dalam batas normal
b) Rasa posisi
: dalam batas normal
c) Rasa nyeri tekan
: dalam batas normal
d) Rasa nyeri tusukan : dalam batas normal
3) Fungsi motorik :
a

Kekuatan

: MMT nilai 5

Refleks fisiologis :
Dextra

Sinistr

a
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
c

Tonus

N
N
Reflek Patologis

+2
+2
+2
+2

+2
+2
+2
+2

N
N
Dextra

Sinistr

Hoffman-Trommer

Babinsky

Chaddock

Oppenheim

e) Tes Provokasi Nyeri (a/r Lumbosacral)


Valsava
Naffziger
Lassegue
Bragard
Sicard

(+)
(+)
(+/+)
(+/+)
(+/+)

Patrik
(+/+)
Kontrapatrick (+/+)
f.) Pemeriksaan Nervi Craniales
n. I
: dalam batas normal
n. II, III
: reflek cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm), pergerakan bola mata normal
n. III, IV, VI : pergerakan bola mata normal
n. V
: dalam batas normal
n. XII
: dalam batas normal
C.

Pengukuran Skor Activity Daily Living (ADL) Menurut Index Barthel


Activity
Feeding

Score

0 = tidak bisa
5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, dll, atau
membutuhkan modifikasi diet
10 = independen
Bathing
0 = dependen
10

5 = independen (atau menggunakan shower)


Grooming
0 = membutuhkan bantuan untuk perawatan diri
5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur
Dressing
0 = dependen
5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan sebagian pekerjaan
sendiri
10 = independen (termasuk mengancingkan resleting, menalikan pita,
dll.
Bowel
0 = inkontinensia (atau membutuhkan enema)
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Bladder
0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak mampu menangani
sendiri
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Toilet use
0 = dependen
5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri
10 = independen (on and off, dressing)
Transfer
0 = unable, tidak ada keseimbangan duduk
5 = butuh bantuan besar (satu atau dua orang, fisik), dapat duduk
10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)
15 = independen
Mobility
0 = immobile atau < 50 yard
5 = wheelchair independen, > 50 yard
10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) > 50 yard
15 = independen (tapi dapat menggunakan alat bantu apapun, tongkat) >

11

50 yard
Stairs
0 = unable
5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)
10 = independen
Total (0-100)
Interpretasi hasil :
0-20

: ketergantungan total

21-61

: ketergantungan berat

62-90

: ketergantungan sedang

91-99

: ketergantungan ringan

100

: mandiri

Status Ambulasi : Ketergantungan Berat


D. Status Psikiatrik
1. Penampilan

: sesuai umur, perawatan diri cukup

2. Kesadaran

: kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis

3. Afek

: appropriate

4. Psikomotor

: normoaktif

5. Proses pikir

: bentuk

6. Insight
E.

: realistik

Isi

: waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus

: koheren

: baik

Status Rehabilitasi Medik


1. Impairment

: Low back pain

2. Disability

: Gangguan aktivitas (aktivitas terbatas

terutama saat jongkok dan membungkuk)


3. Handicap

: Menurunnya kemampuan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari
F.
1

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah (07 Desember 2016)
12

No.

Laboratorium

Hasil

Rujukan

Hematologi
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
1
2

Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Index Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW

8.6 g/dl
26 %
14.2 ribu/ul
226 ribu/ul
3.07 juta/ul

13.5-17.5 g/dl
33-45%
4.5-11.0 ribu/ul
150-450 ribu/ul
4.10-5.90 juta/ul

85.7 /um
27.9 pg
32.6 g/dl
13.1 %

80.0-96.0 /um
28.0-33.0 pg
33.0-36.0 g/dl
11.6-14.6 %

MPV
PDW
Hitung Jenis
Eosinofil

6.8 fl
18 %

7.2-11.1 fl
25-65 %

2.18 %

0.00-4.00 %

Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Laju Endap Darah 1 Jam
Laju Endap Darah 2 Jam
Kimia Klinik
SGOT

0.65 %
87.85 %
2.77 %
6.56 %
46 mm/jam
83 mm/jam

0.00-2.00%
55.00-80.00 %
22.00-44.00%
0.00-7.00 %
0-15 mm/jam
-

27 u/l

< 35 u/l

Foto Thoracolumbal AP/Lat (07 Desember 2016) :

13

Tampak kolaps corpus V Th XII disertai irregularitas pada superior dan


inferior endplate V Th XII, curve tampak melurus

Trabekulasi tulang normal

Superior dan inferior endplate di luar lesi tidak tampak kelainan

Pedicle dan spatium intervertebrale tampak baik

Tidak tampak paravertebral sof tissue mass/swelling

Line of weight bearing jatuh pada bidang promontorium

Tampak terpasang selang DJ stent

Kesimpulan:

G.
1

Axial kompresi corpus V Th XII dengan disertai irregularitas pada

superior dan inferior endplate V Th XII


Tampak terpasang selang DJ stent.
Daftar Masalah

Masalah Medis :
-

Nyeri punggung bawah


Nyeri abdomen

14

Problem Rehabilitasi Medik


-

Nyeri punggung bawah

Terganggunya aktivitas sehari-hari.

H.

Assessment
1

Low back pain ec kompresi V Th XII

Tumor buli dengan uropati obstruktif

Azotemia ec AKI

Anemia normositik normokromik

I.
1

Tatalaksana
Terapi Non Medikamentosa
a

Terapi rehabilitasi medik


1) Fisioterapi

Proper bed positioning

Alih baring per 2 jam dengan leg roll

ROM exercise

Strengthening exercise

Breathing exercise

Chest physiotherapy

Latihan mobilisasi bertahap (setengah duduk-duduk dengan corset


thoracolumbal)

2) Sosiomedik

Memberi penjelasan kepada tempat kerja pasien mengenai masalah


yang terjadi pada pasien
3) Ortesa-protesa

Diberikan thoracolumbosacral korset semirigid


4) Psikologi

Memberikan dorongan agar pasien terus melakukan fisioterapi pribadi


agar luas gerak sendi bisa dipertahankan atau normal kembali
5) Okupasi Terapi

Proper body mechanism lumbal

15

Terapi Medikamentosa
- Paracetamol 3x1000 mg (jika perlu)
- Terapi oksigen 3 lpm
- Infus cairan NaCl 0.9% 16 lpm mikrodrip
- Injeksi Ceftriaxone 24gr/24 jam iv
- Injeksi Ketolorac
- CaCO3 3x1
- Asam Folat 2x1
Terapi Operatif
Saran konsul ke bagian bedah saraf

J.

Goal

a. Jangka pendek
a

Mengurangi rasa nyeri

b. Jangka panjang
a

Memelihara dan meningkatkan luas gerak sendi

Meningkatkan kekuatan otot

Mengoptimalkan fungsi aktivitas kehidupan sehari-hari

Minimalisasi impairment dan mencegah disabilitas serta handicap pada


pasien

K.

Edukasi

Istirahat yang cukup

Tidak mengangkat beban yang berat

Tidak berdiri atau duduk terlalu lama

Mengurangi

aktifitas

yang

membutuhkan

posisi

jongkok

maupun

membungkuk
L.

Prognosis
Ad vitam
Ad sanam

: dubia
: dubia

Ad fungsionam : dubia
M. Foto Pasien

16

BAB II
LOW BACK PAIN
A. Definisi
Low Back Pain (LBP) merupakan sensasi nyeri, rasa tertekan pada otot, atau
rasa kaku yang terletak di pinggag dengan batas atas berupa costa dan batas
bawah berupa lipatan glutea inferior dengan atau tanpa nyeri panggul dan
didefinisikan kronis apabila berlangsung lebih dari sama dengan dua belas
minggu1.
Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk
suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri ini
dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat pantat bawah yaitu di daerah lumbal
atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah tungkai dan kaki2.
B. Anatomi
17

Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis,


ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam
disekitar pelvis, abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung.Columna
vertebralis (tulang punggung) terdiri atas : 1. Vertebrae cervicales (7 buah), 2.
Vertebrae thoracalis (12 buah), 3. Vertebrae lumbales (5 buah), 4. Vertebrae
sacrales(5 buah), 5. Vertebrae coccygeus (4-5 buah). Pada vertebrae juga
terdapat otot-otot yang terdiri atas : 1. Musculus trapezius, 2. Muskulus
latissimus dorsi, 3. Muskulus rhomboideus mayor, 4. Muskulus rhomboideus
minor, 5. Muskulus levator scapulae, 6. Muskulus serratus posterior superior,
7. Muskulus serratus posterior inferior, 8. Muskulus sacrospinalis, 9. Muskulus
erector spinae, 10. Muskulus transversospinalis, 11. Muskulus interspinalis3.

18

Vertebrae Regio
(Netterimages, 2016)

Lumbosacral
(Netterimages, 2016)

C. Epidemiologi
Lebih dari 70% orang di Negara maju mengalami LBP pada beberapa saat
di kehidupannya. Setiap tahun, sekitar 15-45% dewasa mengalami LBP dan
5% orang memeriksakan dirinya akibat LBP episode baru. Sekitar 10% tetap
tidak mampu bekerja dan sekitar 20% memiliki gejala persisten dalam satu
tahun1.
Prevalensi penyakit musculoskeletal di Indonesia berdasarkan pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis
atau gejala yaitu 24,7 presen. Prevalensi meningkat terus menenrus dan
mencapai puncaknya antara 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia
seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena
terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua4.
D. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LBP antara lain faktor
individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor individu dapat dilihat
berdasarkan faktor-faktor berikut ini:
1. Usia :Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang
dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia
30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin
tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami
penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala
LBP2.
2. Jenis kelamin :Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP.Jenis kelamin
sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi
karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.

19

Berdasarkan beberapapenelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus


musculoskeletaldisorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria2.
3. Indeks massa tubuh :Indeks massa tubuh (IMT)merupakan kalkulasi angka
dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2).
Hasil penelitian menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih
berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki
berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan
tertekan untuk menerima beban yangmembebani tersebut sehingga
mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang
belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko
akibat efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal4.
4. Masa kerja :Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorangbekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk
berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau
semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula
risiko untuk mengalami LBP2. Suatu penelitian menunjukkan bahwapekerja
yang paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang memiliki
masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka denganmasa kerja < 5
tahun ataupun 5-10 tahun2.
5. Kebiasaan merokok : World Health Organization (WHO)melaporkan jumlah
kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang
tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan
antarakebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok
dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu,
merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada
tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau
kerusakan pada tulang. Penelitian yang dilakukan Tanamelaporkan bahwa
dari hubungan antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan

20

hasil responden dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low
back pain daripada yang tidak pernah merokok sama sekali6.
6. Riwayat
pendidikan:Pendidikan
terakhir
pekerja

menunjukkan

pengetahuannya dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat.


Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh
orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
banyak pengetahuan yang didapatkan2.
7. Tingkat pendapatan :Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan
dengan harikerja. Terdapat sistem 6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih
dominan) dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan sistem 5 hari kerja sering
menjadi masalah apabila diterapkan di perusahaan di Indonesia.
Penyebabnya tidak lain adalah standar pengupahan sangat rendah yang
menyebabkan kebutuhan dasar keluarga tidak tercukupi. Hal ini sering
menjadi pemikiran mendasar bagi seorang pekerja. Mereka berfikir bahwa
jika bekerja selama 5 atau 6 hari akan mempengaruhi pendapatan mereka.
Sebenarnya jika dapat dilakukan efisiensi dan peningkatan produktivitas
kerja, pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu maka dengan sendirinya
kerja lembur tidak diperlukan. Akan tetapi para pekerja akan berfikir mereka
tidak akan mendapatkan tambahan pendapatan jikalau mereka tidak lembur.
Hal ini akan berdampak pada produktivitas kerja2.
8. Aktivitas fisik : Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP.
Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan
aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup dan
dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP.
Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah
osteoporosis dan berbagai penyakit rangka serta penyakitlainnya. Olahraga
sangat menguntungkan karena risikonya minimal. Program olahraga harus
dilakukan secara bertahap, dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya
untuk menghindari cidera pada otot dan sendi. Aktivitas fisik dikatakan
teratur ketika aktvitas tersebut dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu.
Selain itu, di dalam aktivitas fisik juga dilakukan streching guna

21

meregangkan otot-otot yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu.


Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan suplai oksigen ke dalam otot
sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot. Pada umumnya, keluhan
otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas
kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat dan melakukan
aktivitas fisik yang cukup. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi
oleh tingkat kesegaran tubuh2.
9. Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma :Postur yang bervariasi
dan abnormalitas kelengkungan tulangbelakang merupakan salah satu faktor
risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan
lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini
sangat langka. Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta dan
jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak memiliki konsekuensi.
Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko yang lebih rendah.
Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor
risiko terjadinya LBP2.
Faktor risiko lainnya yaitu riwayat keluarga dengan musculosceletal
disorder, faktor psikososial : kecemasan, depresi, stress mental di tempat kerja,
faktor kesalahan postur : kepala menunduk ke depan, bahu melengkung ke
depan, perut menonjol ke depan dan lordosisi lumbal berlebihan dapat
menyebabkan spasme otot (ketegangan otot). Hal ini merupakan penyebab
terbanyak LBP. Aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar, seperti salah
posisi saat menangkat beban yang berat juga menjadi penyebab LBP1,2.

E. Etiologi
Etiologi dari low back pain meliputi berbagai faktor, antara lain :
1. Akibat trauma
Nyeri pinggang akut akibat trauma terjadi apabila bagian pinggang
mengalami paparan kekuatan dari luar yang besar sehingga terjadi
kerusakan otot atau fasia, bisa juga terjadi herniasi diskus intervertebrae dan
fraktur korpus vertebre. Nyeri pinggang kronis terjadi ketika otot dipakai

22

berulang-ulang serta rapuhnya vertebra yang berhubungan dengan


osteoporosis7.
2. Akibat inflamasi
Nyeri pinggang akibat spondylitis tuberculosis merupakan salah satu contoh
LBP akibat inflamasi. Inflamasi ini terjadi ketika basil tuberkel atau bakteri
piogenik merusak korpus vertebrae atau diskus interverebrae. Bila
didapatkan gambaran vertebrae seperti bamboo maka pasien kemungkinan
terkena ankilosis spondylitis, peyakit rematik dengan remathoid factor
bernilai negatif7.
3. Akibat tumor
Tumor ganas seperti tumor pulmo, tumor gaser, tumor payudara, tumor
prostat kadang-kadang bermetastasis ke spina lumbalis7.
4. Akibat degenerasi
Degenerai mengarah ke pengembangan spondilosis, degenerasi diskus
intervertebral lumbal, degenerasi diskus intervertebral lumbales, lumbal
intervertebral disk degeneration, intervertebral articular LBP, lumbar nonspondylosis spondylolistesis, ankilosing spinal hyperostosis, dan stenosis
lumbal7.
5. Lain-lain
Penyakit struktur pinggang, penyakit organ intra abdominal, penyakit
psikogenis7.

F. Klasifikasi
23

Low back pain terdiri dari tiga jenis yaitu Lumbar Spinal Pain atau nyeri di
daerah yang batasi superiornya oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebreae thorakal terakhir, batas inferior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebrae
sacralis pertama dan batas lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas
lateral spina lumbalis. Sacral Spinal pain atau nyeri di daerah yang dibatasi
superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus
vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang
melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah
1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain3.
LBP diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan waktunya yaiitu
akut apabila terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu dan kronis apabila
lebih dari 12 minggu4.
Klasifikasi menurut Jayson LBP dibagi menjadi:
1. Back Pain Primer disebabkan oleh kalainan orga itu sendiri yaitu :
a. Bagian kutan dan subkutan
b. Bagian miofasia
c. Artikulasi dan ligament
d. Ossa
2. Back Pain Sekunder yang disebabkan oleh kompresi atau proses
degenerative
3. Reffered Backache yang penyebabnya terletak pada ginekologi, traktus
urinarius, prostat, apendik
4. Psychosomatic Backeache yang disebabkan oleh depresi, cemas, histeira,
malingering8
Di lain pihak terdapat pengklasifikasian menjadi dua yaitu :
1. Spondilogenik
Nyeri punggung spondilogenik dapat didefinisikan sebagai nyeri terkait
dengan struktur tulang belakang. Rasa sakit ini diperparah dengan aktivitas
dan membaik bila diistirahatkan. Untuk diagnosis LBP spondilogenik
berupa riwayat masalah tulang belakang seperti perubahan degenerative,
kondisi serupa sebelumnya, trauma. Keadaan yang paling umum menjadi
penyebab dari LBP spondilogenik adalah perubahan struktur tulang
belakang itu sendiri atau kelainan jaringan lunak. Selain itu bisa juga

24

disebabkan oleh trauma, infeksi, eoplasma, kelainan metabolic, kelainan


kongenital, kelaianan degeneratif. Penyakit yang mempengaruhi atas spina
lumbalis dapat menyebabkan nyeri alih ke pinggang atau paha depan
sedangkan penyakit yang menyerang bawah spina lumbalis dapat
menyebabkan nyeri alih ke pantata, paha posterior jarang ke betis atau kaki
2. Non-spondilogenik
Nyeri pinggang non- spondilogenik dapat didefinisikan sebagai nyeri
pinggang yang berasal dari luar struktur anatomi tulang belakang. Adalah
mungkin bahwa tulang belakang terlibat dalam proses sistemik dan
menyebabkan defek sekunder pada tulang belakang. Pasien biasanya
menyakini bahwa nyeri berasal dari pinggang dan nyeri terasa tumpul,
nyerinya tidak terlalu parah dan jarang menyerang pantat dan kaki. Biasanya
didapatkan riwayat kondisi yang menjadi faktor pencetus nyeri misalkan :
konsumsi jeruk, alkohol, kopi dapat mencetus nyeri punggung akibat ulkus
peptikus dan menghilang bila diberi antasida atau makan. Nyeri biasanya
timbul dari organ atau jaringan yang dipersarafi segmen terkait. Nyeri
pinggang non-spondilogenik dapat dibagi menjadi..yaitu :
a. Viscerogenik
b. Vakuler back pain
c. Neurogenik back pain
d. Greater trochanteric and iliac crest pain syndrome
e. Hip problems
f. Psychosomatic backache9
G. Gejala Klinis
Keluhan nyeri dapat beragam dan diklasifikasikan sebagai nyeri yang
bersifat lokal, radikuler, menjalar atau spasmodic. Nyeri lokal berasal dari
proses patologik yang merangsang ujug saraf sensorik, umumnya menetap,
namun dapat pula intermitten, nyeri diperngaruhi perubahan posisi, bersifat
nyeri tajam dan nyeri tumpul. Biasanya dapat dijumpai spasme paravertebral.
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis atau visera umumnya mengenai
dermatom tertentu, bersifat tumpul dan terasa lebih dalam. Nyeri alih yang
berasal dari spinal lebih dirasakan di daerah sakroiliaka, gluteurs atau tungkai

25

atas sebelah belakang dan daerah nyeri alih tersebut berasal dari jaringan
mesodermal yang sama dalam perkembangann embrioniknya.
Nyeri radikuler berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf spinal dan
keluhan ini lebih berat dirasakan seperti membungku, serta berkurang dengan
istirahat. Salah satu penyebab yang perlu diperhatikan adalah tumor pada korda
spinalis yang ditandai oleh tidak berkurangnya nyeri dengan istirahat atau lebih
memburuk terutama pada malam hari, Karakteristik yang dapat ditemukan
adalah perubahan neurologis seperti paresthesia dan baal serta dapat disertai
oleh kelemahan motorik.
H. Diagnosis
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit sekarang :Lokasi, onset dan durasi, kualitas, kuantitas,
faktor mempeberat, faktor memperingan, keluhan lain
c. Riwayat penyakit sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat sosial ekonomi
f. Kebiasaan pribadi10
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan
neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleksrefleks
a. Motorik.

26

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :


1) Berjalan dengan menggunakan tumit.
2) Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
3) Jongkok dan gerakan bertahan (seperti mendorong tembok)10
b. Sensorik.
1) Nyeri dalam otot.
2) Rasa gerak.
3) Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan
Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
4) Test Provokasi Nyeri
a) Test Valsava
Tes valsava mengakibatkan naiknya tekanan intratekal. Jika
terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian servikal,
maka dengan naiknya tekanan intratekal akan mengakibatkan nyeri
radikuler
b) Tes Naffziger
Tes Naffziger juga mengakibatkan naiknnya tekanan intratekal.
Kenaika tekanan intratekal yang dicetus dengan tes Naffziger
diteruskan sepanjang rongga arachnoid medulla spinalis. Jika
terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis (missal karena

27

tumor atau HNP) maka radiks yang teregang saat dilakukan tes
Naffziger akan timbul nyeri radikuler sesuai dengan dermatomnya
c) Tes Lassegue
Pada tes ini, pertama
telapak

kaki

pasien ( dalam

posisi 0 ) didorong ke arah

muka kemudian setelah itu tungkai

pasien diangkat sejauh 40 dan sejauh 90.


d) Tes Patrick

28

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan


pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi,
abduksi, eksorotasi dan ekstensi.
e) Test Kontra Patrick
Dilakukan

gerakan

gabungan

dinamakan

fleksi,

abduksi,

endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test


Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di
sakroiliaka.
f) Tes Bragar
Tes Bragard merupakan tes untuk mengetahui adanya penekanan
saraf ischiadicus. Dilakukan layaknya tes laseque kemudian kaki
pasien didorsofleksikan. Positif bila didapatkan nyeri.
g) Tes Sicard
Tes Sicard merupakan tes untuk mengetahui adanya penekanan
saraf ischiadicus. Dilakukan layaknya tes laseque kemudian
ibujari kaki didorsofleksikan. Positif bila didapatkan nyeri11.

5) Pemeriksaan Penunjang
a) Foto polos
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi,
dan luka degeneratif pada spinal. Standar pemeriksaan untuk nyeri
29

pinggang bawah adalah foto polos anteroposterior, lateral dan cone


down lateral view. Data tambahan dapat diperoleh dari posisi
obliq.Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama
untuk mengevaluasi nyeri punggung dan biasanya dilakukan
sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT
scan.Keuntungan pengunaan foto polos adalah sederhana dan
membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang.Gambaran
X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak
peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran
sehingga efek radiasi dapat dikurangi serta tidak dapat dijadikan
pegangan diagnosis pada nyeri pinggang bawah non spesifik baik
pada fase akut nyeri maupun kronik dan tidak dapat digunakan
untuk memperkirakan kemungkinan timbulnya nyeri pada masa
yang akan datang12.

b)

Myelografi
Myelografi

adalah

pemeriksan X-ray pada


spinal
pada

cord

dan

canalis

spinaluntuk

diagnosa

penyakit

yang

berhubungan
diskus

dengan

intervertebralis,

tumor spinalis, atau untuk abses spinal.Myelografi merupakan


tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke
kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray, biasanya dilakukan
apabila terdapat kemungkinan tindak lanjut operatif saja karena
banyak efek samping akibat pemerian kontras. Keuntungan teknik

30

ini adalah mudah mengetahui lokasi sumbatan serta jepitan pada


radiks12.

c)

Computed Tornografi Scan ( CT- scan )


CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan
untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan
ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.
Herniasi diskus dapat dideteksi lebih dari 95%. Mengingat
mahalnya tindakan tersebut, maka teknik ini dipakai apabila
dicurigai adanya kelaianan anatomic12.
d) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih
jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena
tidak mempunyai efek radiasi serta tidak perlu menggunakan
kontras. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian
sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan
kelaianan

pada

jaringan

lunak,

korpus

vertebrae,

diskus

intervertebralis, kanalis spinalis apat dengan mudah dilihat.


Sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi ditujukkan dalam
mendeteksi osteomyelitis12.
e) Electro Miography ( EMG ) / Nerve Conduction Study ( NCS )
31

EMG/ NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang
digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.EMG/
NCS dapat memberikan informasi tentang : 1. Adanya kerusakan
pada saraf, 2. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik),
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau
distal), 4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf, 5. Memantau
proses penyembuhan dari kerusakan saraf12.

I. Tatalaksana
1. Medikamentosa
Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
a. Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat
golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena
bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya :
Morfin, heroin, dll.
b. Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat
anti piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi.
Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :
1) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.
Contohnya

: Aspirin

Dosis Aspirin

: Sebagai anlgesik 600 900 mg, diberikan 4 x

sehari. Sebagai antiinflamasi 750 1500 mg, diberikan 4 x sehari

32

Kontraindikasi

:Penderita

tukak

lambung,

resiko

terjadinya

pendarahan, gangguan faal ginjal, hipersensitifitas


Efek samping

: Gangguan saluran cerna, anemia defisiensi besi,

serangan asma bronkial


2) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman
untuk

menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.

Dosis terapi

600 900 mg, diberikan 4 x sehari

3) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita,
lebih kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang
Dosis terapi :

0,5 1 gram, diberikan 3 x sehari

4) Golongan asam organik yang lain


a) Derivat asam fenamat
Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam
flufenamat, dan Na-

meclofenamat.Golongan obat ini sering

menimbulkan efek samping terutama diare.Dosis asam mefenamat


sehari yaitu 4500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari
adalah 3-4 kali 100 mg.
b) Derivat asam propionat
Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid
(AINS) yang relatif baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik

33

dam anti piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen,


naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.
c) Derivat asam asetat
Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain
mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek
analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.
d) Derivat Oksikam
Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali
sehari13.

2. Fisioterapi
a. Terapi Panas
Metode ini sering digunakan untuk mengurangi nyeri dan menurunkan
ketegangan otot yaitu dengan kompres hangat. Kompres hangat adalah
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan14.
b. Terapi dingin (Cryotheraphy)
Merupakan prosedur sederhana dan efektif untuk menurunkan spasme
sehingga mengurangi nyeri. Metode terapi dingin yang dapat digunakan
yaitu ice massage, yaitu tinfakan pemijatan dengan menggunakan es
pada area yang sakit selama 5-10 menit15.

34

c. Elektro Stimulus
1) Electroacupunture
2) Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
3) Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)16
4) Ultra Sound17
5) Radiofrequency Lesioning18
6) Spinal Endoscopy19
7) Elektrothermal Disc Decompression20
d. Traction
Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot. Sangat
efektif pada Hernia Nukleus Pulposus7.
e. Latihan pada Low Back Pain
Lumbar stabilization exercises atau William Flexion Exercise merupakan
latihan yang dirancang untuk mengurangi nyeri pinggang dengan
memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama
otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok
ekstensor punggung bawah21

35

William Flexion Exercise


(Sumber : Jurnal of the Korea Medical Association, 2007)
McKenzie exercise adalah salah satu program perawatan konservatif
yang paling popular untuk tulang belakang. TeknikMc.Kenzie adalah
bentuk latihan pasif manipulasi tulang belakang di mana pasien
menghasilkan
gerakan,
posisi,
dan
kekuatan. Teknik
ini
merupakan metode diagnosis dan pengobatan yang didasarkan pada pola
pergerakan tulang belakang. Untuk setiap kondisi tulang belakang,
gerakan
tertentu dapat
memperburuk
rasa
sakit
dan ada gerakan yang meringankan rasa sakit, karena metode ini terbaik
untuk sakit punggung akut yang merespon ekstensi lumbal, mobilisasi,
dan latihan22.
1) Prone lateral shifting of hips
Posisi pasien menghadap ke bawah dengan lengan berada disamping,
pinggul bergerak menjauh dari sisi yang sakit dan dipertahankan
dalam posisi ini selama beberap detik dengan posisi pinggul off
center, siku diposisikan dibawah bahu dan bersandar pada lengan
bawah, bersantai di posisi ini selama 3 atau 4 menit, kemudian pasien
dapat
melakukan
maneuver "extension
while
lying
22
prone",menjaga pinggul dari pusat .
2) Passive extension with prone
Pasien diposisikan tidur tengkurap dengan tangan diposisikan dibawah
bahu, lalu dorong naik ke atas secara perlahan-lahan dengan
meluruskan sikusekaligus mempertahankan pelvis, hip, dan
36

kaki dengan santai.Pertahankan posisi ini selama 1-2 detik kemudian


menurunkan tubuh secara perlahan bagian atas ke lantai, latihan ini
menghilangkan efek gaya gravitasi karena gerakan ini dilakukan
dalam posisi tengkurap22.
3) Back bending (extension)
Pasien berdiri tegak dengan jarak kedua kaki diperlebar, kemudian
tempatkan tangan di pinggang dan jari-jari menunjuk ke belakang,
kemudian
digerakkan
ke
belakang dari
pinggang sebagai
perpanjangan dalam posisi
berdiri
sejauh
mungkin
dengan
menggunakan tangan sebagai titik tumpu, lutut harus dalam keadaan
lurus tahan posisi seperti ini selama 1-2 detik. Lakukan juga pada
gerakan membungkuk ke depan dan lateral fleksi22.
4) Knees-to-chest with supine
Pasien diposisikan tidur terlentang dengan lutut tertekuk dan kaki
rata di lantai atau tempat tidur, kemudian letakkan tangan disekitar
lutut dan secaraperlahan tarik kedua lutut kearah dada, pada latihan ini
tidak perlu mengangkat kepala. Posisi ini dipertahankan selama 1-2
detik, kemudian kembali ke posisi semula secara perlahan-lahan22.
5) Flexion with sitting
Pasien duduk di tepi kursi yang stabil atau bangku dengan jarak kaki
dilebarkan dan tangan bertumpu pada lutut, kemudian bungkukkan
kedepan dari pinggang hingga tangan menyentuh lantai, tahan posisi
ini selama 1-2 detik dan kemudian kembali ke posisi semula secara
perlahan-lahan, setelah mampu menekuk ke depan dengan nyaman,
pasien dapat memegang pergelangan kaki dan tarik jauh di bawah22.

McKenzie Exercise
37

(Sumber : Jurnal of the Korea Medical Association, 2007)

f. Alat Bantu
1) Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk
mengatasi Low Back Pain yang dapat membungkus punggung dan
perut.

3. Operasi
LBP yang mengindikasikan untuk tindak pembedahan antara lain
paralisis saraf sciatic menuju ekstremitas bawah, perkembangan kompresi
nerve rot, dan infeksi oleh M.tuberculosis atau bakteri lainnya. Sedangkan
kriteria untuk indikasi bedah adalah gangguan yang terjadi mengurangi
mobilitas dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan dari stenosis
lumbal serta paralisis akibat Human Nucleus Pulposus serta tumor korda
spinalis7.

38

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy Family Physician (AAFP). Low Back Pain. Portland :
BMJ Publishing Group; 2011
2. Fauzia A. Risk factors of low back pain in workers 2015:4(1):12-9
3. Gerard JT and Bryan D. Principles of Anatomy and Physicology. 12 Edition.
USA . John Wiley & Sons, Inc.; 2009 : 235-58
4. Purnamasari. Overweight sebagai faktor risiko low back pain pada pasien poli
saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health
2010;4
5. Hilmawan F, Handoyo, Keksi. Hubungan sikap dan posisi kerja dengan low
back pain pada perawat di rsud purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman;
2009:4(3):131-9
6. Anthony DW, Bruce. Burden of major musculoskeletal conditions. Bulettin of
the World Organization; 2003:81(9):646-56
7. Yusufumi. Classification, diagnosis, and treatment of low back pain. JAMJ;
2004:47(5):227-33
8. Jayson Malcolm I.V., Allan St J Dixon. The lumbar spine and back pain.
Second eddition, Pitman Medical 1980, Chap.5, 11, page: 295,150.
9. Thamir and Mubdir. Non-sponylogencic low back pain. Bas J Surg; 2002.
10. Mark . Buku ajar diagnosis fisik. EGC:1995:345-98
11. Pedoman Ketrampilan Klinis. Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta : Fakultas
Kedokteran UNS: 2013
12. Moehadsjah OK, et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3.
13. Nafrialdi, Setawati, A.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : 2007

39

14. Rosita, Tri. Kompres hangat atasi nyeri pada petani penderita nyeri punggung
bawah di kelurahan candi kecamatan ampel kabupaten boyolali. Gaster;
2016:XIV(1):30-9
15. Eva, Bayhakki, Erika. Pengaruh terapi dingin ice massage terhadap
perubahan intensitas nyeri pada penderita low back pain. Jurnal Ners
Indonesi; 2012:2(2):185-91
16. Masataka, et al. Comparison of percutaneous electrical nerve stimulatiion
with transcutaneous electrical nerve stimulation for long term pain relief in
patients with chronic low back pain. International Anesthesia Research
Society; 2004:98:1552-6
17. Ebadi, Ansari. Therapeutic ultrasound for chronic low back pain (online)
diakses (26 Juli 2016)
http://www.cochrane.org/CD009169/BACK_therapeutic-ultrasound-forchronic-low-back-pain
18. Laura, et al. Radiofrequency ablation for chronic low back pain : A system
rwview of randomized controlled trial. Pain Res Manag; 2014:19(5):146-53
19. Laxmaiah, Bhupinder, Vijay. Spinal endoscopy and lysis of epidural
adhesions in the management of chronic low back pain. Pain Physician;
2011:4(3);240-65
20. David, Douglas, Gunnar, Jon. Intradicscal electrothermal therapy (IDET) for
the treatment of discogenic low back pain : Patient selection and indications
for use. Pain Physician; 2008:11:659-68
21. Hannga, Anies. Pengaruh William flexion exercise terhadap peningkatan
lingkup gerak sendir penderita low back pain. Journal of Sport Science and
Fitness; 2015:4(3):16-21
22. Brotzman, S. Brent dan Wilk, Kevin E., Clinical Orthopaedic Rehabilitation
Second Edition. Philadelphia: Mosby; 2003

40

Anda mungkin juga menyukai