Anda di halaman 1dari 42

Tugas

* Kepaniteraan Klinik Senior / G1A216068/ Maret 2018


** Pembimbing / dr. H. Mustarim, M.Si. Med, Sp.A (K)

Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang ec. Susp. Virus

Yoga Zunandy Pratama *


dr. H. Mustarim, M.Si. Med, Sp.A (K)**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di
negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian
besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
akut, termasuk sindrom malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self
limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah
gangguan pertumbuhan karena diare. Diare menyebabkan hilangnya sebagian besar air
dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.
1,2,3

Di Indonesia, penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sector


kesehatan oleh karena rata-rata 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit
ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itu juga di pelayanan
kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit
terbanyak di populasi.1,4

Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare
dapat menyebabkan kekurangan gizi karena adanya anoreksia dan berkurangnya
kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan
akan berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.1,5

2
BAB II

STATUS PEDIATRIK

I. IDENTIFIKASI
Nama : An. D
Umur : 8 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Nama ayah : Tn. Refi
Nama ibu : Ny. Novitasari
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : RT 26 Simpang Pulai
MRS : 05 Maret 2018

II. ANAMNESIS
Tanggal : 05 Maret 2018
Diberikan oleh : Ibu pasien (Alloanamnesa)

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan utama : BAB cair

2. Keluhan tambahan : Demam

3. Riwayat perjalanan penyakit :


Pasien dibawa ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan
BAB cair sejak 2 hari SMRS. 2 hari SMRS pasien mengalami BAB cair
> 5 kali dalam sehari, BAB cair berwarna kuning, air lebih banyak
daripada ampas, tidak disertai darah maupun lender, dalam sekali BAB

3
kira-kira sebanyak ½ aqua gelas. Pasien telah diberikan air masak yang
dicampurkan dengan garam dan gula, namun BAB cair tidak membaik
dan pasien tetap diberikan ASI seperti biasanya.

1 hari SMRS pasien juga mengeluhkan demam, demam tidak terlalu


tinggi, demam terus menerus, menggigil (-), bercak kemerahan di kulit
(-) dan pasien belum diberikan obat penurun panas. 1 hari SMRS keluhan
BAB cair masih ada, BAB cair 5 kali dalam sehari, air lebih banyak dari
ampas, dalam sekali BAB ¼ aqua gelas. Pasien masih diberikan ASI
seperti biasanya.

10 jam SMRS, pasien masih mengeluhkan BAB cair, BAB cair 3 kali
dalam sehari, dalam sekali BAB ¼ aqua gelas, air lebih banyak daripada
ampas. Menurut keterangan ibu pasien, pasien lebih rewel daripada
biasanya dan pasien lebih kuat menyusu daripada biasanya. Demam (+),
BAK kuning pekat. Karena tidak ada perbaikan akhirnya pasien dibawa
ke IGD RSUD Raden Mattaher jambi.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat keluhan yang sama disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat penyakit yang sama di anggota keluarga disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi :


Kesan cukup

B. Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit


1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Cukup bulan (aterm)

4
Partus : Spontan
Tempat : Puskesmas Putri Ayu
Ditolong Oleh : Bidan
Tanggal : 12 Juni 2017
BBL : 3.300 gram
PB : ± 50 cm

2. Riwayat makanan
ASI diberikan sejak lahir sampai umur 8 bulan. Susu botol diberikan
sampai sekarang. Bubur nasi dan nasi tim diberikan dari umur 6
bulan hingga sekarang. Daging, ikan dan telur juga diberikan
bersamaan bubur nasi dan nasi tim.
Kesan : Asupan nutrisi cukup kuantitas dan kualitas makanan baik

3. Riwayat Vaksinasi
BCG : + 1 kali saat baru lahir umur 0 bulan
DPT : + 3 kali saat umur 2,4,6 bulan
Polio : + 4 kali saat umur 0,2,4,6 bulan
Hepatitis B : + 4 kali saat umur 0,2,4 bulan
Campak : 0 kali saat umur 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap

4. Riwayat Keluarga Tn. Refi


Ny. Randi
SMA/
Perkawinan : SD/ IRT
Wirasswasta
Umur :
Pendidikan :
An. D
Penyakit yang diderita :
Saudara :

5
5. Riwayat Perkembangan Fisik
Gigi pertama : (+)
Berbalik : (+)
Tengkurap : (+)
Merangkak : (-)
Duduk : (-)
Berdiri : (-)
Jalan : (-)
Bebicara : (-)
Kesan : Perkembangan fisik dalam batas normal

6. Riwayat Perkembangan Mental


Isap Jempol :-
Ngompol :+
Sering mimpi :-
Aktivitas : cukup aktif
Membangkang :-
Ketakutan :-

7. Status Gizi (menurut WHO)


BB/TB: Overweight
BB/U : Gizi Baik
PB/U : Pendek

8. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


Parotitis :- Muntah berak :-
Pertusis :- Asma :-

6
Difteri :- Cacingan :-
Tetanus :- Patah tulang :-
Campak :- Jantung :-
Varicella :- Sendi bengkak :-
Thypoid :- Kecelakaan :-
Demam Menahun : - Operasi :-
Radang Paru :- Keracunan :-
TBC :- Sakit Kencing :-
Kejang :- Sakit ginjal :-
Lumpuh :- Alergi :-
Otitis media :- Perut Kembung :-
Batuk pilek :+ Malaria :-
DBD :-

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
Posisi : Berbaring
BB : 8,3 Kg
PB : 64 cm
Edema : tidak ada
Anemis : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Dipsnoe : tidak ada
Suhu : 37,5º C

7
Pernafasan : 32 x/menit
Tipe Pernapasan : Thorakoabdominal
Turgor : Kembali melambat
Nadi : 144x/menit, reguler, kuat angkat

B. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : Normocephal, UUB belum menutup sempurna.
Rambut lurus, hitam, tidak mudah rontok, halus,
alopesia (-), cracked pot sign (-), cranio tabes (-)
Muka : Roman muka dbn, bentuk muka bulat, sembab (-),
simetris
Alis : kerapatan dbn, tidak mudah rontok, alopesia (-)
Mata : Spot mata normal, cekung (+/+), hipertelorism (-),
sekret (-), epifora (-), pernanahan (-), endoftalmus (-),
exoptalmus (-), nistagmus (-), strabismus (-)
Konjungtiva : Pelebaran vena (-), perdarahan subkonjungtiva (-),
infeksi (-), bitot spot (-), xerosis (-), ulkus (-), refleks
(+/+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Iris : Dbn, pupil isokor (±3mm/±3mm), refleks cahaya (+/+)
Telinga : Sekret (+/+) minimal, tophi (-/-), membran timpani
intact, nyeri tekan matoid (-/-), nyeri tarik daun telinga
(-/-)
Hidung : Simetris, discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-),
saddle nose (-), mukosa edema (-/-), epistaksis (-/-),
deviasi septum (-)
Mulut : Simetris, bersih, sianosis (-), mukosa bibir kering (+)

8
Tenggorokan : T1/T1, faring hiperemis (-), sakit menelan (-), suara
serak (-)
Leher : Simetris, Pembesaran KGB (-), dbn

C. ANAMNESA ORGAN
Kepala
Sakit kepala :-
Rambut rontok :-
Lain-lain :-

Mata
Rabun senja :-
Mata merah :-
Bengkak :-

Telinga
Nyeri :-
Sekret : + minimal
Gangguan pendengaran :-
Tinitus :-

Hidung
Epistaksis :-
Kebiruan :-
Penciuman : Baik

9
Gigi-Mulut
Sakit gigi :-
Sariawan :-
Gangguan mengecap :-
Gusi berdarah :-
Sakit membuka mulut :-
Rhagaden :-
Lidah kotor :-

Tenggorokan
Sakit menelan :-
Suara serak :-

Leher
Kaku kuduk :-
Tortikolis :-
Parotitis :-

Mulut
Bibir : kering (+)
Warna : Merah muda
Ukuran : dalam batas normal
Ulkus :-
Rhagaden :-
Sikatriks :-
Cheilosis :-
Sianosis :-

10
Labioschizis :-
Bengkak :-
Vesikel :-
Oral thrush :-
Trismus :-
Bercak koplik :-
Palatoschizis :-

Gigi
Kebersihan : cukup
Karies :+
Hutchinson :-
Gusi :-

Lidah
Bentuk : dalam batas normal
Gerakan : dalam batas normal
Tremor :-
Warna : Merah muda
Selaput :-
Hiperemis :-
Atrofi papil :-
Makroglosia :-
Mikroglosia :-

Faring-Tonsil
Warna : merah muda

11
Edema :-
Selaput :-
Pembesaran tonsil :-
Ukuran : T1-T1
Simetris :+

Thorax depan dan paru


Inspeksi statis
Bentuk : Normal
Simetris :+
Vousure cardiac :-
Clavicula : dbn
Sternum : dbn
Bendungan vena :-
Tumor :-
Sela iga : dbn
Inspeksi
Vousure cardiac :-
Ictus cordis :-
Pulsasi jantung :-
Palpasi
Ictus cordis : ICS 4-5 Linea Mid Clavicula
Thrill :-
Defek pulmonal :-
Aktivitas jantung kanan : dbn
Aktivitas jantung kiri : dbn

12
Inspeksi dinamis
Gerakan : dinamis
Bentuk pernapasan : Thorakoabdominal
Retraksi :-
Supraklavicula :-
Interkostal :-
Subkostal :-
Epigastrium :-
Palpasi
Nyeri tekan :-
Fraktur iga :-
Tumor :-
Krepitasi :-
Stemfremitus : dbn
Perkusi
Bunyi ketuk : Sonor
Nyeri ketuk :-
Batas paru-hati :dbn
Peranjakan :-
Auskultasi
Bunyi nafas pokok : vesikuler
Bunyi nafas tambahan : rhonki (-), wheezing (-)
Perkusi
Batas kiri : dbn
Batas kanan : dbn
Batas atas : dbn
Batas bawah : dbn

13
Auskultasi bunyi jantung
Bunyi jantung I : normal, reguler
Mitral :+
Trikuspid :+
Bunyi jantung II : normal, reguler
Pulmonal :+
Aorta :+
Bising jantung
Fase bising :-
Bentuk bising :-
Derajat bising :-
Lokasi/punctum max :-
Penjalaran bising :-
Kualitas bising :-
Pericardial friction rub :-

Thorax belakang
Inspeksi statis
Bentuk : dbn
Procesus spinosus : dbn
Scapula : dbn
Skoliosis :-
Khiposis :-
Lordosis :-
Gibus :-
Palpasi
Nyeri tekan :-

14
Perkusi
Fraktur iga :-
Tumor :-
Krepitasi :-
Stemfremitus : dbn
Perkusi
Bunyi ketuk : Sonor
Nyeri ketuk :-
Batas paru-hati :dbn
Peranjakan :-
Auskultasi
Bunyi napas pokok : vesikuler

Abdomen
Hepar
Tinja seperti dempul :-
Sakit kuning :-
Kencing warna tua :-
Kuning di sclera dan kulit : -
Perut kembung :+

Lambung dan Usus


Nafsu makan : kurang
Frekuensi/jumlah : 6 x ASI
Perut kembung :+
Mual dan muntah :-
Isi :-

15
Frekuensi :-
Jumlah :-
Muntah darah :-
Mencret :+
Konsistensi : cair
Frekuensi : >5x/hari
Jumlah : ± ½ aqua gelas
Tinja berdarah :-
Tinja berlendir :-
Dubur keluar :-
Sakit BAB :-
Sakit perut :-
Lokasi :-
Sifat :-

Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
Umbilikus : di tengah dbn
Ptechie :-
Spider nevi :-
Bendungan vena :-
Gambaran peristaltik usus : + meningkat
Turgor : kembali lambat
Palpasi
Nyeri tekan :-
Nyeri lepas :-

16
Defans muskuler :-
Nyeri ketuk :-
Meteorismus :-
Auskultasi
Bising usus : + meningkat
Ascites :-

Hepar
Pembesaran :-
Konsistensi :
Permukaan :
Tepi :
Nyeri tekan :-

Lien
Pembesaran :-
Konsistensi :
Permukaan :
Nyeri tekan :-

Ginjal
Pembesaran :-
Konsistensi :
Permukaan :
Nyeri tekan :-

17
Ginjal dan Urogenital
Sakit kuning :-
Warna keruh :-
Frekuensi miksi : dbn
Sembab kelopak mata :-
Edema tungkai :-

Endokrin
Sering minum :+
Sering kencing :-
Sering makan :-
Keringat dingin :-
Tanda pubertas prekoks :-

Lipat paha dan Genital


Kulit : normal
Kelenjar getah bening : perbesaran (-)
Edema :-
Sikatriks :-
Desensus testikulorum :-
Genitalia : normal
Anus : normal

Syaraf dan otot


Hilang rasa :-
Kesemutan :-
Otot lemas :-

18
Otot pegal :-
Lumpuh :-
Badan kaku :-
Tidak sadar :-
Mulut mencucu :-
Trismus :-
Kejang :-
Lama :
Interval :
Frekuensi :-
Jenis kejang :-
Post iktal :-
Panas :-
Riwayat kejang keluarga :-
Kejang pertama usia :-
Riwayat trauma kepala :-

Alat kelamin
Hernia :-
Bengkak :-

Ekstremitas superior
CRT : 2 detik
Akral : hangat
Inspeksi
Bentuk : dbn
Deformitas :-

19
Edema :-
Trofi :-
Pergerakan : kesegala arah
Tremor :-
Chorea :-
Lain-lain :-

Pemeriksaan neurologis
Tonus : dbn
Kekuatan : 5/5
Refleks fisiologis : + normal
Refleks tendon biceps : +/+
Refleks tendon triceps : +/+
Reflek patologis : -/-

Ekstremitas inferior
Akral : hangat
CRT : 2 detik
Inspeksi
Bentuk : simetris
Deformitas :-
Edema :-
Trofi :-
Pergerakan : kesegala arah
Tremor :-
Chorea :-
Lain-lain :-

20
Pemeriksaan neurologis
Tonus : dbn
Kekuatan : 5/5
Refleks fisiologis : + (normal)
Refleks tendon patella : +/+
Refleks tendon achilles : +/+
Reflek patologis : -/-

Tanda sesuai derajat dehidrasi


- Keadaan umum : kompos mentis
- Mata : cekung
- Mulut dan lidah : bibir kering
- Rasa haus : sering merasa haus
- Turgor kulit : kembali lambat
Kesan : dehidrasi ringan – sedang

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
1. Hematologi
WBC : 14,43 GDS : 128
RBC : 5,56
HGB : 10,8
PLT : 425
HCT : 34,4

21
2. Pemeriksaan elektrolit
Na : 139,59
K : 4,51
Cl : 103,13
Ca : 1,36

V. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Feses rutin
- Pemeriksaan serologi
- Pemeriksaan imunologi

VI. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL


- Diare akut dehidrasi ringan-sedang ec. Virus
- Diare akut dehidrasi ringan-sedang ec. Bakteri
- Diare akut dehidrasi ringan-sedang ec. Malabsorbsi
- Diare akut dehidrasi ringan-sedang ec. Alergi
- Diare akut dehidrasi ringan-sedang ec. Keracunan

VII. DIAGNOSIS KERJA


Diare Akut Dehidrasi ringan-sedang ec. Susp. Virus

VIII. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 12 gtt makro
- Oralit 625 ml selama 3 jam, setelah rehidrasi 50-100 ml/kali BAB
- Zinc 20 mg/hari selama 10 hari
- Asi dan MPAsi teruskan
- Paracetamol syr ½ ch jika T > 38,5 ºC

22
Edukasi
 Ajari ibu cara pemberian oralit
 Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan dan sesudah buang
air besar
 Rebus air minum terlebih dahulu
 Gunakan air bersih untuk memasak
 Buang air besar di jamban
 Beritahu ibu untuk membawa anak kembali ke RS bila terdapat tanda : BAB
cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan dan minum sangat
sedikit, timbul demam, BAB berdarah, tidak membaik dalam 3 hari.

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanattionam : dubia ad bonam

23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali dalam
24 jam dengan konsistensi tinja cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari 1 minggu.6

3.2 Cara Penularan dan Faktor Resiko


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal–oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau
tidak langsung melalui lalat.7
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain
faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain:7
1. Tidak diberikannya ASI ekslusif pada 4-6 bulan pertama kehidupan
2. Penggunaan botol susu
3. Penyimpanan makanan masak pada suhu kamar
4. Penggunaan air minum yang tercemar
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membunag tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
6. Tidak membunag tinja anak atau bayi dengan benar.
Selain hal-hal tersebut, faktor lain yang dapat meningkatkan kecenderungan
untuk terjadinya diare antara lain :7
1. gizi buruk
2. imunodefisiensi
3. berkurangnya keasaman lambung

24
4. menurunnya motilitas usus
5. menderita campak dalam 4 minggu terakhir

3.3 Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, virus dan parasit.
Beberapa penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa penyebab utama (55%) diare
akut adalah rotavirus. Diare karena infeksi virus umumnya bersifat self limiting,
sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya
dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk
mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.7
Beberapa penyebab diare akut pada manusia antara lain:7
I. Golongan Bakteri
1. Aeromonas hidrophilia 7. Salmonella spp.
2. Bacillus cereus 8. Shigella spp.
3. Campylobacter jejuni 9. Staphylococcus aureus
4. Clostridium difficile 10. Vibrio cholera
5. Clostridium perfringens 11. Vibrio parahaemoliticus
6. Escherichia coli 12. Yersinia enterocolitica.
II. Golongan Virus
1. Adenovirus 5. Calicivirus
2. Rotavirus 6. Coronavirus
3. Virus norwolk 7. Minirotavirus
4. Astrovirus 8. Virus bulat kecil
III. Golongan Parasit
1. Balantidium coli 7. Faciolopsis buski
2. Capillaria philippinensis 8. Sarcocystis suihominis
3. Cryptosporioiom 9. Trichuris trichiura

25
4. Entamoeba histoilitica 10. Candida spp.
5. Giardia lamblia 11. Isospora belli.
6. Strongyloides stercoralis

3.4 Patogenensis
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang
menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-
sel ujung-ujung villus pada usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus
terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru,
berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya belum baik. Villus
mengalami atrofi sehingga tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik.
Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta
makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menyebabkan
terjadinya diare osmotik.7
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang terdiferensiasi,
yang mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakarida dan fungsi
penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui pengangkut bersama
(kotransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit kripta merupakan sel yang tidak
terdiferensiasi, yang tidak mempunyai enzim hidrofilik tepi bersilia dan merupakan
pensekresi (sekretor) air dan elektrolit.7
Dengan demikian infeksi virus selektif sel-sel ujung villus pada diare rotavirus
menyebabkan:7
1. Ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi
2. Malabsorbsi karbohidrat kompleks terutama laktosa
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.

26
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella. E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi
sistemik.

3.5 Diagnosis
3.5.1 Anamnesis 8
a. Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja,
lendir dan/ darah dalam tinja
b. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
c. Jumlah cairan yang masuk selama diare
d. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, menngkonsumsi
makanan yang tidak biasa
e. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum

3.5.2 Pemeriksaan Fisis


1. Keadaan utama, kesadaran, dan tanda vital
2. Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun
3. Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut, dan lidah
4. Berat badan
5. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat
dan dangkal (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)

27
6. Penilaian derajat dehidrasi menurut WHO dengan kriteria berikut:
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat bedan)
 Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
 Keadaan umum baik, sadar
 Ubun-ubun besar, tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa dan bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat
b. Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilangan cairan 5-10% berat
badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
 Keadaan umum gelisah atau cengen
 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
 Turgor kurang, akral hangat
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih
tanda tambahan
 Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
 Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
 Turgor sangat kurang dan akral dingin
 Pasien harus rawat inap

28
3.5.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kultur dan tes kepekaan
terhadap antibiotik.
2. Urine : urine lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotic.
3. Pemeriksaan tinja. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
 Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
 Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
 Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

3.6 Tata Laksana


1. Rehidrasi
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, peberian obat sesuai indikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan
:9
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang sudah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan
setelah diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare,
dengan memberikan suplemen zinc
Serta melaksanakan 5 lintas diare, yaitu :
1. Oralit
2. Zinc
3. Teruskan ASI
4. Terapi antibiotik jika terdapat indikasi
5. Edukasi
Berikut tatalaksana rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi:7

29
1. Rencana Terapi A
a. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi.
 Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti oralit, makanan
yang cair (seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang gunakan
larutan oralit untuk anak. Jika anak berusia <6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberikan oralit dan air matang daripada
makanan cair.
 Berikan larutan oralit sebanyak anak mau.
 Teruskan pemberian larutan oralit hingga diare berhenti.
b. Berikan tablet zink
 Dosis zink untuk anak-anak:
- anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
- anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
 Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh
 Cara pemberian tablet zink:
Untuk bayi, tablet zink dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar, zink dapat dikunyah atau dilarutkan dalam
air matang atau oralit.
c. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
 Teruskan ASI
 Bila anak tidak mendapatkan ASI berikan susu yang biasa diberikan. Untuk
anak kurang dari 6 bulan atau belum mendapat makanan padat, dapat
diberikan susu

30
 Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapatkan makanan padat:
- Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur-
sayuran, daging atau ikan. Tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap
porsi.
- Berikan pisang halus untuk menambahkan kalium
- Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau tumbuk makanan
dengan baik
- Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
d. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari
2. Rencana Terapi B
Apabila diare berlangsung > 4 kali sehari dan volume setiap kali BAB cukup
banyak (25–100 ml/KgBB/hari) atau setiap jam lebih dari 2 kali atau bila terdapat dua
tanda atau lebih; gelisah, rewel, mata cekung, ingin minum terus, ada rasa haus, cubitan
kulit perut atau turgor kembali lambat (> 2 detik), maka penderita akan jatuh ke dalam
dehidrasi ringan/sedang, maka harus segera diberikan cairan rehidrasi oral lengkap
(oralit).10
Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan, oralit
yang diberikan = 75 ml x BB anak, tetapi bila berat badan tidak diketahui berikan oralit
sesuai dengan tabel berikut ini:8

Umur sampai 4 Bulan 4-12 Bulan 12-24 Bulan 2-5 Tahun


Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

31
a. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.
b. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
c. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI, berikan juga 100-200 ml air masak
selama masa ini
d. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
e. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

3. Rencan Terapi C (Pengobatan Diare dengan Dehidrasi Berat)


Pengobatan terbaik ialah dengan pemberian cairan parenteral dan dibawa ke rumah
sakit atau puskesmas. Sebelum penderita dibawa ke RS/puskesmas diberikan cairan
rehidrasi oral ad libitum (250 ml/kgBB/hari).10
Cairan rehidrasi yang digunakan cairan Ringer Laktat/Parrow Glukosa AA.
Caranya:6
Umur Jadwal Pemberian
Jenis Cairan Cara Pemberian Jumlah Cairan
(Berat) Cairan
0 – 2 th Ringer Laktat IV 70 ml/kgBB 3 jam
(3 – 10 kg) Bila masih dehidrasi
Oralit Per oral 40 ml/kgBB 3 jam
Seterusnya maintenance
10 ml/kgBB (ad
Oralit Per oral 24 jam
libitum)
> 2 th 4 jam (bila syok
(10 kg) Ringer Laktat IV 110 ml/kgBB sebelumnya guyur sampai
Dewasa nadi teraba)
Bila masih dehidrasi
Oralit Per oral 200 - 300 ml Tiap jam

32
Oralit Per oral 500 - 750 ml Tiap jam
Anak Seterusnya maintenance
Dewasa 10 ml/kgBB (ad
Oralit Per oral 24 jam
libitum)

4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit:


 Hipernatremia (Na >155 mEq/L). Koreksi penurunan Na dilakukan
secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrose 5% ½ salin.
Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa
menyebabkan edema otak.
 Hiponatremia (Na <130 mEq/L). Kadar natrium diperiksa ulang setelah
rehidrasi selesai, apabila masih dijumpai hiponatremia dilakukan
koreksi yaitu kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0,6
x berat badan, diberikan dalam 24 jam.
 Hiperkalemia (K >5 mEq/L). Koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% sebanyak 0,5 – 1 mL/kgBB intravena secara
perlahan-lahan dalam 5-10 menit, sambil dimonitor irama jantung
dengan EKG.
 Hipokalemia (K ,3,5 mEq/L). Koreksi dilakukan menurut kadar kalium.
 Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, diberikan KCl 75 mEq/kgBB per oral per hari
dibagi 3 dosis.
 Kadar K <2,5 mEq/L diberikan KCl melalui drip intravena dengan
dosis:
1. 3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam
4 jam pertama.
2. 3,5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20
jam berikutnya.

33
5. Zinc
Zinc terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air
besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi
pada anak. Seng zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak
telah tidak mengalami diare dengan dosis:
- Umur < 6 bulan : 10 mg per hari
- Umur > 6 bulan : 20 mg per hari
6. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti
nutrisi yang telah hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering (lebi kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan
terutama pisang.
7. Medikamentosa
 Tidak boleh diberikan obat anti diare
 Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare
berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan
mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang
lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan
diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak
rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.
Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data
sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat mengacu kepada
data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini

34
pertama, kemudian sebagai lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut
sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.
 Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan
untuk amuba vegetatif.
8. Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan
Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut : demam, tinja berdarah, makan
atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik
dalam 3 hari. Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara
benar.
Langkah promotif/preventif:
a. ASI tetap diberikan
b. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
c. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
d. Imunisasi campak
e. Memberikan masakan penyapih yang benar
f. Penyediaan air minum yang bersih
g. Selalu memasak makanan
3.7 Komplikasi
a. Hipernatremi
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun (khususnya bayi
berumur <6 bulan). Biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah dengan
intake cairan/ makanan kurang, atau cairan yang diminum mengandung terlalu
banyak natrium. Pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi
oralit dalam jumlah berlebihan. Pengobatan : dapat diobati dengan pemberian
oralit, atasi kejang sebaik-baiknya, 1,11

35
b. Hiponatremi
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan sedikit/ tidak
mengandung natrium. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia. 1,11
c. Edema
Edema terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak.
d. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa
cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik 1,11
e. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. 1,11
f. Malabsorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita dengan malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu
formula selama diare dapat menyebabkan :
- Volume tinja bertambah
- Berat badan tidak bertambah atau gejala/ tanda dehidrasi memburuk
- Dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
Tindakan :
1. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa
dan menghindari efek bolus
2. Mengencerkan susu jadi ½ -1/3 selama 24-48 jam. Untuk mengatasi
kekurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti
makanan padat, perlu diberikan.
3. Pemberian yoghurt atau susu yang telah mengalami fermentasi untuk
mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.

36
4. Berikan susu formula yang tidak mengandung/ rendah laktosa atau ganti
dengan susu kedelai. 1,11
g. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan oleh infeksi
atau penderita dengan gizi buruk.
Tindakan : pemberian oralit dihentikan. Berikan cairan intravena. 1,11
h. Gagal ginjal akut (GGA)
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urine belum terjadi dalam waktu 12
jam setelah hidrasi cukup1,11

3.8 Pencegahan
Langkah promotif/preventif:
h. ASI tetap diberikan
i. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
j. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
k. Imunisasi campak
l. Memberikan masakan penyapih yang benar
m. Penyediaan air minum yang bersih
n. Selalu memasak makanan.12

37
BAB IV

ANALISIS KASUS

Diagnosa diare akut dengan dehidrasi ringan - sedang pada pasien ini ditegakkan
berdasarkan :

1. Anamnesis :

 Pasien mencret sejak 2 hari yang lalu (akut <2 mgg)


 Frekuensi mencret 5 kali sehari (>3 kali dalam 24 jam)
 Terdapat perubahan konsistensi tinja yakni cair
 Ingin minum terus, ada rasa haus

Berdasarkan anamnesis, semua keluhan pasien sesuai dengan gejala pada pasien
diare, dimana diare merupakan kondisi seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair dan frekuensi biasanya tiga kali atau lebih dalam 1 hari. Diare akut
merupakan diare yang berlansung kurang dari 14 hari. Pada diare dengan dehidrasi
ringan sedang terdapat rasa ingin minum terus atau ada rasa haus.

2. Pemeriksaan fisik

 Kesadaran pasien tampak gelisah, rewel, dan gizi kesan lebih (overweight)
 Mata cekung (+)
 Turgor kembali lambat (>2 detik) pada bagian kulit perut

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang di dapatkan, hal ini sesuai dengan penemuan
pemeriksaan fisik pada pasien diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang berdasarkan

38
klasifikasi WHO. Pada diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang didapatkan keadaan
anak gelisah atau rewel, mata cekung, ada rasa haus dan turgor kembali lambat.

Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu IVFD RL 12 gtt makro, oralitt 625 ml selama
3 jam, Zinc 20 mg/hari, asi dan mpasi diteruskan serta paracetamol jika pasien
mengalami peningkatan suhu di atas 38,5º C.

Terapi yang diberikan sesuai dengan pedoman tatalaksana lintas diare, berikan
oralit, zinc 10 hari, teruskan asi dan makanan, antibioik jika ada indikasi dan nasihat
kepada orang tua pasien. Tatalaksana juga diberikan berdasarkan pedoman tatalaksana
pada diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang yaitu, oralit 75 ml/kgbb selama 30
menit pertama, pemberian zinc selama 10 hari, asi dan mpasi dieruskan dan tidak
diberikan antibiotik karena tidak ada indikasi seperti, BAB berdarah, BAB seperti air
cucian beras.

39
BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan seorang anak laki-laki usia 8 bulan, BB 8,3 kg, PB 64 cm. pada
anamnesis diketahui anak mengalami BAB cair selama 2 hari, dimana BAB cair > 5
kali sehari sebanyak ½ aqua gelas,warna kuning, air lebih banyak daripada ampas,
lender (-), darah (-).

Anak juga mengalami demam 1 hari SMRS, demam tidak terlalu tinggi,
menggigil (-) bercak kemerahan (-), dan belum diberikan obat selama di rumah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB anak 8,3 kg, PB 64 cm, status gizi
overweight, KU (tampak sakit ringan, kompos mentis) Tanda vital N (144 x/i), RR
(32x/i), T (37,5ºC), turgor : kembali lambat.

Berdasarkan gambaran klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan, pasien ini di diagnosa diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang ec. Susp.
virus. Pengelolaan pada pasien yang tepat terdiri dari terapi cairan, koreksi elektrolit,
terapi zink, nutrisi, antibiotik bila perlu dan edukasi.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo S, santosos NB. Diare akut. Dalam : Buku ajar gastroenterologi


hepatologi. Editor : Jufrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I,
Mulyani NS. Jilid I. Edisi 2. 87-118
2. Dir. Jen PPM, PLP Depkes RI. PMPD. Buku ajar diare
3. Parashar UD, Hummelman EG, Breese JS, Glass RI. Global ilness and death
caused by rotavirus disease in children. Emergencing infection disease. 2006;
9:565-572
4. Widayana IW, Gandi. Konsistensi pelaksanaan program serta morbiditas dan
mortalitas diare di era otonomi dan krisis. Kumpulan makalah Kongres
Nasional II BKGAI Bandung 2003 : 45-54
5. Firmansyah A. Pengaruh malnutrisi terhadap saluran cerna tikus putih:
penelitian khusus terhadap perkembangan morfologid, biokimiawi, dan
fisiologis terutama kolon. Disertasi. 1992;13-20
6. Juffrie M, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi Jilid 1. Jakarta: UKK
Gastroenterologi-Hepatologi IDAI; 2011
7. Dadiyanto, D, Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang: Departemen
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011
8. Standar Pelayanan Medis Kesehatah Anak Edisi 1. Ikatan dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004
9. Orenstein DM. Diare akut dalam:Behman, Kliegman, Arvin, Editor. Nelson.
Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. Jakarta. EGC. 2000.
10. Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2008.
11. Suratmaja S. Kapita selekta gastroenterologi anak. 2007. Jakarta : Sagung Seto
1-24

41
12. Depkes RI. Situasi diare di Indonesia. 2011. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI

42

Anda mungkin juga menyukai