Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KIMIA FISIKA

KROMATOGRAFI KOLOM PARTISI

Oleh

Firdhan Aushia. S
13010067
PROGRAM STUDI SI FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2017
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul Kromatografi Kolom Partisi guna memenuhi tugas mata kuliah

Kimia Fisika di Sekolah Tinggi Teknologi dan Industri Farmasi Bogor.

Penyusun menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam

menyelesaikan makalah ini penyusun mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dengan tujuan untuk penyusunan makalah yang lebih baik

dikemudian hari.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk penyusun umumnya

bagi para pembaca.

Bogor, 14 mei 2017


Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat penting,

terutama dalam bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya. Suatu

analisis kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu,

isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum

identifikasi dan pengukuran banyak dilakukan. Banyak metode analisis seperti

spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya

membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil

analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi. Dengan alasan inilah penyusun

membahas tentang kromatografi, terutama kromatografi kolom. Tanpa teknik

kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir murni) akan sangat sukar, dan

dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin. Pada umumnya sebelum suatu

senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya, perlu di pisahkan dari

matriknya. Oleh karna itu, pemisahan merupakan langkah penting dalam analisi

kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak

berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi

pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang


dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran.

Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik yang

paling banyak di gunakan. Salah satunya yaitu kromatografi kolom. (Aswad,

2001)
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat.

Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan

analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap

permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya dilakukan

jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi

dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari

molekul. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik

kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat

kelarutan senyawa yang akan dipisahkan (Sudjadi, 1988)


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, terdapat beberapa

rumusan masalah yaitu :


1. Apa definisi kromatografi ?
2. Apa definisi kromatografi partisi?
3. Bagaimana cara kerja kromatografi partisi?
4. Apa definisi kromatografi kolom?
5. Apa definisi kromatografi kolom partisi?
6. Bagaimana cara kerja kromatografi kolom partisi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui definisi kromatografi
2. Mengetahui definisi dan cara kerja kromatografi partisi
3. Mengetahui definisi kromatografi kolom
4. Mengetahui definisi dan cara kerja kromatografi kolom partisi
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan informasi tentang

pemisahan kimia secara kromatografi, kromatografi kolom dan kromatografi

kolom partisi

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kromatografi
2.2.1 Definisi
Kromatografi sebagai system pemisahan mempunyai rancangan yang terdiri

dari fase diam dan fase gerak. Fase diam ditempatkan di dalam kolom atau

direkatkan pada sebuah pelat kaca atau penyangga logam untuk dapat dialiri fase

gerak. Fase gerak dapat dialirikan melalui ujung kolom atau dinaikan/diturunkan

pada bidang kromatografi sambil membawa komponen-komponen senyawa

sampel melewati kolom atau pelat berisi penjerap. Dengan demikian,

kromatografi dibagi menjadi dua bagian besar yakni kromatografi kolom dan

kromatografi bidang/planar (Wonorahardjo, 2016).

2.2.2 Istilah dalam kromatografi


1. Fase diam (stationer phase), yaitu bahan yang digunakan dalam

kromatografi yang tidak bergerak dan membentuk pelat-pelat teoritis. Fase

diam dapat berupa padatan, cairan, ataupun gas.


2. Fase bergerak (moving phase, mobile phase), yaitu bahan yang digunakan

dalam kromatografi yang kedalamnya dilarutkan (terdapat) campuran

komponen yang akan dipisahkan, yang bergerak sepanjang fase diam. Fase

bergerak dapat berupa cairan maupun gas.


3. Penyangga atau matrik (support), yaiu bahan padat yang digunakan pada

kromatografi untuk menahan fase diam yang berupa cairan atau gas supaya

tidak bergerak.
4. Penyerap (sorbent), yaitu bahan padatan yang berfungsi sebagai penyangga

sekaligus sebagai fase diam.


5. Solut (solute), adalah komponen-komponen yang terdapat dalam bentuk

campuran dalam pelarut yang akan dipisahkan melalui sistem kromatografi.


6. Pengembang (developer) atau eluen (eluent), adalah pelarut/larutan yang

digunakan untuk mengelusi carnpuran komponen yang sudah ada di dalam


sistem kromatografi supaya dapat bergerak sepanjang pelat-pelat teoritis

(kolom).
7. Eluat, yaitu pengembang atau eluen yang keluar dan sistem kromatografi

yang secara periodik mengandung komponen-komponen yang sudah

terpisahkan.
8. Elusi ialah pekerjaan atau usaha untuk menjalankan komponenkomponen

dalam pelarut untuk bergerak sepanjang kolom dalam sistem kromatografi

dengan cara mengalirkan eluen.


9. Pemuatan (loading) sampel, yaitu pekeijaan menempatkan sejumlah larutan

sampel yang mengandung komponen-komponen yang akan dipisahkan ke

dalam ruang sampel yang ada pada peralatan kromatografi. Universitas

Gadjah Mada
10. Volume retensi (retention volume, void volume, hold-up volume), ialah

jumlah larutan pengelusi (fase bergerak) yang memenuhi rongga-rongga dan

pori-pori dalam kolom (matrik).


11. Volume bed (bed volume) adalah jumlah larutan pengelusi ditambah dengan

volume kolom.
12. Volume pengelusi (elution volume) ialah jumlah larutan pengeluasi yang

harus ditambahkan ke dalam sistem kromatografi untuk menghasilkan

(mengeluarkan dari kolom) sebuah puncak kromatogram.


13. Kolom adalah sejumlah matnik yang dimasukkan ke dalam tabung untuk

kromatografi.
14. Kromatogram adalah respon detektor dalam bentuk grafik di antara sumbu

respon versus waktu retensi atau dalam bentuk noda-noda di atas bahan

penyerap atau fase diam (Mulyadi, 2006)

2.3 Kromatografi Kolom


2.3.1 Definisi
Kromatografi kolom adalah sebutan untuk semua jenis upaya pemisahan

kimia menggunakan kolom sebagai wadah fase diamnya. Termasuk dalam


kromatografi bidang adalah kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.

Diluar keduanya, biasanya tergolong pada kromatografi kolom. Adapun

kromatografi kolom itu sendiri terdiri dari beberapa jenis yang mempunyai

kekhasan dan rancangan masing masing (Wonorahardjo, 2016).

2.3.2 Tipe Kromatografi Kolom


Menurut Bernaseoni (2005) Tipe kromatografi kolom di dalam praktek

dapat merupakan:
a. Kromatografi kolom partisi yaitu kromatografi yang menggunakan fase

diam berupa cairan yang diadsorpsikan pada permukaan partikel partikel

matrik dalam kolom dan menggunakan fase bergerak berupa cairan.


b. Kromatografi kolom adsorpsi yaitu kromatografi yang menggunakan fase

diam berupa padatan sekaligus sebagai matrik yang dimasukkan ke dalam

suatu tabung dan menggunakan fase bergerak berupa cairan.


c. Kromatografi gel yaitu kromatografi yang menggunakan bahan penyangga

padatan sebagai penyaring molekuler komponen.


d. Kromatografi gas cairan yaitu kromatografi kolom yang mengunakan fase

diam berbentuk cairan dan fase bergerak berbentuk gas.


e. Kromatografi gas padatan yaitu kromatografi kolom yang menggunakan

fase diam berupa padatan dan fase bergerak berupa gas.


f. Kromatografi kolom tekanan tinggi yaitu kromatografi kolom partisi atau

adsorpsi yang menggunakan tekanan tinggi untuk mempercepat laju gerakan

larutan pengelusi dan pemisahan komponen. Dalam praktek misalnya adalah

HPLC (high performance liquid chromatography)

2.4 Kromatografi Partisi


Kromatografi partisi menjelaskan kesetimbangan cair-cair dipermukaan fase

diam. Terjadi distribusi senyawa komponen antara eluen sebagai fase gerak dan

lapisan cairan tipis yang menempel di permukaan padatan sebagai fase diam.

Prinsip kromatografi partisi sama dengan pemisahan cara ekstraksi cair-cair.


Pasangan fase diam dan fase gerak harus tidak bercampur (immiscible) dan

komponen tidak boleh bereaksi dengan salah satu fase. Dengan demikian,

koefisien distribusi dapat merupakan bilangan yang tetap sepanjang kolom untuk

waktu yang lama. Beberapa teknik sering digunakan untuk membuat stabilitas

permukaan berjalan sampai ke ujung kolom, salah satunya adalah dengan

menggunakan larutan penyangga. Adapun jenis larutan penyangga yang

digunakan disesuaikan dengan komponen sampel yang akan dipisahkan larutan

penyangga berfungsi untuk menjaga kelarutan masing-masing komponen larutan

sebelum dan sesudah masing-masing terpisah didalam kolom.


Kromatografi partisi biasanya terdiri dari pasangan fase diam polar dan fase

gerak nonpolar untuk mengelusi sampel. Pada saat tertentu, ada beberapa sampel

yang lebih baik dielusi dengan fase diam polar untuk mendapatkan efek

pemisahan yang baik. Dengan demikian, pelarut nonpolar ini harus dilengketkan

pada penyangga (support) padat. Salah satu contoh yang sering digunakan adalah

pelarut benzene yang dilekatkan pada serbuk karet dan bertindaksebagai fase diam

sedangkan fase geraknya adalah pelarut air.sistem ini disebut dengan kromatografi

fase balik (reversed-phase chromatography) karena fase diam nonpolar dan fase

gerak polar merupakan kebalikan dari system kromatografi biasa dimana fase

diamnya biasanya polar dan fase geraknya nonpolar (Wonorahardjo, 2016)

2.5 Kromatografi Kolom Partisi


2.5.1 Definisi
Kromatografi kolom partisi yaitu kromatografi yang menggunakan fase

diam berupa cairan yang diadsorpsikan pada permukaan partikel-partikel matrik

dalam kolom dan menggunakan fase bergerak berupa cairan. Kromatografi kolom

partisi menggunakan suatu tabung yang terbuat dari kaca, nilon, fiberglass, atau

logam tahan karat. Pada bagian bawah (dasar) tabung diberi penahan (glasswool
dan atau pasir) untuk menahan bahan penyangga supaya tidak keluar dan tabung.

Di bagian bawah tabung terdapat pipa bergaris tengah kecil, dapat dilengkapi

dengan keran yang dapat dibuka atau ditutup untuk mengalirkan atau

menghentikan aliran pelarut dan dalam tabung. Tabung kemudian diisi dengan

kolom yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Tinggi kolom paling sedikit 20 kali

diameternya. Pada bagian atas tabung ditempatkan reservoir eluen. Cara

mengoperasikan peralatan adalah dengan mengelusi sampel yang diletakkan di

atas kolom. Elusi dihentikan jika diperkirakan semua komponen telah terpisahkan

(Mulyadi, 2006)

2.5.2 Karakteristik
Adapun beberapa karakteristik dari kromatografi kolom partisi adalah

sebagai berikut :
1. Fase diam dan fase gerak merupakan zat cair.
2. Pada kolom partisi umumnya suatu pelarut tidak campur air diadsorpsi pada

suatu padatan inert, sebagai cairan fasa diam.


3. Larutan analit ditempatkan pada bagian atas kolom, kemudian dicuci

dengan pelarut kedua hingga analit keluar dari kolom.


4. Pelarut kedua atau fase gerak atau eluen bisa berupa campuran pelarut

mungkin juga yang mengandung buffer (Watson, 2005).

2.5.3 Teknik Elusi


Menurut Syukri (2000) Teknik Elusi pada kromatografi kolom dibagi 2

yaitu :
1. Cara bertahap (batch elution atau stepwise elution)
Mengelusi kolom dengan suatu jenis pelarut (dapat merupakan campuran

dua macam atau lebih pelarut) sampai sejumlah volume eluat tertentu

dikumpulkan, kemudian elusi dilanjutkan dengan jenis pelarut lain dengan cara

yang sama, demikian seterusnya dengan jenis pelarut yang lain lagi sampai

selesai. Keuntungan dengan menggunakan cara ini adalah mudah dilakukan


penyeimbangan (conditioning) kolom. Dengan demikian fraksi fraksi yang ingin

dipisahkan dapat dielusi dengan sesedikit mungkin eluen.

2. Cara berterusan (continuous elution).


Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pompa peristaltik atau secara

sederhana dengan meletakkan tangki penyedia freservoir) pelarut tepat di atas

kolom. Cara yang ketiga adalah mengelusi kolom dengan dua macam atau lebih

pelarut sekaligus dengan rasio yang berubah selama elusi. Cara ini lazim disebut

sebagai pengelusian bertingkat (gradient elution). Dengan cara ini konsentrasi

suatu pelarut dapat dinaikkan atau diturunkan secara bertahap selama proses elusi

berlangsung. Jadi seandainya eluen yang digunakan terdiri atas dua macam

pelarut, A dan B, maka konsentrasi A dapat dibuat naik secara bertahap sedangkan

konsentrasi B secara otomatis akan menurun, atau dibuat sebaliknya. Yang dapat

dibuat bertingkat bukan hanya rasio antara pelarutpelarut yang digunakan tetapi

juga misainya dapat konsentrasi garam, nilai pH, polaritas, dan sebagainya.

Pelaksanaan elusi bertingkat dapat dikerjakan dengan dua tanghki yang

dihubungkan menjadi satu. Tangki kedua dilengkapi dengan keran untuk

mengeluarkan isinya, yang terhubungkan dengan kolom. Tipe kenaikkan

bertingkatnya dapat berbeda jika ukuran tangki pertama dan kedua berbeda. Jika

ukuran kedua tangki sama besarnya, maka perubahan gradien akan tetap (konstan)

atau mengikuti garis linear. Jika ukuran tangki pertama lebih besar atau lebih kecil

daripada ukuran tangki kedua, maka perubahan gradien masing-masing pelarut

akan berlangsung makin menurun atau menaik, tidak mengikuti garis linear.

2.5.4 Penggunaan
Kromatografi kolom partisi banyak digunakan untuk memisahkan berbagai

komponen yang terdapat dalam bahan pangan dan pakan termasuk juga bahan

hasil pertanian pada umumnya, antara lain:


1. Asam-asam lemak C2-C8, dengan fase diam campuran air dan asam sulfat

dengan perbandingan tertentu, dan fase bergerak campuran kloroform dan n-

butanol.
2. Senyawa-senyawa golongan lipida, dengan fase diam campuran

trikiorometan dan alkana dan fase bergerak 2-propana.


3. Karbohidrat dan glukosida dengan fase diam 1,2-etanadiol monometileter

dan fase bergerak 2-propana.


4. Golongan fenol dengan fase diam berupa air dan fase bergerak campuran

metanol, n-butanol, dan kloroform.


5. Untuk memisahkan aidrin-dieldrin (keduanya adalah insektisida) dengan

fase diam nitrometan dan fase bergerak n-heksana (Syukri, 2000).

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Kromatografi merupakan sebuah sistem pemisahan zat kimia dimana

dapat berfungsi juga untuk mengidentifikasi senyawa secara spesifik.


2. Secara garis besar kromatografi hanya mempunyai 2 sistem fase, yaitu

fase gerak dan fase diam


3. Secara umum kromatografi dibagi menjadi 2 yaitu kromatografi kolom

dan kromatografi bidang


4. Kromatografi kolom dibagi menjadi beberapa bagian yaitu,

kromatografi kolom partisi, kromatografi kolom adsorpsi, kromatografi

gel, kromatografi gas cairan, gas padatan dan kromatografi kolom

tekanan tinggi
5. Prinsip kromatografi partisi yaitu pasangan fase diam dan fase gerak

harus tidak bercampur (immiscible) dan komponen tidak boleh bereaksi

dengan salah satu fase.


6. Kromatografi kolom partisi menggunakan fase diam dan fase gerak

berupa cairan

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan informasi.

Oleh karena itu, meskipun sedikit yang di jelaskan tentang kromatografi kolom, di

harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa

yang sedang mencari informasi mengenai kromatografi kolom partisi, semoga

dapat memahami uraian tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Sudjadi.1988.Metode Pemisahan. Konsius: Yogyakarta.

Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas. Jakarta. Erlangga : Jakarta.

Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia. PT Padya Pranita: Jakarta.

Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia . Bumi aksara: Jakarta

Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. ITB Press: Bandung.

Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran:

Jakarta.

Wonorahardjo, S. 2016. Metode- Metode Pemisahan Kimia. Indeks : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai