Anda di halaman 1dari 6

Nama : Delita Retna P

NIM : 31116159
Kelas : 1D Farmasi

TUGAS ANFISMAN “METABOLISME”

Metabolisme (dari bahasa Yunani, metabole = ‘berubah’), merupakan suatu rangkaian atau
proses yang terarah dan teratur di dalam sel tubuh melalui reaksi-reaksi kimiawi, sehingga
diperlukan atau dihasilkan bahan-bahan tertentu seperti unsur, molekul, senyawa, atau
energi.
Berdasarkan proses dan hasilnya, metabolisme dibedakan menjadi dua yaitu katabolisme
dan anabolisme. Katabolisme adalah proses perombakan senyawa-senyawa yang kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui reaksi-reaksi kimiawi, sehingga dihasilkan
energi. Sementara itu, anabolisme adalah proses pembentukan senyawa-senyawa kompleks
dari senyawa-senyawa yang lebih sederhana melalui reaksi-reaksi kimiawi sehingga
diperlukan adanya energi.

A. Enzim
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh, baik anabolisme maupun katabolisme selalu
melibatkan enzim.Enzim merupakan senyawa organik yang tersusun oleh protein
(spesialisasi protein) untuk menjalankan proses-proses biokimiawi dalam sisitem hayati.
1. Komponen-komponen Enzim
Sebagian besar enzim tersusun oleh dua bagian, yaitu bagian yang berupa protein, disebut
apoenzim dan bagian non protein yang disebut kofaktor. Kofaktor dapat berupa molekul
anorganik maupun molekul organik. Molekul anorganik berupa mineral seperti ion Fe, ion
Zn, dan ion Mn. Molekul organik misalnya NAD+, vitamin B1, B2, B6, niasin, dan biotin.
Kofaktor yang berupa molekul organik disebut koenzim, sedangkan kofaktor yang berupa
molekul anorganik disebut gugus prostetik. Apoenzim dan koenzim yang bersatu
membentuk enzim yang lengkap, disebut holoenzim.

2. Fungsi dan Cara Kerja Enzim


Enzim tersebut diperlukan untuk mempercepat terjadinya reaksi kimia (katalis), sehingga
enzim disebut sebagai katalisator. Molekul molekul yang dikatalis oleh enzim dinamakan
substrat. Eenzim berperan penting dalam menurunkan energi aktivasi sehingga reaksi
dapat berjalan lebih cepat. Ada dua teori yang menjelaskan kerja enzim, yaitu:
a. Model Gembok – Kunci (Lock and Key)
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Fisher. Menurutnya, enzim bagaikan
sebuah gembok, memiliki bagian yang berhubungan dengan kunci yang disebut lubang
kunci. Artinya enzim tertentu hanya bekerja pada substrat tertentu. Apabila sisi aktif
bergabung dengan substrat maka enzim tidak aktif lagi. Bergabungnya enzim dengan
substrat membentuk kompleks enzim substrat.
b. Teori Ketepatan Induksi (Induced Fit Th eory)
Teori ini menyatakan bahwa enzim memiliki sisi aktif yang mudah menyesuaikan dengan
bentuk substratnya. Dengan kata lain, bentuk sisi aktif enzim bersifat fleksibel. Pada saat
substrat bertemu dengan enzim, maka sisi aktif enzim berubah sedemikian rupa sehingga
cocok dengan substrat dan terbentuklah kompleks enzim substrat. Setelah terjadi reaksi dan
produk telah terbentuk, enzim akan lepas. Pada saat ini tidak menutup kemungkinan,
substrat lain bergabung dengan enzim. Pada saat ini pula enzim tidak aktif lagi.

3. Sifat-sifat Enzim
a. Enzim sebagai biokatalisator suatu reaksi. b. Enzim bekerja secara khusus. c. Enzim dapat
bekerja secara bolak balik (reversibel). d. Wujud enzim adalah koloid. e. Enzim rusak jika
kena panas. f. Enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya

4. Penghambat Kerja Enzim


Suatu zat tertentu yang dapat menghalangi kerja enzim ini disebut inhibitor.Inhibitor
dibedakan menjadi inhibitor reversibel dan inhibitor irreversibel. Inhibitor reversibel
meliputi inhibitor kompetitif dan inhibitor non kompetitif.
a. Inhibitor kompetitif
Zat penghambat ini mempunyai struktur yang mirip dengan substrat.Oleh karena itu, zat
penghambat dan substrat bersaing untuk dapat bergabung dengan enzim membentuk
kompleks enzim- substrat. Dengan menambah kepekatan substrat, inhibitor tidak mampu
lagi bergabung dengan enzim. Contoh inhibitor kompetitif yaitu asam malonat, yang
menghambat ikatan antara enzim dengan asam suksinat.
b. Inhibitor non-kompetitif
Pada umumnya, inhibitor ini tidak memiliki struktur yang mirip dengan substrat dan
bergabung dengan enzim pada bagian selain sisi aktif enzim. Jika inhibitor ini bergabung
dengan enzim maka akan mengubah bentuk sisi aktif enzim. Dengan demikian, bentuk sisi
aktif tidak sesuai lagi dengan bentuk substrat (ingat model kerja enzim teori gembok–
kunci). Contoh inhibitor non-kompetitif, antara lain: pestisida (DDT) dan paration yang
menghambat kerja enzim dalam sistem syaraf.

5. Faktor yang Memengaruhi Kerja Enzim


Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enjim antara lain sebagai berikut: Zat-zat pengaktif
(aktivator), suhu, pH, hasil akhir, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, air

6. Pembentukan Enzim
Menurut hasil penelitian Beadle dan Tatum, pembentukan enzim berdasarkan pada teori
“one gene one enzyme”. Artinya, pembentukan satu enzim dikendalikan oleh satu gen. Oleh
karena itu, gen atau kelompok gen dalam kromosom akan mengendalikan pembentukan
enzim.
B. Katabolisme Karbohidrat, Lemak, dan Protein
1. Katabolisme Karbohidrat
Salah satu proses yang merupakan katabolisme adalah respirasi,merupakan reaksi kimia sel
untuk merombak senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana dengan menghasilkan
energi. Kegiatan respirasi dilakukan setiap saat oleh setiap sel hidup, baik sel tumbuhan
maupun sel hewan. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen atau penerima elektronnya,
respirasi dibedakan menjadi dua macam yaitu respirasi aerobik dan respirasi anaerobik.

a. Respirasi Aerobik
Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen bebas dari udara sebagai
penerima elektron terakhir. Oksigen bebas ini digunakan untuk pembakaran bahan baku.
Proses respirasi secara umum dapat kalian lihat sebagai berikut.
Senyawa organik + Oksigen Karbondioksida + Air + Energi
Respirasi glukosa (termasuk karbohidrat) disebut juga katabolisme karbohidrat.Secara
umum, reaksi respirasi aerobik dibedakan menjadi empat tahapan yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, daur Krebs, serta rantai transportasi elektron respirasi dengan
fosforilasi oksidatif.
a) Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki 6 atom C)
menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH, dan ATP. NADH
(Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah koenzim yang mengikat elektron (H),
sehingga disebut sumber elektron berenergi tinggi. ATP (adenosin trifosfat) merupakan
senyawa berenergi tinggi. Setiap pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi.
Glikolisis memiliki sifat, antara lain: dapat berlangsung secara aerob maupun
anaerob,glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis
adalah memindahkan (mentransfer) fosfat dari molekul yang satu ke molekul yang lain.
Pada sel eukariotik,glikolisis terjadi di sitoplasma (sitosol). Glikolisis terjadi melalui 10
tahapan yang terdiri dari 5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi.
Bahan makanan yangi tidak selalu mengandung gula sederhana seperti glukosa saja harus
dirombak dahulu sehingga menjadi bahan yang dapat dimetabolisme langsung oleh sel.
b)Dekarboksilasi Oksidatif
Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu
tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai
penerima elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum
masuk ke tahapan siklus Krebs. Oleh karena itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan
sambungan (junction) antara glikolisis dengan siklus Krebs.
Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol diubah menjadi asetil
koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria. Pada tahap 1, molekul piruvat (3 atom C)
melepaskan elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah menjadi CO2 dan molekul
berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima elektron) menjadi NADH + H+. Pada
tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk
asetil Ko-A. Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH.
c)Siklus Krebs
Asetil-KoA yang telah terbentuk akan menjadi bahan baku pada siklus selanjutnya, yaitu
siklus Krebs. Oleh karena itu, Asetil Ko-A disebut senyawa intemediate atau senyawa
antara. Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan disebut juga siklus asam
trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut menghasilkan senyawa yang
mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam isositrat. Asetil koenzim A hasil
dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks mitokondria untuk bergabung dengan asam
oksaloasetat dalam siklus Krebs, membentuk asam sitrat. Demikian seterusnya, asam sitrat
membentuk bermacam-macam zat dan akhirnya membentuk asam oksaloasetat lagi.
Berikut ini tahapan-tahapan dari 1 kali siklus Krebs:
(1) Asetil Ko-A (2 atom C) menambahkan atom C pada oksaloasetat (4 atom C) sehingga
dihasilkan asam sitrat (6 atom C).
(2) Sitrat menjadi isositrat (6 atom C) dengan melepas H2O dan menerima H2O kembali.
(3) Isositrat melepaskan CO2 sehingga terbentuk - ketoglutarat (5 atom C).
(4) - ketoglutarat melepaskan CO2. NAD+ sebagai akseptor atau penerima elektron) untuk
membentuk NADH dan menghasilkan suksinil Ko-A (4 atom C).
(5) Terjadi fosforilasi tingkat substrat pada pembentukan GTP (guanosin trifosfat) dan
terbentuk suksinat (4 atom C).
(6) Pembentukan fumarat (4 atom C) melalui pelepasan FADH2.
(7) Fumarat terhidrolisis (mengikat 1 molekul H2O) sehingga membentuk malat (4 atom C).
(8) Pembentukan oksaloasetat (4 atom C) melalui pelepasan NADH.
Satu siklus Krebs tersebut hanya untuk satu molekul piruvat saja. Sementara itu, hasil
glikolisis menghasilkan 2 molekul piruvat (untuk 1 molekul glukosa). Oleh karena itu, hasil
akhir total dari siklus Krebs tersebut adalah 2 kalinya. Dengan demikian, diperoleh hasil
sebanyak 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP (ingat: jumlah ini untuk katabolisme setiap 1 molekul
glukosa).
d)Sistem Transportasi Elektron (STE) dan Fosforilasi Oksidatif
Sistem transportasi elektron terjadi di membran dalam mitokondria Pada tahap ini,
elektron-elektron yang dibawa oleh produk glikolisis dan siklus Krebs (NADH dan FADH2)
dipindahkan melewati beberapa molekul yang sebagian besar berupa protein.
Transportasi elektron menghasilkan 90% ATP dari keseluruhanATP hasil respirasi aerobik sel.
Pembentukan ATP pada tahap ini terjadi melalui transfer elektron dengan penerima
elektron terakhir yaitu oksigen, sehingga disebut fosforilasi oksidatif. Berikut ini tahapan
transfer elektron :
Molekul pertama yang menerima elektron berupa flavoprotein,dinamakan flavin
mononukleotida (FMN). Selanjutnya, elektron dipindahkan berturut-turut melewati molekul
protein besi-sulfur (Fe-S), ubiquinon (Q atau CoQ), dan sitokrom (Cyst). Elektron melewati
sitokrom b, Fe-S, sitokrom c1, sitokrom c, sitokrom a, sitokrom a3, dan oksigen sebagai
penerima elektron terakhir. Akhirnya terbentuklah molekul H2O (air). Pada sistem
transportasi elektron, NADH dan FADH2 masingmasing menghasilkan rata-rata 3 ATP dan 2
ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2 NADH hasil dekarboksilasi oksidatif masing-
masing menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6 NADH dan 2 FADH2 hasil siklus Krebs masing-
masing menghasilkan 18 ATP dan 4 ATP. Jadi, sistem transportasi elektron menghasilkan 34
ATP.

b. Respirasi Anaerobik
Respirasi yang dapat dilakukan dalam keadaan tanpa oksigen ini disebut respirasi
anaerobik (bahasa Yunani, an = tanpa, aer = udara, dan bios = kehidupan). Respirasi
anaerobik menggunakan senyawa organik selain oksigen sebagai penerima elektron
terakhir. Proses perombakan senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana, dengan penerima maupun pemberi elektron atau hidrogen berupa
senyawa organik disebut fermentasi.
Pada keadaan aerob, piruvat hasil glikolisis dapat melanjutkan tahapan ke siklus Krebs. Pada
keadaan anaerob, piruvat diubah menjadi produk lain seperti etanol atau asam laktat
melalui fermentasi. Oleh karena itu, fermentasi dikatakan sebagai kelanjutan dari glikolisis.
Proses respirasi dan fermentasi tersebut dapat dilakukan pada suatu sel, tergantung
pada ada tidaknya oksigen. Fermentasi dibedakan berdasarkan produknya, misalnya
fermentasi alkohol (produknya alkohol) dan fermentasi asam laktat (produknya asam
laktat). Penerima elektron pada proses fermentasi dapat berupa asam piruvat, yaitu pada
fermentasi asam laktat. Sementara itu, penerima elektron pada fermentasi alkohol adalah
asetaldehid. Energi yang dihasilkan pada fermentasi lebih kecil dibandingkan energi hasil
respirasi aerobik, yaitu 2 ATP.

Hubungan antara Katabolisme Lemak, Protein, dan Katabolisme Karbohidrat


Lemak merupakan molekul besar yang tersusun oleh 2 molekul kecil, yaitu asam lemak dan
gliserol. Gliserol dapat diubah menjadi gliseraldehid fosfat dalam siklus glikolisis.
Selanjutnya, akan masuk ke tahapan dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs, dan sistem
transportasi elektron. Oleh karena itu, dihasilkan energi yang setara dengan katabolisme
karbohidrat (glukosa) yaitu 38 ATP. Asam lemak akan dioksidasi menjadi asetil Ko-A.
Oksidasi asam heksanoat (6 atom C) akan menghasilkan 3 molekul asetil Ko-A (3 molekul
masing-masing dengan 2 atom C) yang akan masuk ke siklus Krebs. Pada siklus Krebs
tersebut dihasilkan 6 NADH, 3 FADH2, dan 2 ATP (dari 2 molekul asetil Ko-A yang berasal
dari 1 molekul glukosa). Dengan demikian, ATP yang dihasilkan oleh 3 molekul glukosa
tentunya akan menghasilkan jumlah ATP lebih besar dibandingkan katabolisme glukosa.
Oleh karena itu, semakin panjang rantai karbon penyusun asam lemak semakin banyak
jumlah energi yang dihasilkan.
Pemecahan atau katabolisme protein dilakukan oleh organisme, jika cadangan makanan
berupa karbohidrat dan lemak telah habis. Seperti halnya karbohidrat dan lemak, protein
juga merupakan molekul besar yang tersusun oleh molekul-molekul yang lebih kecil, yaitu
asam amino. Oleh karena itu, protein akan dipecah menjadi asam-asam amino
penyusunnya. Asam-asam amino seperti tirosin dan fenilalanin akan diubah menjadi
fumarat. Selanjutnya, asam-asam amino tersebut masuk ke dalam siklus Krebs. Beberapa
asam amino dapat mengalami deaminasi atau pelepasan gugus aminnya (-NH2). Kerangka-
kerangka karbon hasil pemecahan asam amino tersebut akan masuk ke siklus glikolisis,
siklus Krebs dan dihasilkan jumlah energi yang setara dengan katabolisme karbohidrat.
Hubungan antara katabolisme karbohidrat dengan katabolisme protein dan lemak dapat
dilihat pada gambar berikut:

C. Anabolisme
Selain menghasilkan energi, metabolisme juga memerlukan energi untuk menyusun
senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa-senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh
melalui anabolisme. Misalnya, anabolisme lemak dapat menggunakan asetil Ko-A yang
merupakan produk dari katabolisme. Glukosa dapat dibuat dari piruvat. Selain itu, asam-
asam amino penyusun protein dapat dibuat dengan memodifi kasi senyawa-senyawa hasil
siklus Krebs. Selanjutnya, lemak, protein, maupun glikogen hasil anabolisme dapat
digunakan sebagai bahan baku cadangan dalam katabolisme. Dengan demikian, katabolisme
dan anabolisme merupakan peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain.
Setiap organisme mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam memperoleh energi untuk
melangsungkan aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu, organisme dibedakan menjadi
beberapa kelompok berdasarkan sumber karbon, sumber donor elektron, dan sumber
energinya. Berdasarkan sumber energinya, organisme dapat memperoleh energi dari cahaya
atau sinar matahari maupun dari bahan-bahan kimia di sekitar lingkungan hidupnya.
Sebelum melanjutkan materi tentang anabolisme yaitu fotosintesis dan kemosintesis.

Sumber : Nur, Siti Rohmah dkk.2009. Biologi SMA/MA Kelas XII.Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai