Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA I

PERCOBAAN III
PARTISI EKSTRAK

OLEH :

NAMA

: NURNANINGSIH

NIM

: O1A1 14 035

KELOMPOK

: V (LIMA)

KELAS

:D

ASISTEN

: ANDRYANI NINGSIH S.Farm., M.Sc., Apt.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016

PERCOBAAN III
PARTISI EKSTRAK
A. Tujuan
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui prinsip dasar ekstraksi cair-cair.
2. Melakukan ekstraksi cair-cair komponen kimia dari bahan alam.
3. Melakukan ekstraksi cair-padat komponen kimia dari bahan alam.
B. Teori Umum
Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia
sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta
peningkatan kesehatan (promotif). Hal ini dikarenakan tanaman banyak
mengandung senyawa-senyawa yang mempunyai khasiat, terutama untuk
meningkatkan kesehatan. Sekarang sedang digalakkan trend kembali ke alam
dengan memanfaatkan bahan alami untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kesehatan. Tanaman mengandung senyawa penting yang
dikenal sebagai fitokimia, kelompok senyawa alami yang bisa dimanfaatkan
untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Kelompok senyawa kimia
tanaman yang memberikan efek farmakologis adalah senyawa metabolit
sekunder, terdiri dari minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, steroid dan
triterpenoid yang akan memberikan aroma, bau yang spesifik serta
kualitasnya. Teknik penanganan pascapanen tanaman obat terdiri dari sortasi,
pencucian, penirisan, perajangan, pengeringan, dan pengolahan lebih lanjut
menjadi berbagai macam produk seperti simplisia, serbuk, minyak atsiri,
ekstrak kental/kering, kapsul, tablet, dan minuman (Hernani, 2009).
Jahe-jahean (Famili; Zingiberaceae) sudah dikenal dan dipergunakan
oleh masyarakat sebagai tanaman obat sejak berabad-abad yang lalu.
Zingiber officinale (jahe) adalah salah satu yang digunakan sebagai bahan
mentah dalam pembuatan obat modern maupun obat-obatan tradisional

Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman jahe-jahean terutama


golongan flavonoid, fenol, terpenoid dan minyak atsiri. Senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan tumbuhan Zingiberaceae ini umumnya dapat
menghambat pertumbuhan patogen yang merugikan kehidupan manusia,
diantaranya bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus, jamur Neurospora sp, Rhizopus sp. dan Penicillium sp. (Sari, 2013).
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah
penting yang digunakan sebaga bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada
makanan serta minuman, industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional.
Terdapat 2 zat penyusun utama yang terdapat didalam jahe yaitu minyak jahe
dan oleoresin. Minyak atsiri memberikan aroma harum sedangkan oleoresin
memberikan rasa pedas. Oleoresin jahe banyak mengandung komponen
pembentuk rasa pedas yang tidak menguap, terdiri atas gingerol, zingiberen,
shagaol, minyak jahe dan resin. Gingerol dapat digunakan untuk modifikasi
pati. Pati yang dimodifikasi menggunakan gingerol menghasilkan crosslinking yaitu mengikat silangkan rantai karbon pati yang dapat memperkuat
ikatan hidrogen dalam molekul pati. Manfaat lain gingerol antara lain sebagai
obat penyembuh kanker, meredakan migrain, mengurangi mual-mual pada
saat kehamilan dan mabuk perjalanan, serta menyembuhkan bercak putih
pada kulit karena kehilangan pigmen (Hargono, 2013).
Cara pemanenan jahe yang baik adalah dengan membongkar tanah
menggunakan cangkul atau garpu secara hati-hati agar tidak melukai
rimpang. Selanjutnya, rimpang jahe diangkat dan dibersihkan dari kotoran
dan tanah yang melekat. Setelah dipanen, rimpang jahe dicuci untuk
menghilangkan tanah dan kotoran yang melekat. Selanjutnya, rimpang
dijemur di atas papan atau daun pisang selama satu minggu. Setelah kering,
rimpang disimpan di tempat yang terbuka dan tidak lembab, dengan cara agak
disebarkan. Jika terpaksa dapat dilakukan penumpukan, namun sebaiknya
tidak terlalu tinggi (Suprapti, 2003).
Berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna rimpangnya, dikenal tiga
varietas jahe, yaitu jahe putih besar (jah gajah), jahe putih kecil (emprit), dan

jahe merah (jahe sunti). Di antara ketiga varietas tersebut yang paling banyak
digunakan untuk pengobatan adalah jahe merah karena kadar minyak
atsirinya tinggi dan lebih pedas. Dalam pengobatan keluarga, yang banyak
digunakan adalah jahe putih kecil, digunakan untuk mengobati masuk angin,
kurang nafsu makan, batuk kering, muntah-muntah, kolera, peluruh keringat,
dan peluruh haid. Sedangkan rimpang jahe putih besar banyak dibutuhkan
terutama oleh industri makanan seperti permen, sirup, dan instan (Kardian,
2002).
Ekstraksi akan mendapatkan hasil yang optimum bila dilakukan
dengan metode serta penyari yang sesuai. Ekstraksi adalah pemisahan yang
digambarkan sebagai proses perpindahan satu atau lebih komponen dari satu
fasa ke fasa lain. Salah satu teknik ekstraksi adalah ekstraksi berpengaduk.
Proses pemisahan jenis ini selalu melibatkan dua fase. Idealnya kedua fase
ini tidak saling terlarut pada saat proses ekstraksi berlangsung. Sampel bisa
merupakan suatu gas, suatu cairan atau suatu padat. Ekstraksi dengan
menggunakan pelarut merupakan proses pemisahan komponen zat terlarut
berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut yang tidak saling melarut.
Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan, senyawa yang diinginkan dapat
dipisahkan secara selektif. Selektifitas antara pelarut di dalam pelarut lainnya
yang berbeda kepolarannya dalam melarutkan senyawa organik akan
membentuk dua lapisan yang saling memisah, dimana proses ini berdasarkan
distribusi sampel diantara dua pelarut tersebut. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses ekstraksi. Perbedaan metode, pelarut, suhu serta waktu
ekstraksi akan berpengaruh terhadap jumlah rendemen serta kualitas ekstrak
yang didapatkan. Menggunakan metode, pelarut serta waktu yang sesuai akan
menghasilkan rendemen serta kulitas ekstrak yang maksimal (Wildan, 2013).
Estraksi cair-cair merupakan proses pemisahan dimana suatu zat
terbagi dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Koefisien distribusi atau
koefisien partisi merupakan tetapan kekskketimbangan yang merupakan
kelarutan relatif dari suatu senyawa terlarut dalam dua pelarut yang tidak
bercampur. Prinsip ekstraksi cair-cair adalah like disolves like yang berarti

bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa
nonpolar mudah larut dalam senyawa nonpolar (Dilaga, 2016).
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Dalam praktek solut akan
terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok
dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut
tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Dengan Kd

koefisien distribusi dan C, dan C masing-masing adalah

konsentrasi solut pada pelarut 1, 2, organik, dan air. Dari rumus tersebut jika
harga Kd besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih
banyak ke dalam pelarut organik, begitu pula terjadi sebaliknya (Purwani,
2008).
Proses ekstraksi merupakan tahapan yang penting dalam pembuatan
oleoresin jahe. Oleoresin merupakan bentuk ekstraktif rempah yang
didalamnya terkandung komponen komponen utama pembentuk perisa yang
berupa zat-zat volatil (minyak atsiri) dan non-volatil (resin dan gum) yang
masing-masing berperan dalam menentukan aroma dan rasa. Kesempurnaan
proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran bahan
baku, pemilihan pelarut, waktu proses ekstraksi, suhu ekstraksi dan lain-lain.
Interaksi antara faktor pelarut dan suhu berpengaruh secara nyata terhadap
kadar minyak atsiri dalam oleoresin jahe yang dihasilkan. Pada penggunaan
berbagai pelarut, suhu ekstraksi semakin meningkat akan menghasilkan
minyak atsiri dalam oleoresin yang semakin tinggi pula sampai batas tertentu.
Ekstraksi menggunakan pelarut etanol dengan meningkatnya suhu 40oC sudah
cukup untuk menghasilkan kadar minyak atsiri yang tinggi. Semakin tinggi
suhu, viskositas pelarut semakin rendah sehingga makin mudah untuk

mengekstrak oleoresin. Perlu dipertimbangkan bahwa penguapan dengan


suhu yang terlalu tinggi dan waktu yang lama dapat merusak komponen
minyak atsiri yang ada didalam oleoresin. Oleoresin hanya tahan sampai suhu
90oC tanpa mengalami penurunan mutu yang nyata. Pemakaian suhu diatas
titik didih pelarut yang digunakan dan waktu yang lama akan menyebabkan
banyaknya pelarut yang terbuang dan selain itu pula banyaknya komponen
oleoresin yang mudah menguap akan terbawa oleh pelarut yang teruapkan
(Anam, 2010).
Gingerol merupakan senyawa alami berwarna kuning pucat yang
terdapat dalam oleoresin jahe yang labil terhadap panas baik selama
penyimpanan maupun pada waktu pemrosesan, sehingga gingerol sulit untuk
dimurnikan. Gingerol merupakan senyawa yang volatil dan tidak larut
dalam air. Rumus molekul gingerol adalah C17H26O4. Gingerol dapat
diekstraksi dari rimpang jahe segar dengan pelarut non polar dan bertitik
didih rendah 30-32oC dan akan terdekomposisi menjadi shogaol pada suhu
60oC. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi harus sesuai agar zat
yang di inginkan dapat terekstrak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pemilihan pelarut yaitu selektifitas, densitas, titik didih, tegangan antar
permukaan, koefisien distribusi, kemudahan pengambilan kembali pelarut,
keaktifan secara kimia, murah dan tidak beracun. Gingerol sangat rentan
terhadap dekomposisi termal oleh karena itu ekstraksi gingerol dari rimpang
jahe segar dilakukan pada suhu rendah dengan menggunakan pelarut nhexane yang memiliki titik didih rendah. Pelarut n-hexan dianggap cocok
untuk mengekstrak gingerol dari rimpang jahe segar karena bersifat non
polar, relatif murah, aman, tidak mudah bereaksi dan mudah menguap, serta
memliki solubility parameter yang hampir berdekatan dengan gingerol
(Hargono, 2013).
Pelarut n-heksan merupakan pelarut yang paling ringan dalam
mengangkat minyak yang terkandung dalam bijibijian dan mudah menguap
sehingga memudahkan untuk refluk. Pelarut ini memiliki titik didih antara
6570oC. Etil asetat merupakan jenis pelarut yang bersifat semi polar. Pelarut

ini memiliki titik didih yang relatif rendah yaitu 77 oC sehingga memudahkan
pemisahan minyak dari pelarutnya dalam proses destilasi. Sedangkan Pelarut
metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses
isolasi senyawa organik bahan alam. Metanol merupakan senyawa polar yang
disebut sebagai pelarut universal karena selain mampu mengekstrak
komponen polar juga dapat mengekstrak komponen nonpolar seperti lilin dan
lemak. (Susanti, 2012). Polaritas diluen akan sangat berpengaruh pada proses
ekstraksinya, semakin polar diluen yang digunakan akan semakin besar daya
pemisahnya (Putranto, 2012).
Menurut Materia Medika (1978), mutu jahe berdasarkan standar
nasional Indonesia yaitu kadar abu tidak lebih dari 5 % dan kadar abu yang
tidak larut dalam asam tidak lebih dari 3,9 %. Kadar sari yang larut dalam air
tidak kurang dari 15,6 % dan kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang
dari 4,3 %. Sedangkan kandungan bahan organik asing tidak lebih dari 2 %.
Kadar minyak atsiri padarimpang jahe tidak kurang dari 0,7 % v/b.

C. Klasifikasi Tanaman
1. Klasifikasi Jahe Merah
Regnum

: Plantae,

Divisi

: Pteridophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Scitamineae

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Zingiber

Species

: Zingiber officinale Rose

(Suprapti, 2003).
2. Morfologi
Jahe termasuk tanaman tahunan, berbatang semu, dan berdiri tegak
dengan ketinggian mencapai 0,75 m. Secara morfologi, tanaman jahe terdiri
atas akar, rimpang, batang, daun dan bunga. Perakaran tanaman jahe
merupakan akar tunggal yang semakin membesar seiring dengan umurnya,
hingga membentuk rimpang serta tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi
tanaman baru. Batang tanaman jahe merupakan batang semu yang tumbuh
tegak lurus. Batang ini terdiri atas seludang-seludang dan pelepah daun yang
menutup batang. Bagian luar batang licin dan mengilap, serta mengandung
banyak air. Daun tanaman jahe berbentuk lonjong dan lancip menyerupai
rumput-rumputan besar. Bunga tanaman jahe terletak pada ketiak daun
pelindung. Bentuk bunga bervariasi: panjang, bulat telur, lonjong, runcing,
atau tumpul (Suprapti, 2003).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a. Batang Pengaduk
b. Botol vial
c. Cawan porselin
d. Gegep
e. Gelas kimia
f. Oven
g. Tabung reaksi
h. Timbangan Analitik

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Air suling
b. Aluminium foil
c. Pelarut semi polar Etil
d. Pelarut nonpolar N-heksan
e. Pelarut polar Metanol
f. Tissue

E. Prosedur Kerja
Rimpang Jahe Merah (Zingiber rhizoma)
-

Dilakukan penimbangan pada sampel


ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber
rhizoma) sebanyak 5 gram

Dimasukkan kedalam wadah cawan


porselin

Ditambahkan pelarut metanol sebanyak


10 ml sambil diaduk dengan batang
pengaduk

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan pelarut n-heksan sebanyak


10 ml

Ditunggu hingga terbentuk dua fase

Dipisahkan

fraksi

n-heksan

yang

terbentuk dan dimasukkan kedalam botol


vial
-

Ditambahkan lagi pelarut etil ke dalam


tabung reaksi yang berisi fraksi metanol

Ditunggu hingga fraksi terpisah, apabila


sulit untuk berpisah tambahkan pelarut
air untuk mempermudah pemisahan

Diambil fraksi etil yang terbentuk yang


berada pada bagian atas tabung

Dimasukkan dalam botol vial fraksi etil


yang didapatkan

Dimasukkan fraksi metanol yang berada


pada bagian bawah tabung reaksi ke
dalam botol vial

Diberikan label pada semua fraksi

Disimpan dalam oven fraksi metanol dan


disimpan dalam lemari asam untuk fraksi
n-heksan dan fraksi etil.

Hasil Pengamatan ?

F. Hasil Pengamatan
a. Tabel Hasil Pengamatan
1. Berat Sampel
Nama Sampel

Bobot Simplisia

Bobot Ekstrak

Randemen

650 gram

49,5 gram

7,61 %

Rimpang Jahe Merah


(Zingiber
Officinalle)
2. Hasil Partisi Ekstrak
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
Nama Pelarut

Pelarut Metanol

Pelarut N-Heksan

Gambar

Pelarut Etil

3. Berat Fraksi Sampel


Nama Sampel
Bobot Simplisia

Bobot Fraksi

Randemen

Fraksi Metanol

650 gram

2,5 gram

0,38 %

Fraksi N-Heksan

650 gram

2,5 gram

0, 38 %

Fraksi Etil

650 gram

4 gram

0,61 %

b. Perhitungan
1. % Rendamen Sampel Ekstrak Jahe Merah

% Rendamen =

Bobot Ekstrak
Bobot Serbuk Kering
49,5 gram
650 gram

x 100%

x 100%

= 7, 61 %
2. % Rendamen Fraksi Metanol
% Rendamen =

Bobot Ekstrak
Bobot Serbuk Kering
2,5 gram
650 gram

x 100%

x 100%

= 0,38 %
3. % Rendamen Fraksi Etil
% Rendamen =

Bobot Ekstrak
Bobot Serbuk Kering
4 gram
650 gram

x 100%

x 100%

= 0,61 %
4. % Rendamen Fraksi N-Heksan
% Rendamen =

Bobot Ekstrak
Bobot Serbuk Kering
2,5 gram
650 gram

= 0,38 %

x 100%

x 100%

G. Pembahasan
Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dari ekstraksi bahan mentah secara
kimiawi. Senyawa kimia yang diekstrak meliputi senyawa aromatik, minyak
atsiri, ester, dan sebagainya yang kemudian menjadi bahan baku proses industri
atau digunakan secara langsung oleh masyarakat. Ekstraksi merupakan suatu
proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain-lain dengan
menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai
metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi
dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan
tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Penggunaan
sampel segar lebih disukai karena penetrasi pelarut yang digunkan selama
penyarian kedalam membran sel tumbuhan secara difusi akan berlangsung
lebih cepat, selain itu juga mengurangi kemungkinan terbentuknya polimer
berupa resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses pengeringan.
Penggunaan sampel kering dapat mengurangi kadar air didalam sampel
sehingga mencegah kemungkinan rusaknya senyawa akibat aktivitas anti
mikroba.
Ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair. Hal ini didasarkan pada bentuk campurannya (yang
diekstraksi). Ekstraksi padat-cair (partisi padat-cair) adalah proses pemisahan
untuk memperoleh komponen zat terlarut dan campurannya dalam padatan
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Sedangkan ekstraksi cair-cair
(partisi cair-cair) adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam dua macam zat
pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut air.
Ekstraksi cair - cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan
corong pisah. Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan

komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur
dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut
pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu
didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase
zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fasa tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Ekstraksi cair-cair digunakan karena metode ini dapat dilakukan dalam
skala mikro maupun makro, pemisahannya tidak memerlukan alat khusus,
melainkan hanya beberapa corong pemisah. Pemisahan yang dilakukan bersifat
sederhana, bersih, cepat dan mudah, dan seringkali untuk melakukan
pemisahan diperlukan beberapa menit. Pada metode ekstraksi cair-cair,
ekstraksi dapat dilakukan dengan kontinyu atau dengan cara bertahap.
Tekniknya dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur
dengan pelarut, lalu dikocok. Pengocokan dilakukan dengan tujuan agar dapat
terlihat lapisan dua fase pada larutan. Perlakuan pertama melalui corong pisah,
kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi
solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua
lapisan. Lapisan yang berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat
dipisahkan untuk melakukan analisa selanjutnya.
Praktikum kali ini dilakukan ekstraksi cair-cair dengan sampel yang
berasal dari hasil ekstraksi maserasi terhadap tumbuhan rimpang jahe merah
(Zingiber rhizoma). Hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Kemudian alat tersebut dibersihkan dengan air
suling dan dibilas dengan alkohol. Tujuannya yaitu untuk menghilangkan
kotoran, lemak dan mikroba yang menempel pada alat tersebut. Setelah itu
sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik sebanyak 5 g.
Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam cawan porselin lalu
ditambahkan 10 ml metanol dan diaduk menggunakan batang pengaduk hingga
larut dan homogen. Digunakan pelarut metanol karena tujuan pelarut yang
pertama yaitu sebagai pembawa senyawa-senyawa yang terdapat pada ekstrak
tersebut. Setelah itu dimasukkan dalam tabung reaksi yang kemudian

ditambahkan 10 ml n-heksan. Tabung reaksi digunakan sebagai alternatif


karena corong pisah yang tersedia dalam laboratorium tidak mencukupi.
Setelah itu tabung reaksi tersebut dikocok agar larutan n-heksan tersebut dapat
bercampur dengan ekstrak kental dari rimpang jahe merah (Zingiber rhizoma),
lalu didiamkan selama beberapa menit sampai terjadi pemisahan dan terbentuk
2 fase dari cairan tersebut. Dalam proses pemisahan ini, senyawa yang bersifat
nonpolar akan berada pada fase bawah sedangkan senyawa yang bersifat polar
berada pada fase atas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan berat jenis
antara methanol dan n-heksan. Berat jenis n-heksan yaitu 0,654 g/ml lebih
kecil dibandingkan dengan metanol 0,79 g/ml. Setelah terjadi pemisahan,
pelarut tersebut dikeluarkan dari tabung reaksi dengan mendahulukan pelarut
yang berada dibagian atas yaitu fraksi n-heksan menggunakan pipet tetes dan
dimasukkan kedalam botol vial. Setelah itu sisa pelarut yang berada dalam
tabung reaksi ditambahkan lagi dengan pelarut etil. Pada proses ini sulit terjadi
pemisahan sehingga digunakan air untuk memudahkan terjadinya pemisahan
pelarut yang bersifat polar dan semi polar. Digunakan air karena zat-zat yang
dapat larut akan terdisitribusi diantara lapisan air dan lapisan organik sesuai
dengan perbedaan kelarutannya sehingga dapat membantu terjadinya
pemisahan. Kemudian setelah terpisah dimasukkan dalam botol vial yang
berbeda. Untuk fraksi metanol disimpan dalam oven dan untuk fraksi n-heksan
dan etil disimpan dalam lemari asam. Penyimpanan dilakukan pada tempat
yang berbeda karena ketiga pelarut tersebut memiliki sifat yang berbeda
dimana pelarut n-heksan dan etil akan menguap apabila disimpan dalam oven
karena memiliki titik didih relatif rendah yaitu antara 65-70 0C dan pelarut etil
memiliki titik didih yaitu 770C sehingga tidak disimpan dalam oven sedangkan
fraksi metanol disimpan dalam oven agar didapatkan fraksi yang kering.
Manfaat partisi ekstrak dalam bidang farmasi yaitu untuk mendapakan
senyawa murni dari simplisia atau ekstrak bahan obat sehingga dapat dilakukan
pengembangan obat tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis.

Senyawa murni ekstrak yang berasal dari bahan alam dapat digunakan dalam
pembuatan suatu obat atau sebagai bahan bahan dasar fitofarmaka.

H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
yaitu :
1. Prinsip dasar dari ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi cair-cair dilakukan
dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak
saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama,
dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna
dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimia yang
terpisah.
2. Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan pemisahan zat terlarut di dalam dua
macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain
perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut air.
Pelarut yang digunakan dalam percobaan ini terbagi menjadi tiga yaitu
pelarut polar menggunakan metanol, pelarut semi polar menggunakan etil
dan pelarut nonpolar menggunakan n-heksan.
3. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kadar fraksi
metanol sebanyak 2,5 gram, fraksi etil sebanyak 4 gram dan fraksi nheksan sebanyak 2,5 gram.

DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale) Kajian
Dari Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu Dan Suhu. Jurnal Pertanian Mapeta.
Vol. Xii (2).
Anonim. 1978. Materia Medika Indonesia. Jakarta : Depkes RI.
Dilaga, A.P.H., dkk. 2016. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavanoid dari
Rimpang Pacing Costus Speciosus (J.Koenig) Sm. Prosiding Farmasi.
Vol. 2 (1).
Hargono, Fitra P., Dan Margaretha P.A. 2013. Pemisahan Gingerol Dari Rimpang
Jahe Segar Melalui Proses Ekstraksi Secara Batch. Momentum. Vol. 9 (2).
Hernani, dan Nurdjanah, R.,. 2009. Aspek Pengertian Dalam Mempertahankan
Kandungan Metabolit Sekunder Pada Tanaman Obat. Perkembangan
Teknologi TRO. Vol. 21 (2).
Kardian, A., dan Agus R. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Secara Organik.
AgroMedia.
Sari, K.I.P., Periadnadi dan Nasril N. 2013. Uji Antimikroba Ekstrak Segar JaheJahean (Zingiberaceae) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli
dan Candida albicans. Jurnal Biologi Universitas Andalas. Vol. 2(1).
Suprapti, M.L. 2003. Aneka Awetan Jahe. Yogyakarta : Kanisius.
Susanti, A.D., Dwi A., Gita G.P., dan Yosephin B.G. 2012. Polaritas Pelarut
Sebagai Pertimbangan Dalam Pemilihan Pelarut Untuk Ekstraksi Minyak
Bekatul Dari Bekatulvarietas Ketan(Oriza sativa glatinosa). Simposium
Nasional RAPI XI FT UMS-2012. ISSN : 1412-9612.

Wildan, A., Devina I.A., Indah H., dan Widayat. 2013. Proses Pengambilan
Minyak Dari Limbah Padat Biji Karet Dengan Metode Ekstraksi
Berpengaduk. Momentum. Vol. 9 (1).
Purwani, Mv, Suyanti, Dan Muhadi Aw. 2008. Ekstraksi Konsentrat Neodimium
Memakai Asam Di- 2 - Etil Heksil Fosfat. Seminar Nasional Iv Sdm
Teknologi Nuklir. Issn 1978-0176.
Putranto, A.M.H. 2012. Metoda Ekstraksi Cair-Cair Sebagai Alternatif untuk
Pembersihan Lingkungan Perairan dari Limbah Cair Industri Kelapa
Sawit. Jurnal Gradien. Vol. 8 (1).

Anda mungkin juga menyukai