Anda di halaman 1dari 19

Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

EMULGEL
(Revised by Shani SLS., Recheck by Nandya Ardya G.)

I. DEFINISI SEDIAAN
Emulgel adalah emulsi baik O/W (M/A) maupun W/O (A/M) yang dicampurkan dengan
gelling agent (HPMC atau Carbomer). kelebihan emulgel antara lain memiliki daya hantar
obat yang baik seperti gel maupun emulsi (The AAPS jurnal, Optimization of Chlorphenesin
Emulgel Formulation, Magdy I. Mohamed,2004 dan Vats, S., et.al. IJPRS, Emulsion Based
Gel Technique: Novel Approach for Enhancing Topical Drug Delivery of Hydrophobic
Drugs, 2014)

Emulgel merupakan kombinasi gel dan emulsi, emulsi dapat berupa emulsi minyak dalam
air (O/W) ataupun emulsi air dalam minyak (W/O). Agen pembentuk gel (gelling agent)
ditambahkan dalam fase air yang mengubah emulsi menjadi emulgel. Sistem O/W secara
langsung menjerat obat-obat lipofilik sedangkan sistem W/O menjerat obat-obat hidrofobik
(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical and
Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)

II. TEORI UMUM


a. Penggolongan:
Berdasarkan fasa terdispersinya, tipe emulsi yang digunakan untuk emulgel terbagi atas :
( FI V hal 46, Goeswin Agoes, Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida, hal. 149-178)
a. Emulsi minyak dalam air (M/A atau O/W): fasa minyak terdispersi dalam fasa air.
b. Emulsi air dalam minyak (A/M atau W/O): fasa air terdispersi dalam fasa minyak.

Tipe-tipe/jenis-jenis emulgel: (Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery
System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
a. Macroemulsion gel
- Merupakan jenis emulgel yang paling umum
- Ukuran partikel droplet emulsi > 400nm
- Secara visual berwarna opaque
- Tidak stabil scr termodinamik, distabilkan dengan zat aktif permukaan
b. Nanoemulgel
- Merupakan nanoemulsi yang digabungkan ke dalam gel
- Stabil secara termodinamika→ dispersi transparan dari minyak dan air yang
distabilkan oleh film interfacial dari molekul surfaktan dan cosurfaktan
- Ukuran partikel droplet emulsi < 100nm
c. Microemulsion
- Stabil secara termodinamika, bersifat transparan
- Ukuran partikel droplet 10 – 100 nm
- Tidak mengalami koalesen
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

- Terdiri dari minyak, surfaktan, cosurfaktan dan air dimana bahan2 tersebut dapat
memfasilitasi laju permeasi obat-obatan dengan mengurangi barier difusi dari
stratum korneum
- Memiliki viskositas yang rendah → ditambahkan gelling agent seperti carbopol
940, xanthan gum dan karagenan untuk meningkatkan viskositasnya sehingga
sesuai untuk topical application

• Ukuran Globul
Emulsi
TPC, hal 82 : 0,1 mikrometer - 100 mikrometer
th
Martin’s Physical Pharmacy ed. 6 , hlm 420 ; 0,1 – 10 mikrometer; meskipun demikian
ukuran < 0,01 dan > 100 mikrometer juga ada untuk sediaan tertentu.

Microemulsion
TPC, hal 82 : < 0,1 mikrometer
th
Martin’s Physical Pharmacy ed. 6 , hlm 428 : 10-200 nm

• Penentuan Tipe Emulsi (The Pharmaceutical Codex/ TPC, 89)


Beberapa cara penentuan tipe emulsi :
1. Uji Konduktivitas
2. Uji Arah Creaming
3. Uji Kertas Saring
4. Uji Fluoresensi
5. Uji Pewarna
6. Uji Dilusi
7. Uji Cobalt-Cloride
th
8. Pengenceran (Martin’s Physical Pharmacy ed. 6 , hlm 420)

b. Keuntungan emulgel
(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical
and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
1. Stabilitas lebih baik
Sediaan transdermal lain kurang stabil dibandingkan emulgel (ex. powder →
higroskopis; krim → inversi fase atau pemisahan; dan salep → tengik krn fase
minyak)
2. Obat-obat hidrofobik dapat dengan mudah dicampurkan ke dalam gel
menggunakan emulsi O/W
Kebanyakan obat hidrofobik tidak dapat dicampurkan secara langsung kedalam
basis gel karena solubilitasnya yang menjadi barier/penghalang dan masalah yang
timbul selama pelepasan obat. Emulgel membantu pencampuran obat hidrofob ke
dalam fase minyak dan kemudian globul minyak akan terdispersi pada fasa air
menghasilkan emulsi O/W dan emulsi ini dapat dicampurkan ke basis gel. Jenis
emulsi ini menghasilkan stabilitas dan pelepasan obat yg lebih baik dibandingkan
dengan mencampurkan obat langsung ke dalam basis gel.
3. Ongkos pembuatan lebih murah dan lebih feasible untuk diproduksi
Pembuatan emulgel → lebih sederhana, tahapan sedikit, tidak membutuhkan
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

peralatan khusus, bahan mudah didapat dan murah


4. Loading capacity yang lebih baik
Niosom dan liposom berukuran nano dan karena struktur vesikularnya dapat
menghasilkan leakage (kebocoran) dan efisiensi penjebakan (entrapment) yang
lebih rendah. Akan tetapi gel memiliki jaringan yang luas shg loading capacity nya
relative lebih baik
5. Controlled release (pelepasan terkontrol)
Emulgel dapat digunakan untuk memperpanjang efek dari obat-obat yang memiliki
waktu paruh (T1/2) yang lebih pendek
6. Tidak membutuhkan sonikasi yang intensif
Produksi molekul vesikular membutuhkan sonikasi intensif yang menghasilkan
degradasi obat dan kebocoran (leakage). Tp masalah ini tidak terlihat selama
produksi emulgel karena tidak membutuhkan sonikasi.
7. Kenyamanan penggunaan pada pasien krn tidak lengket dan mudah dioleskan ke
kulit sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.
8. Memilki daya hantar yang baik untuk berbagai macam obat ke kulit.
c. Kekurangan Emulgel
(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical
and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
1. obat dengan ukuran partikel yang besar sulit untuk diabsorbsi melalui kulit
2. iritasi kulit atau reaksi alergi
3. terbentuknya gelembung udara selama pembentukan emulgel
4. permeabilitas yang rendah dari beberapa obat yang melalui kulit

d. Sifat sifat emulgel (Joshi Baibhav, 2011, International Research Journal of Pharmacy,
Emulgel: A comprehensive Review on the Recent Advances in Topical Drug Delivery)
• Tiksotropik
• Tidak berminyak/tidak lengket
• Mudah tersebar/dioleskan
• Mudah dihilangkan
• Emolien
• Tidak menimbulkan noda
• Larut air
• Shelf life yang lebih panjang
• Bio-friendly
• Penampilan transparan dan menarik

III. FORMULA
a. Formula baku
(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical
and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
R/ Zat Aktif
Fasa air
Fasa minyak Preparasi emulsi sebagai pembawa
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

Agen pengemulsi

Gelling agent Preparasi gel (basis gel), sbg peningkat konsistensi dan
dapat juga digunakan sebagai thickening agent

Peningkat penetrasi meningkatkan permeabilitas kulit
Dengan eksipien lain misalnya :
Pengawet
Humektan atau pembasah
Antioksidan
Dapar
Pengompleks

IV. PENJELASAN FORMULA


Eksipien pada emulgel:
th
A. Basis (dapat dilihat pada RPS 21 ed hal 772) → ini lebih ke basis gel fase tunggal.
(Diktat Kuliah Teknologi Likuid & Semisolid Bu Ninet)
Basis gel bersifat polar. Polimer yang digunakan : Gom Alam, tragacanth, caragen,
pektin, asam alginat, selulosa (CMC,HPMC), Carbopol (pH) Membentuk struktur tiga
dimensi
• Kumparan → ikatan silang ; polimer sintetik, selulosa
• Heliks → jalinan antar dua rantai polimer
• Batang → ikatan silang polimer dengan kation valensi 2, Ca alginat
• Kartu → Koloid positif dan negatif bergabung pada permukaan datar koloid

→ Basis/pembawa untuk pembuatan emulgel (Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel


Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4):
64-75)
• Fase air : air, alkohol
• Fase minyak : minyak mineral (mineral oil) dapat digunakan tunggal atau
dikombinasi dengan soft/hard parafin menghasilkan karakteristik yang oklusif dan
sensori

(K. P. Mohammed Haneefa et al /J. Pharm. Sci. & Res. Vol.5(12), 2013,
254 – 258. Emulgel: An Advanced Review)
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

(Vats, S., et.al. IJPRS, Emulsion Based Gel Technique: Novel Approach for
Enhancing Topical Drug Delivery of Hydrophobic Drugs, 2014)

B. Emulgator
• Untuk emulsifikasi pada saat pembuatan dan mengontrol stabilitas selama shelf
life yang dapat bervariasi dari hari ke bulan atau tahun
• Untuk membuat emulsi ataupun krim digunakan zat pengemulsi, ada 3 macam :
surfaktan, emulgator alam dan partikel padat terbagi halus. Emulsi M/A /krim
umumnya distabilisasi dengan surfaktan anion, kation atau nonionik. Pemilihan zat
pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat sediaan yang dikehendaki.
Untuk emulsi semisolid umumnya membutuhkan lebih dari satu emulgator untuk
th
mencapai kestabilan. (TPC 12 hlm 148).
• Kriteria emulgator yang ideal untuk farmaseutika adalah stabil, inert, bebas dari
senyawa toksik atau iritan, tidak berbau, berasa, berwarna dan hanya
membutuhkan konsentrasi rendah untuk membuat emulsi yang stabil (TPC, 12ed,
hlm. 84)
• Daftar campuran pengemulsi yang banyak digunakan dapat dilihat pada Aulton,
Pharmaceutical Practise, Hal 110.
- Emulsifying wax BP
Campuran dari Na-lauril sulfat 10% dengan Cetostearyl Alkohol 90% (Aulton,
Pharmaceutical Practise, Hal 110).
- Lannex wax
Campuran etil dan stearil alkohol yang disulfonasi
- Cetrimide emulsifying wax
Campuran dari Cetrimide 10% dengan Cetostearyl alkohol 90% (Aulton,
Pharmaceutical Practise, Hal 110).
- Cetomacrogol emulsifying wax.
Sistem campuran pengemulsi ini selain sebagai pengemulsi juga berfungsi
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

sebagai pengatur konsistensi. Golongan ampifil biasanya adalah lemak alkohol


tinggi (C14-C18) dan asam lemak seperti palmitat dan stearat, dimana
keduanya merupakan zat pengemulsi M/A degan lemak.

Contoh-contoh Emulgator
a. Stearil alkohol
th
(dapat dilihat pada Martindale 36 hlm.2033, USP 32 hlm.1361, Handbook of
th
Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm.700, RPS 21 hlm. 1076)
b. Asam Stearat
th
(dapat dilihat pada Martindale 36 hlm.2392, USP 32 hlm 1360, Handbook of
th
Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 697, RPS 21 hlm.1079)
c. Trietanolamin (Trolamin, TEA)
h
dapat dilihat pada Martindale 36 hlm.2405, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6
ed. hlm. 754, RPS 21 hlm. 1082)
d. Setil alkohol
(dapat dilihat pada Martindale 36 hlm. 2028, USP 32 hlm.1203, Handbook of
th
Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 155)
e. Polysorbates (Tween)
th
(dapat dilihat pada Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 549, RPS 21
hlm. 1080)
f. Sorbitan esters (Span) (dapat dilihat pada RPS 21 hlm. 1075, Handbook of
h
Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 675)
g. Na-lauril sulfat
(dapat dilihat pada Martindale 36 hlm. 2138, Handbook of Pharmaceutical Excipients
th
6 ed. hlm. 651, RPS 21 hlm. 1075)
h. Cetomacrogol 1000 (Polyoxyethylene alkyl ethers)
th
(dapat dilihat pada Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 536)
Emulgator yang sering digunakan (Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug
Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75):
- Polyethylene glycol 40 stearate
- Sorbitan mono-oleate (Span 80)
- Polyoxyethylene sorbitan monooleate (Tween 80)
- Stearic acid
- Sodium stearate

C. Gelling agent (dapat dilihat pada Dysperse System, vol I page 499-504, Jelsand
th
Jellies, , RPS 21 hlm 771, TPC halaman 149)
Catatan :Pemilihan gelling agent harus memperhatikan pH stabilitas dan
inkompatibilitasnya. Metode pembuatan basis gelnya disesuaikan dengan gelling agent
yang digunakan.
*Contoh gelling agent dapat dilihat di kit pendukung – daftar gelling agent ???

→ Gelling agent yang sering digunakan untuk emulgel (K. P. Mohammed Haneefa et al
/J. Pharm. Sci. & Res. Vol.5(12), 2013, 254 – 258. Emulgel: An Advanced Review)
:carbopol-934 (0.5-2%), carbopol-940 (0.5-2%), HPMC-2910 (2,5%), HPMC (3.5%),
NaCMC (1%)
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

D. Peningkat permeasi (K. P. Mohammed Haneefa et al /J. Pharm. Sci. & Res.
Vol.5(12), 2013, 254 – 258. Emulgel: An Advanced Review)
• Berpartisi kedalam dan berinteraksi dengan konstituen kulit sehingga
meningkatkan permeabilitas kulit
• Yang dapat digunakan sebagai penetrant enhancer adalah asam oleat
(1%), lesitin (5%), clove oil (8%), mentol (5%).

(Vats, S., et.al. IJPRS, Emulsion Based Gel Technique: Novel Approach for
Enhancing Topical Drug Delivery of Hydrophobic Drugs, 2014)

E. Pengawet
Pengawet yang digunakan antara lain: metil paraben, propil paraben, benzalkonium
klorida, asam benzoate, dll(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug
Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75).
nd th
Dapat dilihat pada (TPC" 12 ed., hlm. 151; RPS 21 , hlm. 887, 1058). Pengawet
yang sering digunakan : metil dan propilparaben, klorokresol dan Na benzoat

F. Humektan atau Pembasah


Pembasah diperlukan karena mayoritas obat yang terdispersi adalah hidrofob. Pembasah
ditambahkan ke serbuk sebelum masuk ke cairan lainnya. Pembasah ada dua jenis,
surfaktan dan humektan. Surfaktan berguna untuk menurunkan tegangan permukaan dan
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

meningkatkan kontak antara zat padat dengan cairan. Humektan digunakan untuk
meminimalkan hilangnya air dari sediaan, mencegah kekeringan (kehilangan air) dan
meningkatkan penerimaan terhadap produk dengan meningkatkan kualitas usapan dan
th
konsistensi secara umum (TPC 12 Ed, hlm 150)
Gliserol, propilenglikol, sorbitol 70% dan makrogol dengan BM yang lebih rendah
digunakan sebagai humektan dalam formulasi gel dan krim. Bahan-bahan ini mencegah
sediaan menjadi kering, mencegah pembentukan kerak bila krim dikemas dalam botol,
memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya suatu sediaan jika dipergunakan pada
kulit. Penambahan kandungan pelembab menyebabkan sediaan lebih pekat. Sorbitol
70% lebih higroskopis daripada gliserin dan digunakan pada konsentrasi yang lebih
rendah, umumnya 3% sorbitol 70% sebanding dengan 10% gliserin. Propilenglikol dan
PEG kadang-kadang dikombinasi dengan gliserin karena kemampuan menyerap lembab
keduanya lebih rendah daripada gliserin. Selain itu, penambahan propilen glikol dalam
pembuatan krim sebagai humektan diberikan dengan konsentrasi 15% (Lachman, Teori
dan Praktek Farmasi Industri II, hlm. 1110, Lachman, The Teory and Practice of
Industrial pharmacy, hlm. 544)

G. Antioksidan
• Antioksidan ditambahkan dalam sediaan farmasi untuk mencegah gangguan
oksidatif selama penyimpanan minyak/lemak, pengemulsi, atau API yg mungkin
teroksidasi. Antioksidan yang luas digunakan untuk lemak/minyak meliputi BHA
dan BHT pada konsentrasi sampai 0,2%. (Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida",
Goeswin A., hlm. 167)
• Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan antioksidan : warna, bau/aroma,
nd
potensi, sifat iritan, toksisitas, stabilitas, dan kompatibilitas (TPC 12 ed., hlm.
151)
• Contoh-contoh antioksidan(Kuliah Bu Ninet-Sediaan Semisolida)
Antioksidan sejati : tokoferol, alkil galat, BHA, BHT.
Antioksidan sebagai agen pereduksi : garam Na dan K dari asam sulfit.
Antioksidan sinergis : asam edetat dan asam-asam organik seperti sitrat, maleat,
tartrat atau fosfat untuk khelat terhadap sesepora logam.

H. Pengompleks
Pengompleks diperlukan untuk mengomplekskan logam yang ada dalam sediaan yang
dapat mengoksidasi (mengkelat sesepora logam).

V. Permasalahan Sediaan
Permasalahan dalam emulgel berkaitan erat dengan permasalahan yang terjadi pada
sediaan emulsi dan gel. Permasalahan – permasalahan tersebut antara lain :
a. Pemilihan emulgator
b. Mendapatkan konsistensi yang tepat
Konsistensi suatu sediaan emulsi kadang-kadang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Untuk meningkatkan konsistensi emulsi cair, yaitu:
- Meningkatkan kekentalan fasa luar.
- Meningkatkan persentase volume fasa terdispersi.
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

- Memperkecil ukuran globul, meningkatkan homogenitasnya.


- Menambah jumlah emulgator.
- Menambah pengental atau emulgator hidrofob.

c. Sediaan menjadi tengik akibat kontaminasi mikroba Persiapan mengatasi
kemungkinan terjadinya oksidasi atau reaksi mikrobiologi melalui pemilihan
antioksidan dan pengawet yang cocok.
d. Permasalahan pada teknik pembuatan emulsi :
1. Pemanasan (suhu)
Pada saat fasa minyak dan fasa air akan dicampur, keduanya harus mempunyai
suhu yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya fluktuasi suhu
yang dapat mengakibatkan terjadinya pemisahan fasa pada emulsi.
Pada pembentukan emulsi metode dispersi dengan peningkatan suhu, sukar
menentukan suhu yang paling baik untuk proses emulsifikasi. Suhu tinggi akan
menyebabkan tegangan permukaan dan viskositas turun sehingga proses
emulsifikasi menjadi lebih mudah. Tetapi kenaikan suhu akan meningkatkan energi
kinetik globul sehingga kemungkinan untuk bertumbukan. Tabrakan antar globul
ini dapat menyebabkan lapisan monolayer molekular menjadi rusak dan
menyebabkan bersatunya globul-globul dan terjadilah koalesensi menjadi lebih
o
besar. Umumnya suhu pencampuran yang baik 60-70 C.
Pengaruh suhu juga dapat mengakibatkan terjadinya inversi fasa, bila suhu
ditingkatkan, kelarutan surfaktan dalam air berkurang akibatnya misel-misel
tersebut pecah dan globul-globul yang teremulsi mulai bergabung. Kelarutan
surfaktan dalam air berkurang dikarenakan putusnya ikatan hidrogen oleh panas dan
adanya elektrolit. Kenaikan suhu yang lebih tinggi lagi mengakibatkan pemisahan
antara fasa minyak, surfaktan dan fasa air (Lachman, The Teory and Practice of
Industrial pharmacy, hlm. 509)
2. Waktu dan kecepatan pengadukan
Pada proses disrupsi dilakukan pemecahan fase internal sehingga lebih mudah
terdispersi dalam fase pendispersi. Proses ini dilakukan dengan cara pengocokan
atau dengan pengadukan mekanik. Pada waktu mula-mula diaduk, globul akan
terbentuk. Pada pengadukan selanjutnya yang terlalu lama, kesempatan dua globul
bergabung akan lebih besar dan terjadilah koalesensi karena perubahan diameter
yang semakin kecil akan menghasilkan energi bebas permukaan yang tinggi
sehingga sistem menjadi tidak stabil (W = γ x ∆A). Oleh karena itu harus dicari
waktu pengadukan yang optimum.
Tambahan : Setelah proses disrupsi adalah proses stabilisasi, yang dilakukan
dengan menurunkan energi bebas permukaan dan memberikan pelindung pada
globul dengan zat pengemulsi atau emulgator.
Pengadukan yang terlalu lama dan kecepatan pengadukan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan terjadinya turbulensi. Turbulensi ini dapat menyebabkan ukuran
globul yang terdispersi menjadi tidak rata, dan hal ini akan mempengaruhi
penampilan dari emulsi yang dihasilkan. Pengadukan yang terlalu lama juga akan
meningkatakan energi kinetik akibat panas yang ditimbulkan, sehingga tubrukan
antar globul juga dapat meningkat. (Lachman, The Teory and Practice of Industrial
pharmacy, hlm. 509)
3. Peralatan mekanik yang digunakan
Faktor yang paling penting dalam pembuatan emulsi adalah derajat shear dan
turbulensi yang diperlukan untuk menghasilkan dispersi tertentu dari ukuran-ukuran
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

cairan (Lachman, The Teory and Practice of Industrial pharmacy, hlm. 509). Jenis
alat yang digunakan akan mempengaruhi diameter globul yang terbentuk. Jika
menggunakan mortir, akan dihasilkan globul berdiameter besar sehingga creaming
lebih cepat terjadi. Jika menggunakan stirer, diameter globul yang dihasilkan cukup
kecil, tetapi akan terbentuk busa yang cukup banyak jika menggunakan emulgator
surfaktan. Dengan timbulnya busa, udara yang terperangkap dalam cairan makin
banyak. Udara yang terperangkap tersebut dapat menyebabkan :
a. Udara memiliki sifat non-polar sehingga cenderung melakukan kontak dengan
minyak, sehingga dapat menjadi "perantara" bagi globul-globul minyak untuk
bersatu kembali dan menyebabkan emulsi tersebut cepat memisah.
b. Bentuk emulsi yang tidak baik dan tidak homogen akibat adanya
adanya gelembunggelembung udara
c. Terjadinya reaksi oksidasi untuk zat yang mudah teroksidasi (fasa
minyak) sehingga perlu ditambahkan antioksidan pada fasa minyak.
d. Dapat mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme karena dengan adanya air
dan udara yang terperangkap (oksigen) merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Untuk mennghindari masalah ini dapat
digunakan pengawet pada fasa air.
e. Ketidakstabilan emulsi yang terbentuk

Pembentukan busa dapat dicegah dengan cara pengadukan yang dilakukan pada sistem
tertutup atau sistem vakum tetapi lebih efektif lagi jika dilakukan penambahan
antibusa. Anti busa yang banyak dipakai adalah golongan silikon dan alkohol berantai
panjang. Penggunaan zat-zat anti busa pada umumnya dapat menyebabkan
ketidakcampuran secara kimia sehingga penggunaannya sebaiknya dihindari cairan
(Lachman, The Teory and Practice of Industrial pharmacy, hlm. 512).
Keuntungan pengadukan dengan menggunakan ultra turax adalah terbentuknya
ukuran globul yang lebih kecil, untuk formula emulsi dengan kadar minyak yang
tinggi, dan juga dapat mengurangi turbulensi dibandingkan stirer. Kerugian
penggunaan ultra turax adalah lebih banyaknya udara yang terperangkap
dibandingkan dengan stirer.
4. Viskositas
Meningkatnya viskositas medium pendispersi meningkatkan pula viskositas sediaan
emulsi secara signifikan, namun ini tidak berlaku untuk emulsi tipe air dalam minyak.
Untuk mengatur viskositas emulsi, terdapat faktor yang harus diperhatikan:
• Viskositas emulsi M/A dan A/M dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran
partikel fase terdispersi.
• Kestabilan emulsi dapat ditingkatkan dengan pengurangan ukuran partikel
hingga derajat tertentu.
(Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri, halaman 1062)

5. Flokulasi dan creaming (Martin edisi 6, Physical Pharmacy, hal 423-424)


(bisa juga dilihat di petunjuk praktikum Farmasi Fisika 2008 hlm 39)
Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang
posisinya tidak beraturan di dalam emulsi. Creaming adalah suatu peristiwa
terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam emulsi.
Creaming dihasilkan oleh flokulasi dan konsentrasi globul dari fasa internal. Cara
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

mengatasi : diperbaiki dengan pengocokan karena lapisan mononuklearnya masih


eksis.
Teknik untuk mencegah creaming :
✓ Reduksi ukuran partikel globul dengan cara homogenisasi
Pada penurunan ukuran partikel hingga di bawah 2-5 mikrometer pada suhu kamar
akan terjadi efek Gerak Brown yang cukup mempengaruhi stabilitas di mana
creaming akan terjadi lebih lambat daripada yang diprediksi sesuai dengan Hukum
Stokes. (Martin edisi 6, Physical Pharmacy, hal 423-424).
✓ Peningkatan viskositas, dengan cara:
Homogenisasi, meningkatkan konsentrasi fasa terdispersi, menambah emulgator,
menambah thickening agent atau viscocity improver seperti metilselulosa, tragakan,
Na-alginat.
5. Coalesence dan breaking (Martin edisi 6, Physical Pharmacy, hal 424)
Coalecence merupakan proses bergabungnya droplet menjadi lebih besar yang akan
diikuti dengan breaking yaitu pemisahan fasa terdispersi dari fasa kontinu.
Prosesnya irreversibel karena lapisan film yang mengelilingi partikel telah hancur
dan minyak keluar maka terjadi coalesence.
Inversi fasa (TPC, hal 83)
Inversi fasa adalah proses perubahan fasa terdispersi pada sediaan emulsi berubah
fungsi menjadi fasa pendispersi dan sebaliknya. (misal emulsi M/A menjadi
A/M). Inversi fasa dapat disebabkan oleh :
✓ Perubahan komposisi fase terdispersi dan fase pendispersi. Jika fasa
terdispersi mendekati atau melebihi 74% dari volume total emulsi dapat
mengakibatkan inversi atau emulsi mengalami pemisahan fasa.
✓ Adanya perubahan suhu
✓ Adanya penambahan bahan yang mengubah kelarutan emulgator
✓yangDibuat dengan prosedur pencampuran yang tidak sesuai, peralatan
tidak bersih

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi:


1. Ukuran globul.
2. Perbedaan bobot jenis kedua fasa.
3. Viskositas fasa kontinu.
4. Muatan partikel (berkaitan dengan teori DLVO).
5. Sifat efektivitas dan jumlah emulgator yang digunakan.
6. Kondisi penyimpanan: suhu (dengan berubahnya suhu, emulgator
rusak sehingga emulsi rusak), ada/tidaknya agitasi dan vibrasi.
7. Adanya kontaminasi dan pertumbuhan mikroorganisme (bakteri
akan menghasilkan produk-produk yang akan bisa merusak emulsi).

e. Swelling
Emulgel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi
larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara
matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.
Masalah : Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar
polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan interaksi pelarut dengan gel
berkurang dan kelarutan komponen gel juga berkurang.
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

f. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin
membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan
oleh pemanasan disebut thermogelation.
Masalah : Emulgel tidak terbentuk karena kesalahan pengaturan suhu saat
pembuatan
g. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
h. Viskositas sediaan yang tidak tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid dan sulit
diubah dengan pengocokan dan sukar dioleskan saat penggunaan topikal

Pemilihan komponen dalam formula yang tepat dan tidak banyak menimbulkan
perubahan viskositas saat penyimpanan

i. Syneresis (air mengambang di atas permukaan gel) Konsentrasi polimer sebagai
gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan
konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis

VI. PROSEDUR PEMBUATAN


Sebelum membuat sediaan emulsi harus diperhatikan hal-hal berikut ini:
7. Sediaan yang akan dibuat adalah emulgel topikal … dengan kekuatan sediaan….
8. Sediaan emulgel akan dikemas dalam tube dengan bobot masing-masing tube adalah
….
9. Jumlah sediaan yang dibuat sebanyak ... tube (untuk dikumpulkan + untuk evaluasi).
Jadi jumlah volume emulgel yang dibuat sebanyak = (... tube X bobot @ tube)
10............................................................................................................................... S
emua bahan yang diperlukan ditimbang sebanyak yang dibutuhkan
11............................................................................................................................... D
idihkan air yang akan digunakan sebagai pembawa, dinginkan sebelum digunakan.
12............................................................................................................................... L
anjutkan sesuai metode pembuatan emulsi yang dipilih.

Prosedur pembuatan emulgel :


6. Pembuatan basis gel: gelling agent dikembangkan dengan cara yang sesuai, misalnya
Carbopol 940 didispersikan dalam aquades menggunakan stirer dengan kecepatan
pengadukan sedang secara konstan dan pHnya diadjust sampai 6-6,5 dengan TEA.
(Kuliah di kelas: pH antara 7-8 Carbopol 940 baru viskositasnya meningkat).
7. Pembuatan emulsi: Fase minyak (minyak, emulgator fase minyak, dan antioksidan)
dicampur dan diaduk. Fase air (air, emulgator fase air, pengawet) dicampur dan
diaduk. Zat aktif dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dan dicampurkan ke dalam
o
salah satu fase. Kedua fase air dan minyak dipanaskan sampai suhu 70 C dan kedua
fase dicampur dan diaduk dengan ultraturax sampai suhu kamar.
8. Pembuatan emulgel: Mencampurkan emulsi dengan gel (rasio 1:1) kemudian diaduk
dengan ultraturax.
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

(Saudi Pharmaceutical Journal; Khullar, Rachit. 2012. Formulation and evaluation of


mefenamic acid emulgel for topical delivery)
NOTE:
bahan-bahan basis yang akan digunakan lebih baik dalam penimbangan bahan
dilebihkan 10% untuk mencegah kehilangan massa pada saat pembuatan. Bahan-
bahan basis yang dilebihkan adalah semua bahan basis fasa minyak dan fasa air.
Gelling agent (gel stok) tidak dilebihkan. INGAT!!!! Zat Aktif TIDAK BOLEH
dilebihkan penimbangannya!

Metode pembuatan emulgel (Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug
Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)

Pembuatan emulgel berdasarkan (Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical


Drug Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
Pembuatan emulgel terdiri dari 3 tahap:
Tahap 1: formulasi emulsi baik O/W atau W/O
• Penyiapan fase minyak→ dengan melarutkan emulgator misalnya span 20
dalam fase minyak seperti light liquid paraffin
• Penyiapan fase air→ melarutkan emulgator misalnya tween 20 dalam purified
water
• Penyiapan larutan obat→ obat dilarutkan dalam etanol. Obat dapat dicampurkan
kedalam fase minyak atau air tergantung kelarutannya. Kedua fase (minyak dan
air) dipanaskan secara terpisah. Kemudian fase minyak ditambahkan ke fase air
dengan pengadukan yang kontinyu dan didinginkan hingga suhu kamar
Tahap 2: formulasi basis gel → dengan mendispersikan polimer dalam purified
water dengan pengadukan konstan pada kecepatan moderat (sedang) menggunakan
mechanical shaker, lalu pH di adjust hingga 6-6.5 menggunakan TEA
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

Tahap 3: penggabungan emulsi kedalam basis gel → add glutaraldehyde selama


pencampuran gel dan emulsi dengan rasio 1:1

VII. PERHITUNGAN
- Perhitungan HLB (bisa juga dilihat di petunjuk praktikum Farmasi
Fisika 2008 hlm 38)
*Daftar harga HLB dapat dilihat pada kit pendukung – daftar HLB
butuh dan HLB ???
Penentuan HLB butuh minyak didapat dari percobaan. Caranya:
• Dibuat satu seri emulsi (HLB 4-13) dengan formula sederhana, misal:
R/Minyak 20%
Emulgator 3%
Air ad 100%
• Emulsi yang sudah jadi dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang
ditempeli kertas grafik. Tinggi endapan yang terjadi diukur.
• Setelah diperoleh HLB pada emulsi yang stabil, ulangi percobaan pada range
yang lebih kecil, misal HLB 9 stabil, maka dibuat range 8 ; 8,25 ; 8,5
Pada pembuatan emulsi emulgator yang digunakan harus memiliki HLB yang sama
dengan HLB butuh minyak. Umumnya dipakai kombinasi 2 emulgator dengan harga
HLB rendah dan HLB tinggi (HLB butuh minyak ada diantara 2 emulgator yang
akan dipakai). Kombinasi 2 emulgator akan memberikan hasil yang lebih baik karena
dapat terbentuk film yang lebih rapat serta diperoleh harga HLB yang sama dengan
HLB butuh minyak.
Perhitungan: misal
R/ minyak20% HLB=7
Emulgator 3%
Air ad 100%

Emulgator yang dipakai:


Tween 80 (HLB = 16) Span 80 (HLB = 4,3)
Misal, Tween 80 = X, maka Span 80 = (3 – X)
➔ →
Jadi 16 . X + 4,3. (3 – X) = 7 . 3 X = 0,69
Maka : Tween 80 = 0,69; Span 80 = 2,31

VIII. IPC/ EVALUASI SEDIAAN


a. IPC
1. Evaluasi organoleptik (Goeswin Agoes, Diktat Kuliah Teknologi Farmasi sediaan
likuida dan semisolid, hal 127)
Tujuan Menjamin emulgel yang dibuat tidak mengalami perubahan bau,warna
dan fase
Prinsip mengamati perubahan penampilan emulgel dari segi bau, warna,
pemisahan fase dan pecahnya emulsi secara makroskopis
Penafsiran memenuhi syarat bila tidak terjadi perubahan warna, dan bau,
Hasil pemisahan fase dan pecahnya emulsi

- Homogenitas (Diktat Teknologi Farmasi Likuida dan Semisolida,hal 127)


Tujuan Menjamin distribusi bahan aktif yang homogen
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

Prinsip Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukkan susunan yang homogen
Penafsiran Distribusi bahan aktif pada lapisan sediaan di permukaan kaca terlihat
Hasil merata

- Penentuan Tipe emulsi (Martin’s edisi ke 6, Physical Pharmacy, hal 420)


Tujuan Mengetahui kesesuaian tipe emulsi yang dibuat dengan tipe
emulsi yang telah diformulasikan sebelumnya dan melihat
kemungkinan terjadinya inversi fase
Prinsip 1. Uji Kelarutan zat warna : kelarutan zat warna yang larut
dalam air (mis. metilen biru) dalam salah satu fase emulsi
2. Uji pengenceran : ketercampuran atau kelarutan pelarut air
Penafsiran Hasil 1. Emulsi M/A bila fase kontinu emulsi terwarnai oleh zat warna
larut air (mis. dengan metilen blue)
2. Emulsi M/A bila dapat diencerkan dengan pelarut aqueous ;
Emulsi A/M bila tidak dapat diencerkan dengan pelarut
aqueous

- Distribusi ukuran partikel (Lachman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, hal
182) (khusus untuk zat aktif tidak larut dalam basis)
Tujuan Menentukan distribusi ukuran partikel
Prinsip Perubahan reflektan pada panjang gelombang dimana fase dalam
berwarna mengabsorpsi sebagian cahaya yang masuk, ternyata
berbanding terbalik dengan suatu kekuatan dari diameter partikel.
Prosedur:Sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada
slide mikroskop. Lihat dibawah mikroskop.
Penafsiran Hasil mengikuti kurva distribusi normal

- Penetapan pH (FI V, 1563)


Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai,
yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai
0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion
hidrogen, elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai.
Pengukuran dilakukan pada suhu 25°±2°C kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan dengan persamaan sebagai berikut :

( − )

= +

Sebelum mengukur pH zat uji, terlebih dahulu dilakukan pembakuan pH meter dengan
dua larutan dapar yang memiliki perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit sedemikian rupa
sehingga pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya. Umumnya, dibakukan dengan
dapar pH 4 dan pH 7. Elektrode yang baik menunjukkan pembacaan harga pH yang
tidak lebih dari 0,02 unit pH dari harga larutan baku pH meter.

b. Evaluasi Sediaan
Evaluasi fisik
1. Penetapan pH sediaan (FI V, 1563)
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

Tujuan mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui


kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip pengukuran pH menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
Penafsiran pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yang ditargetkan.
Hasil

2. Penampilan (Diktat Teknologi Farmasi Liquida & Semisolida, hal 127)


Tujuan Memeriksa kesesuaian tampilan, bau dan warna dimana sedapat
mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan
selama formulasi.
Prinsip pemeriksaantampilan, bau dan rasa menggunakan panca indera.
Penafsiran Tampilan, warna, dan bau memenuhi spesifikasi
Hasil

3. Homogenitas (Diktat Teknologi Farmasi Likuida & Semisolida,hal 127)


Tujuan Menjamin distribusi bahan aktif yang homogen
Prinsip Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukkan susunan yang homogen
Penafsiran Distribusi bahan aktif pada lapisan sediaan di permukaan kaca terlihat
Hasil Merata

4. Konsistensi/Viskositas (Buku Praktikum Sediaan Semisolida, Bu Ninet hal 40)


Tujuan Menjamin kemudahan penggunaan/pengolesan sediaan
Prinsip Sediaan semisolid termasuk sistem non-newton, jadi konsistensinya
diukur dengan viskometer Brookfield Helipath stand. Pengukuran
konsistensi emulgel dilakukan pada suhu kamar dengan menggunakan
viskometer Brookfield Helipath stand yang memakai spindel dan pada
kecepatan (RPM) tertentu.
Penafsiran Nilai konsistensi sediaan
Hasil

5. Isi minimum (FI V <861> hal 1519)


Tujuan Untuk mengetahui kesesuaian bobot dari isi terhadap bobot yang tertera
pada etiket
Prinsip Selisih antara penimbangan bobot wadah berisi sediaan dengan bobot
wadah kosong merupakan bobot bersih isi wadah.
Penafsira Perbedaan penimbangan adalah bobot bersih wadah
n Hasil - Untuk bobot yang tertera pada etiket ≤ 60 g
Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang
tertera pada etiket, dan bobot bersih dari masing-masing wadah
tidak kurang dari 90% dari jumlah seperi tertera pada etiket.
- Untuk bobot yang tertera pada etiket > 60 g dan ≤ 150 g
Bobot bersih dari masing-masing wadah tidak kurang dari 95% dari
jumlah seperi tertera pada etiket.
- Jika syarat ini tidak dipenuhi, ditetapkan isi bersih dari 20 wadah
tambahan. Rata-rata isi dari 30 wadah tidak kurang dari jumlah yang
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

tertera pada etiket, dan hanya 1 wadah dari 30 wadah yang isinya <
90% dari jumlah yang tertera pada etiket untuk bobot ≤ 60 g. Untuk
bobot yang tertera pada etiket > 60 g dan ≤ 150 g, rata-rata isi dari
30 wadah tidak kurang dari 95% dari jumlah yang tertera pada etiket.

6. Uji Kebocoran (FI V hal. 1613) mengacu pada <1241> Uji Salep Mata
Tujuan memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas (untuk sediaan
yang harus steril) dan volume serta kestabilan sediaan.
Prinsip 10 tube sediaan dibersihkan dan dikeringkan baik-baik bagian luarnya
dengan kain penyerap,lalu tube diletakkan secara horizontal di atas kain
o o
penyerap di dalam oven dengan suhu diatur pada 60 ± 3 selama 8 jam.
Penafsira Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian
n Hasil selesai. Abaikan bekas emulgel yang diperkirakan berasal dari bagian
luar dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube.
Jika terdapat kebocoran pada 1 tube tetapi tidak lebih dari 1 tube, ulangi
pengujian dengan 20 tube tambahan. Uji memenuhi syarat jika: tidak ada
satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran
yang diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.

7. Uji stabilitas (Lachman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, hal 528-529)
Tujuan Mengetahui stabilitas sediaan
Prinsip Dilakukan uji dipercepat dengan:
1. Agitasi atau sentrifugasi (mekanik): Sediaan disentrifugasi dengan
kecepatan tinggi (sekitar 30.000 RPM), diamati apakah terjadi sineresis,
pemisahan fasa atau tidak.
2. Manipulasi suhu
Sampel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50,
o
60, 70 C. Amati dengan bantuan indikator (seperti sudah merah) mulai
suhu berapa terjadi pemisahan. Makin tinggi suhu maka makin stabil
Penafsiran Pada sentrifugasi pada RPM tertentu, berapa lama hingga terjadi pemisahan
Hasil atau pada suhu berapa terjadi pemisahan. Makin tinggi suhu pemisahan,
berarti makin stabil

8. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan (International Journal of Pharma R&D
Online, Development of Antifungal Emulsion Based Gel for Topical Fungal Infections)
Tujuan Mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan
Prinsip Mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan gel dengan cara
mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu – waktu
tertentu.
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

Prosedur Sel difusi Franz digunakan untuk pengujian pelepasan sediaan. Sebanyak
200 mg emulgel diaplikasikan pada permukaan membran telur. Membran
telur diletakkan diantara donor dan receptor chamber pada sel difusi.
Receptor chamber diisi dengan PBS pH 5,5 untuk melarutkan obat.
Receptor chamber diaduk dengan magnetic stirrer. Sebanyak 1 mL aliquot
diambil pada beberapa interval waktu. Sampel dianalisis dengan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 220 nm setelah diencerkan.
Dibuat faktor koreksi untuk menentukan jumlah pelepasan obat pada
beberapa interval waktu. Jumlah obat yang dilepaskan melewati membran
telur ditentukan sebagai fungsi waktu.

9. Distribusi ukuran partikel (Lachman, Theory and Practice of Industrial Pharmacy


hal 182)
Prosedur :
• Sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop
• Lihat di bawah mikroskop
• Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati sumber cahaya
• Untuk cahaya putih, suatu mikroskop dapat mengukur partikel 0,4 – 0,5 µm. Dengan
Lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih rendah dapat diperluas sampai 0,1 µm.

10. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel secara in vitro (Helal et al. 2012
(Fluconazole gel) hal. 177)
Tujuan Mengetahui laju difusi bahan aktif
Prinsip Memperkirakan jumlah obat yang dapat melewati membran biologis
dengan menggunakan sel difusi yang memisahkan kompartemen
reseptor (buffer pH tertentu) dan donor (membran yang diolesi gel).
Membran yang digunakan dapat berupa membrane selulosa ataupun
kulit tikus (Abrar et al., 2012 hal 57)

Penafsiran Tergantung profil difusi dari tiap zat aktif pada media uji.
Hasil

11.Ketersebaran (International Research Journal of Pharmac; Baibhav, Joshi; Emulgel: A


Comprehensive Review on The Recent Advances in Topical Drug Delivery)
Tujuan Mengetahui ketersebaran emulgel
Prinsip Menguji ketersebaran emulgel dengan menempatkan pada 2 lempeng
kaca dan diberi pemberat 1 kg selama 5 menit untuk mengeluarkan
gelembung udara dan menghasilkan lapisan film yang merata.
Lempeng kaca atas ditarik dengan bantuan pemberat 80 gram. Waktu
dalam detik yang dibutuhkan untuk mencapai jarak 7,5 cm dicatat.
Penafsiran Waktu singkat mengindikasikan ketersebaran yang baik.
Hasil

Evaluasi kimia
• Penetapan Kadar zat Aktif (sesuai monografi)
Uji bahan aktif (Kumar, et al. 2014. Calcipotriol Delivery into the skin as emulgel for
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL

effective permeation. Saudi Pharmaceutical Journal. 2014.02.007)


Tujuan Untuk mengetahui jumlah bahan aktif yang terdapat dalam sediaan
emulgel
Prinsip 1 gram sediaan diletakkan ke dalam 50 ml volumetric flask dan dilarutkan
dengan 100% metanol. Kemudian 5 ml larutan tersebut diencerkan dengan
25 ml larutan metanol 100%. Larutan diuji pada spektrofotometri UV-vis
dengan panjang gelombang 264 nm.
Penafsira Terdapat 90-100% bahan aktif
n Hasil

• Identifikasi Zat Aktif (sesuai monografi)

Evaluasi biologi
• Uji efektivitas pengawet antimikroba (FI V, 1354) <61>
• Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi (untuk zat aktifnya antibiotik) (FI
V, 1354) <61>
• Kandungan zat antimikroba (Di USP, tercantum dalam “Microbiological Attributes
of Nonsterile Pharmaceutical Products”. Di FI : (FI V, 1354) <61>
th
(Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 10 ed, hal 322)
th
(Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 9 ed, hal 277-278))

http://ijpsr.com/bft-article/emulgel-novel-topical-drug-delivery-system-a-
comprehensive-review/?view=fulltext

Anda mungkin juga menyukai