EMULGEL
(Revised by Shani SLS., Recheck by Nandya Ardya G.)
I. DEFINISI SEDIAAN
Emulgel adalah emulsi baik O/W (M/A) maupun W/O (A/M) yang dicampurkan dengan
gelling agent (HPMC atau Carbomer). kelebihan emulgel antara lain memiliki daya hantar
obat yang baik seperti gel maupun emulsi (The AAPS jurnal, Optimization of Chlorphenesin
Emulgel Formulation, Magdy I. Mohamed,2004 dan Vats, S., et.al. IJPRS, Emulsion Based
Gel Technique: Novel Approach for Enhancing Topical Drug Delivery of Hydrophobic
Drugs, 2014)
Emulgel merupakan kombinasi gel dan emulsi, emulsi dapat berupa emulsi minyak dalam
air (O/W) ataupun emulsi air dalam minyak (W/O). Agen pembentuk gel (gelling agent)
ditambahkan dalam fase air yang mengubah emulsi menjadi emulgel. Sistem O/W secara
langsung menjerat obat-obat lipofilik sedangkan sistem W/O menjerat obat-obat hidrofobik
(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical and
Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
Tipe-tipe/jenis-jenis emulgel: (Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery
System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
a. Macroemulsion gel
- Merupakan jenis emulgel yang paling umum
- Ukuran partikel droplet emulsi > 400nm
- Secara visual berwarna opaque
- Tidak stabil scr termodinamik, distabilkan dengan zat aktif permukaan
b. Nanoemulgel
- Merupakan nanoemulsi yang digabungkan ke dalam gel
- Stabil secara termodinamika→ dispersi transparan dari minyak dan air yang
distabilkan oleh film interfacial dari molekul surfaktan dan cosurfaktan
- Ukuran partikel droplet emulsi < 100nm
c. Microemulsion
- Stabil secara termodinamika, bersifat transparan
- Ukuran partikel droplet 10 – 100 nm
- Tidak mengalami koalesen
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
- Terdiri dari minyak, surfaktan, cosurfaktan dan air dimana bahan2 tersebut dapat
memfasilitasi laju permeasi obat-obatan dengan mengurangi barier difusi dari
stratum korneum
- Memiliki viskositas yang rendah → ditambahkan gelling agent seperti carbopol
940, xanthan gum dan karagenan untuk meningkatkan viskositasnya sehingga
sesuai untuk topical application
• Ukuran Globul
Emulsi
TPC, hal 82 : 0,1 mikrometer - 100 mikrometer
th
Martin’s Physical Pharmacy ed. 6 , hlm 420 ; 0,1 – 10 mikrometer; meskipun demikian
ukuran < 0,01 dan > 100 mikrometer juga ada untuk sediaan tertentu.
Microemulsion
TPC, hal 82 : < 0,1 mikrometer
th
Martin’s Physical Pharmacy ed. 6 , hlm 428 : 10-200 nm
b. Keuntungan emulgel
(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical
and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
1. Stabilitas lebih baik
Sediaan transdermal lain kurang stabil dibandingkan emulgel (ex. powder →
higroskopis; krim → inversi fase atau pemisahan; dan salep → tengik krn fase
minyak)
2. Obat-obat hidrofobik dapat dengan mudah dicampurkan ke dalam gel
menggunakan emulsi O/W
Kebanyakan obat hidrofobik tidak dapat dicampurkan secara langsung kedalam
basis gel karena solubilitasnya yang menjadi barier/penghalang dan masalah yang
timbul selama pelepasan obat. Emulgel membantu pencampuran obat hidrofob ke
dalam fase minyak dan kemudian globul minyak akan terdispersi pada fasa air
menghasilkan emulsi O/W dan emulsi ini dapat dicampurkan ke basis gel. Jenis
emulsi ini menghasilkan stabilitas dan pelepasan obat yg lebih baik dibandingkan
dengan mencampurkan obat langsung ke dalam basis gel.
3. Ongkos pembuatan lebih murah dan lebih feasible untuk diproduksi
Pembuatan emulgel → lebih sederhana, tahapan sedikit, tidak membutuhkan
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
d. Sifat sifat emulgel (Joshi Baibhav, 2011, International Research Journal of Pharmacy,
Emulgel: A comprehensive Review on the Recent Advances in Topical Drug Delivery)
• Tiksotropik
• Tidak berminyak/tidak lengket
• Mudah tersebar/dioleskan
• Mudah dihilangkan
• Emolien
• Tidak menimbulkan noda
• Larut air
• Shelf life yang lebih panjang
• Bio-friendly
• Penampilan transparan dan menarik
III. FORMULA
a. Formula baku
(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical
and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
R/ Zat Aktif
Fasa air
Fasa minyak Preparasi emulsi sebagai pembawa
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
Agen pengemulsi
→
Gelling agent Preparasi gel (basis gel), sbg peningkat konsistensi dan
dapat juga digunakan sebagai thickening agent
→
Peningkat penetrasi meningkatkan permeabilitas kulit
Dengan eksipien lain misalnya :
Pengawet
Humektan atau pembasah
Antioksidan
Dapar
Pengompleks
(K. P. Mohammed Haneefa et al /J. Pharm. Sci. & Res. Vol.5(12), 2013,
254 – 258. Emulgel: An Advanced Review)
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
(Vats, S., et.al. IJPRS, Emulsion Based Gel Technique: Novel Approach for
Enhancing Topical Drug Delivery of Hydrophobic Drugs, 2014)
B. Emulgator
• Untuk emulsifikasi pada saat pembuatan dan mengontrol stabilitas selama shelf
life yang dapat bervariasi dari hari ke bulan atau tahun
• Untuk membuat emulsi ataupun krim digunakan zat pengemulsi, ada 3 macam :
surfaktan, emulgator alam dan partikel padat terbagi halus. Emulsi M/A /krim
umumnya distabilisasi dengan surfaktan anion, kation atau nonionik. Pemilihan zat
pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat sediaan yang dikehendaki.
Untuk emulsi semisolid umumnya membutuhkan lebih dari satu emulgator untuk
th
mencapai kestabilan. (TPC 12 hlm 148).
• Kriteria emulgator yang ideal untuk farmaseutika adalah stabil, inert, bebas dari
senyawa toksik atau iritan, tidak berbau, berasa, berwarna dan hanya
membutuhkan konsentrasi rendah untuk membuat emulsi yang stabil (TPC, 12ed,
hlm. 84)
• Daftar campuran pengemulsi yang banyak digunakan dapat dilihat pada Aulton,
Pharmaceutical Practise, Hal 110.
- Emulsifying wax BP
Campuran dari Na-lauril sulfat 10% dengan Cetostearyl Alkohol 90% (Aulton,
Pharmaceutical Practise, Hal 110).
- Lannex wax
Campuran etil dan stearil alkohol yang disulfonasi
- Cetrimide emulsifying wax
Campuran dari Cetrimide 10% dengan Cetostearyl alkohol 90% (Aulton,
Pharmaceutical Practise, Hal 110).
- Cetomacrogol emulsifying wax.
Sistem campuran pengemulsi ini selain sebagai pengemulsi juga berfungsi
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
Contoh-contoh Emulgator
a. Stearil alkohol
th
(dapat dilihat pada Martindale 36 hlm.2033, USP 32 hlm.1361, Handbook of
th
Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm.700, RPS 21 hlm. 1076)
b. Asam Stearat
th
(dapat dilihat pada Martindale 36 hlm.2392, USP 32 hlm 1360, Handbook of
th
Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 697, RPS 21 hlm.1079)
c. Trietanolamin (Trolamin, TEA)
h
dapat dilihat pada Martindale 36 hlm.2405, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6
ed. hlm. 754, RPS 21 hlm. 1082)
d. Setil alkohol
(dapat dilihat pada Martindale 36 hlm. 2028, USP 32 hlm.1203, Handbook of
th
Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 155)
e. Polysorbates (Tween)
th
(dapat dilihat pada Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 549, RPS 21
hlm. 1080)
f. Sorbitan esters (Span) (dapat dilihat pada RPS 21 hlm. 1075, Handbook of
h
Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 675)
g. Na-lauril sulfat
(dapat dilihat pada Martindale 36 hlm. 2138, Handbook of Pharmaceutical Excipients
th
6 ed. hlm. 651, RPS 21 hlm. 1075)
h. Cetomacrogol 1000 (Polyoxyethylene alkyl ethers)
th
(dapat dilihat pada Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 ed. hlm. 536)
Emulgator yang sering digunakan (Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug
Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75):
- Polyethylene glycol 40 stearate
- Sorbitan mono-oleate (Span 80)
- Polyoxyethylene sorbitan monooleate (Tween 80)
- Stearic acid
- Sodium stearate
C. Gelling agent (dapat dilihat pada Dysperse System, vol I page 499-504, Jelsand
th
Jellies, , RPS 21 hlm 771, TPC halaman 149)
Catatan :Pemilihan gelling agent harus memperhatikan pH stabilitas dan
inkompatibilitasnya. Metode pembuatan basis gelnya disesuaikan dengan gelling agent
yang digunakan.
*Contoh gelling agent dapat dilihat di kit pendukung – daftar gelling agent ???
→ Gelling agent yang sering digunakan untuk emulgel (K. P. Mohammed Haneefa et al
/J. Pharm. Sci. & Res. Vol.5(12), 2013, 254 – 258. Emulgel: An Advanced Review)
:carbopol-934 (0.5-2%), carbopol-940 (0.5-2%), HPMC-2910 (2,5%), HPMC (3.5%),
NaCMC (1%)
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
D. Peningkat permeasi (K. P. Mohammed Haneefa et al /J. Pharm. Sci. & Res.
Vol.5(12), 2013, 254 – 258. Emulgel: An Advanced Review)
• Berpartisi kedalam dan berinteraksi dengan konstituen kulit sehingga
meningkatkan permeabilitas kulit
• Yang dapat digunakan sebagai penetrant enhancer adalah asam oleat
(1%), lesitin (5%), clove oil (8%), mentol (5%).
(Vats, S., et.al. IJPRS, Emulsion Based Gel Technique: Novel Approach for
Enhancing Topical Drug Delivery of Hydrophobic Drugs, 2014)
E. Pengawet
Pengawet yang digunakan antara lain: metil paraben, propil paraben, benzalkonium
klorida, asam benzoate, dll(Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug
Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75).
nd th
Dapat dilihat pada (TPC" 12 ed., hlm. 151; RPS 21 , hlm. 887, 1058). Pengawet
yang sering digunakan : metil dan propilparaben, klorokresol dan Na benzoat
meningkatkan kontak antara zat padat dengan cairan. Humektan digunakan untuk
meminimalkan hilangnya air dari sediaan, mencegah kekeringan (kehilangan air) dan
meningkatkan penerimaan terhadap produk dengan meningkatkan kualitas usapan dan
th
konsistensi secara umum (TPC 12 Ed, hlm 150)
Gliserol, propilenglikol, sorbitol 70% dan makrogol dengan BM yang lebih rendah
digunakan sebagai humektan dalam formulasi gel dan krim. Bahan-bahan ini mencegah
sediaan menjadi kering, mencegah pembentukan kerak bila krim dikemas dalam botol,
memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya suatu sediaan jika dipergunakan pada
kulit. Penambahan kandungan pelembab menyebabkan sediaan lebih pekat. Sorbitol
70% lebih higroskopis daripada gliserin dan digunakan pada konsentrasi yang lebih
rendah, umumnya 3% sorbitol 70% sebanding dengan 10% gliserin. Propilenglikol dan
PEG kadang-kadang dikombinasi dengan gliserin karena kemampuan menyerap lembab
keduanya lebih rendah daripada gliserin. Selain itu, penambahan propilen glikol dalam
pembuatan krim sebagai humektan diberikan dengan konsentrasi 15% (Lachman, Teori
dan Praktek Farmasi Industri II, hlm. 1110, Lachman, The Teory and Practice of
Industrial pharmacy, hlm. 544)
G. Antioksidan
• Antioksidan ditambahkan dalam sediaan farmasi untuk mencegah gangguan
oksidatif selama penyimpanan minyak/lemak, pengemulsi, atau API yg mungkin
teroksidasi. Antioksidan yang luas digunakan untuk lemak/minyak meliputi BHA
dan BHT pada konsentrasi sampai 0,2%. (Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida",
Goeswin A., hlm. 167)
• Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan antioksidan : warna, bau/aroma,
nd
potensi, sifat iritan, toksisitas, stabilitas, dan kompatibilitas (TPC 12 ed., hlm.
151)
• Contoh-contoh antioksidan(Kuliah Bu Ninet-Sediaan Semisolida)
Antioksidan sejati : tokoferol, alkil galat, BHA, BHT.
Antioksidan sebagai agen pereduksi : garam Na dan K dari asam sulfit.
Antioksidan sinergis : asam edetat dan asam-asam organik seperti sitrat, maleat,
tartrat atau fosfat untuk khelat terhadap sesepora logam.
H. Pengompleks
Pengompleks diperlukan untuk mengomplekskan logam yang ada dalam sediaan yang
dapat mengoksidasi (mengkelat sesepora logam).
V. Permasalahan Sediaan
Permasalahan dalam emulgel berkaitan erat dengan permasalahan yang terjadi pada
sediaan emulsi dan gel. Permasalahan – permasalahan tersebut antara lain :
a. Pemilihan emulgator
b. Mendapatkan konsistensi yang tepat
Konsistensi suatu sediaan emulsi kadang-kadang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Untuk meningkatkan konsistensi emulsi cair, yaitu:
- Meningkatkan kekentalan fasa luar.
- Meningkatkan persentase volume fasa terdispersi.
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
cairan (Lachman, The Teory and Practice of Industrial pharmacy, hlm. 509). Jenis
alat yang digunakan akan mempengaruhi diameter globul yang terbentuk. Jika
menggunakan mortir, akan dihasilkan globul berdiameter besar sehingga creaming
lebih cepat terjadi. Jika menggunakan stirer, diameter globul yang dihasilkan cukup
kecil, tetapi akan terbentuk busa yang cukup banyak jika menggunakan emulgator
surfaktan. Dengan timbulnya busa, udara yang terperangkap dalam cairan makin
banyak. Udara yang terperangkap tersebut dapat menyebabkan :
a. Udara memiliki sifat non-polar sehingga cenderung melakukan kontak dengan
minyak, sehingga dapat menjadi "perantara" bagi globul-globul minyak untuk
bersatu kembali dan menyebabkan emulsi tersebut cepat memisah.
b. Bentuk emulsi yang tidak baik dan tidak homogen akibat adanya
adanya gelembunggelembung udara
c. Terjadinya reaksi oksidasi untuk zat yang mudah teroksidasi (fasa
minyak) sehingga perlu ditambahkan antioksidan pada fasa minyak.
d. Dapat mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme karena dengan adanya air
dan udara yang terperangkap (oksigen) merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Untuk mennghindari masalah ini dapat
digunakan pengawet pada fasa air.
e. Ketidakstabilan emulsi yang terbentuk
Pembentukan busa dapat dicegah dengan cara pengadukan yang dilakukan pada sistem
tertutup atau sistem vakum tetapi lebih efektif lagi jika dilakukan penambahan
antibusa. Anti busa yang banyak dipakai adalah golongan silikon dan alkohol berantai
panjang. Penggunaan zat-zat anti busa pada umumnya dapat menyebabkan
ketidakcampuran secara kimia sehingga penggunaannya sebaiknya dihindari cairan
(Lachman, The Teory and Practice of Industrial pharmacy, hlm. 512).
Keuntungan pengadukan dengan menggunakan ultra turax adalah terbentuknya
ukuran globul yang lebih kecil, untuk formula emulsi dengan kadar minyak yang
tinggi, dan juga dapat mengurangi turbulensi dibandingkan stirer. Kerugian
penggunaan ultra turax adalah lebih banyaknya udara yang terperangkap
dibandingkan dengan stirer.
4. Viskositas
Meningkatnya viskositas medium pendispersi meningkatkan pula viskositas sediaan
emulsi secara signifikan, namun ini tidak berlaku untuk emulsi tipe air dalam minyak.
Untuk mengatur viskositas emulsi, terdapat faktor yang harus diperhatikan:
• Viskositas emulsi M/A dan A/M dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran
partikel fase terdispersi.
• Kestabilan emulsi dapat ditingkatkan dengan pengurangan ukuran partikel
hingga derajat tertentu.
(Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri, halaman 1062)
e. Swelling
Emulgel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi
larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara
matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.
Masalah : Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar
polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan interaksi pelarut dengan gel
berkurang dan kelarutan komponen gel juga berkurang.
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
f. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin
membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan
oleh pemanasan disebut thermogelation.
Masalah : Emulgel tidak terbentuk karena kesalahan pengaturan suhu saat
pembuatan
g. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
h. Viskositas sediaan yang tidak tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid dan sulit
diubah dengan pengocokan dan sukar dioleskan saat penggunaan topikal
→
Pemilihan komponen dalam formula yang tepat dan tidak banyak menimbulkan
perubahan viskositas saat penyimpanan
→
i. Syneresis (air mengambang di atas permukaan gel) Konsentrasi polimer sebagai
gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan
konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis
Metode pembuatan emulgel (Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug
Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2 (4): 64-75)
VII. PERHITUNGAN
- Perhitungan HLB (bisa juga dilihat di petunjuk praktikum Farmasi
Fisika 2008 hlm 38)
*Daftar harga HLB dapat dilihat pada kit pendukung – daftar HLB
butuh dan HLB ???
Penentuan HLB butuh minyak didapat dari percobaan. Caranya:
• Dibuat satu seri emulsi (HLB 4-13) dengan formula sederhana, misal:
R/Minyak 20%
Emulgator 3%
Air ad 100%
• Emulsi yang sudah jadi dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang
ditempeli kertas grafik. Tinggi endapan yang terjadi diukur.
• Setelah diperoleh HLB pada emulsi yang stabil, ulangi percobaan pada range
yang lebih kecil, misal HLB 9 stabil, maka dibuat range 8 ; 8,25 ; 8,5
Pada pembuatan emulsi emulgator yang digunakan harus memiliki HLB yang sama
dengan HLB butuh minyak. Umumnya dipakai kombinasi 2 emulgator dengan harga
HLB rendah dan HLB tinggi (HLB butuh minyak ada diantara 2 emulgator yang
akan dipakai). Kombinasi 2 emulgator akan memberikan hasil yang lebih baik karena
dapat terbentuk film yang lebih rapat serta diperoleh harga HLB yang sama dengan
HLB butuh minyak.
Perhitungan: misal
R/ minyak20% HLB=7
Emulgator 3%
Air ad 100%
Prinsip Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukkan susunan yang homogen
Penafsiran Distribusi bahan aktif pada lapisan sediaan di permukaan kaca terlihat
Hasil merata
- Distribusi ukuran partikel (Lachman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, hal
182) (khusus untuk zat aktif tidak larut dalam basis)
Tujuan Menentukan distribusi ukuran partikel
Prinsip Perubahan reflektan pada panjang gelombang dimana fase dalam
berwarna mengabsorpsi sebagian cahaya yang masuk, ternyata
berbanding terbalik dengan suatu kekuatan dari diameter partikel.
Prosedur:Sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada
slide mikroskop. Lihat dibawah mikroskop.
Penafsiran Hasil mengikuti kurva distribusi normal
( − )
= +
Sebelum mengukur pH zat uji, terlebih dahulu dilakukan pembakuan pH meter dengan
dua larutan dapar yang memiliki perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit sedemikian rupa
sehingga pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya. Umumnya, dibakukan dengan
dapar pH 4 dan pH 7. Elektrode yang baik menunjukkan pembacaan harga pH yang
tidak lebih dari 0,02 unit pH dari harga larutan baku pH meter.
b. Evaluasi Sediaan
Evaluasi fisik
1. Penetapan pH sediaan (FI V, 1563)
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
tertera pada etiket, dan hanya 1 wadah dari 30 wadah yang isinya <
90% dari jumlah yang tertera pada etiket untuk bobot ≤ 60 g. Untuk
bobot yang tertera pada etiket > 60 g dan ≤ 150 g, rata-rata isi dari
30 wadah tidak kurang dari 95% dari jumlah yang tertera pada etiket.
6. Uji Kebocoran (FI V hal. 1613) mengacu pada <1241> Uji Salep Mata
Tujuan memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas (untuk sediaan
yang harus steril) dan volume serta kestabilan sediaan.
Prinsip 10 tube sediaan dibersihkan dan dikeringkan baik-baik bagian luarnya
dengan kain penyerap,lalu tube diletakkan secara horizontal di atas kain
o o
penyerap di dalam oven dengan suhu diatur pada 60 ± 3 selama 8 jam.
Penafsira Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian
n Hasil selesai. Abaikan bekas emulgel yang diperkirakan berasal dari bagian
luar dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube.
Jika terdapat kebocoran pada 1 tube tetapi tidak lebih dari 1 tube, ulangi
pengujian dengan 20 tube tambahan. Uji memenuhi syarat jika: tidak ada
satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran
yang diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.
7. Uji stabilitas (Lachman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, hal 528-529)
Tujuan Mengetahui stabilitas sediaan
Prinsip Dilakukan uji dipercepat dengan:
1. Agitasi atau sentrifugasi (mekanik): Sediaan disentrifugasi dengan
kecepatan tinggi (sekitar 30.000 RPM), diamati apakah terjadi sineresis,
pemisahan fasa atau tidak.
2. Manipulasi suhu
Sampel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50,
o
60, 70 C. Amati dengan bantuan indikator (seperti sudah merah) mulai
suhu berapa terjadi pemisahan. Makin tinggi suhu maka makin stabil
Penafsiran Pada sentrifugasi pada RPM tertentu, berapa lama hingga terjadi pemisahan
Hasil atau pada suhu berapa terjadi pemisahan. Makin tinggi suhu pemisahan,
berarti makin stabil
8. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan (International Journal of Pharma R&D
Online, Development of Antifungal Emulsion Based Gel for Topical Fungal Infections)
Tujuan Mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan
Prinsip Mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan gel dengan cara
mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu – waktu
tertentu.
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
Prosedur Sel difusi Franz digunakan untuk pengujian pelepasan sediaan. Sebanyak
200 mg emulgel diaplikasikan pada permukaan membran telur. Membran
telur diletakkan diantara donor dan receptor chamber pada sel difusi.
Receptor chamber diisi dengan PBS pH 5,5 untuk melarutkan obat.
Receptor chamber diaduk dengan magnetic stirrer. Sebanyak 1 mL aliquot
diambil pada beberapa interval waktu. Sampel dianalisis dengan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 220 nm setelah diencerkan.
Dibuat faktor koreksi untuk menentukan jumlah pelepasan obat pada
beberapa interval waktu. Jumlah obat yang dilepaskan melewati membran
telur ditentukan sebagai fungsi waktu.
10. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel secara in vitro (Helal et al. 2012
(Fluconazole gel) hal. 177)
Tujuan Mengetahui laju difusi bahan aktif
Prinsip Memperkirakan jumlah obat yang dapat melewati membran biologis
dengan menggunakan sel difusi yang memisahkan kompartemen
reseptor (buffer pH tertentu) dan donor (membran yang diolesi gel).
Membran yang digunakan dapat berupa membrane selulosa ataupun
kulit tikus (Abrar et al., 2012 hal 57)
Penafsiran Tergantung profil difusi dari tiap zat aktif pada media uji.
Hasil
Evaluasi kimia
• Penetapan Kadar zat Aktif (sesuai monografi)
Uji bahan aktif (Kumar, et al. 2014. Calcipotriol Delivery into the skin as emulgel for
Teori Sediaan APT ITB Agustus 2017-2018 EMULGEL
Evaluasi biologi
• Uji efektivitas pengawet antimikroba (FI V, 1354) <61>
• Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi (untuk zat aktifnya antibiotik) (FI
V, 1354) <61>
• Kandungan zat antimikroba (Di USP, tercantum dalam “Microbiological Attributes
of Nonsterile Pharmaceutical Products”. Di FI : (FI V, 1354) <61>
th
(Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 10 ed, hal 322)
th
(Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 9 ed, hal 277-278))
http://ijpsr.com/bft-article/emulgel-novel-topical-drug-delivery-system-a-
comprehensive-review/?view=fulltext