Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA


LARUTAN FASA

Hari / Jam Praktikum : Jumat, 11 Maret 2022 / 13.00 – 15.50


Asisten : 1. Salsa Aprilia Tangahu
2. Yuni Nur Indah Sari

SHIFT B 2021
Elisya Kartadikaria
260110210026

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2022
I. Tujuan
1.1 Membuat campuran fisik zat aktif-koformer
1.2 Menentukan kelarutan fasa terhadap campuran fisik yang telah dibuat
dengan berbagai perbandingan fraksi mol
1.3 Mengetahui perbandingan atau jumlah ko-former untuk membentuk ko-
kristal sehingga meningkatkan kelarutan dari zat aktif

II. Prinsip
2.1 Modifikasi Bahan Aktif Farmasi
Modifikasi bahan aktif merupakan suatu metode yang dilakukan pada
bidang farmasi dengan tujuan memperbaiki beberapa masalah yang
kemungkinan ada di zat aktif obat tanpa mengubahnya (Permatasari et al,
2016).
2.2 Upaya Peningkatan Kelarutan
Suatu zat bisa ditingkatkan kelarutannya dengan cara memodifikasi
ukuran partikel dan permukaan, modifikasi kristal, pembentukan kompleks,
kristalisasi, teknologi preparasi sampel, pembentukan prodrug,
penambahan kosolven, dan penambahan surfaktan (Yolkwosky, 1981).
2.3 Dispersi Padat
Dispersi padat merupakan suatu cara yang dimana obat sukar larut
dalam air didispersikan secara molekular dengan matriks atau pembawa
yang hidrofilik. Matriks yang dipakai bisa berupa kristalin atau amorf
(Sareen et al, 2014)
2.4 Kokristalisasi
Kokristalisasi merupakan suatu proses pembentukkan ko kristal yang
digunakkan untuk meningkatkan kelarutan zat aktitf farmasi dan laju
disolusi tanpa terjadi perubahan aktivitas farmakologi. Ko-kristal terdiri
dari zat aktif dan bahan tambahan yang dikenal sebagai koformer yang
terhubung dengan ikatan hydrogen dan vanderwalls (He, 2008).
III. Teori Dasar
Larutan merupakan suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Larutan mempunyai 2 komponen yaitu zat pelarut (solven) dan zat
terlarut (solute). Zat yang memiliki jumlah lebih sedikit dalam larut disebut
dengan zat terlarut sedangkan zat yang memiliki jumlah lebih banyak daripada
zat lain pada larutan disebut zat pelarut. Solven atau zat pelarut merupakan
komponen yang secara fisik tidak bisa berubah apabila larutan terbentuk,
sedangkan solute merupakan semua komponen yang larut dalam pelarut
(Rusman et al, 2018). Sifat-sifat pada suatu larutan sangat berpengaruh dengan
susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi dari larutan yang
menggambarkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarutnnya.
Konsentrasi larutan yang biasa digunakan pada laboratorium yaitu Molaritas
(M), Molalitas (m), Normalitas (N), Fraksi Mol (x), dan ppm (Khikmah, 2015).
Kelarutan atau solubilitas adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh
larutan. Kelarutan adalah suatu kondisi dimana zat terlarut yang berupa
senyawa padatan, cairan, dan gas dapat laruut dengan sejumlah pelarut berupa
senyawa padatan, cairan, dan gas yang menghasilkan larutan homogen
(Chemlibre,2020). Suatu kelarutan daoat ditingkatkan dengan cara
memodifikasi ukuran partikel dan permukaan, pembentukan kompleks,
modifikasi kristal, kristalisasi, teknologi preparasi sampel, pembentukan
prodrug, penambahan kosolven, dan penambahan surfaktan (Yolkwosky,
1981). Tingkat kelarutan dapat diartikan dengan seberapa banyak zat yang
terlarut hingga keadaan jenuh atau saturated (Clugston dan Fleming, 2000).
Kelarutan sering ditemui dalam bentuk sediaan farmasi. Kelarutan
memiliki peran besar dalam sediaan farmasi karna jika obat sukar larut maka
akan mengakibatkan rendahnya bioavailibilitas oran (Rachmatiar et al, 2017).
Hal ini dikarenakan kelarutan obat menjadi factor penenru dari laju disolusinya
yang dimana disolusi rendah yang diakibatkan kelarutan obat rendah yaitu
kurang dari 100 mikrogram per mililiter (Alatas, 2020)
Adanya peran besar yang dimiliki kelarutan dalam bidang farmasi
membuat banyak berstrategi agar meningkatkan kelarutan. Salah satu strategi
yang dilakukan sebagai upaya peningkatan kelarutan yaitu rekayasa
kokristalisasi. Kokristalisasi adalah suatu komponen dari molekul netral yang
berada di senyawa kristalin tertentu dengan perbandingan stoikiometri yang
telah ditentukan (Imtilhani et al, 2020). Dalam pengertian lain kokristalisasi
adalah suatu metode yang dipakai untuk meningkatkan kelarutan dan disolusi
zat aktif farmasi tanpa terjadi perubahan aktivitas farmakologi. Dalam satu
komponen molekul ada dua senyawa yaitu zat aktif dan co-crystal former (Indra
dan Yulianti, 2017).
Kokristal adalah suatu metode alternatif yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan bioavailabilitas obat yang buruk walaupun istilah “kokristal
farmasi” masih diperdebatkan, pendekatan ini sangat berguna dan penting
dalam menghasilkan kristal baru dari Bahan Aktif Farmasi (BAF). Kokristal
bisa digunakan pada industri farmasi dalam meningkatkan sifat fisikokimianya
seperti laju disolusi, titik leleh, kelarutan, stabilitas kimia, dan lain-lain
(Hairunnisa et al, 2019).
Agar bisa membentuk kokristal bahan aktif farmasi dan koformer yang
telah ditentukan harus bisa menghasilkan heterosinton atau homosinton. Ada
beberapa langkah yang perlu diperhatikan ketika pendekatan sintesis
supramolekul yaitu penentuan molekul target sebagai zat aktif yang akan
dibentuk kokristal, menemukan koformer yang mempunyai ikatan hidrogen
dengan zat aktif dan menentukan metode yang cocok dan efektif ketika
pembentukan kokristal (Hairunnisa et al, 2019). Koformer merupakan salah
satu komponen pada kokristal bertujuan menurunkan agregasi molekul kristal.
Koformer yang biasa digunakan untuk pembentukan kokristal yaitu sakarin,
turunan asam karboksilat, dan amida (Rachmaniar et al,2020).
Pada dasarnya kokristalisasi mempunyai tujuan untuk memperbaiki
kelarutan dari beberapa senyawa atau zat aktif yang ada pada obat. Biasanya
kokristalisasi digunakan pada obat-obat yang termasuk BCS class II (kelarutan
dan permeabilitas rendah). Semakin banyak obat tergolong BCS class II dan
class IV (kelarutan rendah namun permeabilitas tinggi). Semakin banyak obat
yang tergolong BCS class II dan BCS class IV ini memerlukan upaya agar
kelarutan obat-obatan yang di golongan BCS class II dan BCS class IV bisa
meningkat sampai kerja obat menjadi baik dan tingkat keefektifan obat dalam
penyembuhan meningkat. Para peneliti banyak meneliti teknik kokristal dan
diketahuilah teknik kokristal bisa menaikkan kelarutan zat aktif pada obat
(Sopyan, 2020).
Kelarutan fasa dapat dibentuk menjadi suatu kurva yang dikenal dengan
kurva kelarutan fasa. Salah satu fasa yang diukur yaitu kokristal karena
kokristal adalah fasa padat yang unik dan berbeda dari padatan induk. Hal ini
dikarenakan kokristal memiliki pola difraksi, spektrum, kebiasan kristal, dan
sifat termal yang berbeda pada padatan induk (Wardhana & Chairunnisa, 2016).
Kurva kelarutan fasa adalah suatu kurva untuk menggambarkan
besarnya solut atau padatan pada berbagai konsentrasi zat lain. Untuk
memprediksi terbentuk tidaknya kristal zat aktif bisa dipakai kurva kelarutan
fasa suatu bahan atau zat aktif bidang farmasi pada larutan garamnya (Alatas et
al, 2020).

IV. Alat dan Bahan


4.1 Alat
No Nama Alat Gambar

1. Corong
2. Gelas Ukur

3. Kertas Saring

4. Labu Ukur

5. Pipet Tetes

6. Shaker

7. Spektrofotometer UV

4.2 Bahan
a. Aquades
b. Koformer : Asam Suksinat
c. Zat Aktif : Ketoprofen

V. Prosedur
5.1 Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Zat Aktif
Langkah diawali dengan dibuatnya larutan zat aktif pada konsentrasi
tertentu dengan pelarut yang sesuai. Kemudian diukur serapannya
menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 200-400 nm.
Didapatkan data panjang gelombang dari zat aktif.
5.2 Pembuatan Kurva Baku
Disiapkan larutan zat aktif lalu dilakukan pengenceran bertingkat
hingga diperoleh 5 variasi konsentrasi. Absorbansi setiap konsentrasi
diukur menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang
maksimum. Setelah itu, data absorbansi diplotkan ke dalam kurva baku
sehingga dapat ditentukan persamaan garisnya.
5.3 Pengukuran Sampel
Langkah pertama adalah disiapkan satu seri larutan koformer di dalam
aquades lalu sejumlah sampel dimasukkan ke dalamnya sehingga
didapatkan larutan dengan berbagai perbandingan fraksi mol, yaitu 1:1, 1:2,
1:3, 1:4, 1:5, 5:1, 4:1, 3:1, dan 2:1. Kemudian diaduk menggunakan shaker
selama 24 jam dalam suhu ruang. Lalu disaring dan diambil filtratnya.
Dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer UV terhadap filtrat tadi
pada panjag gelombang maksimum.

VI. Data Pengamatan

7.1 Pengukuran Panjang Gelombang

Perlakuan Hasil
No
Dibuat larutan zat aktif pada Telah dibuat larutan zat aktif pada
1. konsentrasi tertentu di dalam pelarut konsentrasi tertentu di dalam
yang sesuai pelarut yang sesuai
Telah diukur serapan
Diukur serapan menggunakan
menggunakan spektrofotometer
2. spektrofotometer UV pada panjang
UV pada panjang gelombang 200-
gelombang 200-400 nm
400 nm

7.2 Pembuatan Kurva Baku

No. Perlakuan Hasil

Dilakukan pengenceran bertingkat Dilakukan pengenceran bertingkat


1. terhadap larutan zat aktif hingga terhadap larutan zat aktif hingga
diperoleh lima variasi konsentrasi diperoleh lima variasi konsentrasi

Telah diukur absorbansi setiap


konsentrasi dengan
Diukur absorbansi setiap konsentrasi
spektrofotometer UV pada panjang
2. dengan spektrofotometer UV pada
gelombang maksimum yaitu
panjang gelombang maksimum
0,25,0,43, 0,54, 0,62, dan 0,78

Telah dilakukan plotting data


absorbansi ke dalam kurva baku
Dilakukan plotting data absorbansi ke
dan memperoleh persamaan garis
3. dalam kurva baku dan memperoleh
linear seperti pada Bagian VIII.
persamaan garis linear
Perhitungan, poin 8.2 Pembuatan
Kurva Baku
7.3 Pengukuran Sampel

No. Perlakuan Hasil

Dilakukan uji kelarutan fase dengan Telah dilakukan uji kelarutan fase
berbagai perbandingan fraksi mol dengan berbagai perbandingan fraksi
1.
yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, 5:1, 4:1, mol yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, 5:1,
3:1, dan 2:1 4:1, 3:1, dan 2:1

Disiapkan satu seri larutan koformer Telah disiapkan satu seri larutan
2.
di dalam aquades koformer di dalam aquades

Dimasukkan sejumlah sampel ke Telah dimasukkan sejumlah sampel ke


3.
dalam larutan koformer dalam larutan koformer

Dilakukan pengadukan selama 24 Telah dilakukan pengaduk selama 24


4.
jam dengan shaker dalam suhu ruang jam dengan shaker dalam suhu ruang

Disaring larutan kemudian diambil Telah disaring larutan kemudian


5.
filtratnya diambil filtratnya

Dianalisis filtrat dengan Telah dianalisis filtrat dengan


6. spektrofotometer UV pada panjang spektrofotometer UV pada panjang
gelombang maksimum gelombang maksimum

7.4 Tabel Absorbansi

No Konsentrasi Absorbansi (Rata – Rata) Persamaan garis


1. 2 0,29
y = 0,0565x + 0,201
2. 4 0,44
R2 = 0, 9853
3. 6 0,57
4. 8 0,65
5. 10 0,75

7.5 Kurva Baku

Kurva Baku
0,9
0,75
0,8
y = 0,0565x + 0,201
0,65
0,7
0,57
0,6
Absorbansi

0,5 0,44
0,4 0,29
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi

7.6 Tabel Pengukuran Sampel

Perbandingan
Massa Massa Kelarutan
Equimolar (Zat Absorbansi
Zat (mg) Koformer (mg/ml)
Aktif : Koformer)
1:1 100 45,7604 0,791 0,1044
1:2 100 91,5208 0,873 0,1189
1:3 100 137,2812 0,745 0,0963
1:4 100 183,0416 0,687 0,0860
1:5 500 228,7902 0,679 0,0846
5:1 400 228,7902 0,549 0,0616
4:1 300 183,0416 0,578 0,0667
3:1 200 137,2812 0,585 0,0679
2:1 100 91,5208 0,653 0,08

7.7 Grafik Hubungan Konsentrasi Koformer Dengan Konsentrasi Zat

VII. Perhitungan
7.1 Perhitungan Kemurnian Zat Aktif
Rumus :
Massa Aktual = %Kemurnian x Massa Teoritis
Diketahui :
Zat Aktif : Ketoprofen (Mr = 254 gram/moL)
98,5
%Kemurnian = 98,5 % =
100

a. Massa 100 m g
98,5
Massa Aktual = 100 x 100 mg = 98,5 mg

b. Massa 200 mg
98,5
Massa Aktual = x 200 mg = 197 mg
100
c. Massa 300 mg
98,5
Massa Aktual = x 300 mg = 295,5 mg
100

d. Massa 400 mg
98,5
Massa Aktual = x 400 mg = 394 mg
100

e. Massa 500 mg
98,5
Massa Aktual = x 500 mg = 492,5 mg
100

7.2 Perhitungan Mol Zat Aktif


Rumus :
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
mmol ketoprofen(n) =
𝑀𝑟 𝐾𝑒𝑡𝑜𝑝𝑟𝑜𝑓𝑒𝑛

Diketahui :
Mr Ketoprofen = 254 gr/mol
a. Massa zat sebenarnya untuk 98,5 mg
98,5 𝑚𝑔
mmol (n) = 254

= 0,3878 mmol
b. Massa zat sebenarnya untuk 197 mg
197 𝑚𝑔
mmol (n) = 254

= 0,7756 mmol
c. Massa zat sebenarnya untuk 295,5 mg
295,5 𝑚𝑔
mmol (n) = 254

= 1,1634 mmol
d. Massa zat sebenarnya untuk 394 mg
394 𝑚𝑔
mmol (n) = 254

= 1,5512 mmol
e. Massa zat sebenarnya untuk 492,5 mg
492,5 𝑚𝑔
mmol (n) =
254
= 1,9389 mmol
7.3 Perhitungan Massa Koformer
Rumus :
Massa Koformer (mg) = mmol Asam Suksinat x Mr Asam Suksinat
Diketahui :
Mr Asam Suksinat = 118 gr/mol
a. Ketoprofen : Asam Suksinat = 1 : 1
Massa koformer = 0,3878 mmol x 118
= 45, 7604 mg
b. Ketoprofen : Asam Suksinat = 1 : 2
Massa koformer = 0,7756 mmol x 118
= 91, 5208 mg
c. Ketoprofen : Asam Suksinat = 1 : 3
Massa koformer = 1,1634 mmol x 118
= 137, 2812 mg
d. Ketoprofen : Asam Suksinat = 1 : 4
Massa koformer = 1,5512 mmol x 118
= 183,0416 mg
e. Ketoprofen : Asam Suksinat = 1 : 5
Massa koformer = 1,9389 mmol x 118
= 228,7902 mg
f. Ketoprofen : Asam Suksinat = 5 : 1
Massa koformer = 1,9389 mmol x 118
= 228, 7902 mg
g. Ketoprofen : Asam Suksinat = 4 : 1
Massa koformer = 1,5512 mmol x 118
= 183,0416 mg
h. Ketoprofen : Asam Suksinat = 3 : 1
Massa koformer = 1,1634 mmol x 118
= 137, 2812 mg
i. Ketoprofen : Asam Suksinat = 2 : 1
Massa koformer = 0,7756 mmol x 118
= 91, 5208 mg

7.4 Perhitungan Kelarutan


y = Absorbansi
x = konsentrasi

y = mx + b = 0,113x + 0,201
FP = 10
a. Untuk 1 : 1
0,791 - 0,201 = 0,0565x
x = 10,442
x . fp = 10,442 x 10 = 104,42 ppm = 0,1044 mg/ml
b. Untuk 1 : 2
0,873 - 0,201 = 0,0565x
x = 11,893
x . fp = 11,893 x 10 = 118,93 ppm = 0,1189 mg/ml
c. Untuk 1 : 3
0,745 - 0,201 = 0,0565x
x = 9,628
x . fp = 9,628 x 10 = 96,28 ppm = 0,0963 mg/ml
d. Untuk 1 : 4
0,687 - 0,201 = 0,0565x
x = 8,601
x . fp = 8,601 x 10 = 86,01 ppm = 0,0860 mg/ml
e. Untuk 1 : 5
0,679 - 0,201 = 0,0565x
x = 8,460
x . fp = 8,460 x 10 = 84,60 ppm = 0,0846 mg/ml
f. Untuk 5 : 1
0,549 - 0,201 = 0,0565x
x = 6,159
x . fp = 6,159 x 10 = 61,59 ppm = 0,06159 mg/ml ~
0,0616 mg/ml
g. Untuk 4 : 1
0,578 - 0,201 = 0,0565x
x = 6,672
x . fp = 6,672 x 10 = 66,72 ppm = 0,0667 mg/ml
h. Untuk 3 : 1
0,585 - 0,201 = 0,0565x
x = 6,796
x . fp = 6,796 x 10 = 67,96 ppm = 0,0679 mg/ml
i. Untuk 2 : 1
0,653 - 0,201 = 0,0565x
x =8
x . fp = 8 x 10 = 80 ppm = 0,08 mg/ml

VIII. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
tujuan dari praktikum kali ini adalah membuat campuran fisik zat aktif-
koformer, menentukan kelarutan fasa terhadap campuran fisik yang telah dibuat
dengan berbagai perbandingan fraksi mol, dan mengetahui perbandingan atau
jumlah ko-former untuk membentuk ko-kristal sehingga meningkatkan
kelarutan dari zat aktif. Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah corong, gelas ukur, kertas saring, pipet tetes, spectrometer UV, shaker,
dan labu ukur. Serta bahan yang digunakan yaitu aquades, zat aktif berupa
ketoprofen dan koformer berupa asam suksinat.
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa lebih dari 80% sediaan farmasi
yang terjual dan tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang sering ditemukan.
Namun, hamper 40% dari obat tablet yang dipasarkan mempunya kelarutan
yang rendah dalam air (Alatas et al, 2020). Salah asatu obat yang temasuk
mempunya kelarutan yang rendah yaitu Ketoptofen. Ketoprofen adalah salah
satu obat anti inflamasi non steroid yang sering digunakan untuk mengatasi
gangguan musculoskeletal dan sendi (Sweetman, 2009). Ketoprofen ini bisa
digolongkan dengan senyawa asam lemah yang mempunya pKa sekitar 4,45
ketika suhu 25 derajat celcius dan kelarutan ketoprofen bisa naik seiring dengan
kenaikan pH media (Shohin et al, 2011). Apabial digolongkan menurut
Biophamaceutics Classification System (BCS), ketoprofen digolongkan obat
BCS Class II yang memiliki kelarutan rendah pada air murni dalam suhu 22 –
24 derajat celcius sejumlah 0, 010 mg/ml dan kelarutan intrinsiknya pada air
dengan suhu 37 derajat celcius sejumlah 0, 253 mg/ml namun permeabilitasnya
tinggi dan nilai bioavailibitas absolut 90% (Widjadja et al, 2014). Padahal
kelarutan itu salah satu factor atau bagian terpenting dari sifat fisikokimia
dalam obat karena bisa menyebabkan rendahnya laju disolusi yang
mengakibatkan absorbansinya menurun. Oleh karena itu dilaksanakanlah
metode ko-kristalisasi agar meningkatkan kelarutan pada ketoprofen dengan
bantuan asam suksinat (Sweetman, 2009).
Asam suksinat atau senyawa yang memiliki rumus kimia C 4H6O4 adalah
serbuk putih tidak berbabu yang bisa digunakan untuk koformer dan
membentuk ko-kristal yang membentuk ikatan hydrogen yang stabil. Bobot
molekul dari asam suksinat ini ialah 118,09 gram/mol. Asam suksinat memiliki
titik leleh pada 185 derajat celcius dan titik didih pada 235 derjat celcius.
Kelarutan asam suksinat dalam air memiliki perbandingan 1 : 13 , dalam etanol
memiliki perbandinga 1 ; 18,5, dalam kelarutan methanol memiliki
perbandingan 1 ; 16,3 dan dalam aseton memiliki perbandinga 1 ; 36 (NCBI,
2022).
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu diawali
dengan dibuatnya larutan zat aktif pada konsentrasi tertentu dengan pelarut
yang sesuai. Kemudian setelah didapatkan larutannya, larutan diletakkan pada
suatu wadah dan tambahkan dengan media pelarut sampai tanda batas.
Selanjutnya diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometri UV
pada panjang gelombang 200-400 nm. Didapatkanlah data panjang gelombang
dari zat aktif. Pembuatan larutan ini dilakukan hanya sekali agar kepekatan
pada larutannya sama, menghemat waktu, dan meminalisir terjadinya
pencemaran dalam larutan.
Setelah itu dilakukan pembuatan kurva baku yang dimana perlu
menyiapkan larutan zat aktif yang nantinya akan dilakukan pengenceran
bertingkat hingga diperoleh 5 variasi konsentrasi yaitu 2 ppm, 4ppm, 6ppm,
8ppm, dan 10ppm. Absorbansi setiap konsentrasi diukur menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum. Kemudian
diketemukanlah data absorbansinya secara berturut-turut yaitu 0,29, 0,44, 0,57,
0,65, dan 0,75. Selanjutnya data konsentrasi dan absorbansi diplotkan dalam
kurva baku dengan basis (x) merupakan konsentrasi dan ordinat (y) merupakan
absorbansi sehingga didapatkanlah persamaan garis linear yaitu y = 0,113x +
0,201 dengan R2 = 0,9853.
Kemudian dilakukan pengukuran sampel yang dimana langkah pertama
yaitu disiapkan satu seri larutan koformer yaitu asam suksinat di dalam
aquades. Lalu, sejumlah sampel yaitu ketoprofen dimasukkan ke dalamnya
sehingga didapatkan larutan dengan berbagai perbandingan fraksi mol yaitu
1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, 5:1, 4:1, 3:1, 2:1. Kemudian didapatkanlah hasil berbagai
perbandingan fraksi mol dengan kelaarutan yaitu 1:1 sebesar 0,0522 mg/ml, 1:2
sebesar 0,0595 mg/ml, 1:3 sebesar 0,0481, 1:4 sebesar 0,430 mg/ml, 1:5 sebesar
0,0423 mg/ml, 5:1 sebesar 0,308 mg/ml, 4:1 sebesar 0,0334 mg/ml, 3:1 sebesar
0,034 mg/ml, dan 2:1 sebesar 0,04 mg/ml.
Selain itu perlu dilakukan penimbangan pada zat aktif yaitu ketoprofen
yang diperlukan dan menimbang koformer yang diperlukan. Ketoprofen yang
akan dipakai mempunyai kemurnian sebesar 98,5 % sehingga mengakibatkan
perbedaan berat zat ketoprofen secara teoritis yang dimana zat ketoprofen
memiliki massa yang lebih tinggi daripada massa teoritis yang disebabkan oleh
kandungan zat-zat pengotor yang bisa saja ada dalam zat ketoprofen kemurnian
98,5%. Hasil dari penimbangan zat aktif ketoprofen didapaatkan secara berturut
turut yaitu 98,5 mg ketoprofen, 197 mg ketoprofen, 295,5mg ketoprofen, 394
mg ketoprofen, dan 492,5mg ketoprofen.
Setelah mendapatkan banyaknya zat ketorprofen yang diperlukan,
dilakukanlah perhitungan massa koformer dengan perbandingan dan hasil yang
didapatkan pada masing-masing perbandingan yaitu, 1 : 1 sejumlah 45,7604 mg
asam suksinat, 1 : 2 sejumlah 91,5208 mg asam suksinat, 1 : 3 sejumlah 137,
2812 mg asam suksinat, 1 : 4 sejumlah 183, 0416 mg asam suksinat, 1 : 5
sejumlah 228,7902 mg asam suksinat, 5 : 1 sejumlah 228,7902 mg asam
suksinat, 4 : 1 sejumlah 183, 0416 mg asam suksinat, 3 : 1 sejumlah 137, 2812
mg asam suksinat, dan 2 : 1 sejumlah 91,5208 mg asam suksinat.
Kemudian satu seri larutan koformer disiapkan dalam aquades dan
dimasukkan sejumlah sampel ke dalam larutan koformer diaduk menggunakan
shaker selama 24 jam dalam suhu ruang. Pengadukan ini dapat dilakukkaan
sampai kokristal terbentuk sempurna (Permatasari, et al., 2016). Fungsi dari
pengadukan dengan shaker selama 24 jam yaitu untuk meningkatkan laju
disolusi dan transformasi dari kokristal (Barikah, et al., 2020)
Selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengambilan filtrat. disaring dan
diambil filtratnya untuk dianalisis memakai spekfotometer UV dengan panjang
gelombang maksimun. Konsentrasi koformer dengan konsentrasi zat aktif
terlarut bisa dihubungkan dengan kurva kelarutan fasa. Kurva kelarutan fasa
yaitu kurvan yang menunjukkan besarnya solute atau padat dalam berbagai
konsentrasi zat lain. Kurva kelarutan fasa dibentuk dengan tujuan memprediksi
terbentuk atau tidak krista zat aktif (Alatas et al, 2020).

IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat
disimpulkan bahwa sudah tercapainya tujuan praktikum kai ini yaitu :
1. Telah dibuatnya campuran fisik Ketoprofen – Asam Suksinat
2. Telah ditentukan kelarutan fasa terhadap campuran fisik yang telah
dibuat berbagai fraksi mol. Didapatkan kelarutan equimolar (zat
aktif : koformer) pada perbandingan yaitu 1:1 sebesar 0,0522
mg/ml, 1:2 sebesar 0,0595 mg/ml, 1:3 sebesar 0,0481, 1:4 sebesar
0,430 mg/ml, 1:5 sebesar 0,0423 mg/ml, 5:1 sebesar 0,308 mg/ml,
4:1 sebesar 0,0334 mg/ml, 3:1 sebesar 0,034 mg/ml, dan 2:1 sebesar
0,04 mg/ml.
3. Didapatkan massa koformer pada perbandingan 1:1 sejumlah
45,7604 mg asam suksinat, 1 : 2 sejumlah 91,5208 mg asam
suksinat, 1 : 3 sejumlah 137, 2812 mg asam suksinat, 1 : 4 sejumlah
183, 0416 mg asam suksinat, 1 : 5 sejumlah 228,7902 mg asam
suksinat, 5 : 1 sejumlah 228,7902 mg asam suksinat, 4 : 1 sejumlah
183, 0416 mg asam suksinat, 3 : 1 sejumlah 137, 2812 mg asam
suksinat, dan 2 : 1 sejumlah 91,5208 mg asam suksinat.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, F., Azizsidiq, F.A, Sutarna, T.H, Ratih,H., dan soewandhi, S.N. 2020.
Perbaikan Kelarutan Albendazol Melalui Pembentukan Kristal multikomponen
dengan asam malat. Jurnal Farmasi Galenika, 6(1) : 114 – 123
Barikah, K. Z., Nawatila, R., Winantari, A. N., Siswodihardjo, S., dan Setyawan D.
2020. Karakterisasi Kokristalisasi Asiklovir-Nikotinamida yang Dibuat dengan
Tiga Metode Kokristalisasi. Scientia Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 10
(2).
Chemistry Libretexts. 2020. Solubility. Tersedia online di
https://chem.libretexts.org/Courses/Valley_City_State_University/Chem_122/
Chapter_3%3A_Solutions_and_Solubility/3.2%3A_Solubility [Diakses pada
10 Maret 2022]
Clugston, M. dan Fleming, R. 2000. Advanced Chemistry. UK : Oxford Publishing
Hairunnisa, H., Sopyan, I., dan Gozali, D. 2019. Cocrystal: Nicotinamide As The
Coformer. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 10(2).
He, G.W., Jacob, C., Guo, L.F., Chow, P.S., Tan, R.B.H. 2008. Screening For
CoCrystallization Tendency: The Role Of Intermolecular Interactions. Journal
Physics Chemistry.
Imtihani, H. N., Wahyuono, R. A., dan Permatasari, P. 2020. Bipolimer kitosan dan
Penggunaanya dalam Formulasi Obat. Gresik : Graniti
Indra, I dan Yulianti, R. Karakterisasi Padatan Hasi Proses Kokristalisasi Asam
Mefenamat Menggunakan Metode Penguapan Pelarut. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada, 17 (1).
Kawabata, Y., Wada, K., Nakatani, M., Yamada, S., & Onoue, S. (2011).Formulation
design for poorly water-soluble drugs based on biopharmaceutics classification
system: Basic approaches and practical applications. International Journal of
Pharmaceutics, 420(1), 1–10.
Khikmah, N. 2015. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada penentuan
Kreatinin Dalam Urin Secara Sequential Injection Analaysis. Kimia Student
Journal, 1 (1) : 613 – 615
National Center for Biotechnology Information. 2022. Succinic Acid. Tersedia online
di https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Succinic-acid [Diakses pada
17 Maret 2002]
Permatasari, D., Ramadhani,S., Sopyan,I., dan Muchtaridi,M. 2016. Ko-Kristal :
Teknik Pembuatan Ko - Kristal. Farmaka, 14(4).
Rahmaniar, R., Rusdiana, T., Panatarani, C., dan Joni, I.M. 2017. Review : Usaha
Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Zat Aktif Farmasi Sukar Larut.
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology, 6 (2)
Rusman, R., Rahmayani, R.F, dan Mukhlis,M. 2018. Kimia Larutan. Aceh : Syiah
Kuala University Press
Sareen, S., Mathew, G. and Joseph, L. 2014. Improvement in Solubility of Poor
Water-Soluble Drugs by Solid Dispersion. Int. J. Pharm. Invest., 2 (1) : 12-17.
Shohin, I.E., Kulinics, J.I, Ramenskaya, G.C, dan Vasilenko, G.F. 2012. Evaluation
of In Vitrro Equivalence for Drugs Containing BCS Class II Coumpound
Ketoprofen. Journal Dissolution Technologies, 18 (1) : 26 - 29
Sopyan, I. 2020. Kokristalisasi Modifikasi Padatan Farmasi Sebagai Strategi
Perbaikan Sifat Fitokimia Obat. Yogyakarta: Deepublish
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. London : The
Pharmaceutical Press
Wardhana, Y.W dan Chairunnisa, P.S. 2016. Karakterisasi Kristal Bahan Padat Aktif
Farmasi. Farmaka, 14 (1).
Yalkowsky, S.H.1981. Techniques of Solubilization of Drugs. New York : Marcell
Dekker Inc.

Anda mungkin juga menyukai