FARMASI FISIKA
OBJEK I
NIM : 1711019004
PADANG
2021
OBJEK I
I. PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Dalam mempelajari Ilmu Farmasi kita dapat mengetahui bahwa ilmu ini
sangat erat kaitannya dengan ilmu fisika dimana kita dapat mengatahui bahwa
senyawa obat memiliki sifat fisika yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, dan sifat-sifat fisika ini akan sangat memengaruhi cara pembuatan dan
cara formulasi sediaan obat, yang pada akhirnya akan memengaruhi efek
pengobatan dari obat serta kestabilan dari sebuah sediaan obat. [1]
Sifat-sifat fisika dari suatu senyawa obat itu dapat mencakup massa jenis,
momen dipol, konstanta dielektrikum, indeks bias, rotasi optik, kelarutan, titik
lebur, titik didih, pH, dan lain-lain. Sifat-sifat ini lah yang merupakan dasar dalam
formulasi sediaan farmasi. Sifat-sifat fisika ini akan menentukan kemurnian dari
suatu zat yang akan dijadikan obat. Dengan mengukur sifat-sifat fisika dari
senyawa obat tersebut maka kita dapat mengethui murni atau palsunya suatu zat
tersebut. [1]
Selain itu, sifat-sifat fisika seperti di atas, dapat mengiring seorang farmasis
dalam memformulasi suatu zat baik yang dapat maupun tidak dapat dibuat
menjadi sebuah sediaan, yang akhirnya akan menghasilkan suatu sediaan farmasi
yang bermutu dan berefek. [1]
Suatu sifat fisika kimia yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air. Jika kelarutan dari zat obat kurang dari yang
diinginkan, pertimbangan harus diberikan untuk memperbaiki kelarutannya.
Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut
dan pelarut, juga bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk
jumlah yang lebih kecil, serta bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. [2]
Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas
yang terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan
homogen. Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu
dan tekanan.[5]
Surfaktan dapat meningkatkan kelarutan zat dengan mengubah
hidrofobisitas, muatan permukaan, dan tegangan permukaan. Karena keunggulan
ini, surfaktan sering digunakan dalam bidang farmasi, khususnya untuk
meningkatkan kelarutan . [6]
Molekul dan ion yang diadsorpsi pada antarmuka dinamakan zat aktif
permukaan (surfaktan) atau amfifil. Misalnya seperti jenis alkohol-alkohol rantai
lurus, amina-amina dan asam- asam. [1]
Surfaktan adalah salah satu bahan tambahn yang digunakan dalam membuat
emulsi, yang berfungsi untuk menstabilkan zat atau bahan aktif terlarut dalam air
atau minyak yang diemulsikan.Bahan aktif permukaan terdiri dari bagian lifofilik
(rantai alkil) dan bagian hidrofilik (grup karboksil dan karboksilat).[1]
2.1.1 Alat
- Buret 10 mL
- Pipet gondok 10 mL
2.1.2 Bahan
- Indikator pp
MULAI
Indikator PP
NaOH
MULAI
Larutan Surfaktan
0,5 % , 1% dan 2%
Asam Salisilat
Timbang 200 mg
Larutkan dalam :
50 mL larutan
campurran dari 40 mLAquades
10 mL surfaktan
Filtrat
- Pipet 10 mL
Hasil
III. HASIL
0.1 N x 10 mL x 1
N NaOH=
10.183 mL x 1
N NaOH = 0,098N
Data Titrasi
Vol. rata-rata
NaOH ... N 1,43 1,65 1,92 2,32
Perhitungan:
N= mol/vol
mol as.salisilat = 0,140752864 mmol
mol= gr/BE
massa as.salisilat= 19,4407856 mg (dalam 10 ml)
massa as.salisilat= 97,20392799 mg (dalam 50 ml)
% as.salisilat
terlarut= 48,60196399 %
Grafik% surfaktan (x)terhadap% asamsalisilat (y)
Kel.1
90
80
asam salisilat terlarut (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0.5 1 1.5 2
konsentrasi tween 80 (%)
IV. PEMBAHASAN
Surfaktan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tween 80 dengan
berbagai konsentrasi dan zat yang dilarutkan adalah asam salisilat 200mg. Tween
adalah cairan kental, berat jenisnya besar dari 1. Cara membuat tween 80 1%
adalah timbang 1 gram tween lalu campur dengan aquades sampai 100 mL, karena
bukan merupakan larutan baku wadah pembuatannya yang bukan kuantitatif,
seperti erlenmeyer. Begitu juga dengan pembuatan tween yang lain, jika tween 80
1.5% maka ditimbang tween 1.5 gram, langkah selanjutnya tetap sama.
Larutan yang telah disaring kemudian di titrasi dengan larutan NaOH dan
indikator pp hingga diperoleh titik ekuivalen. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi surfaktan maka akan semakin tinggi pula kelarutan
asam salisilat di dalam air. Hal ini terjadi karena surfaktan merupakan molekul
ampifilik yaitu memiliki gugus hidrofilik (suka air,polar) dan gugus lipofilik (suka
minyak, nonpolar), sehingga surfaktan memiliki aftinitas dengan pelarut polar
(air) ataupun nonpolar (minyak).
Dari volume NaOH rata-rata, didapat normalit dari NaOH 0,098 N. Setelah
melakukan pembakuan terhadap NaOH maka selanjutnya kita akan melakukan
penentuan Kadar asam salisilat terhadap larutan tween, maka didapatkan Persen
kadar asam salilisat yang didapat yaitu 48,6%, 55,8%, 64,85%, 78,39%.
V.1Kesimpulan
5.2 Saran