Anda di halaman 1dari 38

http://alx14all.blogspot.com/2012/10/zatpembasah-teknologi-sediaan-semi.

html
diakses 22 Mei 2015. Pukul 02.31
Sabtu, 27 Oktober 2012
ZAT PEMBASAH ( TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID )

TUGAS TEKNOLOGI SEMI SOLID II


Zat Pembasah

Disusun oleh:
ALEX BONAJAYA ( 09334032 )

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

2010

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan tugas Teknologi Semi Solid dengan judul Zat Pembasah.
Tugas ini berisi segala sesuatu tentang jenis-jenis zat pembasah dan aplikasinya dalam
sediaan farmasi. Dalam penulisan tugas ini banyak manfaat yang diperoleh. Saya berharap tugas
ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai Zat pembasah.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tugas ini terdapat berbagai kekurangan yang
memerlukan perbaikan. Saran serta kritik yang membangun, penulis harapkan demi lebih
baiknya tugas saya selanjutnya.

Jakarta, April 2010

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
..............................................................................................................

Daftar Is........................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.

Emulsifikasi..................................................................................................

B.

Surfaktan.......................................................................................................

........................................................................................................................7
C.

Wetting Agent...............................................................................................

D.

Jenis-jenis Zat Pembasah..............................................................................

11

E.

Aplikasi Zat Pembasah dalam Beberapa Sediaan Farmasi...........................

14

KESIMPULAN ..............................................................................................................................
....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

17

BAB I
PENDAHULUAN
Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya menunjang upaya
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Banyak bentuk sedian farmasi yang
beredar di masyarakat diantaranya sediaan padat dan cair, terdapat sediaan yang mengandung
bahan aktif yang kelarutannya kecil dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air
agar manjur secara terapi sehingga obat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek
terapeutik. Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi yang tidak
sempurna atau tidak menentu.
Pada umumnya obat sediaan padat mengalami absorpsi sistemik melalui suatu rangkaian
proses, proses tersebut meliputi : 1) Disintegrasi bentuk obat dan diikuti pelepasn obat ; 2)
Pelarutan obat dalam medium aqueous ; 3) Absorpsi melewati membrane menuju sistem sirkulasi
sistemik. Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat
fisikokimia produk obat. Untuk obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju
pelarutan seringkali merupakan tahap yang paling lambat, oleh karena itu mengakibatkan
terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas obat.

Kenyataan tersebut mengakibatkan perlu dilakukan beberapa usaha untuk meningkatkan


kecepatan pelarutan bagi obat-obat yang mempunyai sifat kelarutan yang kurang baik di dalam
air. Banyak bahan obat yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah atau dinyatakan praktis
tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik. Suatu peningkatan konsentrasi jenuh
(perbaikan kelarutan) dapat dilakukan melalui pembentukan garam, pemasukan grup hidrofil
atau dengan bahan pembentukan misel. Metode tersebut dapat digunakan secara individual
maupun secara kombinasi.
Beberapa zat berkhasiat memiliki sifat hidrofob, yaitu sifat yang susah untuk dibasahi.
Zat berkhasiat yang demikian akan menimbulkan masalah dalam waktu hancurnya, oleh karena
itu diperlukan suatu zat pembasah. Zat pembasah membantu mempercepat penetrasi cairan ke
dalam tablet sehingga dapat terjadi kontak antara bahan cairan dengan zat penghancur yang lebih
cepat.
Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut, dapat dilarutkan dengan
bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan menurunkan tegangan permukaan antara zat
terlarut dengan mediumnya. Jika digunakan surfaktan dalam formulasi obat, maka kecepatan
pelarutan obat tergantung jumlah dan jenis surfaktan yang digunakan. Pada umumnya dengan
adanya penambahan surfaktan dalam suatu formula akan menambah kecepatan pelarutan bahan
obatnya.
Polisorbat 60 atau yang lebih dikenal sebagai tween 60 merupakan salah satu surfaktan
yang dapat digunakan sebagai zat pengemulsi, surfaktan non ionik, zat penambah kelarutan, zat
pembasah, dan zat pensuspensi. Propilen glikol atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis
pelarut atau kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam
formulasi sediaan cair, semi padat dan sediaan transdermal. Dalam sediaan semi padat dapat
berupa pasta yang penggunaanya secara topikal. Dengan penambahan kosolven dalam sediaan
pasta dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk melewati membran. Sedangkan untuk
sediaan trasdermal dapat berupa semprot hidung ataupun implan (susuk).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

EMULSIFIKASI

Teori Emulsifikasi

Teori Tegangan permukaan

Bila cairan kontak dengan cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling bercampur, kekuatan
(tenaga) yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil disebut tegangan antarmuka. Zat-zat aktif permukaan (surfaktan) atau zat
pembasah, merupakan zat yang bekerja menurunkan tegangan antarmuka ini.

Oriented Wedge Theory

Menganggap bahwa lapisan monomolecular dari zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari
fase dalam pada emulsi. Teori ini berdasarkan pada anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu

mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya
pada cairan tertentu.

Teori plastic atau Teori Lapisan antarmuka

Bahwa zat pengemulsi membentuk lapisan tipis atau film yang mengelilingi fase dispers dan
diabsorbsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan
bersatunya fase terdispersi; makin kuat dan makin lunak lapisan tersebut, akan makin besar dan
makin stabil emulsinya.
Bahan-Bahan Pengemulsi
1.

Bahan-bahan karbohidrat , bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan, agar,

kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air
dan umumnya menghasilkan emulsi m/a.
2.

Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, dan kasein. Bahan-bahan ini menghasilkan

emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu
cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
3.

Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti : stearil alcohol, setil alcohol, dan gliseril

monostearat. Biasa digunakan sebagai penstabil emusi tipe m/a dari lotio dan salep tertentu yang
digunakan sebagai obat luar. Kolesterol dan turunannya dapat digunakan sebagai emulsi untuk
obat luar dan menghasilkan emulsi tipe a/m.
4.

Zat-zat pembasah, yang bersifat kationik, anionic dan nonionic. Zat-zat ini mengandung

gugus hidrofilik dan lipofilik dengan bagian lipofilik dari molekul menyebabkan aktivitas
permukaan dari molekul tersebut.
Zat padat yang terbagi halus, seperti : tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium hidroksida
dan aluminium hidroksida. Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat ditambahkan
ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan
dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti bentonit sanggup
membentuk suatu emulsi a/m.
B.

SURFAKTAN

Surfaktan adalah substansi yang dalam kadar rendah suatu sistem dapat teradsorpsi pada
permukaan dan dapat menurunkan tegangan muka atau energy bebas permukaan. Bentuk antar

muka ditunjukkan suatu batas antar dua fase yang tidak saling campur, sedang permukaan
biasanya menunjukkan antar muka dimana salah satu fase adalah fase gas atau udara. Surfaktan
sering digunakan sebagai bahan tambahan karena kemampuannya mengemulsi, mensuspensi,
dan melarutkan obat serta kecenderungan menambah adsorpsi obat.
Sifat dari surfaktan adalah menambah kelarutan senyawa organik dalam sistem berair. Sifat ini
tampak hanya pada cairan dan di atas konsentrasi misel kritis. Ini menunjukkan bahwa misel
adalah bersangkutan dengan fenomena ini. Berbagai bahan tambahan dalam produk obat juga
dapat mempengaruhi kinetika kelarutan obat itu sendiri.
Surfaktan memiliki struktur molekular yang terdiri dari suatu gugus yang mempunyai afinitas
sangat kecil untuk pelarut berair dinamakan gugus lipofilik dan mempunyai afinitas sangat kuat
terhadap solven berair dinamakan gugus hidrofilik. Keadaan kedua gugus tersebut dalam
molekul surfaktan disebut gugus amfifil.
Ditinjau dari sudut biofarmasetika, pelarutan dengan surfaktan dapat menaikkan atau
menurunkan penyerapan zat aktif. Miselisasi dapat berupa pembentukan kompleks yang dapat
menghambat penyerapan senyawa tertentu. Misel tidak dapat melintasi pori-pori membran
biologi, namun misel dapat menembus membran secara difusi pasif, karena adanya karakter
polar. Dengan demikian zat aktif yang bermisel tidak secara langsung tersedia dalam darah.
a. Penggolongan surfaktan
Menurut sifat ionik dari molekul dalam larutan, surfaktan digolongkan :
1) surfaktan anionik, terionisasi memberi muatan negatif anion hidrofobik dan sedikit muatan
positif.
2) Surfaktan kationik, terionisasi membentuk banyak muatan positif kationik hidrofobik dan
sedikit muatan negatif anionik hidrofobik.
3) Surfaktan amfoterik, surfaktan ini dapat bersifat anionik kationik atau netral tergantung pada
pH larutan.
4) Surfaktan non ionik, tidak terionisasi dalam larutan. Surfaktan ini biasanya tidak toksik,
netral, stabil terhadap elektrolit dan stabil dengan zat ionik.
b. Critical Micelles Concentration (CMC)

Kemampuan surfaktan dalam melarutkan suatu zat berdasarkan atas suatu pembentukan agregat
molekul yang disebut sebagai misel (mica-micella = bola partikel). Misel terbentuk dalam
larutan zat aktif permukaan di atas konsentrasi tertentu yang disebut CMC ( KMK = konsentrasi
misel kritis). Pada saat terjadinya CMC akan terjadi perubahan tajam sifat fisika yang dapat
dideteksi dalam larutan air (daya hantar, tekanan osmotik, penurunan titik beku, tegangan
permukaan, viskositas, indeks bias dan lain-lain), yang dapat dapat digunakan
untuk menentukan CMC.
Larutan encer surfaktan berkelakuan sebagai senyawa normal, tetapi pada konsentrasi tertentu
terjadi perubahan yang tajam dalam sifat-sifat fisik dalm larutan ini. Perubahan ini karena adanya
molekul alifatik atau ion ke agregat dimensi koloid yang dikenal sebagai misel.
Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan sebagai berikut : di bawah konsentrasi CMC
amfifil yang mengalami adsorpsi pada antar muka udara atau air meningkat pada waktu
konsentrasi amfifil dinaikkan. Akhirnya dapat dicapai suatu titik dimana antar muka dan fase
bulk keduanya menjadi jenuh dengan monomer. Kondisi ini adalah CMC. Tiap penambahan
amfifil selanjutnya melebihi konsentrasi akan mengagregasi membentuk misel dan energi bebas
sistem dikurangi dengan cara ini. Di atas CMC, tegangan permukaan pada pokoknya tetap
konstan, yang menunjukkan permukaan antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel.
Amfifil di dalam air mempunyai rantai hidrokarbon menghadap ke misel, jadi pada dasarnya
rantai tersebut menghadap lingkungan hidrokarbonnya. Bagian-bagian polar dari amfifil
mengelilingi inti hidrokarbon ini dan berhubungan dengan molekul-molekul air dari fase
kontinyu. Agregasi juga terjadi dalam cairan nonpolar. Tetapi molekul-molekul dibalik, kepala
polar menghadap ke dalam, sedangkan rantai hidrokarbon berhubungan dengan fase kontinyu
yang bersifat nonpolar.
c. Solubilisasi
Suatu sifat yang penting dari surfaktan di dalam larutan adalah kemampuan misel untuk
meningkatkan kelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi tertentu.
Fenomena ini dikenal sebagai solubilisasi (solubillization).
Surfaktan mempunyai kemampuan dapat memperbesar kelarutan senyawa sukar larut dalam air.
Pengaruh surfaktan dalam memperbesar kelarutan senyawa yang dikarenakan adanya efek
pembasahan dan solubilisasi senyawa dalam misel dari surfaktan.

Efektivitas surfaktan dalam membantu pelarutan obat dalam media air dipengaruhi oleh:
1) Struktur surfaktan, makin besar bagian hidrofobik dari surfaktan makin besar pengaruhnya
terhadap kelarutan obat dalam air
2) Suhu, pengaruh surfaktan dalam membantu pelarutan, meningkat dengan kenaikan suhu
3) Elektrolit
4) Senyawa organik
Masuknya obat dalam struktur obat dapat terjadi pada posisi yang berbeda tergantung pada sifat
obat, terutama polaritasnya. Posisi obat dalam struktur misel dapat berada pada : Letak
solubilisasi obat dalam struktur misel penting dipelajari untuk memahami interaksi antara
surfaktan dengan obat. Tempat yang pasti terjadinya solubilisasi di dalam misel bervariasi sesuai
dengan sifat molekul yang terlarut, dan ini penting menggambarkan tipe interaksi yang terjadi.
C.

WETTING AGENT

Wetting Agent adalah salah satu jenis bahan tambahan yang berfungsi sebagai zat pendispersi.
Pelarut : (dapat sebagai wetting agent alcohol), gliserin, propilen glikol, polietilen glikol.
Penggunaan surfaktan sebagai wetting agent samapi dengan 0.1%.
Surfaktan :
Anionik : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate (docusate sodium).
Non ionic : polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)
Oral : polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)
Topikal : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate (docusate sodium).
Kerugian surfaktan : busa, system deflokulasi
Landasan Teori Wetting :
Tahap kritis pembuatan sediaan suspensi adalah pencampuran partikel padat kedalam pembawa
yaitu pembasaahn pertikel padat untuk mendapakan disperse yang stabil.
Pembasahan (wetting partikel padat) adalah pengusiran udara pada permukaan partikel oleh
cairan. Proses pembasahan melibatkan surface dan interfaces.
Umumnya serbuk yang bersifat sedikit hidrofobik tidak menimbulkan banyak masalah dan
mudah dibasahi. Sedangkan serbuk yang sangat hidrofobik daapt mengambang di permukaan
pembawa air karena besarnya energy interfarsial antara serbuk dan pembawa.

Spreading wetting : cairan yang kontak dengan substrat atau zat padat menyebar dan
menggantikan udaar di permukaan substrat /zat padat. Bila cairan menggantikan kedudukan
seluruh udara dari permukaan, maka dikatakan cairan membasahi permukaan dengan sempurna.
Pada proses pembasaahn terjadi :
a.
Penurunan tegangan permukaan cairan
b.
Penurunan tegangan interfasial cairan/ zat padat
Modifikasi pembasahan dengan surfaktan
Penambahan surfaktan ke dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air dan tegangan
interfasial air atau zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang positif.
Bila zat padat porus atau surfaktan teradsorpsi pada interface zat padat atau cairan maka akan
terjadi penurunan wetting.
Untuk mempercepat pemilihan surfaktan :
Hidrofil-lipofil-balance (HLB) system :
a.
Surfaktan dengan HLB rendah lebih larut dalam minyak
b.
Surfaktan dengan HLB tinggi lebih larut dalam air
Surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan air dibawah 30 dyne/cm2 disebut dengan
pembasahan spontan.
Untuk wetting agent, surfaktan yang sesuai adalah dengan HLB 7-9.
Perhatian pada pemilihan surfaktan :
a.
Compatible
b.
Should be used in minimum amount necessary
c.
Excessive amount may lead to foaming, solubilization, unpleasant taste and odor.
Hidrofilik koloid sebagai pembasah
Acasia, bentonite, tragacanth, alginate, turunan selulosa : protective koloid, membungkus
partikel padat hidrofobik dengan cara lapisan multimolekuler.
Kerugian : Sisitem deflokulasi terutama pada konsentrasi rendah.

D.

JENIS-JENIS ZAT PEMBASAH

1.
Propylene Glycol
a. Propylene Glycole Monomethyl Ether
Nama lain : (1-Methoxy-2-propanol; 1-methoxypropanol; Propapsol solvent M)
Sifat Fisika dan Kimia Propylene Glycol
Deskripsi : Cairan tak berwarna
Rumus Molekul : C4H10O2
Berat Molekul : 90.14
Density : 0.962 g/cm3 @ 20C
Titik Didih : 118-118.5C
Titk Leleh : -96.7C
Tekanan Uap : 11.8 torr @ 25C
Kelarutan : Larut dalam Air, methanol, eter dan yang lainnya.
Faktor konversi : 1 ppm = 3.69 mg/m3 at 25C

Penggunaan dan Sumber Utama


Propylene glycol monomethyl ether (PGME) digunakan sebagai pelarut untuk selulosa, akrilik,
zat warna, tinta dan lainnya. Tetapi penggunaan utama PGME adalah pada industry Vernis dan
Cat.
b.
Propilen Glikol
Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C 3H8O2 dan berat molekul 76,10.
Struktur kimia propilen glikol :
CH3 CH (OH) CH2OH
Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan
higroskopik. Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan
kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan
dengan minyak lemak. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,
disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin dan kosolven yang dapat bercampur
dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30%
larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal.
Propilen glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan
maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik.
Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut,
pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non
parenteral. Propilen glikol merupakan pelarut yang baik dan dapat melarutkan berbagai macam
senyawa, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), kebanyakan
alkaloid dan berbagai anastetik local.
2.
Tween 60
Polisorbat 60 adalah hasil kondensasi stearat dari sorbitol dan anhidranya dengan
etilenoksiada,merupakan ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi dengan
lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol.
Polyoxyethylene 60 sorbitan monoleat atau lebih dikenal sebagai Tween 60 merupakan cairan
kental, buram, kuning, bau agak harum atau bau minyak. Pada suhu lebih dari 24 derajat menjadi
cairan jernih seperti minyak. Kelarutan : larut dalam air, minyak biji kapas, praktis tidak larut
dalam minyak mineral, dapat campur dalam dengan aseton P dan dengan dioksan P. Bobot per
milliliter kurang lebih 1,10 gram, bilangan asam tidak lebih dari 2,0. Tween 80 dapat digunakan

sebagai zat pengemulsi, surfaktan nonionik, zat penambah kelarutan, zat pembasah, zat
pendispersi atau pensuspensi dengan harga CMC adalah 0,0014.
Tween 60 telah digunakan secara luas dalam bidang kosmetik, produk makanan, dan sediaan
farmasetika baik dalam penggunaan secara peroral, parenteral maupun topikal dan tergolong zat
yang nontoksik dan iritan. Menurut WHO, pemakaian perhari untuk Tween maksimal 25 mg/kg
BB.
3.

Gliserin

Gliserin adalah senyawa organic yang disebut juga Gliserol. Tidak berwarna, tidak berbau yang
banyak digunakan secara luas dalam bidang farmasi. Gliserin bersifat hidrofilik, digunakan pada
produk agar produk cukup kering dan sebagai emollient. Gliserin merupakan humektan yang
biasa dipakai untuk kosmetik (hand and body lotion, cream pelembab dll), untuk bahan dasar
pembuatan sabun dan juga merupakan bahan utama untuk pasta gigi. Fungsinya adalah untuk
mengikat air/pelembab sehingga cream selalu basah dan tidak cepat mengering di udara bebas.
Rumus Molekul :

IUPAC name : propan-1,2,3-triol


Other names : propane-1,2,3-triol, 1,2,3-propantriol, 1,2,3-trihydroxypropane, glyceritol, glycyl
alcohol.
Sifat Fisika dan Kimia :
Rumus molekul : C3H5(OH)3
Berat Molekul : 92.09382 g/mol
Penampakan : Jernih, tidak berwarna, cairan, higroskopis
Bau : Tidak Berbau
Density : 1.261 g/cm
Titik Leleh : 17.8 C (64.2F)
Titik Didih : 290 C (554F)
Index Refraktif : 1.4746
4.

Sorbitol

5.

Maltitol

Nama IUPAC : 4-O--D-Glucopyranosyl-D-glucitol


Rumus Molekul : C12H24O11
Berat molekul : 344.31 g/mol
Titik Leleh : 145 C
Maltitol sering digunakan dalam industry farmasi sebagai emollient atau humektan.
6.
7.

Glyceril Triacetate
Xylitol

E.

APLIKASI ZAT PEMBASAH DALAM BEBERAPA SEDIAAN FARMASI

1.
Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
Metode pembuatan tablet yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode granulasi basah.
Hal ini bertujuan untuk memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas granul. Granulasi basah
memerlukan pembasah untuk membuat massa granul. Pembasah yang digunakan biasanya bahan
pengikat dalam bentuk mucilago/larutan.

2.
Pil
Zat pembasah : membasahi massa sebelum dibentuk. Contohnya : Air, gliserol, sirup, madu,
campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok.
Pembuatan Sediaan Pil
Cara pembuatan pil pada prinsipnya, mencampur bahan-bahan obat padat sampai homogen
kemudian ditambah zat-zat tambahan, setelah homogen ditetesi bahan pembasah. Kemudian
dengan cara menekan sampai diperoleh massa pil yang elastis lalu dibuat bentuk batang dan
dipotong dengan alat pemotong pil sesuai dengan jumlah pil yang diminta. Bahan pelicin
ditambahkan setelah terbentuk massa pil agar supaya massa pil yang telah jadi tidak melekat
pada alat pembuat pil.
3.
Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap, dan bila digojog perlahan lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di
tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel
terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen
komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan.
Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan
mudah dituang. Pada etiket harus tertera Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup
baik dan disimpan di tempat yang sejuk .
Pembasahan Partikel
Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tidak larut di dalam cairan
pembawa adalah langkah yang penting. kadang kadang adalah sukar mendispersi serbuk,
karena adanya udara, lemak dan lain lain kontaminan .
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ nya besar mereka mengambang pada
permukaan cairan.
Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar dibasahi meskipun ditekan di bawah
permukaan cairan.
Serbuk dengan sudut kontak 90 akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari cairan.
Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil
dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya sudut kontak .

Serbuk yang sulit dibasahi air , disebut hidrofob , seperti sulfur , carbo adsorben, Magnesii
Stearat dan serbuk yang mudah dibasahi air disebut hidropofil seperti toluen , Zincy Oxydi ,
Magnesii Carbonas .
Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan ( wetting agent ) adalah sangat berguna dalam
penurunan tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak , pembasahan akan dipermudah.
Gliserin dapat berguna di dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan memindahkan
udara diantara partikel partikel hingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi
partikel karena lapisan gliserin pada permukaan partikel mudah campur dengan air. Maka itu
pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin, propilenglikol,
koloid gom baru diencerkan dengan air. ( IMO , 152 )
4.
Syrup
Jika ada pembasah (wetting agent) : bahan yang tidak larut digerus dulu dengan pembasah, baru
digerus dengan zat pensuspensi.
Contoh zat pembasah : Gliserol, Propilen Glikol, Sorbitol, Tween.

KESIMPULAN
Beberapa zat berkhasiat memiliki sifat hidrofob, yaitu sifat yang susah untuk dibasahi. Zat
berkhasiat yang demikian akan menimbulkan masalah dalam waktu hancurnya, oleh karena itu
diperlukan suatu zat pembasah. Zat pembasah membantu mempercepat penetrasi cairan ke dalam
tablet sehingga dapat terjadi kontak antara bahan cairan dengan zat penghancur yang lebih cepat.
Zat-zat pembasah, yang bersifat kationik, anionic dan nonionic. Zat-zat ini mengandung gugus
hidrofilik dan lipofilik dengan bagian lipofilik dari molekul menyebabkan aktivitas permukaan
dari molekul tersebut.
Pembasahan (wetting partikel padat) adalah pengusiran udara pada permukaan partikel oleh
cairan. Proses pembasahan melibatkan surface dan interfaces.
Umumnya serbuk yang bersifat sedikit hidrofobik tidak menimbulkan banyak masalah dan
mudah dibasahi. Sedangkan serbuk yang sangat hidrofobik daapt mengambang di permukaan
pembawa air karena besarnya energy interfarsial antara serbuk dan pembawa.
Spreading wetting : cairan yang kontak dengan substrat atau zat padat menyebar dan
menggantikan udaar di permukaan substrat /zat padat. Bila cairan menggantikan kedudukan
seluruh udara dari permukaan, maka dikatakan cairan membasahi permukaan dengan sempurna.

Pada proses pembasahan terjadi :


a. Penurunan tegangan permukaan cairan
b. Penurunan tegangan interfasial cairan/ zat padat

DAFTAR PUSTAKA
1.

Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

2.

Barnett, G. 1962. Cosmetics and Science Technology. Volume I. Wiley Interscience, New

York.
3.

Bennett, H. 1945. The chemical Formulary, Cosmetics and Drug Products. Vol III.

Chemical Publishing Co., INC. Brooklyn, New York.


4.

Suryani, A., I. Sailah., dan E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.


5.

http://etd.eprints.ums.ac.id/1538/1/K100040264.pdf

6.

http://etd.eprints.ums.ac.id/3381/1/K100040237.pdf

Diposkan oleh alex bonajaya di 23.10

http://dunia-wahyu.blogspot.com/2012/03/kimia-permukaan-surfaktan.html
diakses 22 Mei 2015 pukul 02.32
Kimia Permukaan: Surfaktan

2.1

Surfaktan

Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki gugus


hidrofilik dan gugus hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari
molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik)
dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (hidrofobik). Bagian polar
molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini
yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyakair dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada
pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat
ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (hidrofobik)
adalah merupakan rantai alkil yang panjang ekor, sementara bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil dan nampak sebagai kepala surfaktan.
Representasi surfaktan ditunjukan paga Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 2. Representasi struktur surfaktan


Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa
dengan air, sedangkan gugus hidrofobik bersifat non polar dan mudah bersenyawa
dengan minyak. Pada suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih
dominan jumlahnya. Molekul-molekul surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak apabila gugus polarnya yang lebih dominan. Hal ini
menyebabkan tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinyu. Sebaliknya, apabila gugus non polarnya lebih
dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diadsorpsi lebih kuat oleh
minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinyu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan

akan

konstan

walaupun

konsentrasi

surfaktan

ditingkatkan.

Bila

surfaktan

ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk


misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut critical micelle concentration
(cmc). Tegangan permukaan akan menurun hingga cmc tercapai. Setelah cmc
tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka
menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis
dengan monomernya.
Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari
molekul-molekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai
100 molekul asam lemak dari sabun Sifat-sifat koloid dari larutan elektrolit natrium
dedosil sulfat dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Sifat koloid pada natrium dodesil sulfat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai cmc, untuk deret homolog
surfaktan rantai hidrokarbon, nilai cmc bertambah 2x dengan berkurangnya satu
atom C dalam rantai. Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar
nilai cmc dan juga memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai cmc
surfaktan ion. Penurunan cmc hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu
makin besar konsentrasinya makin turun cmc-nya.Secara umum misel dibedakan
menjadi dua, yaitu: struktur lamelar dan sterik seperti telihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Struktur misel (a) sterik dan (b) lamelar

Karena pada cmc terjadi penggumpalan dari molekul surfaktan, maka cara
penentuan cmc dapat menggunakan cara-cara penentuan besaran fisik yang
menunjukkan perubahan dari keadaan ideal menjadi tak ideal. Di bawah cmc
larutan menjadi bersifat ideal. Sedangkan diatasnya cmc larutan bersifat tak ideal.
Besaran fisik yang dapat digunakan ialah tekanan osmosa, titik beku larutan,
hantaran jenis atau hantaran ekivalen, kelarutan solubilisasi, indeks bias, hamburan
cahaya, tegangan permukaan, dan tegangan antarmuka.

2.2

Jenis-Jenis Surfaktan

Surfaktan terdiri dari beberapa jenis tergantung pada jenis muatan yang
terdapat pada kepala surfaktan tersebut. Jenis-jenis surfaktan yakni:
2.2.1

Surfaktan anionik.
Surfaktan ini memiliki kepala yang bermuatan negatif. Surfaktan jenis ini banyak
digunakan pada industri laundri dan juga efektif dimanfaatkan dalam proses
perbaikan atau perawatan tanah yang tercemar minyak dan senyawa hidrofobik
lainnya. Surfaktan ini dapat bereaksi dalam air cucian dengan ion air sadah
bermuatan positif seperti kalsium dan magnesium. Reaksi ini menyebabkan

deaktifasi parsial pada surfaktan. Semakin banyak ion kalsium atau magnesium di
dalam air maka makin banyak pula surfaktan anionik yang akan dideaktifasi.
Surfaktan anionik yang banyak digunakan adalah senyaw alkil sulfat, alkil etoksilat
dan sabun. Gambar 4 menunjukkan beberapa contoh surfaktan anionik.

Gambar 4 Contoh surfaktan anionik

2.2.2

Surfaktan kationik
Surfaktan jenis ini memiliki kepala yang bermuatan positif di dalam air. Terdapat
tiga kategori surfaktan kationik jika didasarkan pada spesifikasi aplikasinya, yakni:

a.

Pada industri pelembut dan deterjen, surfaktan kationik menybabkan terjadinya


kelembutan. Penggunaan utamanya adalah pada produk-produk laundri sebagai

pelembut. Salah satu contoh surfaktan kationik adalah esterquat.


b. Pada laundri deterjen, surfaktan kationik (muatan positif) meningkatkan packing
molekul surfaktan anionik (muatan negatif) pada antarmuka air. Contoh surfaktan
ini adalah surfaktan dari sistem mono alkil kuartener.

c.

Pada pembersih rumah dan kamar mandi, surfaktan kationik sebagai agen
disinfektan.
Contoh-contoh surfaktan kationik ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Contoh surfaktan kationik.

2.2.3

Surfaktan nonionik
Surfaktan ini tidak memiliki muatan, sehingga menjadi penghambat bagi dekativasi
kesadahan air. Kebanyakan surfaktan nonionik berasal dari ester alkohol lemak.
Contoh surfaktan ini adalah ester gliserin asam lemak dan ester sorbitan asam
lemak. Gambar 6 menunjukkan representasi surfaktan nonionik.

Gambar 6 Representasi surfaktan nonionik.

2.2.4

Surfaktan amfoter/zwiterionik
Surfaktan ini memiliki muatan positif dan negatif. Ia dapat berupa anionik, kationik
atau ninionik dalam suatu larutan tergantung pada pH air yang digunakan.
Surfaktan ini bisa terdiri dari dua gugus muatan dengan tanda yang berbeda.
Contoh dari surfaktan amfoter adalah alkil betain seperti ditunjukkan pada Gambar
7.

Gambar 7 Contoh surfaktan amfoter

2.3

Mekanisme Kerja Surfaktan


Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah dan

sejenisnya, surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up,
emulsifikasi dan solubilisasi.
a.

Roll up
Pada mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan antarmuka
antara minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam larutan berair.

b.

Emulsifikasi
Pada mekanisme ini surfaktanmenurunkan tegangan antarmuka minyak-larutan dan
menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.

c.

Solubilisasi
Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut), senyawa secara
simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan jernih.

Mekanismenya roll up dan emulsifikasi terdapat pada Gambar 8.

Gambar 8 Mekanisme kerja surfaktan (a) roll up dan (b) emulsifikasi

Contoh Soal 1:
Sebuah surfaktan yang mempunyai harga HLB 8 akan digunakan sebagai emulsifier
untuk emulsi minyak pada lanolin. Sarankan minimal 2 campuran surfaktan yang
harus digunakan oleh seorang ahli kimia dengan minimal harus menggunakan cetyl
alcohol 10%. Berikan alasan Sdr!

Jawaban:

Sebuah surfaktan yang mempunyai harga HLB 8 akan digunakan sebagai emulsifier
untuk emulsi minyak pada lanolin. Jika dibuthkan minimal 2 campuran surfaktan
yang harus digunakan oleh seorang ahli kimia dengan minimal harus menggunakan
cetyl alcohol 10%, maka campurannya harus dihitung berdasarkan nilai HLB
masing-masing surfaktan dan fraksinya dalam campuran tersebut.
HLB merupakan singkatan dari Hydrophile-Lipophile Balance, merupakan
perbandingan bagian yang larut oleh minyak dan larut oleh air dari suatu molekul.
Sistem ini sebenarnya dikembangkan untuk prosuk teretoksilasi. Semakin tinggi
nilai HLB maka akan semakin besar kelarutannya pada air. Tabel di bawah ini
menunjukkan pendekatan nilai HLB untuk surfaktan sebagai fungsi kelarutan dalam
air.

Kelarutan di Air

Nilai HLB

Deskripsi

Tak larut

4-5

Pengemulsi W/O

Terdispersi sedikit (seperti


susu)

6-9

Agen pembasah

Tembus cahaya sampai


jernih

10 - 12

Deterjen

Sangat larut

13 18

Pengemulsi O/W

Terdapat dua jenis utama emulsi pada sistem HLB, yakni minyak dalam air (O/W)
dan air dalam minyak (W/O). Fasa O/W merupakan fasa kontinyu. Bancroft
mempostulatkan jika terdapat campuran antara dua fasa dengan keberadaan
surfaktan, maka pengemulsi membentuk fasa ketiga sebagai film pada antarmuka
diantara dua fasa yang bercampur bersama.
Pada proses emulsifikasi dengan menggunakan kombinasi beberapa pengemulsi
maka hilai HLB dihitung menggunakan persamaan:
HLB rata-rata = X1 HLB1 + X2 HLB2
dimana X1 dan X2 merupakan fraksi berat surfaktan 1 dan 2 sementara HLB 1 dan
HLB2 adalah harga individu HLB surfaktan 1 dan 2.
Nilai masing-masing HLB surfaktan ditampilkan pada tabel di bawah ini:

Sehingga apabila suatu campuran surfaktan dengan nilai HLB rata-rata 8, yang
harus dibuat dengan 10% cetyl alcohol (HLB cetyl alcohol = 15), maka campuran
surfaktan satunya adalah sebagai berikut:
Jika diasmsikan fraksi total = 100%
HLB rata-rata = 8
HLB cetyl alcohol (HLB1) = 15
Fraksi cetyl alcohol (X1) = 10% sehingga farksinya = 0,1
Fraksi 2 (X2) = 90% atau 0,9

Maka dengan memasukkan ke persamaan


HLB rata-rata = X1 HLB1 + X2 HLB2

Menjadi
8 = 0,1 . 15 + 0,9 . HLB2
8 = 1,5 +0,9 HLB2
0,9 HLB2 = 6,5
HLB2 = 6,5/0,9
HLB2 = 7,2
Berdasarkan tabel diatas, surfaktan yang memiliki nilai HLB berkisar antara 7,2
adalah
Petrolatum.
Sehingga bisa disimpulkan campuran surfaktan untuk mengemulsi minyak pada
lenolin terdiri dari campuran 10% cetyl alkohol dan 90% petrolatum.

Contoh Soal 2:
(20%) Sebuah gelembung busa mengapung dalam suatu system yang mempunyai
harga wSL dan L 20 erg/cm2 dan 30 erg/cm2. Hitunglah harga G1, G2 dan
Wprakt

Jawaban:

Diketahui:

WSL

= 20 erg/cm2

= 30 erg/cm2

= 0,15 cm

Ditanya: G1 ?
G2.?
Wprakt....?

Jawab:

a)

G1 = (ASL) . L
= ( r2) . L
= ( (0,15)2 cm2) . 30 erg/cm2
= 0,07065 cm2 . 30 erg/cm2
= 2,1195 erg

b)

WJL
20 erg/cm2
10
100
S
S

= 2 (S . L)1/2
= 2 (S. 30 erg/cm2)1/2
= (S . 30)1/2
= S. 30
= 100 /3
= 3,33 erg/cm2

SL = -17,88
G2 = (S - Sl - L) ASL

= (3,33 (-17,88) 30) 0,07065


= - 0,621
c)

Wprak
= - WSL. ASL + L. ASL
= -20 . 0,07065 + 30 . 0,07065
= -1,413 + 2,1195
= 0,7065

Catatan:
Contoh soal ini merupakan beberapa soal untuk kuis mata kuliah Kimia Permukaan,
dan jawabannya adalah jawaban saya sendiri (Belum pasti apakah jawaban ini
sudah benar atau belum, sekadar hanya untuk berbagi saja).

SUMBER

Adamson, A.W., 1982., Physical chemistry of surface., A wiley-Interscience Publication,


USA.

Anonim., 2005., Surfactant., diakses dari


http://www.scienceinthebox.com/en_UK/glossary/surfactants_en.html#five pada hari
Sabtu, 3 Maret 2012 pukul 14.00
Camazano, M.S., Cruz, R.M.S. dan Martin, S.M., 2003., Evaluation of component
characteristics of soil-surfactantherbicide system that affect enhanced desorption
of linuron and atrazine preadsorbed by soil., Environ.Sci.Technol., 37, 2759-2766.

Cruz, R.M.S., Martin, S.M.J. dan Camazano., 2006. Surfactant-enhanced desorption of


atrazine and linuron residues as affected by agung of herbicides in soil.,
Arc.Environ.Contam.Toxicol., 50, 128-137.

Rosen, M.J. dan Kunjappu, J.T., 2012., Surfactants and Interfacial Phenomena., Hoboken,
New Jersey: John Wiley & Sons.

Sawyer, Clair N., McCarty, Perry L., dan Parkin, Gene, (1994), Chemistry for
Environmental Engineering, 4th edition, Mc Graw- Hill Inc, New YorK

http://intanint.blogspot.com/2013/12/makalah-surfaktan.html
diakses 22 Mei 2015 pukul 02.34

TUGAS KIMIA FISIKA II


NAMA

: INTAN YULIASTUTY

NIM

: 126422

KELAS

: IIC
AKADEMI KIMIA ANALISIS BOGOR 2013/2014

SURFAKTAN
1. Pengertian Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah
bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan
positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada
antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus
hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat
ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan
rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
2. Klasifikasi Surfaktan dan Jenis Jenis Surfaktan
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam
minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang,
senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.

2. Surfaktan yang larut dalam pelarut air


Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat
pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang
termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang
bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter
yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara
menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik
berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak.
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1.

Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.

Surfaktan ini membentuk kelompok surfaktan yang paling besar dari jumlahnya. Sifat
hidroliknya berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan gugus sulfat atau sulfonat.
Pada kasus ini, gugus hidrofob diikat ke bagian hidrofil dengan ikatan C-O-S yang labil, yang
mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari surfaktan anionik adalah linier alkilbenzen sulfonat
(LAS), alkohol sulfat (AS), alpha olefin sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary alkane
sulfonat (SAS).
Natrium dodekil sulfonat : C12H23CH2SO3-Na+
Natrium dodekil benzensulfonat : C12H25ArSO3-Na+
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan
garam alkil dimethil benzil ammonium.
C12H25Cl+ N(CH3)3 [C12H25N-(CH3)3]+Cl3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.
Surfaktan sejenis ini tidak berdisosiasi dalam air, tetapi bergantung pada struktur (bukan keadaan
ion-nya) untuk mengubah hidrofilitas yang membuat zat tersebut larut dalam air. Surfaktan
nonionik biasanya digunakan bersama-sama dengan surfaktan aniomik. Jenis ini hampir
semuanya merupakan senyawa turunanpoliglikol, alkiloamida atau ester-ester dari polihidroksi
alkohol. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam

lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol
amina dan alkil amina oksida.
Pentaeritritit palmitat : CH3(CH2)14COO-CH2- C(CH2OH)3
Polioksietilendodekileter : C12H25-O-(CH2-CH2O)2H
4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan
negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi, seperti linier alkilbensen sulfonat
(LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE) dan alkil etoksilat sulfat (AES)
Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam ini dapat menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan, karena surfaktan ini setelah digunakan akan menjadi limbah yang sukar
terdegradasi. Disamping itu, minyak bumi yang digunakan merupakan sumber bahan baku yang
tidak dapat diperbaharui. Masalah inilah yang menyebabkan banyak pihak mencari alternatif
surfaktan yang mudah terdegradasi dan berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui
(Herawan, 1998; Warwel, dkk. 2001).
Berdasarkan Unsur dan Gugus fungsi:
Pembagian ini disusun khusus untuk keperluan analisis surfaktan, yeyapi dapat pula diterapkan
untuk untuk meliputi secara praktis semua jenis surfaktan yang ada. Kelas unsur unsur tambahan
yang ada (N,S,P,atau logam)
I.A tidak ada
I.B hanya logam
ll.A hanya sulfur
ll.B logam dan sulfur
lll.A nitrogen (dengan atau tanpa halogen,HSO4-,SO42-, H2PO4-,HPO42-, atau PO43-)
lll.B logam dan nitrogen
lV.A sulfur organik dan nitrogen
lV.B nitrogen, sulfur, dan logam
V.A hanya fosfor
V.B fosfor dan logam
V.C nitrogen dan fosfor organik
3. Struktur Pembentuk dan Pembuatan Surfaktan

Surfaktan (surfactant = surfactive active agent) adalah zat seperti detergent yang
ditambahkan pada cairan utuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan dengan
menurunkan tegangan permukaan caira khususnya air. Sufaktan mempunyai struktur molekul
yang terdiri dari gugus hydrophobic dan hydrophilic. Gugus hydrophobic merupakan gugus yang
sedikit tertarik/menolak air sedangkan gugus hydrophilic tertarik kuat pada molekul air. Sturktur
ini disebut juga dengan struktur amphipatic. Adanya dua gugus ini menyebabkan penurunan
tegangan muka dipermukaan cairan. Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah
bersenyawa dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa
dengan minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya.
Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan
diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula
sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul molekul surfaktan tersebut
akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan
minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka
surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical
Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai.
Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka
menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
monomernya (Genaro, 1990).
4. Cara Kerja Surfaktan dalam Menurunkan Tegangan Muka Cairan
Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masuk
kedalamlarutan yang polar dan bagian yang hirdrofilik akan masuk kedalam bagian yang non
polar sehinggasurfaktan dapat menggabungkan (walaupun sebenarnya tidak bergabung) kedua
senyawa yangseharusnya tidak dapat bergabung tersebut. Namun semua tergantung pada
komposisi darikomposisi dari surfaktan tersebut. Jika bagian hidrofilik lebih dominan dari
hidrofobik maka ia akan melarut kedalam air, sedangkan jika ia lebih banyak bagian

hidrofobiknya maka ia akan melarutdalam lemak dan keduanya tidak dapat berfungsi sebagai
surfaktan.Bagian liofilik molekul surfaktan adalah bagian nonpolar, biasanya terdiri dari
persenyawaanhidrokarbon aromatik atau kombinasinya, baik jenuh maupun tidak jenuh. Bagian
hidrofilik merupakan bagian polar dari molekul, seperti gugusan sulfonat, karboksilat,
ammonium kuartener,hidroksil, amina bebas, eter, ester, amida.Biasanya, perbandingan bagian
hidrofilik dan liofilik dapat diberi angka yang disebutkeseimbangan Hidrofilik dan Liofilik yang
disingkat KHL, dari surfaktan.
5. Aplikasi Surfaktan
Jenis surfaktan yang biasanya digunakan pada produk-produk kosmetika dan pangan
adalah lemak/asam lemak yang berasal dari minyak kelapa, dan saat ini seluruhnya diimpor dari
negara lain. Surfaktan alkanolamida yang berasal dari minyak kelapa contohnya coconut
dietanolamida. Coconut dietanolamida dimanfaatkan sebagai penstabil busa, bahan pendispersi,
dan viscosity builder pada produk-produk toiletries dan pembersih seperti shampo, emulsifier,
bubble bath, detergen bubuk dan cair, stabilizer skin conditioner dan sebagainya. Bahkan,
aplikasi surfaktan sangat luas, tak terbatas dalam industri pembersih tapi juga pada industri cat,
pangan, polimer, tekstil, dan lain-lain.
Sampo
Dalam sampo modern, sabun telah diganti dengan bahan aktif yang disebut surfaktan.
Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda
interaksinya dengan air, yakni ujung satu (biasa disebut kepala) yang suka air dan ujung satunya
(yang disebut ekor) yang tidak suka air.
Berdasarkan muatan kepalanya, surfaktan dibagi atas surfaktan anionik, kationik,
nonionik, dan amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan baik di segala jenis air dan akan dapat
dibilas dengan mudah dan sempurna. Sebagian besar sampo kini dalam kemasan 2 in 1, bahan
pembersih sekaligus conditioner. Bahan pembersihnya akan membersihkan rambut dan kulit
kepala, sementara conditioner-nya akan membuat rambut lebih mudah disisir ketika basah dan
akan membuat rambut ketika kering lebih tampak "berisi (seolah lebih besar volumenya)" tanpa
tampak beterbangan.

Seperti telah disinggung di atas, kandungan sampo 2 in 1 utamanya adalah bahan


pembersih dan conditioner. Lebih lengkapnya, kandungan sampo yang beredar di pasar kini
umumnya adalah, pertama, bahan pembersih, umumnya berupa sistem surfaktan. Kadang selain
surfaktan, ditambahkan pula sedikit booster busa untuk mengubah sifat busa yang dihasilkan
surfaktan. Bahan surfaktan yang umum digunakan adalah surfaktan anionik, seperti natrium
lauril eter sulfat (juga sering disebut natrium lauret sulfat), natrium lauril sulfat, dan senyawa
amonium. Kedua, bahan conditioner, biasanya digunakan bahan berupa surfaktan kationik,
seperti olealkonium klorida, distearildimonium klorida, dan isostearil etildimonium etosulfat.
Ketiga, bahan aditif fungsional, termasuk di dalamnya bahan yang dapat mengontrol
viskositas sampo. Dapat dibayangkan apabila sampo terlalu encer, sampo akan sukar dipakai,
demikian pula jika sampo, misalnya, sekental pasta gigi. Bahan yang umum digunakan adalah
surfaktan amfoterik, seperti kokamidopropil betain atau kokamidopropil hidroksisultain. Aditif
lain adalah pengontrol pH, agar sampo mempunyai pH antara 3,5 dan 4,5. Keempat, pengawet.
Sampo tanpa pengawet akan merupakan tempat ideal bagi berkembangnya berbagai jenis bakteri.
Hal ini akan membuat produknya cepat rusak dan dapat membahayakan kesehatan. Pengawet
yang umum digunakan adalah natrium benzoat, paraben, tetranatrium EDTA.
Kelima, bahan aditif estetik, termasuk di dalamnya pewarna, parfum yang membuat
sampo enak dipakai. Keenam, bahan-bahan aktif medis, misalnya beberapa sampo mengandung
seng piritionin yang dapat mengobati ketombe, atau pantenol yang penting untuk pertumbuhan
rambut dan yang meningkatkan kelembaban rambut.
Ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1986, sampo 2 in 1 menjadi topik perdebatan
yang sengit di kalangan ilmuwan. Pasalnya, kimiawan sebelum tahun 1980-an percaya penuh
bahwa tidak mungkin mencampurkan bahan pembersih dan conditioner, seperti disebut di atas
pembersihnya adalah surfaktan anionik, sedangkan conditoner-nya adalah surfaktan kationik.
Namun, beberapa orang, terutama di perusahaan Procter & Gamble, berhasil melakukannya
dengan menambahkan bahan khusus, yakni suatu senyawa karbon dari silikon (yakni silicone,
sejenis yang dipakai dalam kosmetik dan jangan dikacaukan dengan unsur silikon).
Bahan kondisioner yang bermuatan positif akan tertarik ke rambut yang bermuatan
negatif (mengenai rambut yang bermuatan listrik tentu sudah kita kenal, inilah yang
menyebabkan mengapa sisir plastik pun dapat diberi muatan apabila digunakan untuk menyisir

rambut kering). Akibatnya, rambut akan menjadi netral sehingga tolak-menolak antarhelai
rambut akan berkurang, dan kesan beterbangan pun berkurang.
Surfaktan Pengusir Kuman dan Racun
Beberapa pestisida bersifat lipofil dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Oleh
karenanya, diperlukan usaha untuk menghilangkan pestisida yang terdapat pada produk pertanian
seperti sayur dan buah yang akan kita santap. Mengingat sifatnya yang lipofil, maka pencucian
menggunakan air saja tidaklah cukup.Nah, di sinilah diperlukan surfaktan untuk meningkatkan
daya bersih air, terhadap makanan yang akan kita masak. Apa itu surfaktan dan bagaimana
kerjanya untuk melenyapkan residu pestisida pada produk pertanian yang biasa dimasak ibu di
dapur?
Surfaktan merupakan singkatan dari surface active agents, bahan yang menurunkan
tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair),
sehingga mempermudah penyebaran dan pemerataan.Dimana surfaktan adalah senyawa kimia,
yang dalam molekulnya memiliki dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air yakni ujung
yang biasa disebut kepala (hidrofil), sifatnya `suka` air dan ujung yang disebut ekor (lipofil),
sifatnya tidak `suka` air. Dalam proses pencucian menggunakan air, bagian hidrofil akan
berinteraksi dengan air, sedangkan bagian lipofil akan berinteraksi dengan kontaminan seperti
pestisida. Dengan demikian, surfaktan bertindak sebagai jembatan dan dengan sendirinya akan
meningkatkan efektivitas pencucian pestisida menggunakan air.
Surfaktan dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat pada sabun, yang berupa garam
natrium (Na) dari asam lemak yaitu asam stearat, asam palmitat, dan asam oleat. Umumnya,
surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih. Hal ini, karena surfaktan lebih ramah lingkungan.
Detergen
Detergen adalah salah satu senyawa yang memudahkan proses pembersihan. Istilah
detergen, kini dipakai untuk membedakan antara sabun dengan surfaktan jenis lainnya.Produk
yang disebut detejen ini merupakan pembersih yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Dibandingkan dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai
daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Detergen pun mengandung bahan surfaktan. Pada detergen, jenis muatan yang dibawa
surfaktan adalah anionik. Kadang ditambahkan surfaktan kationik sebagai bakterisida atau
pembunuh bakteri. Bahan aktif ini berfungsi sama, yaitu menurunkan tegangan permukaan air,

sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, termasuk racun
pestisida yang menempel pada sayur dan buah.Kemampuan detergen untuk menghilangkan
berbagai kotoran yang menempel pada tangan, kain, dan bahan lain mengurangi keberadaan
kuman dan bakteri, yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pakai kain, karpet, alat
rumah tangga, dan peralatan rumah lainnya sudah tidak diragukan lagi.
Kosmetika
Pada kosmetik dan personal care, surfaktan juga memiliki syarat-syarat. Syarat
syaratnya sebagai surfaktan :
1. Anti alergi
2. Anti iritasi
3. Bau dan warna berlebihan tidak anjurkan
4. Reaksi yang merugikan diminimalkan
5. Bebas dari kotoran dan tidak toksik
Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung menggunakan surfaktan
polimer. Selain itu surfaktan anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik juga dapat digunakan.
Beberapa penelitian menggunakan surfaktan alami karena lebih aman untuk aplikasi.
Jenis-jenis dari surfaktan yang digunakan dalam kosmetik dan personal care :

Surfaktan anionik
Surfaktan anionik adalah memiliki muatan negatif pada kepala. Termasuk pada kelompokkelompok seperti asam karboksilat, sulfat, asam sulfonat, asam fosfat dan turunannya, dan
berguna untuk aplikasi yang memerlukan pembersihan (perlengkapan mandi dan busa).

Surfaktan Asam Karboksilat : stearat berguna untuk produk seperti deodoran dan

antiperspirant. Garam (natrium stearat) membuat sabun yang sangat baik.


Sulfat : natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS), atau teretoksilasi, natrium
sulfat laureth (SLES) dalam penggunaan pembuatan sabun. Surfaktan tersebut pembuat foam
sangat baik, agen pembersih, dan relatif murah.

Asam sulfonat : umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka termasuk Taurates
(berasal dari taurin), Isethionates (berasal dari asam isethionic), sulfonat olefin, dan
Sulfosuccinates. Alasan mereka tidak digunakan lebih sering adalah bahwa mereka lebih mahal

untuk diproduksi.
Surfaktan kationik
Surfaktan kationik memiliki muatan positif pada kepala. Termasuk kationik yaitu seperti Amin,
Alkylimidazolines, Amin Alkoxylated, dan Senyawa Amonium Quaternized (atau Quats).
Masalah dari surfaktan kationik biasanya tidak kompatibel dengan surfaktan anionik. sulit untuk
menghasilkan produk yang secara bersamaan bersih. Surfaktan kationik juga bisa menyebabkan

iritasi sehingga ini harus dipertimbangkan ketika menggunakan kosmetik dengan kationik.
Surfaktan amfoter : Contohnya termasuk Lauriminodipropionate Natrium

dan

Lauroamphodiacetate Dinatrium.Amphoterics terutama digunakan dalam kosmetik sebagai


surfaktan sekunder. Amfoterik dapat membantu meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi
iritasi. Juga digunakan untuk shampoo bayi dan produk pembersih lain yang memerlukan
kelembutan. Kekurangan adalah bahwa mereka tidak memiliki sifat pembersihan yang baik dan

tidak berfungsi dengan baik sebagai emulsifier.


Surfaktan Non ionik : Surfaktan yang tidak bermuatan. Paling sering digunakan sebagai
emulsifier, bahan pendingin, dan agen pelarut. Nonionics utama yang digunakan untuk kosmetik
termasuk alkohol, alkanolamides, ester, dan oksida amina.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Day.R.A dan Underwood.1981. Analisis Kimia Kualitatif. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga

P.W Atkins. 1994. Kimia Fisika. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga

Buku Applied surfactant: principles dan application oleh penulis Prof. Dr. Tharwat F. Tadros
tahun 2005 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim
http://www.scribd.com/doc/22199614/SURFAKTAN

Anda mungkin juga menyukai