Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PRAKTIKUM FARMASI FISIK

KELARUTAN OBAT

OLEH :

1. NI PUTU NADYA CAHYANI (202007)


2. LUH DESI INTAN PURNAMI (202008)
3. NI NENGAH KUSUMA YANTI (202009)
4. IDA AYU GEDE WIDYADNYANI (202010)
5. NI KOMANG PUTRI PRADNYANI (202011)
6. IDA AYU NYOMAN ALIT SAWITRI (202012)

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA


TAHUN AJARAN 2020/2021
D3 FARMASI 2020
1. Jelaskan perbedaan antara kelarutan (solubility) dengan disolusi (dissolution) ! (40)
Jawaban
Kelarutan berasal dari kata dasar “larut” yang memiliki beragam definisi baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Namun ringkasan dari berbagai sumber, definisi
larut sangatlah sederhana, yaitu dispersi molekuler dari suatu zat dalam sutu medium.
Dengan demikian, larutan musti terdiri dari dua komponen utama, yaitu zat yang
terlarut (solut) dan medium (solven). Sedangkan ukuran suatu zat dapat melarut dalam
suatu medium dinamakan kelarutan. Kelarutan juga sangat berpengaruh terhadap
“perjalanan” obat di dalam tubuh. Jika obat tidak dapat larut dalam air maka akan
sangat sulit baginya untuk terdisolusi dari sediaannya. Sedangkan jika tidak mampu
melarut dalam lipid maka akan terhambat proses absorbsinya. Dengan demikian obat
seharusnya memiliki kedua sifat baik lipofil maupun hidrofil.
Sedangkan Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat
masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah
proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat
padat dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk
sediaan padat terlibat berbagai proses disolusi yang melibatkan zat murni.
Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media
disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses ddisintegrasi, dan degradasi
sediaan, merupakan sebagaian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi
obat dari sediaan.
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya
larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak
dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak
menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang minimum. Daya larut yang
ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan menyiapkan lebih
banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti mikronisasi
obat atau kompleksasi.
Sifat-sifat kimia, fisika, bentuk obat dan juga fisiologis dari sistem biologis
mempengaruhi kecepatan absorbsi suatu obat dalm tubuh. Oleh karena itu konsentrasi
obat, bagaimana kelarutannya dalam air, ukuran molekulnya, pKa dan ikatan
proteinnya adalah faktor-faktor kimia dan fisika yang harus dipahami untuk
mendesain suatu sediaan. Hal ini meliputi faktor difusi dan disolusi obat.
2. Sebutkan dan jelaskan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kelarutan dari suatu obat (60)
Jawaban
Kelarutan suatu zat (solut) dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, antara lain :
pembentukan kompleks, modifikasi kristal, pembentukan prodrug, penambahan
kosolven, dan penambahan surfaktan.
1. Pembentukan Kompleks
Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya
van der waals dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen
memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan
kovalen koordinat penting dalam beberapa kompleks logam. Salah satu faktor
yang penting dalam pembentukan kompleks molekuler adalah persyaratan ruang.
Jika pendekatan dan asosiasi yang dekat dari molekul donor dan molekul akseptor
dihalangi oleh faktor ruang, kompleks akan atau mungkin berbentuk ikatan
hidrogen dan pengaruh lain harus dipertimbangkan.
Polietilen glikol, polistirena, karboksimetil-selulosa dan polimer sejenis yang
mengandung oksigen nukleofilik dapat berbentuk kompleks dengan berbagai obat.
Semakin stabil kompleks organik molekuler yang terbentuk, makin besar reservoir
obat yang tersedia untuk pelepasan. Suatu kompleks yang stabil menghasilkan laju
pelepasan awal yang lambat dan membutuhkan waktu yang lama untuk pelepasan
sempurna (Martin dkk, 1993)
Cara ini membuat pentingnya pembuatan kompleks molekuler. Dibawah
kompleks ini diartikan senyawa yang antara lain terbentuk melalui jembatan
hidrogen atau gaya dipol-dipol, juga melalui antar aksi hidrofob antar bahan obat
yang berlainan seperti juga bahan obat dan bahan pembantu yang dipilih.
Pembentukan kompleks sering dikaitkan dengan suatu perubahan sifat yang lebih
penting dari bahan obat, seperti ketetapan dan daya resorbsinya, sehingga dalam
setiap kasus diperlukan suatu pengujian yang cermat dan cocok. Pembentukan
kompleks sekarang banyak dijumpai penggunaannya untuk perbaikan kelarutan,
akan tetapi dalam kasus lain juga dapat menyebabkan suatu perlambatan kelarutan
(Voigt, 1984).
2. Penambahan Kosolven
Kosolven seperti etanol, propilen glikol, polietilen glikol dan glikofural telah
rutin digunakan sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan obat dalam larutan
pembawa berair. Pada beberapa kasus, penggunaan kosolven yang tepat dapat
meningkatkan kelarutan obat hingga beberapa kali lipat, namun bisa juga
peningkatan kelarutannya sangat kecil, bahkan dalam beberapa kasus penggunaan
kosolven dapat menurunkan kelarutan solut dalam larutan berair.
Efek peningkatan kelarutan terutama disebabkan oleh polaritas obat terhadap
solven (air) dan kosolven. Pemilihan sistem kosolven yang tepat dapat menjamin
kelarutan semua komponen dalam formulasi dan meminimalkan resiko
pengendapan karena pendinginan atau pengenceran oleh cairan darah. Akibatnya
hal ini akan mengurangi iritasi jaringan pada tempat administrasi obat
(Yalkowsky, 1981)

3. Penambahan Surfaktan
Salah satu cara yang paling mudah dalam peningkatan kelarutan obat adalah
dengan menambahkan surfaktan. Surfaktan adalah zat yang ketika ditambahkan ke
dalam cuatu larutan atau senyawa, akan menurunkan tegangan permukaan
senyawa tersebut. Surfaktan memiliki dua gugus, yaitu gugus hidrofilik dan
hidrofobik. Gugus hidrofilik akan berperan sebagai agen pembasah untuk
menurunkan tegangan permukaan atau tegangan antar muka suatu zat yang sukar
larut dalam air. Penambahan surfaktan memiliki peranan penting dalam
meningkatkan kelarutan zat yang sedikit larut dalam air dengan pembentukan
misel. Molekul surfaktan membentuk misel dalam rentang konsentrasi tertentu
yang disebut dengan critical misel concentration (CMC).
Sifat dari surfaktan adalah menambah kelarutan senyawa organik dalam
sistem berair. Sifat ini tampak hanya pada cairan dan diatas konsentrasi misel
kritis. Ini menunjukkan bahwa misel adalah bersangkutan dengan fenomena ini.
Berbagai bahan tambahan dalam produk obat juga dapat mempengaruhi kinetika
kelarutan obat itu sendiri (Lachman dkk, 1989).
Cyclodextrine merupakan salah satu surfaktan atau ekspien yang telah terbukti
luas mampu meningkatkan kelarutan zat aktif obat dalam air secara optimal.
Cyclodextrin tersusun atas residu glukosa yang bersifat hidrofobik dan bagian
luarnya bersifat hidrofilik di mana sifat hidrofilik ini lebih dominan.
Salah satu jenis cyclodextrine yang umum digunakan adalah β-Cyclodextrin.
Pada beberapa penelitian, β-Cyclodextrin telah terbukti mampu meningkatkan
kelarutan zat aktif obat seperti itraconazole dan fosinopril sodium dalam air.
Itraconazole adalah zat aktif obat yang berfungsi sebagai antifungi dan antiviral.
Fosinopril sodium sendiri merupakan zat aktif yang berfungsi sebagai penghambat
enzim pengonversi angiotensin. Peningkatan kelarutan tersebut karena terjadi
inklusi kompleks di mana zat aktif berikatan dengan bagian hidrofobik eksipien,
sehigga bagian hidrofilik dari eksipien akan berikatan dengan air.

Anda mungkin juga menyukai