HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….……….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………..…………..3
I. DEFINISI BENZODIAZEPIN………………………………………………….3
II. STRUKTUR KIMIA BENZODIAZEPIN……………………………….…….4
III. MEKANISME KERJA BENZODIAZEPIN…………………………………..6
IV. KLASIFIKASI BENZODIZEPIN…………………………………...…………9
V. ALPRAZOLAM………………………………………………………..………10
V.I. FARMAKOKINETIK……………………………………...………….12
V.II. METABOLISME………………………………………………...…….12
V.III. PENGGUNAAN KLINIS………………………………………..…….12
V.IV. KONTRAINDIKASI ………………………………………………….14
V.V. EFEK SAMPING ………………….………………………….……….14
VI. DIAZEPAM……………………………………………………...……………..15
VI.I. FARMAKOKINETIK………………………………………..………..16
VI.II. METABOLISME………………………………………………..……..16
VI.III. WAKTU PARUH………………………………………………..……..16
VI.IV. EFEK PADA SISTEM ORGAN……………………………..………..17
VI.V. PENGGUNAAN KLINIS……………………………………………...17
VI.VI. KONTRAINDIKASI…………………………………………………..18
VI.VII. PERHATIAN & EFEK PADA KEHAMILAN……………….……..19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...……..22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu obat sedatif yang efektif (ansiolitik) seharusnya dapat mengurangi ansietas
dan menimbulkan efek menenangkan dengan sedikit atau tidak ada efek pada fungsi
motorik atau mental. Tingkat depresi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh sedatif
minimun harus konsisten dengan kemanjuran terapi. Obat hipnotik dapat menimbulkan
rasa mengantuk dan memperlama dan mempertahankan keadaan tidur yang sedapat
mungkin menyerupai keadaan tidur yang alamiah. Efek hipnotik lebih bersifat depresan
terhadap susunan saraf pusat daripada sedasi dan ini dapat diperoleh secara mudah pada
kebanyakkan obat-obat sedatif dengan jalan meningkatkan dosis.1,2,5,6
1
menimbulkan masalah jika pemakaiannya tidak diawasi dan dalam jangka waktu yang
panjang. 1,2,7
Pada referat kali ini akan dibahas lebih spesifik tentang alprazolam dan diazepam.
Juga akan dibahas mengenai cara kerja obat, farmakokinetik, indikasi dan yang lainnya.
Semoga referat ini dapat menjadi suatu karya tulis yang bermanfaat bagi saya, teman
sejawat dan orang-orang yang ingin mempelajari tentang kedua obat ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI BENZODIAZEPIN
3
dalam monitoring anestesi. Penyalahgunaan benzodiazepin pada umumnya
dikombinasikan dengan jenis obat-obatan depresan lainnya yang dapat mempengaruhi
system saraf pusat seperti etanol, dan golongan opiate yang akan menimbulkan efek
yang lebih toksik. 1-3
Rumus benzodiazepine terdiri dari cincin benzene (cincin A) yang melekat pada
cincin aromatic diazepin (cincin B). Karena benzodiazepine yang penting secara
farmakologik selalu mengadung gugus 5-aril (cincin C) dan cincin 1,4-benzodiazepin,
rumus bangun kimia golongan ini selalu diidentikkan dengan 5-aril 1,4-
benzodiazepin.2,3
4
Tabel 1. Obat-obatan golongan benzodiazepin sesuai dengan modifikasi strukturnya4
BENZODIAZEPIN R1 R2 R3 R7 R 2’
Klobazam ─ CH3 =O ─H ─ Cl ─H
Klonazepam ─H =O ─H ─NO2 ─ Cl
Klorasepat ─H =O ─ COO- ─ Cl ─H
Demoksepam ─H =O ─H ─ Cl ─H
Diazepam ─ CH3 =O ─H ─ Cl ─H
Halazepam ─ CH2CF3 =O ─H ─ Cl ─H
Lorazepam ─H =O ─ OH ─ Cl ─ Cl
Nitrazepam ─H =O ─H ─ NO2 ─H
Nordazepam ─H =O ─H ─ Cl ─H
Oksazepam ─H =O ─ OH ─ Cl ─H
Prazepam CH2 =O ─H ─ Cl ─H
─ CH2 ─ CH CH2
Quazepam ─ CH2CF3 =S ─H ─ Cl ─F
Temazepam ─ CH3 =O ─ OH ─ Cl ─H
5
III. MEKANISME KERJA atau FARMAKODINAMIK BENZODIAZEPIN
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP
dengan efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan
emosi/ansietas, relaksasi otot, dan anti konvulsi. Golongan ini memiliki 2 efek pada
jaringan perifer : vasodilatasi koroner (setelah pemberian dosis terapi golongan
benzodiazepine tertentu secara iv), dan blokade neuromuskular (yang hanya terjadi
pada pemberian dosis tinggi).1-4
Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepine yang dinikmati secara in vivo
maupun in vitro telah digolongkan sebagai : 1-4
a. Efek agonis penuh : senyawa yang sepenuhnya serupa efek benzodiazepine
(misalnya diazepam)
b. Efek agonis parsial : efek senyawa yang menghasilkan efek maksimum yang
kurang kuat dibandingkan diazepam
c. Efek inverse agonist : senyawa yang menghasilkan efek kebalikan dari efek
diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip benzodiazepine
(benzodiazepine-like agonist), dan efek invers-agonis parsial (partial inverse
agonist).
Sebagian besar efek agonis dan invers-agonis dapat dilawan atau dicegah oleh
antagonis benzodiazepine flumazenil, melalui persaingan ikatannya dengan reseptor
benzodiazepine. Zat ini mewakili berbagai golongan senyawa yang bekerja memblok
secara spesifik efek agonis benzodiazepine. 1-4
Kerja benzodoazepin terutama merupakan interaksinya dengan reseptor penghambat
neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma amino butirat (GABA). Reseptor
GABA merupakan protein yang terikat pada membrane dan dibedakan dalam 2 bagian
besar sub-tipe, yaitu reseptor GABAA dan reseptor GABAB. 1-4
Reseptor inotropik GABAA terdiri dari 5 atau lebih sub unit (bentuk majemuk α,
β, dan γ subunit) yang membentuk suatu reseptor kanal ion klorida kompleks.
Resptor ini berperan pada sebagian besar besar neurotransmitter di SSP.
6
Reseptor GABAB, terdiri dari peptide tunggal dengan 7 daerah transmembran,
digabungkan terhadap mekanisme signal transduksinya oleh protein-G.
(a) (b)
Gambar 2. (a) Model dari kompleks reseptor GABAA – kanal ion klorida; (b)
reseptor GABA dengan target sides2,3
7
efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan
relaksasi otot skeletal.Efek sedatif timbul dari aktivasi reseptor GABA.1,2
Sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari resptor GABA di otak (korteks
serebral, korteks serebelum,thalamus). Sementara efek ansiolotik timbul dari aktifasi
GABA sub unit aplha-2 (Hipokampus dan amigdala).1,2
8
sampai 99% (diazepam). Kadarnya pada cairan serebrospinal (CSS) kira-kira sama
dengan kadar obat bebas di dalam plasma. 1,2,6
Tabel 2. Klasifikasi benzodiazepin berdasarkan waktu paruhnya1
Profil kadar plasma sebagian besar benzodiazepine secara tetap mengikuti model
kinetic dua kompartemen, namun bagi benzodiazepine yang sangat larut lemak, profil
9
kinetiknya lebih sesuai dengan model kinetic tiga kompartemen. Dengan demikian,
setelah pemberian benzodiazepine iv (atau peroral bagi benzodiazepine yang
diabsorpsi sangat cepat) ambnilan ke dalam otak dan organ dengan perfusi tinggi
lainnya terjadi sangat cepat, diikuti dengan redistribusi ke jaringan yang kurang baik
perfusinya, seperti otot dan lemak. Kinetika redistribusi diazepam dan benzodiazepine
yang lipofilik menjadi rumit oleh adanya sirkulasi entero hepatic. Volume distribusi
benzodiazepine adalah besar, dan banyak diantaranya meningkat pada usia lanjut.
Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan disekresi kedalam ASI. 1,2,6
Benzodiazepin dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim sitokro
P450 di hati, terutama CYP3A4 dan CYP2C19. Beberapa benzodiazepine seperti
oksazepam, dikonjugasi langsung, tidak dimetabolisme oleh enzim tersebut. Beberapa
penghambat CYP3A4, antara lain : eritromisin,, klaritromisin, ritonavir, itrakonazol,
ketokonazol, nefazodon, dan sari buah grapefruit dapat mempengaruhi metabolism
benzodiazepine. 1,2,6
Metabolit aktif benzodiazepine umumnya dibiotransformasi lebih lambat dari
senyawa asalnya, sehingga lama kerja benzodiazepine tidak sesuai denganwaktu
paruh eliminasi obar asalnya; misalnya waktu paruh metabolit aktifnya (N-desalkil
flurazepam) 50 jam atau lebih. Sebaliknya pada benzodiazepine yang diinaktifkan
pada reaksi pertama kecepatan metabolism menjadi penentu lama kerjanya; misalnya
oksazepam, lorazepam, temazepam, triazolam, dan midazolam. Metabolisme
benzodiazepine terjadi dalam 3 tahap : 1,2,6
1. desaalkilasi
2. hidroksilasi
3. konjugasi
10
V. ALPRAZOLAM
11
penderita gangguan fungsi hati dan ginjal dengan pemakaian di bawah pengawasan
dokter. 1,2,8,9
V.I. FARMAKOKINETIK
V.II. METABOLISME
12
V.III. PENGGUNAAN KLINIS
Kegunaan obat ini terutama untuk Anti-anxietas dan anti panik. Pada saat
keadaan cemas dan panik terjadi penurunan sensitivitas terhadap reseptor
5HT1A, 5HT2A/2C, meningkatnya sensitivitas discharge dari reseptor
adrenergic pada saraf pusat, terutama reseptor alfa-2 katekolamin,
meningkatnya aktivitas locus coereleus yang mengakibatkan teraktivasinya
aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (biasanya berespons abnormal terhadap
klonidin pada pasien dengan panic disorder), meningkatnya aktivitas
metabolic sehingga terjadi peningkatan laktat (biasanya sodium laktat yang
kemudian diubah menjadi CO2 (hiperseansitivitas batang otak terhadap CO2),
menurunnya sensitivitas reseptor GABA-A sehingga menyebabkan efek
eksitatorik melalui amigdala dari thalamus melalui nucleus intraamygdaloid
circuitries, model neuroanatomik memprediksikan panic attack dimediasi
oleh fear network pada otak yang melibatkan amygdale, hypothalamus, dan
pusat batang otak. 1,2,10-12
Sehingga, terapi yang diberikan pada kecemasan yaitu anxiolitik atau
antianxietas yang bekerja pada reseptor GABA dengan memperkuat aksi
inhibitor GABA-ergic neuron sehingga hiperaktivitas mereda. 1,2,10-12
13
Tab 0,25-0,5-1mg 0,5 - 1,0 mg
diberikan pada
Anti-Panic ALPRAZOLAM malam hari
(Dexa Medica)
3 x 0,25-0,5
mg/hari
V.IV. KONTRAINDIKASI
Alprazolam dikontraindikasikan dengan ketoconazole dan itraconazole, karena
obat ini secara signifikan merusak metabolisme oksidatif yang dimediasi oleh
sitokrom P450 3A (CYP3A). 1,2,8,12
Antifungi golongan azol, siprofloksasin, klaritromisin, diklofenak,
doksisiklin, eritromisin, isoniasid, nikardipin, propofol, protease inhibitor,
kuinidin, verapamil meningkatkan efek alprazolam. Kontraindikasi dengan
itrakenazol dan ketokenazol. Menguatkan efek depresi SSP analgetik narkotik,
etanol, barbiturat, antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif.
Alprazolam dapat meningkatkan efek amfetamin, beta bloker tertentu,
dekstrometorfan, fluoksetin, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir,
antidepresan trisiklik dan substrat CYP2D6 lainnya. Alprazolam meningkatkan
konsentrasi plasma imipramin dan desipiramin. Aminoglutetimid,
karbamasepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin menurunkan efek
alprazolam.9
Jika kita menggunakan alprazolam kita menjadi sulit lepas dari obat ini
karena memang memiliki potensi ketergantungan yang besar jika dipakai lebih
dari dua minggu saja. Sulit lepas ini juga disebabkan karena efek putus zat obat
ini sangat tidak nyaman, ada yang langsung tiba-tiba stop dan merasakan
kecemasan yang lebih parah daripada sebelumnya.9
Maka dari itu penggunaan obat ini harus hati-hati dan kalau bisa sesuai
dengan indikasi saja. Belakangan karena potensi ketergantungan, toleransi
(makin besar pake makin lama) dan reaksi putus zat, obat ini sudah tidak menjadi
14
pilihan pertama lagi sebagai obat anticemas di Amerika Serikat, di sana lebih
cenderung menggunakan Antidepresan gol SSRI seperti Sertraline, Fluoxetine,
Paroxetine (Paxil).9
Selain itu ESO yang ditimbulkan SSP: depresi, mengantuk, disartria
(gangguan berbicara), lelah, sakit kepala, hiperresponsif, kepala terasa ringan,
gangguan ingatan, sedasi; Metabolisme-endokrin: penurunan libido, gangguan
menstruasi; Saluran cerna: peningkatan atau penurunan selera makan,
penurunan salivasi, penurunan/peningkatan berat badan, mulut kering
(xerostomia).9
VI. DIAZEPAM
Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut lemak dan memiliki
durasi kerja yang lebih panjang dibanding alprazolam. Diazepam dilarutkan
dengan pelarut organik (propilen glikol, sodium benzoate) karena tidak larut dalam
air. Larutannya pekat dengan pH 6,6-6,9.Injeksi secara IV atau IM akan menyebabkan
nyeri.1,2,13-16
15
Gambar 4. Struktur 2D dari diazepam2
VI.I. FARMAKOKINETIK
VI.II. METABOLISME
Waktu paruh diazepam orang sehat antara 21-37 jam dan akan semakin
panjang pada pasien tua, obese dan gangguan fungsi hepar serta digunakan
bersama obat penghambat enzim sitokrom P-450. Dibandingkan alprazolam,
diazepam memiliki waktu paruh yang lebih panjang namun durasi kerjanya
lebih pendek karena ikatan dengan reseptor GABA lebih cepat terpisah.
16
Waktu paruh desmethyldiazepam adalah 48-96 jam. Pada penggunaan
lama diazepam dapat terjadi akumulasi metabolit di dalam jaringan dan
dibutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk mengeliminasi metabolit dari
plasma.15
17
Dalam referensi yang didapatkan, diazepam dapat digunakan sebagai
berikut:
Tabel 4. Kegunaan beserta penggunaan diazepam1,2,8,14,15
Kegunaan Nama Dagang Sediaan Dosis
Anti-anxietas DIAZEPAM Tab 2-5 mg Oral = 2-3 x 2-5
(Indofarma) mg/hari
LOVIUM Tab 2-5 mg
(Phapros) Injeksi = 5-10
MENTALIUM Tab 2-5-10 mg mg(im/iv)
(Soho)
STESOLID Tab 2-5 mg Rectal tube =
Ampul 10 mg/2 cc Anak < 12 kg = 5
(Alpharma) mg
Rectal tube:
5 mg/2,5 cc Anak > 12 kg = 10
10 mg/2,5 cc mg
VALDIMEX Tab 5 mg
Ampul 10 mg/2cc
(Mersifarma)
TRAZEP Tab 2-5 mg
Rectal Tube 5
(Fahrenheit)
mg/2,5 cc
VALIUM Ampul 10 mg/2 cc
(Roche)
Anti-convulsant STESOLID Ampul 10 mg/2 cc Injeksi = 5-10
(Alpharma) mg(im/iv)
Rectal tube: Rectal tube =
5 mg/2,5 cc Anak < 12 kg = 5
10 mg/2,5 cc mg
Anak > 12 kg = 10
mg
VI.VI. KONTRAINDIKASI
18
VI.VII. PERHATIAN & EFEK PADA KEHAMILAN
19
pemberian dosis diazepam yang tinggi dan toksik pada ibu selama
organogenesis. 14,15
20
BAB III
KESIMPULAN
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem
saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas Moderate yang memberikan
efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek
mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur.
Pada karya tulis kali ini telah menunjukkan bahwa alprazolam memiliki onset
kerja yang lebih cepat dibanding dengan dizaepam. Alprazolam juga memiliki waktu
paruh yang lebih singkat dibandingkan dengan diazepam, namun alprazolam juga dapat
mengakibatkan efek withdrawal yang lebih cepat dibanding dengan diazepam. Namun
keuntungan lain dari alprazolam dibanding dengan diazepam ialah, obat ini dapat
digunakan pada pasien dengan gangguan hati. Sedangkan diazepam dapat digunakan
sebagai anti konvulsan.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Mihic JS, Mayfielf J & Harris RA. Chapter 19: Hypnotics and Sedatives in
Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics 13th edition.
2018: p. 339-46
2. Katzung BG, Masters SB & Trevor AJ. Basic & Clinical Pharmacologiy 12th ed.
Chapter 22: Sedative-Hypnotic Drugs. McGraw Hill. 2012: p.373-81
3. Baldwin DS, Aitchison K, Bateson A & Curran HV, et al. Benzodiazepines: Risks
and benefits.A reconsideration. Journal of Psychopharmacology. 2013, 27(11):
p. 967-71
4. Rocafort EB. BENZODIAZEPINES AND DERIVATIVES: Overview, analysis
and synthesis. 2018: p. 1-35
5. Davis S. Benzodiazepines. S Afr Pharm J. 2017, 84: p. 57-61
6. Griffin CE, Kaye AM, Bueno FR, & Kaye AD. Benzodiazepine Pharmacology
and Central NervousSystem–Mediated Effects. The Ochsner Journal. 2013, 13:
p. 214-23
7. Fluyau D, Revadigar N & Manobianco BE. Challenges of the pharmacological
management of benzodiazepine withdrawal, dependence, and discontinuation.
Ther Adv Psychopharmacol. 2018. 8(5): p. 147-68
8. Maslim R. PANDUAN PRAKTIS PENGGUNAAN KLINIS OBAT
PSIKOTROPIK edisi ketiga. 2007. p.40-5
9. FDA. Alprazolam Tablet: Xanax. Reference ID: 4029640. 2016: p. 1-26
10. Daoud NA, Hamby AS, Sharma S & Blevins D. A Review of Alprazolam Use,
Misuse, and Withdrawal. J Addict Med. 2018, 12(1): p. 4-10
11. Moylan S, Giorlando F, Nordfjaern T & Berk M. The role of alprazolam for the
treatment of panic disorder in Australia. Australian & New Zealand Journal of
Psychiatry. 2012. 46(3):p. 212-4
12. KEMENKES RI. KMK RI HK.02.02 / MENKES / 523 / 2015. Formularium
nasional. 2016: p. 66
22
13. Calcaterra NE & Barrow JC. Classics in Chemical Neuroscience: Diazepam
(Valium). ACS Chem. Neurosc. 2014. 5: p.253-60
14. BPOM RI. Diazepam. Internet. Available URL :
http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/DIAZEPAM.pdf . 2016: p. 1-13
15. FDA. Diazepam Tablet: Valium. Reference ID: 40188203. 2016: p. 1-12
16. Altamura AC, Moliterno D, Paletta S, Maffini M, et al. Understanding the
pharmacokinetics of anxiolytic drugs. Expert Opin. Drug Metab. Toxicol. 2013.
P. 1-19
23