Anda di halaman 1dari 20

Biofarmasetikfarmako

Kelompok 1
kinetik

Teknik formulasi untuk meningkatkan


S1-5C

bioavailabilitas obat

Dosen Pengampu : Dr.Apt.Wira Noviana Suhery,M.farm


Biofarmasetik-farmakokinetikA
S1-5C
Kelompok 1

ANGGOTA KELOMPOK
1. ANISA SIREGAR 2001094 Mencari Materi
2. ATHILAH FAZIRA 2001095 Mencari Dan Meringkas Materi
3. AULY YATIKA PUTRI 2001096 Mencari Materi
4. AYU ANDIRA 2001097 Membuat Ppt Dan Meringkas Materi
5. AZILA FEBRIANTI 2001098 Mencari dan Meringkas Materi
6. DELLA YUNITA SARI 2001100 Meringkas Materi
7. DENISYAH FITRI YUTI 2001101 Meringkas Materi
8. DESKA Z ELZUELA 2001102 Meringkas Materi
Pendahuluan
Penyebab paling umum bioavailabilitas oral rendah dikaitkan dengan
kelarutan yang buruk dan permeabilitas rendah, yang mana kelarutan
merupakan salah satu parameter penting untuk mencapai konsentrasi
obat yang diinginkan dalam sirkulasi sistemik jadi untuk mencapai
kebutuhan respon farmakologis.Obat-obatan yang memiliki kelarutan
rendah akan lebih lambat diserap tubuh,dan menyebabkan rendahnya
bioavabilitas obat dalam tubuh sehingga perlu dilakukan teknik untuk
meningkatkan kelarutan suatu obat.
Teknik Contoh
Modifikasi secara fisika Pengecilan ukuran partikel,modifikasi
bentuk kristal,penggunaan pembawa pada
system disperse.

Modifikasi secara kimia Perubahan ph,penggunaan


buffer,pembentukan garam,kompleksasi
dan derivitasi.
Metode pembentukan misel Proses superkritik pada
larutan,penggunaan eksipien seperti
surfaktan ,kosolven.
1. DISPERSI PADAT
MDIFIKASI SECARA

 Dispersi padat merupakan keadaan terdistribusinya suatu molekul obat (baik


dalam bentuk amorf, kristal, atau molekul), dimana molekul tersbeut
dikelilingi oleh suatu senyawa yang inert. Senyawa ini bertindak sebagai
pembawa sehingga bersifat hidrofil. Pemilihan senyawa pendispersi
bergantung kepada sifat fisiko kimia zat aktif. Hal terpenting ialah senyawa
FISIK

pendispersi harus bersifat inert terhadap zat aktif obat.

Senyawa yang dapat menjadi pendispresi Terdapat 3 metode disperse padat yaitu
1. SSG (Sodium Starch Glycolat) 1. Metode pelarutan
2. PEG 6000 laktosa 2. Metode peleburan
3. polimer poloxamer 407 3. Gabungan keduanya atau metode
4. eudragit E 100 pelarutan peleburan.
2. Penurunan ukuran partikel
MDIFIKASI SECARA

Kelarutan sangat erat hubunganya dengan ukuran partikel. Semakin kecil ukuran
partikel, maka semakin besar luas permukaan sehingga kemungkinan partikel
tersolvasi semakin besar pula. Penurunan ukuran partikel menjadi kurang dari 1m
dipercaya dapat lebih meningkatkan tekanan solvasi dan menimbulkan gangguan
FISIK

interaksi pada zat terlarut yang memudahkan proses kelarutan

Contohnya
Nanosuspensi merupakan suatu teknologi peningkatan kelarutan obat dengan cara
menstabilkan partikel mikron kristal pada media air yang diberi tekanan.
Selanjutnya partikel kristal mengalami proses presipitasi, penggilingan (milling) dan
homogenisasi bertekanan tinggi. Sediaan dengan bentuk nanosuspensi terbukti dapat
meningkatan kelarutan, penyerapan, bioavailabilitas, AUC (Area Under Curve) dan
waktu tercapainya konsentrasi maksimum obat dalam tubuh.
3. CAMPURAN EUTKETIK
• Teknik ini digunakan pada dua molekul untuk
menurunkan titik leleh campuran molekul tersebut Proses yang dilakukan dalam
daripada titik leleh masing-masing molekul. Molekul pembentukan campuran eutektik
yang dipilih merupakan molekul yang tidak sama dengan proses peleburan
berinteraksi dan membentuk senyawa kimia baru, akan pada pembentukan disperse
tetapi pada rasio tertentu dapat menghambat proses padat, yaitu dengan peleburan
kristalisasi satu sama lain sehingga menurunkan titik antara dua senyawa dan
leleh. Peningkatan kelarutan obat sebanding dengan pemadatan cepat. Untuk
menurunya titik leleh. pengkarakterisasian hasil
campuran eutektik dapat
• Campuran eutektik merupakan salah satu langkah diguanakn DSC, difraksi sinar-x
dalam pembentukan dispersi padat atau krsitalisasi. dan SEM. Pola pada dirfraksi
Pada pembentukan disperse padat, molekul obat sinar-x akan menunjukan
diubah menjadi kristalin parsial atau amorf. Hal ini gabungan pola kristalin dari
berbeda dengan campuran eutektik, dimana pada kedua senyawa
proses ini tidak terjadi perubahan molekul kristalin.
4. DERIVATISASI
MODIFIKASI SECARA

• Kelarutan dapat di tingkatkan melalui modifikasi atau perubahan pada gugus


fungsional suatu molekul, menghasilkan molekul turunan atau derivate. Teknik ini
digunakan pada obat berbentuk prodrug, dimana ketika obat mencapai tubuh
mengalami perubahan atau modifikasi gugus fungsional dan menjadikan obat
tersebut aktif. Dapat pula dilakukan proses sintesis konjugasi pada bentuk prodrug,
seperti asetilasi, sulfatase, glukoronidasi, dan metilasi.
KIMIA

• Tujuan dari pembentukan konjugat prodrug ini ialah untuk meningkatkan kelarutan
obat baik dalam administrasi atau proses penyerapan dalam tubuh yang berakibat
pada kemampuan bioavailabilitas
Contoh dari penggunaan derivatisasi ialah pada senyawa artesunate.
Artesunate merupakan derivate semisintesis dari artemisinin yang
digunakan sebagai obat anti malaria. Derivatisasi artesunate merupakan
bentuk ester hemisuksinat. Artesunate terbukti memiliki kelarutan dalam
air yang lebih baik jika dibandingkan dengan derivate artemisinin lain
sehingga bentuk derivate ini banyak dipasarkan sebagai obat antimalaria
pada pasien yang resisten terhadap antimalaria standar di Asia Tenggara.
5.KOMPLEKSASI
MDIFIKASI SECARA

Kompleksasi atau yang biasa disebut kompleks inklusi merupakan metode peningkat
kelarutan untuk obat yang hidrofob dengan membentuk ikatan kompleks dengan
pembawa atau carrier. Kompleksasi terjadi karena adanya dua gabungan senyawa,
yakni senyawa obat dan pembawa. Obat akan membentuk ikatan dengan bagian
dalam pembawa, seperti siklodekstrin sehingga obat akan melarut bersamaan
dengan melarutnya pembawa. Ikatan yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh
kimia

ukuran dan bentuk senyawa obat.

Contoh
Siklodekstrin merupakan salah satu contoh zat pengkompleks yang biasa
digunakan. Penelitian Hiremanth (2006) menjelaskan bahwa semakin
banyak jumlah beta siklodekstrin yang digunakan akan mempengaruhi
tingkat kelarutan dalam air menjadi semakin meningkat. Peningkatan
kelarutan tersebut disebabkan oleh pembentukan struktur obat dengan
siklodekstrin yang membentuk rongga hidrofilik, sehingga air dapat
menempati rongga tersebut, pecah menjadi partikel H+ dan OH- dan
melarutkan zat aktif obat.
6.Pengaturan pH 7.PEMBENTUKAN GARAM
MODIFIKASI SECARA

Obat dapat ditingkatkan kelarutannya Metode yang paling mudah dan

dalam air dengan adanya pengaturan pH. paling umum untuk dilakukan adalah

Penggunaan buffer yang sesuai kapasitas obat yang memiliki sifat asam atau
KIMIA

dan tolerabilitas pH sangat penting basa diubah menjadi bentuk


dalam pengaturan pH. Bila eksipien yang garamnya sehingga kelarutannya

terlarut menyebabkan pH lingkungan dan laju disolusinya dapat

lebih tinggi dibandingkan pKa obat asam meningkat seperti aspirin,teofilin

lemah maka meningkatkan kelarutan obat dan barbiturate.

tersebut .
7. PENGGUNAAN SURFAKTAN
PENGGUNAAN

Struktur surfaktan yang menyebabkan adanya afinitas tertentu baik terhadap zat polar
maupun nonpolar, dominan hidrofilik,dominan lipofilik, atau berada tepat diantara keduanya.
Hal ini menyebabkan zat ini diadsorpsi pada antarmuka cair/gas,cair/cair, dan cair/padat
MISEL

yang akan mengurangi tegangan permukaan atau tegangan antarmuka.Jenis surfaktan dibagi
berdasarkan muatannya yaitu surfaktan anionik, surfaktan kationik,surfaktan nonionik.

Surfaktan nonionik yaitu surfaktan dengan alkil yang tidak bermuatan. Jenis surfaktan ini
yang banyak digunakan dalam bidang farmasi contohnya polisorbat 80 dengan mekanisme
penurunan tegangan antarmuka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel yang
membawa molekul obat agar larut dalam medium Oleh karena itu, jenis surfaktan ini banyak
digunakan karena dapat dapat mempercepat waktu hancur dan disolusi tablet.
C O N TO H P E N G G U N A A N S U R FA K TA N
C O N TO H P E N G G U N A A N

Sediaan obat + surfaktan Sediaan Obat +Mikrokristal (Penurunan Ukuran


Partikel)+Polimer+Surfaktan
Obat dengan kelarutan rendah dapat
diatasi dengan penambahan eksipien
Modifikasi ukuran partikel merupakan cara yang
S U R FA K TA N

yang dapat meningkatkan kecepatan


paling banyak digunakan dalam meningkatkan
disolusi tablet yaitu surfaktan,
kecepatan disolusi, kecepatan disolusi merupakan
seperti pada penelitian penggunaan
suatu ukuranyang menentukan banyaknya suatu zat
polisorbat 80 yang merupakan
terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan
surfaktan non ionik dapat
waktu. Ukuran yang dimaksud merupakan
meningktakan laju disolusi
pengurangan ukuran partikel yang baisanya dilakukan
paraetamol dan penambahannya
dengan mikronisasi.Perubahan sebagian bentuk
sebanyak 3% menghasilkan tablet
amorf menjadi bentuk kristal pada
dengan laju disolusi yang paling
permukaanmerupakan sifat dari bentuk metode
baik.Peningkatan laju disolusi tablet
pengecilan ukuran partikel. Perubahan lain seperti
piroxicam juga dilaporkan dengan
aliran, aglomerasi, distribusi partikel yang lebar
penambahan polisorbat 80
juga dapat mempengaruhi formulasi.Oleh karena itu,
sebanyak5% menghasilkan nilai laju
hal ini dapat diatasi dengan penambahan surfaktan
disolusi yangtertinggi.
yang berperan dalam pembentukan mikrokristal
melalui pengendapan
antisolvent.
C O N TO H P E N G G U N A A N S U R FA K TA N
C O N TO H P E N G G U N A A N

Sediaan Obat + Dispersi Padat+Surfaktan


Sediaan Obat Self-emulsifying+ Surfaktan
Teknik dispersi padat meningkatkan
Dalam bidang formulasi teknologi sediaan
S U R FA K TA N

solubilisasi, pembasahan, mengecilkan


ukuran partikel, dan menghambat padat seperti pembuatan tablet, granul, dan
terjadinya kristalisasi bahan obat. pellet self-emulsifying metode ini menjadi
Penggunaan polimer dalam teknikdispersi pilihan yang perlu dipertimbangkan dalam
padat kurang praktis untukbahan obat pengubahan bentuk cair self-emulsifying
yang memiliki dosisrelatif besar (≥100 mg) menjadi bentuk padat/serbuk (solid self-
karena peningkatan laju disolusi emulsifying).Pembuatan sediaan
sangatdipengaruhi oleh jumlah
mikropartikel self-emulsifying dengan
polimer,sehingga akan membutuhkan
polimer dalam jumlah yang besar. Oleh
menggunakan surfaktan dapat menurunkan
karena itu masalah ini dapat diatasi ukuran partikel derajat kristalinitas serta
dengan pembentukan sistem terner dengan meningkatkan kelarutan dan kecepatan
penambahan surfaktan yang dapat disolusi obat.
mengurangi penggunaan polimer dan
meningkatkan laju disolusi.
8. Kokristalisasi
MDIFIKASI SECARA

Teknik kokristalisasi merupakan salah satu jenis modifikasi dalam modifikasi dari crystal
habit. Stabilitas, sifat fisikokimia atau biologis suatu molekul dapat ditentukan oleh crystal
habit. Maka dari itu kelarutan erat hubunganya dengan crystal habit. Jenis lain dari
modifikasi crystal habit ialah pembentukan molekul amorf. Amorf memiliki kelarutan yang
lebih tinggi daripada kristal dikarenakan ketidakstabilan bentuk secara fisik, yang
FISIK

memungkinkan terjadinya perubahan bentuk ketika terpapar oleh energi tinggi

Ko-kristal dapat dibentuk dengan menggunakan beberapa metode atau teknik seperti :

1. Solvent evaporation merupakan teknik pembentukan ko-kristal dengan prinsip


mencapurkan zat aktif dengan koformer pada suatu pelarut yang kemudian diuapkan.

2. Slurry conversion dilakukan melalui penambahan koformer padat pada larutan zat aktif.
Proses penambahan koformer dilakukan dengan pengadukan hingga terbentuk bubur untuk
memicu pembentukan kokristal
3. Grinding method
Terdapat dua cara yang dapat dilakukan pada metode grinding, yaitu neat grinding
(penggilingan kering) dan liquid assisted grinding (penggilingan basah). Perbedaanya hanya
MDIFIKASI SECARA

terletak pada penggunaan pelarut atau tidak ketika proses penggerusan.

4. Antisovent addition
Pada metode antisolvent addition terjadi presipitasi atau rekristalisasi dengan
menambahkan antisolvent pada larutan zat aktif dan koformer pada suhu ruang yang
disertai agitasi.
FISIK

5. Metode hot melt extruction


metode yang melibatkan pengaturan suhu dalam penggunaanya. Metode ini dapat
dilakukan pada lebih dari satu zat aktif.

6.Supercritical fluid technology


Metode yang lebih memfokuskan pada sifat-sifat superkritik, antisolvent, pelarut, dan
proses peningkatan atomisasi sehingga ukuran dan morfologi kokristal yang terbentuk
melalui metode ini dapat di atur.

Maka identifikasi atau karakterisasi hasil kokristalisasi dapat menggunakan menggunakan


instrument DSC, FTIR, difraksi sinar-x dan PXRD
9. Kosolvensi
Kosolvensi adalah pelarut yang membantu kelarutan Salah satu cara untuk
meningkatkan kelarutan obat adalah melalui penggunaan campuran beberapa
macam jenis pelarut.Fenomena ini dikenal dengan istilah kosolvensi, sedangkan
bahan pelarut di dalam pelarut campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat
disebut kosolvent.

Contoh
 Etanol
 gliserin
 propilen glikol adalah

Penggunaan.
Teknik kosolvensi telah banyak dilakukan untuk meningkatkan kelarutan
beberapa obat antidiabetik seperti glikazide, gliburide, glipizide dan
glimepiride,asipimok,flavonoid krisin , asam askorbat, naproksen dan tenoksikam.
10. sedds
Self-emulsifying Drug
Delivery
Systems (SEDDS)

self-micro-
self- nanoemulsifying
emulsifying drug delivery
system drug delivery system
(SNEDDS
(SMEDDS)

Teknik ini bertujuan meningkatkan kelarutan molekul obat yang berbentuk minyak.
Molekul minyak dibentuk droplet berukuran nano ataupun mikro, yang kemudian dilapisi
oleh surfaktan atau ko-surfaktan sehingga meningkatkankelarutan pada fase air namun
dapat pula meningkatkan dan memudahkan penyerapan pada membrane lipid (seperti
pada usus) karena ukuran molekulnya. Teknik ini terbukti memiliki kelarutan yang tinggi
(berkisar 87% selama 30 menit) daripada bentuk sediaan serbuk.
KESIMPULAN
Teknologi partikel di bidang farmasetik adalah teknik untuk memodifikasi
sifat fisikokimia, mikrometri dan biofarmasi dari obat-obatan yang memiliki
kelarutan buruk dan di harapkan dengan ditingkatkannya kelarutan maka akan
mencapai kebutuhan respon farmakologisnya, dan meningkatkan kelarutannya
dapat dilakukan dengan berbagai teknik,modifikasi secara fisika kimia dam
penambahan misel contohnya pengecilan ukuran partikel,modifikasi bentuk
kristal,penggunaan pembawa pada system disperse,perubahan ph,penggunaan
buffer,pembentukan garam,kompleksasi dan derivitasi,Proses superkritik pada
larutan,penggunaan eksipien seperti surfaktan ,dan penambahan kosolven.
Sekian Terima
Presentase Dari Kasih
Kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai