• Purity (kemurnian)
• Safety (keamanan) yang berbeda dari produk lain
• Standar potensi dan stabilitas
• Standar terkait mikroba (sterilitas dan pirogen)
• parameter fisik (bebas dari kontaminasi partikel)
• parameter kimia (isotonisitas, kapasitas dapar)
Pendahuluan
• Studi mengenai efek demam setelah pemberian larutan tertentu
secara intravena abad ke-19 (1894) Sanarelli kultur ebert
bacillus intoksikasi kematian
• Dikenal “ injection fever” setelah disuntik evaluasi peneliti
• Penelitian awal 1912, Hort dan Penfold membuat nama
“pyrogenic”untuk “air”yang ketika diinjekkan menyebabkan
“hipertermia”
• Florance Seibert (1923) yang menyebutkan senyawa
pirogenik sebagai “hyperthermising” atau zat yang menyebabkan
hipertermi (protein denaturasi, endotoksin, atau eksotoksin).
Pendahuluan
• Pyro yang berarti keadaan yang berhubungan dengan panas,
dan Gen yang berarti menghasilkan atau membentuk
• Pyrogen : produk dari mikroorganisme
• Pyrogen : senyawa dengan berat molekul tinggi yang
dinyatakan sebagai senyawa lipopolisakarida yang diproduksi
oleh 5 – 10% massa total bakteri gram negatif
Pendahuluan
Matinya mikroorganisme dalam produk farmasi, belum
menjamin tiadanya efek-efek merugikan akibat kontaminan
mikroorganisme.
Karena apabila komponen-komponen penyusun mikroorganisme
yang sudah mati tersebut dalam jumlah yang cukup, mereka
akan dapat menimbulkan efek-efek yang tidak dikehendaki.
Salah satu komponen penyusun dinding sel bakteri, khususnya
dari golongan gram negatif yang sering menimbulkan efek
merugikan adalah Lipopolisakarida, yang dikenal sebagai
endotoksin.
• Endotoksin adalah toksin yang dihasilkan oleh bakteri gram
negatif
• Pirogen adalah senyawa yang menyebabkan kenaikan suhu
tubuh akibat penggunaan produk farmasi yang diberikan secara
intravena
• Semua endotoksin bersifat pirogen, tetapi tidak semua senyawa
pirogen itu merupakan endotoksin
PIROGEN
• Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang, dinyatakan
senaai senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira kira 3 -10 %
massa total bakteri.
• Pirogen ini merupakan senyawa yang jika masuk ke dalam aliran darah
akan mempengaruhi suhu tubuh dan biasanya menghasilkan demam.
• Pengobatan demam yang disebabkan oleh pirogen sangat sulit dan pada
beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
• Selain pirogen beberapa senyawa lain juga diketahui menyebabkan
reaksi piretik ini, yaitu steroid, virus, bahan kimia dan obat tertentu.
• endotoksin adalah suatu molekul yang berasal dari membran luar
bakteri gram negatif.
• Organisme gram negatif membawa 3 – 4 juta LPS pada permukaannya
yang meliputi 75% permukaan membrane luar
• Endotoksin dihasilkan oleh bakteri gram negatif patogen ataupun
nonpatogen selama masa pertumbuhannya atau pada saat sel lisis.
• Endotoksin bersifat tahan panas, merupakan antigen lemah, dan tidak
dapat di ubah menjadi toksoid.
• Endotoksin bakteri terdiri dari Lipopolisakarida (LPS), umumnya terikat
pada protein dan fosfolipid.
• LPS ini menyusun membran luar bakteri Gram negatif.
– Contoh: LPS dari Salmonella terdiri dari bagian Lipid A yang hidrofob yang
terikat pada suatu daerah inti yang mengandung molekul KDO (2-keto-3-
deoksioktonat)
• Meskipun seluruh bakteri gram negatif memiliki LPS pada dinding
selnya, LPS tidak bersifat toksik hingga dilepaskan dari membran
luar dinding sel.
• Pada saat bakteri gram negatif mati, disintegrasi dinding selnya
mengakibatkan pelepasan toksin LPS.
• Pelepasan endotoksin dalam sistem peredaran darah dapat
menyebabkan syok akibat penurunan tekanan darah dan
kegagalan fungsi banyak organ
Efek Endotoksin Bagi Tubuh
– Demam,
– aktivasi sistem sitokin,
– rusaknya sel-sel endotelial,
– mengganggu permeabilitas pembuluh darah berubah
sehingga menyebabkan turunnya tekanan darah
Sifat sifat pirogen
• Termostabil, hingga hanya dapat dihilangkan pada suhu diatas 650ºC
selama 1 menit, 250ºC selama 15 menit atau180ºC selama 4 jam
• Larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan penyaring bakteri
• Tidak bisa dipengaruhi oleh bakterisida biasa
• Tidak menguap, tapi pada destilasi biasa dapat ikut bersama percikan air
• BM, 15. 000 – 4.000.000
• Ukurannya 1 – 50 µm
SIFAT EKSOTOKSIN ENDOTOKSIN
Sumber Baktei Gram (+), dan Dinding sel bakteri Gram (-)
beberapa Bakteri Gram (-)
Kimia
perbedaan
Protein Lipopolisakarida
Ketahanan panas Inaktif pada suhu 60-80oC, Stabil pada suhu sterilisasi
kecuali beberapa eksotoksin
Sifat imunologi Toksin dapat diubah menjadi Tidak dapat diubah emnjadi
toksoid, dapat dinetralisasi toksoid, sukar dinetralisir
dengan antitoksin dengan antitoksin
Cara kerja Spesifik untuk sel tertentu Kurang spesifik; gejala umu
adalah shok
Pirogen dikelompokkan menjadi dua golongan
• Pirogen endogen
merupakan factor faktor yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sebagai
reaksi kekebalan melawan kuman penyakit yang masuk ke tubuh. misalnya
interleukin 1, interleukin 6, alpha interferon dan tumor necrosis factor
• Pirogen eksogen
merupakan faktor eksternal tubuh yang menyebabkan gangguan pada fungsi
tubuh manusia. misalnya bagian dari sel bakteri dan virus. Selain itu bisa juga
merupakan racun /toksin yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu
Sumber pirogen
• Air
merupakan sumber utama endotokin. Proses pembuatan sediaan steril
harus bebas pirogen (tidak mengandung pirogen) atau non pirogen
(kurang atau ama dengan 0,5 EU/ml)
• Wadah dan alat
dapat menempel kuat pada gelas dan permukaan lainnya. Terdapat pada
sisa cairan pada alat atau media
• Zat zat kimia terlarut
zat zat kimia yang dihasilkan dari fermentasi misalnya glukosa, fruktosa,
natriu sitrat, garam fosfat, asam amino, heparin dan beberapa antibiotic
yang memiliki tingkat risiko kontaminasi endotoksin yang tinggi.
Cara pembebaan pirogen
1. air atau larutan air
• Dengan bantuan penyaring khusus
hal ini terjadi melalui adsorpsi pirogen pada material penyaringdengan menggunakan lapisan asbes
selulosa yang berbeda beda jenisnya menurut lebar porinya.
• Penyaring karbon aktif 0,1% dari volume total
• Sinar gamma (kobalt 60)
• Ditambahkan hidrogen peroksida 0,1 % dan dimasak selama 1jam
• Ditambahkan 10 mL larutan kalium permanganate 0,1 N dan 5 mL larutan natrium hidroksida
(NaOH) 1 N per liter larutan sewaktu aquadest disuling
• melalui metode elektroosmosis atau reverse osmosis
2.bahan obat atau bahan pembantu
• melalui pemanasan selama 30 menit pada suhu 250°c atau 1 jam pada suhu 200°C untuk
bahan tahan panas dilarutkan, kemudian dibebas pirogen
3. wadah, bahan tutup dan sebagainya
gelas piala, corong, ampul, botol infuse dan lainnya membebaskan pirogen dengan cara
sterilisasi
metode kimi pengunaan asam kromsulfat atau asam nitrat dibilas kembali dengan air suling
bebas pirogen
material karet silikon dipanaskan 30 menit pada suhu 90°C dalam larutan fenil merkuriborat
0,002%
diautoklaf suhu 121 - 124°C selama 120 menit.
Disterilkan secara dingin yaitu dengan penyinaran sinar terionisasi atau dengan etilen oksida
Tujuan uji pirogen
• Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam
satu kandang dalam ruangan dengan suhu yang seragam antara 20-23°
dan bebas dari gangguan yang menimbulkan kegelisahan.
• Perbedaan suhu tidak lebih dari ±3° dari suhu yang ditetapkan. Kelinci
yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan kelinci
tidak lebih dari tujuh hari dengan uji pendahuluan yang meliputi semua
tahap yang tertera pada Prosedur, kecuali penyuntikan.
Kelinci tidak dapat digunakan uji
pirogenitas jika:
• 3 hari sebelumnya telah digunakan untuk pengujian pirogenitas dan
memberikan hasil negatif
• 3 minggu sebelumnya telah digunakan untuk pengujian pirogenitas, sediaan
uji tidak memenuhi syarat
• Telah digunakan kapan saja untuk pengujian pirogenitas dan respon rata-
rata kelompok kelinci melebihi 1,2OC
• FI VI Kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali
dalam waktu 48 jam, atau sebelum 2 minggu untuk uji pirogen yang
menunjukkan kenaikan suhu 0,6° atau lebih, atau telah digunakan untuk uji
sediaan yang dinyatakan pirogenik.
• Alat: termometer dengan ketelitian 0,1O C dan alat suntik
• Bahan uji: zat uji dilarutkan atau diencerkan dengan
larutan natrium klorida steril bebas pirogen atau bila
larutan uji sesuai dapat langsung digunakan
Cara/Prosedur pengujian
1 jam sebelum pengujian masukkan kelinci ke dalam
kotak kelinci sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan
dengan letak leher yang longgar, badannya bebas
hingga kelinci dapat duduk dengan bebas
Uji pendahuluan
1 sampai 3 hari sebelum pengujian, suntikan intravena 10 ml per kg bobot
badan dengan larutan natrium klorida steril bebas pirogen dalam ruangan
yang tenang
Perbedaan suhu ruangan terhadap suhu pemeliharaan tidak boleh lebih dari
3O.
Selama 1 malam hingga pengujian selesai kelinci tidak diberi makan dan
selama waktu pengujian tidak diberi minum.
Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak lebih dari 30 menit dimulai
90 menit sebelum penyuntikan hingga 3 jam sesudah penyuntikan dengan
larutan natrium klorida steril bebas pirogen. Kelinci yang menunjukkan beda
suhu lebih besar dari 0,6 tidak dapat digunakan untuk pengujian utama.
Pengujian utama
lakukan pengujian menggunakan sekelompok hewan percobaan terdiri dari
3 ekor kelinci. Hangatkan sediaan uji hingga lebih kurang 38,5Oc ,suntikkan
perlahan-lahan ke dalam vena auricularis tiap kelinci
Lama penyuntikan tidak boleh lebih dari 4 menit dan sediaan tidak kurang
dari 0.5 ml dan tidak lebih dari 1 ml /kgbb
Penafsiran hasil suhu awal tiap kelinci adalah suhu rata-rata 2 pembacaan
suhu dengan interval 30 menit dan dilakukan 40 menit sebelum
penyuntikan sediaan uji.
Jika gagal ulangi pengujian hingga 4 kali untuk tiap pengujian dengan 3 ekor
kelinci
Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang dicatat selama 3 jam setelah
penyuntikan sediaan uji. Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak
lebih dari 30 menit dimulai 90 menit sebelum penyuntikan hingga 3 jam
setelah penyuntikan sediaan uji.
Selisih antara inisial dan suhu maksimum tiap kelinci dinyatakan sebagai
suhu respon.
Jika suhu respon negatif, dianggap nol
Penafsiran hasil
• Temperatur awal adalah temperatur rata rata 2 pembacaan temperatur
dengan interval 30 menit dan dilakukan 40 menit sebelum penyuntikan
sediaan uji
• Temperatur maksimum adalah : temperatur tertinggi yang dicatat
selama 3 jam setelah penyuntikan
• Catat suhu tubuh kelinci dengan interval tidak lebih dari 30 menit yang
dimulai 90 menit sebelum hingga 3 jam setelah penyuntikan uji
Interpretasi hasil uji ( FI IV 1995)
Kelinci dinyatakan memenuhi syarat jika perbedaan suhu awal antara kelinci
yang satu dengan yang lain tidak lebih dari 1OC.
Kelinci dinyatakan tidak memenuhi syarat jika perbedaan suhu awal lebih besar
dari 0,2O suhu awal lebih kecil dari 38,0O dan tidak lebih besar dari 39,8O
Sediaan uji dinyatakan memenuhi syarat jika jumlah respon tidak melebihi
kolom 2 dan dinyatakan tidak memenuhi syarat jika jumlah respon melebihi
kolom 3 untuk tiap kelompok.
Jika jumlah respon terletak antara kolom 2 dan kolom 3, pengujian diulangi. Jika
pengujian keempat jumlah respon melebihi 6,60O sediaan uji dinyatakan tidak
memenuhi syarat
Jumlah Sediaan uji memenuhi Sediaan uji tidak
Kelinci syarat jika jumlah memenuhi syarat
respon tidak melebihi jika jumlah respon
melebihi
3 1,20 2,70
6 2,80 4,30
9 4,50 6,0
12 6,60 6,60
Interpretasi hasil uji ( FI V 2014)
• Setiap penurunan suhu dianggap 0
• Sediaan memenuhi syarat apabila tidak ada satupun kelinci yang
menunjukkankenaikan suhu 0,5˚ atau lebih
• Bila ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5˚ atau lebih
dilanjutkan uji dengan 5 ekor kelinci lain
• Sediaan memenuhi syarat bebas pirogen bila tidak lebih dari 3 dari 8
ekor kelinci masing2 menunjukkan kenaikan suhu 0,5˚ atau lebih dan
jumlah kenaikan suhu maksimum 8 kelinci tidak melebihi 3.3˚
Walaupun terdapat variasi prosedur pelaksanaan pada
berbagai Farmakope, tetapi pada prinsipnya adalah sama
yaitu mencatat kenaikan suhu badan kelinci sebagai
respon terhadap substansi pirogenik dalam sediaan yang
disuntikkan ke tubuh kelinci.
PROSEDUR FI ED VI
• Lakukan uji dalam ruang terpisah yang dirancang untuk pengujian pirogen dan pada
kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan hewan dan bebas dari
gangguan yang menimbulkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama
pengujian.
• Boleh diberi minum setiap saat, tetapi terbatas. Jika termistor pengukur suhu rektum
digunakan untuk pengujian, kelinci diletakkan dalam penyekap yang dapat menahan
kelinci dengan leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan bebas.
• Tetapkan suhu kontrol dari tiap kelinci tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan
larutan uji. Suhu tersebut digunakan sebagai awal untuk penetapan setiap kenaikan
suhu yang dihasilkan dari penyuntikan larutan uji. Dalam setiap kelompok kelinci uji,
gunakan kelinci yang mempunyai perbedaan suhu kontrol antara satu dengan lainnya
tidak lebih dari 1°, dan suhu kontrol setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8°.
• Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikkan 10 mL larutan uji per
kg berat badan kedalam vena telinga setiap tiga kelinci, lakukan penyuntikan dalam
waktu 10 menit.
• Larutan uji berupa sediaan yang perlu dikonstitusi sesuai etiket, atau bahan uji yang
diperlakukan seperti tertera pada masing-masing monografi dan disuntikkan sesuai dosis
tersebut.
• Untuk uji pirogen dari alat atau perangkat injeksi, gunakan cucian atau bilasan
permukaan yang kontak dengan bahan yang diberikan secara parenteral, tempat
penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan uji harus terjamin bebas
kontaminasi.
• Lakukan penyuntikan setelah larutan uji dihangatkan pada suhu 37±2°. Rekam suhu
berturut-turut antara jam ke-1 dan ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30
menit.
FI ED VI
INTERPRETASI HASIL DAN LANJUTAN
• Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat
apabila tidak ada satupun kelinci yang menunjukkan kenaikan
suhu 0,5° atau lebih. Bila ada kelinci yang menunjukkan
kenaikan suhu 0,5° atau lebih, lanjutkan uji menggunakan lima
ekor kelinci lain. Sediaan memenuhi syarat bebas pirogen bila
tidak lebih dari 3 dari 8 ekor masing-masing menunjukkan
kenaikan suhu 0,5° atau lebih dan jumlah kenaikan suhu
maksimum 8 kelinci tidak melebihi 3,3°.
Keuntungan pengujian
• telah lama dikenal dan digunakan untuk menguji berbagai sediaan dan terbukti
memberikan hasil memuaskan.
• Sensitivitas kelinci dan manusia terhadap substansi pirogenik relatip sama. Kenaikan
suhu kelinci akibat substansi-pirogenik, sampai batas tertentu masih dapat diterima oleh
manusia; sehingga kenaikan suhu kelinci tersebut dapat distandardisasi terhadap
substansi pirogenik yang dapat diterima manusia.
• Bangham menyebutkan, uji kelinci menggambarkan seluruh respon farmakologis
terhadap pirogen dan relevan dengan respon pada manusia.
• dibandingkan dengan uji LAL yaitu mampu mendeteksi semua pirogen termasuk
endoktoksin.
• Pada saat ini endoktoksin diketahui merupakan pirogen yang
paling, kuat, namun kehadiran pirogen lain dalam suatu sediaan
perlu diperhitungkan;
• karena manusia tidak hanya respon terhadap endoktoksin saja
tetapi juga pirogen yang lain.
• Pengujian kelinci menawarkan jasa untuk maksud tersebut dan
sampai saat ini belum dapat digantikan dengan pengujian lain.
Kelemahan uji kelinci
• LIHAT FI EDISI VI
CARA JENDAL GEL
• Cara jendal gel mendeteksi atau mengkuantitasi endotoksin berdasarkan
pembentukan jendal dari pereaksi LAL dengan adanya endotoksin.
• Konsentrasi endotoksin yang dibutuhkan untuk menyebabkan lysate
menjendal pada kondisi standar dinyatakan sebagai kepekaan pereaksi
LAL yang tertera pada etiket.
• Untuk menjamin presisi dan keabsahan pengujian, lakukan uji
konfirmasi kepekaan pereaksi LAL yang tercantum dalam etiket dan uji
faktor pengganggu seperti tertera dalam Uji Persiapan untuk Cara
Jendal Gel .
Terima kasih……