Anda di halaman 1dari 46

Infeksi Saluran Kemih

(ISK)

Wihda Yanuar, M. Sc., Apt.


Definisi
Adalah adanya mikroorganisme dalam urin
yang tidak dapat dihitung dari kontaminasi,
dan potensial untuk invasi ke jaringan saluran
kemih dan struktur lain yang berdekatan.
 ISK memperlihatkan sindrom klinik yang
bervariasi seperti :
 - pylonephritis (radang pada ginjal)
radang pada ginjal
ISK bagian atas

 - cystitis (radang pada kandung kemih)


- urethritis (radang pada uretra)
ISK bagian bawah
 ISK terjadi melalui 3 rute, yaitu :
 Asenden,
 aliran darah,
 Dan jalur limfatik.
bakteri kemudian akan masuk ke kandung kemih
melalui uretra.
Di kandung kemih organisme akan berkembang biak
dengan cepat dan bergerak naik ke ginjal.
Infeksi di ginjal melalui penyebaran mikroorganisme
melalui aliran darah dan dapat terjadi sebagai hasil
dari penyebaran mikroorganisme dari tempat infeksi
di dalam tubuh.
 Faktor penentu terjadinya infeksi adalah :
- Ukuran inokulum
- virulensi mikroorganisme
- pertahanan tubuh pasien
ISK complicated terjadi pada saluran Genito
Urinary, yang normal, sedangkan ISK
Uncomplicated terjadi pada saluran genito
urinary yang abnormal, penyakit Genito
urinary lainnya, pada pemasangan kateter.
Penyebab
 Penyebab ISK Uncomplicated yang banyak
ditemukan adalah karena E. coli
 ISK complicated (nosokomial) disebabkan
karena :
- Proteus sp
- Klebsiella sp
- Enterobacter sp
- Pseudomonas sp
- Staphylococci
- Enterococcus faccalis
- Candida sp (pada pasien kritis & pasien dengan
kateterisasi kronik)
Gejala ISK Bagian Bawah
 Tipe simptom pada ISK bagian bawah meliputi:
- Dysuria (sukar & nyeri saat kencing)
- Frequency (sering kencing tanpa peningkatan
volume harian)
- Urgency (selalu ingin kencing)
- Nyeri pad adaerah suprapubik
- Nocturia
Tanda ISK Bagian Bawah
Gejala lain yang ditemukan:
 Haematuria
 Urin bau dan keruh
 Proteinuria
 Demam & bingung terutama pada
geriatrik dan pediatrik
Manifestasi klinik pada ISK bagian atas
meliputi :
 Nyeri panggul
 Nyeri abdomen
 Simptom sistemik meliputi demam,
kaku-kaku, sakit kepala, mual,
muntah,rasa tak enak badan
Diagnosis

Kunci diagnosis ISK adalah kemampuan untuk


menunjukkan jumlah bakteri yang signifikan
pada spesimen urin yang tepat,
- Pasien dengan ISK biasanya mempunyai >
105 bakteri /mL di urin
- Urinalisis
- Uji Mikroskopi
- Kultur & sensitivitas
Terapi
Manajemen pasien ISK meliputi evaluasi awal,
seleksi antibiotik & durasi terapi, dan evaluasi
selanjutnya.
Pemilihan antibiotik berdasarkan:
1. tingkat keparahan tanda dan gejala
2. Sisi / tempat infeksi
3. Infeksi complicated atau uncomplicated
Algoritma Terapi
Farmakoterapi ISK Uncomplicated
pada Wanita
Terapi dosis tunggal selama 12-24 jam efektif pada cystitis akut.
 Sulfisoksazol (2g),
 Kotrimoksazole (DS),
 Amoksisilin (3g)
Terapi jangka pendek (selama 3 hari)
 Amoksisilin (500 mg tid),
 Trimetoprim (100 mg bid)
 Ciprofloksasin (250 mg bid)
lebih baik dari pada dosis tunggal
Symtomatic Abacteriuria

 Dosis tunggal atau terapi jangka pendek


dengan Kotrimoksazole efektif pada kasus ini.

 Terapi Chlamydial :
Azitromisin 1 g (SD)
Doksisiklin 100 mg bid
diberikan selama 7 hari
Asymtomatic Bacteriuria
 Manajemen asymptomatic bacteriuria
tergantung umur pasien, & jika wanita, apakah
sedang hamil.
 Pada anak-anak, terapi dilakukan seperti pd
infeksi symptomatik (terapi konvensional).
 Pada wanita yg tidak hamil, terapi masih
kontroversial namun pengobatan mempunyai
efek kecil pada infeksi
Pyelonephritis Akut
 Adanya demam tinggi & rasa sakit pada
panggul harus diterapi sebagai pyelonephritis
akut dan penanganannya yg cepat perlu
dilakukan.
Pasien dgn penyakit yg parah harus dirawat di
RS dan diawali dgn pemberian obat secara iv.
Pengecatan gram segera dilakukan, diikuti
urinalisis, kultur & sensitivitas test.
Pyelonephritis Akut

 Pasien dgn gejala ringan-sedang disarankan


dgn terapi oral selama 2 minggu
 Terapi oral yg efektif mis. Kotrimoksazole,
fluoroquinolon.
 Jika pengecatan gram menunjukkan
streptococci, E. faecalis, disarankan diberikan
ampicillin & amoksisilin.
Pyelonephritis Akut

 Pada pasien yg parah, diberikan terapi


kombinasi aminoglikosida dgn ampicillin
secara intravena.
 Karena meningkatnya resistensi terhadap
ampicillin, dapat dipilih obat lain :
Cotrimoxazole parenteral,
Aztreonam,penicillin dgn penghambat β-
laktamase, cephalosporins atau imipenem
Pyelonephritis Akut

 Jika pasien dirawat 6 bln sebelumnya, dengan


kateter perlu diperhatikan kemungkinan
infeksi pseudomonas dan enterococcus, atau
organisme resisten.
 Disarankan kombinasi aminoglikosida dengan
ceftazidime, ticarcillin-asam klavulanat,
aztreonam, imipenem atau piperacillin.
Pyelonephritis Akut

 Jika pasien respon terhadap kombinasi awal,


aminoglikosida dapat dihentikan sesudah 3
hari dan diikuti dengan non-aminoglikosida.
 Kultur kuman sebaiknya dilakukan 2 minggu
setelah terapi selesai.
ISK pada Pria
Terapi pada pria memerlukan waktu lebih lama ±2
minggu.
Kultur urine harus diperoleh sebelum terapi, sebab
penyebab infeksi pada pria tidak dapat diprediksi
seperti pada wanita
Jika dicurigai gram (-), diberikan terapi dengan
cotrimoksazole atau fluoroquinolon.
Terapi awal selama 10-14 hari.
Pada kasus kambuhan diperlukan terapi selama 6
minggu
Infeksi Kambuhan
 Relaps dan reinfeksi porsinya cukup signifikan
pada semua kasus ISK
 Pasien pada umumnya wanita & dibagi menjadi
2 kelompok :
1. kurang dari 2 atau 3 episode tiap tahunnya
2. lebih dari 3 episode tiap tahunnya.
Infeksi Kambuhan
 Pada pasien kurang dari 2 atau 3episode/tahun,
setiap episode infeksi diterapi secara terpisah.
 Terapi dosis tunggal atau terapi jangka pendek
digunakan pada wanita simptomatik dgn ISK
bawah.
 Pasien dengan lebih dari 3 episode/th,
dilakukan terapi profilaksis jangka panjang
selama 6 bln & kultur urine dilakukan secara
pariodik
Infeksi Kambuhan
 Pada wanita dgn simptomatik reinfeksi yg
berkaitan dgn aktivitas seksual
- buang air kecil sesudah intercourse bisa
membantu mencegah infeksi
- terapi profilaksis dosis tunggal dgn
cotrimoksazole sesudah intercourse dapat
menurunkan kejadian infeksi
Infeksi Kambuhan

 Wanita yg relapse sesudah terapi jangka


pendek sebaiknya menerima terapi selama 2
minggu.
 Pada pasien yg relapse setelah 2 minggu, terapi
dilanjutkan untuk 2-4 minggu berikutnya.
 Jika relapse terjadi setelah 6 minggu terapi,
diperlukan terapi 6 bulan atau lebih panjang.
ISK pada Wanita Hamil
Pada pasien dgn bakteriurine yg signifikan,
symptomatik atau asymptomatik, terapi
direkomendasikan untuk mencegah
kemungkinan komplikasi selama hamil.
Terapi menggunakan antibiotik yg efek
sampingnya relatif ringan :sulfonamida,
cephalexin, ampicillin, amoxicillin, coamoxiclav,
nitrofurantoin selama 7 hari.
ISK pada Wanita Hamil
 Tetrasiklin harus dihindari krn efek teratogenik.
 Sulfonamid dihindari selama trismester III krn
menimbulkan kernikterus& hiperbilirubinemia.
 Quinolon tidak boleh diberikan sebab potensial
menghambat perkembangan tulang pada bayi
Pasien dengan Kateter

 Jika bakteriuria asymptomatik, kateterisasi


jangka pendek (< 30 hari) terapi antibiotik
harus ditunda & kateter dilepas secepat
mungkin.
 Tidak ada bukti pemberian antibiotik
profilaksis mencegah demam, pyelonephritis
akut pada pasien dgn kateter jangka panjang.
Terapi Antibiotik pada ISK Rawat
Jalan
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Drasi
ISK Bawah Cotrimoksazol 2 DS tab SD 1 hari
Uncomplicated 1 DS tab bid 3 hari
Ciprofloksasin 250 mg bid 3 hari
Norfofloksasin 400 mg bid 3 hari
Ofloxacin 200 mg bid 3 hari
Levofloksasin 250 mg qd 3 hari
Amoksisilin 6 x 500 mg SD 1 hari
500 mg bid 3 hari
Coamoksiclav 500 mg tid 3 hari
Trimetoprim 100 mg bid 3 hari
Fosfomycin 3 gr SD 1 hari
Nitrofurantoin 100 mg qid 3 hari
Terapi Antibiotik pada ISK Rawat
Jalan
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Drasi

ISK Bawah Cotrimoksazol 1 DS tab bid 7-10 hari

Complicated Trimetoprim 100 mg bid 7-10 hari

Norfloksacin 400 mg bid 7-10 hari

Ciproflosacin 200-500 mg bid 7-10 hari

Ofloksacin 200-400 mg bid 7-10 hari

Levofloksacin 400 mg qid 7-10 hari

Coamoxsiclav 500 mg tid 7-10 hari


Terapi Antibiotik pada ISK Rawat
Jalan
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Drasi

ISK Kumat Nitrofurantoin 50 mg Qid 6 bulan


Trimetoprim 100 mg Qid 6 bulan
Kotrimoksazol ½ SS tablet qid 6 bulan

Sindrom Uretha Kotrimoksazol 1 DS tablet bid 3 hari


Akut

Gagal terapi Azithromycin 1 gram SD 7 hari


dengan Doksisiklin 100 mg bid 14 hari
kotrimoksazol
Terapi Antibiotik pada ISK Rawat
Jalan
Indikasi Antibiotik Dosis Interval Drasi

Pyelonefritis Kotrimoksazol 1 DS tab Bid 14 hari

akut Ciprofloksasin 500 mg Bid 14 hari

Ofloksacin 400 mg Bid 14 hari

Norfloksacin 400 mg Bid 14 hari

Levofloksacin 250 mg Qid 14 hari

Coamoxsiclav 500 mg tid 14 hari


Terapi Empirik pada Kondisi Khusus
Diagnosis Patogen Terapi Keterangan
Cystitis akut E. Coli 1. Kotrimoksazol 3 hari Terapi jangka
uncomplicated S. saprophyticus 2. Quinolon 3 hari pendek lebih efektif
dibandinkan dosis
tunggal
Kehamilan E. Coli 1. Ampi-clavulanat 7 hari Hindari
S. saprophyticus 2. Sefalosporin 7 hari Kotrimoksazol pada
3. Kotrimoksazol 7 hari trimester ke III
Pyelonefritis akut
Uncomplicated E. Coli 1. Kotrimoksazol 14 hari Dapat diterapi sbg
2. Quinolon 14 hari pasien rawat jalan

Complicated E. Coli 1. Quinolon 14 hari Durasi pemberian IV


P. Aeruginosa 2. Penisilin spektrum luas ditentukan tingkat
P. Mirabilis + aminoglikosida keparahan,
K. pneumoniae dilanjutkan terapi
oral sampai 14 hari.
Antibiotik untuk Terapi ISK
Antibiotik Oral Keterangan
Sulfonamide Telah banyak digantikan obat lain karena resistensi
Kotrimoksazol Sangat efektif untuk sebagian besar bakteri enterik aerob,
kecuali P. aeruginosa,
Kadarnya tinggi di saluran kemih dan urin, terutama untuk ISK
complicated
Efektif untuk profilaksis ISK kumat.
Penisilin Ampisilin untuk enterococci sensitif terhadap penisilin
Ampisilin Karena meningkatnya resstensi E. coli, digunakan terbatas
Amoksilin pada cystitis akut.
Coamoksiclav Co amoksiclav digunakan untuk mengatasi problem resistensi.
Sefalosporin Tidak ada keunggulan dibandingkan obat lain untuk ISK
Biaya relatif lebih maahal
Digunakan pada kasus resistensi terhadap kotri dan amox
Tidak aktif melawan enterococci
Antibiotik untuk Terapi ISK
Antibiotik Oral Keterangan
Tetrasiklin : Efektif untuk terapi awal ISK, resistensi cepat sehingga
Doksisiklin penggunaannya dibatasi. Efektif melawan pertumbuhan
Tetrasiklin candida, digunakan untuk infeksi chlamydial.
Quinolon : Memiliki spektrum yang lebih luas terhadap P. aeruginosa,
Ciprofloksacin, efektif untuk pyelonefritis dan prostatitis
Levofloksacin, Hindari penggunaan pada wanita ha,il dan anak-anak.
Ofloksacin,
Norfloksacin
Nitrofurantoin Efektif untuk terapi maupun profilaksis ISK kambuhan,
Keuntungan utamanya adalah sedikit reistensi meskipun
digunkan untuk terapi jangka panjang,
Yang membatasi penggunaannya : intoleransi GI, neuropathy,
reaksi pulmonary.
Azitromisin Terapi single dose untuk infeksi chlamydial
Fosfomisin Terapi single dose untuk ISK uncomplicated
Antibiotik untuk Terapi ISK
Antibiotik Parenteral Keterangan
Aminoglikosida : Gentamisin dan tobramisin samsa efektif, hanya gentamisin
Gentamisin lebih murah.
Tobramisin Tobramisisn mempunyai efek pseudomonal yang lebih baik,
Netilmisin hal ini penting untuk infeksi sistemik yg serius.
Amikasin Amikasin digunakan secara umum untuk bakteri multiresisten.
Penisilin : Obat-obat ini sama efektifnya.
Ampisilin Penisili n spektrrum luas lebih efektif terhadap P. aeruginosa
Ampisilin-sulbaktam dan enterococci.
Tikarsilin-clavulanat Berguna bagi pasien dengan gannguan renal atau jika
Piperasilin aminoglikosida tidak dapat digunakan.
Piperasilin-tazobaktam
Sefalosporin generasi I, Generasi II dan III memiliki spektrum luas melawan bakteri
II, III Gram Negatif, tapi tidak aktif melawan Enterococci, dan
terbatas memiliki aktivitas melawan P. aeruginosa (kec.
Ceftazidim dan cefepim),
Berguna untuk infeksi nosokomial dan urosepsis.
Antibiotik untuk Terapi ISK
Antibiotik Keterangan
Parenteral
Imienem/silastatin Memiliki spektrum luas terhadap bakteri Gram Positif,
Meropenem Gram Negatif dan anaerob.
Efektif meawan P. aeruginosa dan enterococci

Aztreonam Monobaktem yang hanya aktif terhadap bakteri Gram


Negatif termasuk P. aeruginosa an organisme resisten
lainnya. Digunakan secara umum untuk infeksi
nososkomial ketika aminoglikosida tidak bisa digunakan
dan pada pasien yang sensitif terhadap penisilin.

Quinolon : Mempunyai spektrum luas terhadap bakteri Gram Negatif


Siprofloksasin termasuk P. aeruginosa dan organisme resisten lainnya.
Ofloksasin Memiliki kadar yang tinggi di jaringan dan di urin serta
Levofloksasin secara aktif disekresi pada kondisi fungsi ginjal yang
menurun.

Anda mungkin juga menyukai