Anda di halaman 1dari 63

IMUNISASI & PROSEDURNYA

Oleh :
Gusti Muhammad Fuad Suharto, S.Ked/1830912310003
Zakia, S.Ked/1830912320014
Prakarsa Adi Daya Nusantara, S. Ked/1830912310018

1
Vaksinasi
 Memberikan vaksin (bakteri / virus hidup
dilemahkan / mati, komponen) atau
toksoid
 Disuntikkan atau diteteskan ke dalam mulut
 untuk merangsang kekebalan tubuh
penerima
 hati-hati : dapat menimbulkan KIPI

2
Prosedur Vaksinasi
 Penyimpanan dan transportasi vaksin
 Persiapan alat dan bahan : untuk vaksinasi dan
mengatasi gawat - darurat
 Persiapan pemberian :
 anamnesis, umur, jarak dgn vaksinasi
sebelumnya, riwayat KIPI, Indikasi kontra dan
perhatian khusus
 Informed consent : manfaat, risiko KIPI
 pemeriksaan fisik
 Cara pemberian
 dosis, interval
 Lokasi, sudut, kedalaman
 Pemantauan KIPI
 Sisa vaksin, pemusnahan alat suntik
 Pencatatan (dan pelaporan)
3
Jenis-jenis Vaksin

Vaksin Bakteri Vaksin Virus

•Campak
• BCG • Parotitis
Vaksin • OPV
• Rubela
Hidup • Yellow
• Varisela
Fever

• Difteria • Meningo • Influenza


Vaksin • Tetanus • Pneumo • IPV
Inaktif • Pertusis • Hib • Rabies
• Kolera • Typhoid Vi • Hepatitis B
• Hepatitis A
4
Vaksin – vaksin relatif baru

 Vaksin Pertussis acelluler (DPaT)


 Vaksin kombinasi (DPT-Hib, DPaT-Hib)
 Vaksin influenza
 Vaksin polisakarida: Haemophylus
influenzae (Hib), Salmonella typhi,
Pneumokokus, Meningokokus, Hepatitis A
 Vaksin polio injeksi = in-activated
(injectable) polio vaccine (IPV)

5
Vaksin Hepatitis B
(Engerix-B®, Euvax-B®, Hepvac-B®)

6
Vaksin Hepatitis B (1)

 Partikel permukaan antigen virus hepatitis B


 rekombinan DNA sel ragi, tidak infeksius
 Pengawet thimerosal atau phenoxyethanol
 Kontra indikasi : alergi pada komponen
vaksin (sangat jarang)
 Penyimpanan : 2 – 8 º C, uji kocok
 Penyuntikan : intramuskular, jangan di
gluteal
 KIPI
 Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam
ringan 2 hari.
 Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri
otot, sendi
7
Vaksin Hepatitis B (2)

Indikasi
 Prevalensi hepatitis B sedang atau tinggi
 Petugas kesehatan yang sering kontak
 dengan pasien hep B, darah
 Penerima transfusi darah, hemodialisis
 bayi dari ibu karier
 pasangan sex berganti-ganti
 mencegah hepatitis B dan D

Indikasi kontra
 Alergi pada komponen vaksin
 Demam tinggi
 Ibu hamil, kecuali daerah prevalensi
tinggi 8
Vaksin Polio Oral (OPV)

9
Perubahan warna vaksin polio
karena perubahan pH

Boleh diberikan
10
Vaksin Polio Oral (OPV)

 Virus hidup, dilemahkan


 Virus poliomielitis tipe 1, 2, 3 strain Sabin
 Penyimpanan (sebelum dibuka):
 dalam suhu - 20ºC potensi sampai 2 thn
 dlm suhu 2 – 8ºC potensi sampai 6 bulan
 Setelah dibuka simpan dlm suhu 2 – 8ºC
 potensi hanya sampai 7 hari
 Tidak beku, ada sorbitol
 Sedang diare : boleh divaksin, 4 minggu kemudian
beri 1 dosis sebagai dosis tambahan
11
Vaksin Polio Injeksi
(Injectable / inactivated Polio Vaccine = IPV)

12
Vaksin BCG

13
Vaksin BCG (1)
 Mycobacterium bovis hidup yang
dilemahkan
 Setelah dilarutkan, dlm suhu 2 – 8ºC
(bukan freezer), hanya boleh 3 jam
 Kering : simpan dlm suhu 2 – 8ºC, lebih
baik dalam freezer,
 Jangan kena sinar matahari
 Dosis : 0.05 ml intrakutan, deltoid kanan

Buku Imunisasi di Indonesia 2001, hal 80


14
Vademecum Biofarma, 2002
Vaksin BCG (2)
 Indikasi kontra
 HIV, Imunokompromais, pengobatan steroid,
imunosupresif, radioterapi, keganasan
sumsusm tulang atau limfe, gizi buruk,
demam tinggi, infeksi kulit luas
 Proteksi
 Mulai 8 – 12 minggu pasca vaksinasi
 Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)
 70% TB berat mempunyai parut BCG
 Dewasa : BTA pos 25-36% walaupun pernah
BCG
 WHO : Expanded Programme on Immunization. Immunization in practice.
Modul 2 : EPI vaccines, hal 2. Geneva, 1998
15
 Buku Imunisasi di Indonesia 2001, hal 80. Vademecum Biofarma, 2002
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis
(DTP)
dan Tetanus Toksoid (TT)

16
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis (1)

 Difteria dan tetanus : toksoid dimurnikan


 Pertusis : bakteri mati, teradsorbsi dlm Al fosfat
 Tiap 1ml :40 Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf
toksoid tetanus, Al fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg.
 Simpan dan transportasi dalam 2 – 8ºC, jangan dalam
freezer
 Kocok sampai homogen, bila ada gumpalan atau
endapan jangan digunakan
 Indikasi kontra
- Riwayat anafilaksis
 Ensefalopati pasca DPT sebelumnya

17
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis (2)

Tingkat Perlindungan
 Difteria

 suntikan 1 : 71 – 94 % belum mencapai


kadar protektif (< 0,01 IU/ml)
 suntikan 3 : 68 – 81 % sudah mencapai
kadar protektif (rata-rata 0.0378/ml)
 Pertusis

 Suntikan 3 : 65.8 – 80 % protektif


 Tetanus
 Suntikan 3 : 65 – 80 % protektif

18
Vaksin Toksoid Tetanus

 Tujuan
 Eliminasi tetanus neonatorum
 Cegah tetanus
 Target imunisasi tetanus : > 5 kali
3 dosis saat bayi + 2 dosis toksoid dewasa
 dosis ke-4 (18 – 24 bl) kekebalan > 5 th
 Dosis ke-5 (masuk SD) kekebalan > 10 th
 Dosiske-6 (keluar SD, TD atau dT)
kekebalan > 20 th
19
Vaksin MMR

20
Vaksin Campak (1)
 Virus hidup dilemahkan, jangan kena
sinar matahari
 Vaksin kering : simpan < 0º C atau <
8ºC, lebih baik minus 20 º C. Pelarut
tidak boleh beku.
 Setelah dilarutkan, dlm suhu 2 – 8ºC
maksimum 8 jam
 Tiap 0,5 ml mengandung
 1000 u virus strain CAM 70
 100 mcg kanamisin, 30 mg eritromisin

 Dosis 0,5 ml, subkutan, di deltoid


lengan atas 21
Vaksin Campak (2)

 Proteksi : mulai 2 mgg setelah


vaksinasi
 Serokonversi : 80 – 90%, effikasi 85%
 Lama proteksi : 8 – 16 tahun
 umur 10-12 th : 50% titer antibodi di atas ambang pencegahan
 umur 5 - 7 th : 29,3% kena campak walaupun pernah
diimunisasi

 BIAS : ulangan campak saat masuk SD


 Program : reduksi campak

22
Vaksin MMR (Trimovax®, MMR II ®)

 Virus campak Schwarz hidup dilemahkan dlm


embrio ayam
 Virus gondong Urabe dibiak dlm telur ayam
 Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid
manusia
 PFS, vial, simpan 2 - 8ºC,
 Subkutan atau intra muskular
 Kontra indikasi
imunodepresi, alergi telur, hamil, pasca
imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6 – 12
minggu), alergi neomisin, kanamisin
 Tidak ada bukti sahih berkaitan dgn Autisme
23
Vaksin Haemophilus influenza b
(Hib)

24
Vaksin Haemophilus influenzae type b
(Hiberix®, Act-Hib®)

 Polisakarida H. influenza b
dikonjugasikan pada toksoid tetanus,
trometamol, sukrosa, NaCl
 Simpan : 2 - 8ºC, jangan beku
 Suspensi berkabut keputihan: normal
 Kombinasi dgn DTaP /DTwP
 < 2 thn : paha mid anterolateral
 > 2 thn : deltoid
25
Cool Box
Untuk Menyimpan Vaksin

26
27
Penyimpanan vaksin
• Di Tingkat Propinsi : kmr dingin & kmr beku
– Suhu kamar dingin: +2 s/d +8 Cº
– Suhu kamar beku: -15 s/d -25 Cº
• Di Kabupaten dan Pelayanan Primer
– Jarak lemari es dengan dinding belakang
15 cm
– Lemari es tidak terkena sinar matahari
langsung
– Sirkulasi ruangan cukup
• Penyusunan vaksin
– Jarak menyusun dos vaksin 1-2 cm atau
28
– satu jari antar dos vaksin
Plastik penetes (dropper) Polio
JANGAN disimpan di lemari es
krn jadi rapuh, mudah robek

29
30
Masa simpan vaksin belum dipakai
Vademicum Bio Farma Jan.2002

Jenis Vaksin Suhu Penyimpanan Umur Vaksin

BCG +2 s/d +8°C 1 tahun


-15°s/d -25°C 1 tahun
DPT +2° s/d +8°C 2 tahun
Hepatitis B +2° s/d +8°C 26 bulan
TT +2° s/d +8°C 2 tahun
DT +2° s/d +8°C 2 tahun
OPV +2° s/d +8°C 6 bulan
-15° s/d -25°C 2 tahun
Campak +2° s/d +8°C 2 tahun
31
-15° s/d -25°C 2 tahun
Penyediaan vaksin dan alat-alat

 Vaksin + pelarut khusus


 termos, ice-packed, es batu
 peralatan vaksinasi (alat cuci tangan,
pemotong ampul, alat suntik sekali
pakai, kapas alkohol, plester, kotak
limbah)
 Alat penanganan kedaruratan
(adrenalin, kortikosteroid, selang dan
cairan infus, oksigen),
 Pencatatan : Buku KIA, KMS, blangko
vaksinasi
32
Uji Kocok (Shake Test)
Vaksin tidak pernah beku Vaksin pernah beku

Setelah dikocok

Setelah 15 menit

Setelah 30 menit

Setelah 60 menit 33

Boleh digunakan Jangan digunakan


Anamnesis / KIE
 Cek identitas, vaksinasi yang telah
didapat
 Umur, jarak dgn vaksinasi sebelumnya
 Informed consent : manfaat dan KIPI
 Indikasi kontra, perhatian khusus,
penyakit, obat
 KIPI vaksinasi sebelumnya
 Penanggulangan KIPI seandainya terjadi
 Rutin pediatrik
 Asupan nutrisi, miksi, defekasi, tidur
 Pertumbuhan dan perkembangan
 Jadwal vaksinasi berikutnya
34
Informed consent (1)

 Di Amerika, Australia : belum ada


ketentuan pasien atau keluarganya harus
menanda tangani pernyataan mengerti
dan menyetujui
 Di Indonesia (Permenkes no. 585 /1989 ttg
Persetujuan Tindakan Medik) pernyataan
tertulis hanya untuk tindakan diagnostik
atau terapeutik , vaksinasi belum perlu
pernyataan tertulis
 Boleh meminta tanda tangan dari orangtua
atau pengasuh bahwa telah diberikan
informasi, dimengerti dan menyetujui
vaksinasi
35
Informed Consent (2)

 Penjelasan tentang manfaat dan risiko vaksinasi


disampaikan dengan empathy
 Bukan dengan cara menghakimi (non-judgmental
approach)
 Gunakan istilah awam dan sederhana

36
Indikasi Kontra Vaksin
 Umum (untuk semua vaksin)
 Reaksi anafilaksis
 Sakit sedang atau berat
 Khusus
 DTP / DTPa : ensefalopati dalam 7 hari
pasca vaksinasi DPT/DTPa
 OPV dan varisela: anafilaksis terhadap
neomisin atau gelatin, kehamilan,
imunodefisiensi (keganasan,tumor
padat, kongenital, terapi
imunosupresan, infeksi HIV)
 Hepatitis B : anafilaksis terhadap ragi

37
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan umum
 Pemeriksaan khusus
 Mencari indikasi kontra atau hal-hal yang perlu
diperhatikan
 bekas vaksinasi terdahulu
 Lokasi vaksinasi yang akan dikerjakan

38
Persiapan pemberian vaksin

 Cuci tangan dengan antiseptik


 Baca nama vaksin, tanggal kadaluwarsa,
 Teliti kondisi vaksin apakah masih layak :
warna indikator VVM,
 Kocok : penggumpalan, perubahan warna
 Alat suntik : sekali pakai
 Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
 Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
 Pasang dropper polio dengan benar
39
Penempatan alat
untuk memudahkan vaksinasi
Kotak pembuangan
jarum bekas
Kotak Form R&R
pembawa
vaksin Air & sabun
untuk cuci
tangan

Tempat
sampah
Kursi pasien
Kursi vaksinator

40
VVM = Vaccine Vial Monitor

41
Ukuran jarum

Intramuskular di paha mid-anterolateral


 Neonatus
 kurang bulan / BBLR : 5/8 inch (15,8 mm)
 cukup bulan : 7/8 inch (22,2 mm)
 1 – 24 bulan : 7/8 – 1 inch
(22,2-25,4 mm)

Intramuskular di deltoid
 > 2 thn (tergantung ketebalan otot)
7/8 – 1,25 inch (22,2 -31,75 mm)
 Usia sekolah dan remaja : 1,5 inch
(38,1mm)
42
Mengatasi ketakutan dan nyeri
 Jangan menakut-nakuti anak
 Empati, jangan dipaksa dengan dipegang kuat
 Diajak bicara, dielus-elus, ditenangkan
 Bayi baru lahir : diberi sukrosa dilidahnya
 Tekan 10 detik sebelum disuntik
 Spray pendingin (etil klorid) =EMLA
 Tempel es batu 1 – 2 detik tidak
direkomendasikan
 Krim EMLA (Eutetic Mixture of Local Anesthesia)
1 jam sebelum penyuntikan, efek sampai 24 jam
 Lidocaine topikal : 10 menit sebelum disuntik
 Anak : bernafas dalam, tiup baling-baling, ajak
bicara, bacakan cerita, musik
 Dipijat atau digoyang-goyang sesudah vaksinasi
43
Penyuntikan dan penetesan vaksin

 Bicara pada bayi dan anak


 Tentukan lokasi penyuntikan : paha, lengan
 Posisi bayi / anak : nyaman dan aman
 Desinfeksi
 Pegang; peregangan kulit, cubitan
 Penyuntikan: dosis, sudut, cara
 Tetesan: dosis, hati-hati dimuntahkan
 Penekanan bekas suntikan
 Membuang alat suntik bekas
 Penulisan tanggal vaksinasi di kolom yang
sudah disediakan
44
Teknik dan posisi penyuntikan
 Bayi digendong pengasuh,
 Anak dipeluk menghadap pengasuh (chest to
chest)
 Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)
 Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
 Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
 Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
 Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan
geser kulit dan subkutis ke samping, setelah
disuntik kemudian lepaskan
 Jarum disuntikan dengan cepat
 Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan
bersamaan 45
Posisi anak ketika divaksinasi

Lengan yg satu Tangan yg lain


dijepit ketiak ibu dipegang ibu,
Kemudian anak
dipeluk

Tungkai anak
dijepit paha ibu
46
Posisi anak ketika di vaksinasi
Tangan kiri
Dijepit ketiak ibu
Tangan dipegang

suntik

47
Posisi Anak kurang aman

Tangan bebas suntik


Bisa meraih jarum

suntik

Kaki bebas
Bisa berontak

48
Posisi bayi dalam
pelukan ibu pada
penyuntikan BCG

49
Penetesan vaksin polio

50
Teknik Penyuntikan dan Penetesan

Intramuscular
Subcutaneous e.g. hepatitis A and B,
e.g. measles, mumps, DTP
rubella, varicella

Oral
e.g. polio Intradermal
BCG

51
Pencatatan

 Nama dagang, produsen,


 No. lot / seri vaksin,
 Tgl penyuntikan
 Bagian tubuh yang disuntik (deltoid kiri, paha kanan
mis)

52
Sisa vaksin
 BCG
 setelah dilarutkan harus segera diberikan dalam 3
jam (simpan dalam suhu 2 – 8 ◦ C)

 Polio
 Setelah dibuka harus segera diberikan dalam 7
hari (simpan dlm suhu 2 – 8 ◦ C)
 DPT
 Bila ada penggumpalan atau partikel yang tidak
hilang setelah dikocok  jangan dipakai
 Campak
 Setelah dilarutkan harus diberikan dlm 8 jam
(simpan dlm suhu 2 – 8 ◦ C) 53
Pemantauan setelah
vaksinasi

 Perhatikan keadaan umum


 Tunggu 30 menit di ruang tunggu

54
Safe injection : mengapa perlu ?
 Estimasi WHO : 30 % suntikan imunisasi tidak aman (WHO
bull. Oktober, 1999)

 Imunisasi rutin (Soewarta,1999: 4 propinsi):


 tidak disterilkan : spuit 38%, jarum 23 %
 alat suntik pakai ulang :krn tidak ada jarum (18%),
tidak ada spuit (4%)

 Bulan Imunisasi Anak Sekolah (Soewarta,1999)


 45 % alat suntik tidak disterilkan
 alat suntik pakai ulang : krn tidak ada sterilisator
(39%), tidak ada jarum (28 %) tidak ada alat suntik
(6%)

 Suntikan dapat menularkan : hepatitis B, Hepatitis C,


HIV, jamur, parasit, bakteri, menyebabkan abses
 Penyebaran melalui suntikan lebih cepat daripada
melalui udara, mulut atau seks
55
Safe injection

Aman bagi
 yang disuntik
 penyuntik
 lingkungan

56
Tidak aman bagi yang disuntik (1)

 Vaksin
 Suhu > 8° C, atau VVM telah terpapar
panas
 Botol vaksin bocor, retak, atau
terpasang jarum
 Ada partikel dalam larutan
 Telah dilarutkan lebih dari 6 jam
 Beku : DPT, DT, TT, HepB, Hib (tidak
boleh beku)
 Uji kocok tetap menggumpal (kecuali
HepB atau Hib)
57
Tidak aman bagi yang disuntik (2)

 Alat suntik
 Spuit disposable dipakai ulang
 Hanya mengganti jarum
 Tidak dibersihkan dulu langsung disterilkan
 Hanya dengan desinfektan
 Membakar jarum di api
 Merebus dalam panci terbuka
 Menyentuh ujung jarum
58
Tidak aman bagi yang disuntik (3)

 Cara melarutkan / pengambilan vaksin


 Cairan pelarut untuk vaksin lain atau >
8°C
 1 spuit diisi beberapa dosis sekaligus
 jarum ditinggalkan menancap di vial
 Mencampur isi 2 vial

 Lokasi, posisi , kedalaman penyuntikan

 Tidak ada alat / obat gawat - kedaruratan

59
Tidak aman bagi penyuntik
 Menekan luka berdarah dengan jari
(semua cairan tubuh dapat menularkan kuman)
 Membawa atau meletakkan alat suntik bekas
sembarangan (tidak langsung membuang ke kotak
limbah)
 Menyentuh atau mencabut jarum suntik
 Menutup kembali (recapping) jarum suntik
 Mengasah jarum bekas
 Memilah-milah tumpukan jarum bekas
 Tidak ada alat / obat gawat darurat

Tidak aman bagi lingkungan :


Meninggalkan alat suntik bekas sembarangan
60
Tempat Pembuangan Limbah

61
Pemusnahan Kotak + Isi limbah
 Dibakar dalam insinerator khusus (suhu 600 -
1100° C)
 risiko pencemaran kecil
 Rp. 10 – 30 juta, BBM / kayu bakar

 Dibakar dalam lubang atau drum

 Digiling
 Milling atau shreeding
 Serbuk masih infeksius
 375-750 alat suntik / jam
 listrik 750 w

62
Terima Kasih

63

Anda mungkin juga menyukai