PEMBAHASAN
napas sejak 2 hari SMRS, nafas cepat, batuk berdahak dan demam. Riwayat atopi,
mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut
adalah: pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah (BBLR),
tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi
tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok), faktor
sosial ekonomi, dam pengetahuan ibu terhadap penyakit.6 Pada pasien ini
didapatkan faktor risiko terjadinya infeksi yaitu paman pasien yang tinggal serumah
dengan pasien merupakan perokok aktif sehingga anak menjadi perokok pasif.
umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada,
grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih besar jarang ditemukan grunting.
Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan
iritabel. Bayi 2 -12 bulan termasuk nafas cepat bila frekuensi nafas 50 kali atau
lebih dan pada anak lebih dari 12 bulan lebih dari 40 kali per menit.16,17 Pada pasien
34
ini didapatkan dari hasil anamnesis berupa sesak napas, batuk berdahak dan demam
serta dari pemeriksaan fisik didapatkan takipnea (laju nafas 42 kali per menit), pada
didapatkan ronki pada kedua lapang paru. Nafas cuping hidup dan sianosis pada
kulit tidak ditemukan. Tanda bahaya umum seperti kejang, muntah dan tidak mau
berdasarkan gejala utama batuk dan atau kesulitan bernafas, lalu ditambah dengan
salah satu dari gejala berikut yaitu pernapasan cuping hidung, tarikan dinding dada
pemeriksaan fisik auskultasi paru didapatkan ronki.26 Pada pasien ini ditemukan
gejala yaitu batuk berdahak dan sesak nafas, dan takipneu serta retraksi subkostal
minimal dan rhonki pada lapang paru, serta pada gambaran radiologi didapatkan
sedangkan anak dengan pneumonia viral jumlah leukosit biasanya tidak lebih dari
20,000/mm3 dengan sel limfosit lebih dominan. Jumlah leukosit lebih dari
leukosit lebih dari 15,000/mm3 dan hanya 16.7% dengan jumlah leukosit kurang
35
dari 10,000/mm. Sebagian besar anak-anak dengan pneumonia memiliki
manifestasi klinis yang khas yaitu suhu tinggi, leukositosis dan konsolidasi lobar
atau segmental pada radiografi dada. Namun, sebanyak 30% pasien mungkin
memiliki nilai sel darah putih yang normal saat masuk rumah sakit. Pada sebagian
prognosis yang lebih baik daripada jumlah leukosit normal dan leukopenia.25 Shift
to the left, atau sering disebut juga left shift, adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan peningkatan bentuk immature dari sel neutrofil. Shift to the left
menandakan adanya fase akut dari suatu proses imunologi, baik itu infeksi akut,
inflamasi akut, ataupun proses nekrosis akut. Neutrofil yang masih muda akan
jumlah neutrofil immature akan meningkat di darah.25 Pada pasien ini didapatkan
eosinofil% meningkat 5,2%, monosit% meningkat 12,3% kesan shift to the left yang
menandakan bahwa adanya infeksi yang akut dan infeksi tersebut kemungkinan
36
disebabkan oleh virus. Peningkatan eosinofil juga berkaitan dengan kemungkinan
adanya reaksi hipersensitivitas yang disebabkan adanya alergen pada penyakit ini.25
anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar sering dijumpai, terutama pasien bayi. Pada
kultur darah pada passien anak dengan diagnosis bronkopneumonia adalah anak
bronkopneumonia. Namun pada pasien ini tidak dilakukan kultur darah untuk
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
ditandai dengan saturasi oksigen kurang dari 92-94%, dehidrasi atau muntah,
orangtua untuk merawat, didapatkan penyakit lain misalnya jantung bawaan, dan
Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat
inap.21 Indikasi rawat pasien adalah pasien merupakan anak balita dengan
37
pneumonia berat yang ditandai dengan batuk dan nafas cepat lebih dari 40 kali per
menit disertai dengan distres nafas yang ditandai dengan tarikan dinding dada serta
muntah dan rewel sehingga intake berkurang, nafsu makan anak berkurang. Serta
terdapat gejala tanda bahaya umum yaitu rewel/gelisah, muntah, dan hipoksemia (
saturasi oksigen tanpa oksigen tambahan kurang dari 92%, pada pasien ini saturasi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku bagan manajemen terpadu balita sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2008;3.
Diagnosis bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya
keluhan sesak yang didahului oleh batuk dan demam. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan takipnea (laju nafas 42 kali per menit), pada pemeriksaan paru
didapatkan retraksi subkostal minimal dan pada auskultasi didapatkan ronki. Pada
menurun 37,4% dan lim% meningkat 44,8% kesan shift to the left yang berarti
38
sedang terjadi infeksi akut. Pemeriksaan rontgen toraks didapatkan gambaran
kesan bronkopneumonia.
keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat
1250cc/24 jam dan diberikan terapi oksigen nasal kanul 1 liter per menit.
Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, pada bayi prematur
jumlahnya sebesar 80% dari berat badan, pada bayi normal 70-75% berat badan,
sebelum puberitas 65-70% berat badan dan dewasa normal sekitar 50-60% dari
berat badan.21
lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses. Digunakan rumus Holiday
39
Pasien ini diberikan terapi IVFD D5 1/2 NS 1250cc/24 jam dengan berat
pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia
tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya uji mikroniologis cepat. Oleh karena
laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap beta
Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi, meskipun tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi antibiotik yang
optimal.22
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan
atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama
dan gentamisin (7.5 mg/kgBB IV sekali sehari). Bila anak memberi respons yang
baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di
rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5
40
hari berikutnya.22 Pada pasien dengan berat badan 15 kg diberikan terapi Inj.
berkurangnya sesak, retraksi dinding dada serta perbaikan saturasi oksigen. Anak
tidak mengalami demam ataupun batuk yang sudah mereda. Pemeriksaan rontgen
melihat respon terapi bronkopneumonia.22 Pada pasien ini tidak didapatkan keluhan
sesak dan demam setelah 3 hari perawatan. Saturasi oksigen diatas 95% dan tidak
didapatkan adanya retraksi dinding dada. Indikasi keluar rumah sakit pada pasien
bronkopneumonia adalah perbaikan klinis mulai dari hilangnya sesak, nafas cepat,
rhonki, dan retraksi pada dinding dada, saturasi oksigen >95% stabil dalam waktu
penyebab kedua tertinggi angka kematian anak di Indonesia akan tetapi berdasarkan
yang terdiagnosis 2 hari onset dan telah mendapatkan tatalaksana cepat, sehingga
tidak mengancam jiwa pasien ini.26 Ad sanationam pada pasien yaitu bonam karena
faktor risiko yang dimiliki oleh pasien merupakan faktor yang dapat dimodifikasi
yaitu dari gaya hidup perokok paman pasien yang merupakan salah satu factor
resiko besar dalam terjadinya pneumonia pada pasien ini,hal tersebut dapat dicegah
dengan edukasi untuk tidak merokok didalam rumah dan bila ingin melakukan
kontak langsung dengan pasien sebaiknya merokok diluar rumah, mengganti baju
41
Prognosis ad functionam pasien bonam karena pada pasien ini organ yang
terkena masih dapat berfungsi dengan baik karena berespon cepat dengan terapi dan
tidak ada komplikasi yang memperberat penyakit yang diderita pasien. Selama
tidak ada komplikasi yang terjadi seperti pneumatokel, empyema paru, efusi pleura,
abses paru, prognosis dari pneumonia akan baik, namun jika terdapat komplikasi
seperti yang disebutkan, maka prognosis menjadi dubia ad bonam atau ad malam
tergantung kondisi ketahanan tubuh pasien atau sistem imun, dan pengobatan yang
adekuat. 30
42