1
Mengetahui, Banjarmasin, Februari 2020
Ketua Jurusan Universitas Sari Mulia Ketua TIM Pengusul
Mengetahui,
Ketua LPPM Universitas Sari Mulia
2
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
Bidang Alokasi W
No Nama Jabatan Instansi Asal
Keahlian (jam/min
1 Ahmad Doni Faisal Ketua Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam
3
presentasi,memberikan informasi tentang permasalahan-permasalahan siswa
dan siswi ditempat. Serta dari mahasiswa mampun mengikuti pemaparan yang
akan dilaksanakan,ikut berdiskusi, dan mampu menjalankan hal-hal yang
dianjurkan dalam pemaparan secara berkesinambungan.
7. Permasalahan yang ditemukan dan solusi yang ditawarkan:
Para siswa-siwi SMK Bina Banua Banjarmasin yang dimana untuk
memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi penyakit
dermatitis pada SMK Bina BanuaBanjarmasin.
8. Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran
a. Harapannya dapat meningkatkan pengetahuan pada siswa siswi SMK Bina
Banua
b. Mengurangi terjadinya resiko terjadinya penyakit dermatitis
9. Rencana luaran berupa jasa, sistem, produk/barang, paten, atau luaran lainnya
yang ditargetkan
a. Rencana luaran yang dihasilkan yaitu bahan ajar terkait Pemeriksaan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Poster, Leaflet, PKM online.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT..................ii
4
DAFTAR ISI.....................................................................................................................vi
REFERENSI....................................................................................................................vii
RINGKASAN.................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
Lampiran..........................................................................................................................13
REFERENSI
Ardhie, A. M. 2014. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah. 4-9.
5
Dipenogoro.
Djuanda S,Sularsito SA. Dermatitis Atopik. Dalam: Djuanda A,editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi ke- 6. Jakarta: FK UI; 2016. h.138-47.
Mansjoer, Arif dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.
Silny, W., Bartoszak, L., Jenerowicz, D., Sobczak, W. Ż., and Goździewska, M., 2013.
Prevalence of contact allergy in children suffering from atopic dermatitis,
seborrhoeic dermatitis and in healthy controls. Annals of Agricultural and
Environmental Medicine, Vol. 20 No.1, pp.55-60.
Syaifuddin, H. 20016. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.
RINGKASAN
Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang
bersifat akut, sub-akut, atau kronis dan dipengaruhi banyak faktor.
Menurut Djuanda (2016), dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis
6
dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan
keluhan gatal. Terdapat berbagai macam dermatitis, dua diantaranya
adalah dermatitis kontak dan dermatitis atopik (Djuanda, 2016).
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan
atau substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis kontak dibedakan
menjadi dua yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak
alergi (DKA). DKI dan DKA dapat bersifat akut maupun kronik.
Dermatitis iritan adalah kerusakan kulit yang terjadi lansung tanpa
diketahui proses sensitasi. Dermatitis alergik adalah kelainan kulit yang
terjadi pada seseorang yang mengalami sensitifitas karena suatu alergen
(Djuanda, 2016).
Menurut Harahap (2017), fase dermatitis kontak alergi dibedakan
menjadi:
a. Fase akut tandanya adalah merah, edema, papula, vesikula, berair,
krusta, dan gatal.
b. Fase kronis tandanya adalah kulit tebal atau likenifikasi, kulit pecah-
pecah, skuama, kulit kering, dan hiperpigmentasi.
Permasalahan yang terjadi disekolah meliputi kurangnya
pengetahuan siswa-siswi tentang penyakit Dermatitis yang membuat
mereka tidak mengetahui cara pencegahan dan faktor risiko penyakit
Dermatitis.
Solusi yang diharapkan dengan dilakukannya pendidikan kesehatan
tentang penyakit Dermatitis dapat meningkatkan pengetahuan siswa-siswi
terutama untuk mengetahui pencegahan dan faktor risiko penyakit
Dermatitis.
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
8
dermatitis kontak alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis
alimentosa, dermatitis statis dan lain sebagainya (Ardhie, 2014).
9
belum diketahui patogenesisnya, terutama yang penyebabnya faktor
endogen (Afifah, 2012).
10
1.2. Pemasalahan Mitra
Berdasarkan observasi mitra SMK Bina Banua Banjarmasin
berdasarkan hasil temuan perlu adanya peningkatan pengetahuan pada
Siswa-siwi pada penyakit Dermatitis.
11
BAB II
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
2.1. Solusi Yang Ditawarkan
Solusi yang ditawarkan dengan menggunakan leaflet dan melakukan
pendidikan kesehatan tentang bagaimana cara pencegahan dan faktor risiko
penyakit Dermatitis.
2.2. Target Luaran
Tabel 2.1 Target Luaran
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Luaran Wajib
1 Publikasi ilmiah, bahan ajar Published
2 Publikasi pada jurnal penelitian online Published
Luaran tambahan
Hak kekayaan ( Poster, leaflet tentang penyakit
1 HAKI
Dermatitis)
12
BAB III
METODE PELAKSANAAN
13
d. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap monitoring dan evaluasi meliputi tindak lanjut dari hasil dari
sesi Tanya jawab evaluasi yang diberikan kepada peserta.
14
BAB IV
Publikasi Penelitian
140
120
120
100
80 66
Total
60 42
40 32
22 19 24
20 14 7 11 11
1 3 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other Jumlah
Program Studi
2016 2017 2018
15
2. Gambar grafik jumlah Publikasi Nasional Penelitian Dosen di Lingkungan
Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.
Publikasi Nasional
50
39 38
40
30 22 24 21
Total
20 16
12 11
10 6 3 3
1 0 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi
2016 2017 2018
Publikasi Internasional
90 82
80
70
60
50 42
Total
40
30 21
20 11
8
10 0 2 3 1 0 0 0 0 3 3
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi
16
Gambar Grafik.3 Jumlah Publikasi Dosen di Internasional (tahun 2016-2018)
4
3
Total
3
2 2
2
1 1
1
0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Jumlah
Program Studi
17
Gambar Grafik.4 Jumlah Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)
18
Topik Judul Penelitian Terpublikasi
140
120
120
100
80
66
Total
60
42
40 32
22 19 24
20 14 11 11
7 3
1 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi
19
4.2. Kualifikasi Tim Pelaksana
Kegiatan PKM Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk
Mengatasi Penyakit Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin akan
dilakukan oleh tim Pelaksana dari mahasiswa keperawatan dan dosen
pembimbing berbeda disiplin ilmu sehingga pemecahan masalah dapat
dilakukan melalui pendekatan keilmuan yang berbeda. Adapun bidang
ilmu yang dikuasai oleh Tim Pelaksana adalah Keperawatan Anak,
Managemen Keperawatan, dan Promosi Kesehatan.
Pendekatan tiga bidang keilmuan secara sinergi akan digunakan
untuk pembinaan mitra agar para siswa dan siswi yang melakukan dapat
dilaksanakan dengan baik dan agar menambah pengetahuan pada siswa-
siswi tersebut.
Mulai dari meningkatkan pengetahuan Siswa-siswi tersebut
dalam menghadapi dan mencegah terjadinya Penyakit Dermatitis di mulai
dari penjaringan, pembinaan, monitoring sapai evaluasi pelaksanaan
kegiatan.Dengan pendekatan multidisiplin maka kegiatan PKM program
“Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk Mengatasi Penyakit
Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin” untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap penyakit Dermatitis serta ini akan bermanfaat bagi
siswa-siswi tersebut.Program ini juga diharapkan akan menjadi program
rintisan untuk mengembangkan lebih baik lagi dengan menyadari
kesehatan itu sangat penting untuk setiap individu.
BAB V
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
5.3. Anggaran Biaya
Tabel 5.1 Ringkasan Anggaran Biaya Program PKM
No Uraian Jumlah
20
1 Bahan/perangkat Rp. 110.000
penunjang/peralatan
2 Konsumsi Rp. 280.000
3 Perjalanan Rp. 50.000
4 Lain-lain Rp. 150.000
Jumlah RP. 590.000
Pendampingan Pelaksanaan
Program
3 MONEV
Mengidentifikasi Permasalahan
Yang Muncul
Pendampingan
Evaluasi dan Tindak
Lanjut Program
21
4 PELAPORAN DAN
PUBLIKASI
Penyusunan Draf Laporan
Desiminasi Hasil
Laporan Akhir
Publikasi
22
Jabatan Nama NIM
Anggota 1 Ahmad Doni Faisal 11194561920074
Anggota 2 Azna Yuliana 11194561920077
Anggota 3 Haniah 11194561920087
Anggota 4 Hifzi Padlianor 11194561920089
Anggota 5 Ivana Itasia Putri 11194561920089
Anggota 6 Ni Komang Tri Mega Y 11194561920089
Anggota 7 Rizka Nazilah 11194561920104
Anggota 8 Siti Janatul Ulfa 11194561920108
Anggota 9 Sri Suryaningsih 11194561920109
23
nasional,yaitu, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Bangka Belitung, Nanggro Aceh Darussalam,
dan termasuk Sulawesi Selatan. (Depkes RI, 2014).
Dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit (epidermis dan dermis)
yang peka terhadap berbagai rangsangan endogen dan ataupun eksogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skauma, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak
selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Dermatitis cenderung sering kambuh kembali (residitif) dan menjadi kronis
(Sularsito dan Djuanda, 2016). Berdasarkan penyebabnya, keadaan dermatitis
mencangkup dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis
medikamentosa, dermatitis alimentosa, dermatitis statis dan lain sebagainya
(Ardhie, 2014).
24
dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui
pasti. Banyak macam dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya,
terutama yang penyebabnya faktor endogen (Afifah, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Memberian edukasi tentang penyakit Dermatitis
b. Diharapkan siswa-siswi SMK Bina Banua dapat menerapkan hal-hal
yang diajarkan
25
c. Menambah pengetahuan pada siswa-siswi penyakit Dermatitis
d. Menunjukkan kepada masyarakat tentang kepedullian dosen dan
mahasiswa Universitas Sari Mulia dengan pemberian penyuluhan
pengabdian masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami pengetian penyakit Dermatitis
b. Mampu memahami penyebab penyakit Dermatitis
c. Mampu memahami Pengobatan sederhana yang bisa dilakukan
dirumah ?
d. Mampu memahami cara pencegahan penyakit Dermatitis
menggunakan program SMILE
e. Mampu memahami cara penggunaan obat topikal penyakit dermatitis
C. Metode Pelaksanaan
Dengan melakukan PENKES (Pendidikan Kesehatan) sehingga siswa-
siswi Di Sekolah SMK Bina Banua yang sebelumnya tidak tau menjadi tau.
Diharapkan adanya peningkatan tentang pencegahan Penyakit Dermatitis.
26
E. Strategi Pelaksanaan
27
Dermatitis dan
memberikan kesempatan
siswa-siswi Di Sekolah
SMK Bina Banua untuk
bertanya.
- Menjelaskan kembali hal-
hal yang belum
dimengerti.
- Menanyakan hal-hal
kembali yang akan
didiskusikan kembali
bersama.
- Memberikan
reinforcement positif atas
jawaban siswa-siswi Di
Sekolah SMK Bina Banua
yang benar.
3 Implementasi - Melakukan PENKES Mahasiswa bisa memberikan
(30 menit) tentang pencegahan materi dengan baik dan bisa
Penyakit Dermatitis dipahami oleh siswa-siswi, siswa-
kepada Siswa-siswi di siswi bertanya kembali dan
SMK Bina Banua. diberikan apresiasi berupa hadiah.
- Memberikan kesempatan
siswa-siswi di SMK BINA
BANUA untuk bertanya
tentang materi yang
disampaikan.
- Memberikan hadiah untuk
yang bertanya.
4 Terminasi(5 - Menyimpulkan tentang Mahasiswa mampu
menit) materi yang disampaikan. menyimpulkan materi yang telah
- Memberikan pujian dan disampaikan kepada siswa-siswi,
megucapkan terimakasih. mahasiswa juga memberikan
28
- Salam penutup. pujian serta salam penutup, dan
- Foto bersama. melakukan foto bersama.
1. Laptop
2. LCD
3. Mickrophone
4. TOA
5. Spanduk
6. Stop Kontak
7. Poster/Leaflet
G. Setting Tempat
Keterangan:
H.
I. v
J.
K.
L.
M.
N.
29
: Pembimbing
v
: Panitia
: Siswa-siswi Di
Sekolah SMK Bina
Banua
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media dan materi dan media pendidikan kesehatan sudah
tersedia dan dapat digunakan dalam kegiatan tersebut yaitu:
1) Laptop
2) LCD
3) Microphone
4) TOA
5) Spanduk
6) Stop Kontak
7) Poster.
b. Preplanning dan proposal sudah di konsultasikan kepada pembimbing
sebelum pelaksanaan kegiatan.
c. Tempat untuk melakukan pendidikan kesehatan sudah mendapatkan
izin.
2. Evaluasi Proses
a. Pendidikan kesehatan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang
telah ditetapkan.
b. Selama proses penyampaian materi diharapkan terjadi interaksi antara
tim pemateri dengan peserta yang hadir.
c. Peserta PENKES memperhatikan materi yang diberikan.
d. Peserta dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan aktif untuk
melaksanakan sesi tanya jawab dan diskusi.
3. Evaluasi Hasil
30
Peserta PENKES mengerti dari apa yang telah disampaikan dengan
keriteria mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan
diberikan tim pemateri.
31
Lampiran 1
2. Perjalanan
3. Lain-lain
No Lain-lain Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Pengolahan laporan 3 buah @ Rp. 25.000 Rp. 80.000
2 Dana tak terduga @ Rp. 100.000 Rp. 70.000
Jumlah Biaya Rp. 150.000
Total Biaya Rp. 590.000
Lampiran 2
SUSUNAN KEPANITIAAN PENGABDIAN MASYARAKAT
32
Sekretaris : Azna Yuliana
Bendahara : Rizka Nazillah
1. Koordinator Acara : : Hifzhi Padliannor
2. Koordinator Humas : Ni Komang Tri Mega Yanti
3. Koordinator Dokumentasi : Ivana Itasia Putri
4. Koordinator Konsumsi : Siti Janatul Ulfah
5. Koordinator Perlengkapan : Haniah
33
Lampiran 3 Jurnal Untuk Materi
34
Lampiran 4 Materi
A. Definisi Dermatitis
B. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),
mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2016), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
35
(1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-
bahan yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-
imunologis. Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih
peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
36
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat
gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan
eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh
rinitis alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu
(hawa udara panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun
terhadap infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas
eritema, edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat
37
predileksi ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan
bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu
jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan
dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di
sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di
tungkai bawah.
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari
fokus inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan
langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya
umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering
berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis)
dengan atau tanpa ulkus.
38
C. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat
iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi
sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa
reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun
allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Djuanda Adhi, 2016)
1. Dermatitis kontak
b. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
c. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48
jam bahkan sampai 72 jam
d. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan
Kronis. saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai
dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya
menebal.
39
e. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
f. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
g. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di
bandingan dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu
pad bulan kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi
sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel pecah karena garukan
sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta,
Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai.
bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah
ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar penderita sembuh
setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun
timbul sendiri (Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian
fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. ruam berupa
papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan
mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan
tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut,
samping leher, dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi
kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan
tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-
kadang lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan, mengalami
likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung
berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama.bisa d
40
dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa
berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah seusia 30
tahun, jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil sampai tua.
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan
bawah, paha atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau
sedang tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di
garuk akan menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk
akibat garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping
membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin)
Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai
numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
5. Dermatitis Statis
41
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan.
Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat
alergi dapat kita periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar
dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi.
Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat
apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes
alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan,
misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan
lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen
yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus
(panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di
kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif
alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes
ini :
Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis
obatnya.
Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
42
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru
dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan
timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
43
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan
di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit.
Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi
untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan
untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan
sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi
terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi
44
makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode
RAST.
7. Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi
antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya.
Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat
spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik,
diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau
pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut,
sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih
besar dari pada krim.
45
Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten,
umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis
diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan
menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba dihentikan akan
timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal
46
tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan
menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat
diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi
virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x
200mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal.
Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi
radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang
tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka
panjang digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-
potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang
tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian
orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikal ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang
dapat mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.
47
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi
48
8. Pengobatan Sederhana Yang Dapat dilakukan dirumah
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi dermatitis :
a. Menghindari pemicunya
Dermatitis atopik adalah penyakit kambuhan. Oleh karena itu, Anda perlu tahu
apa saja bahan, kondisi, atau apa pun yang bisa memicu penyakit.
Cara ini membantu menemukan faktor pemicu eksim yang mungkin selama ini
tidak Anda ketahui dan sadari.
Kulit Anda perlu diberi pelembap setidaknya 2 kali sehari. Gunakan pelembap di
seluruh tubuh saat kulit masih lembap setelah mandi agar air terkunci di
dalamnya.
Anda dapat memakai minyak atau krim pelembap yang sesuai dengan jenis kulit.
Jika ragu, tanyakan pada dokter kira-kira produk apa yang cocok untuk kondisi
kulit Anda.
Menggaruk kulit hanya akan membuat kondisi penyakit menjadi semakin parah.
Untuk itu sebisa mungkin tahan keinginan untuk menggaruk kulit.
Gunakan pakaian tertutup agar kulit terhindar dari gesekan atau garukan yang bisa
melukainya.
49
Jangan lupa juga untuk rajin menggunting kuku dan jangan membiarkannya
panjang. Pasalnya di malam hari ada kemungkinan bahwa Anda akan menggaruk
kulit tanpa sadar.
Pakai sarung tangan bila perlu saat tidur agar kulit tidak terluka atau lecet akibat
digaruk dengan kuku.
d. Mengompres kulit
Mengompres kulit dengan air dingin atau hangat menjadi salah satu solusi agar
rasa gatal bisa berkurang. Anda hanya perlu menyiapkan sebaskom kecil air panas
atau dingin lengkap dengan handuk kecilnya.
Kemudian, kompreslah kulit kapan pun terasa gatal. Jangan gunakan air yang
terlalu panas karena bisa membuat kulit menjadi semakin kering.
Mandi air hangat membantu meredakan kulit yang terasa gatal. Agar lebih efektif,
masukkan baking soda atau oatmeal mentah (koloid) ke dalam bak mandi.
Kemudian, berendamlah sekitar 10 hingga 15 menit.
Saat kulit bermasalah karena dermatitis atopik, ada baiknya untuk mencari sabun
berbahan ringan. Hindari sabun yang mengandung pewarna atau parfum karena
bisa mengiritasi kulit. Pastikan juga untuk membilas sabun dengan bersih dari
kulit dan jangan sampai ada yang tersisa.
50
g. Menggunakan humidifier
Namun jangan asal digunakan, pastikan juga untuk rutin membersihkannya agar
alat yang satu ini tak jadi sumber penyakit.
Pakaian dengan bahan yang halus dan menyerap keringat mencegah kulit dari
iritasi. Saat terkena dermatitis atopik, kulit sangat rentan terluka. Jika kulit
terluka, bakteri akan dengan mudah masuk dan menginfeksi yang bisa membuat
eksim menjadi semakin parah.
I. Menghindari stres
Stres dan kecemasan menjadi salah satu pemicu penyakit eksim yang bisa
membuat kondisinya semakin parah. Untuk itu, usahakan untuk menghindari stres
dengan melakukan teknik meditasi ringan seperti menarik napas dalam-dalam.
51
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara
lokal dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau
membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Obat
yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah
obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan
tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala
gangguan kulit yang terjadi
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat
tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang
utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung
pada: umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh
yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif
dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat,
penetrasi obat topical pada kulit.
Klasifikasi Obat
2.4.1 Berdasarkan bentuk
1. Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih
emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri
dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol.
Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi.
2. Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian
apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur
dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan
bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk
melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat
menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat
52
penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan,
komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.
4. Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan
viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep
digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis
sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan
selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan
hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu
juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau
lemak. .(Jean Smith, Joyce Young dan patricia carr, 2015 : 684)
53
Lampiran 5
ABSENSI PANITIA PENGABDIAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SARI MULIA DI PAUD TERPADU BERKAT MULIA
NO NAMA TANDA TANGAN
1 Onieqie Ayu Dhea
Manto,.S.Kep,.M.Kep
2 Paul
3 Rian Tasalim
4 Sobirin mohtar
5 Ahmad Doni Faisal
6 Azna Yuliana
7 Haniah
8 Hifzi Padlianoor
9 Ivana Itasia Putri
10 Ni Komang Tri Mega Yanti
11 Rizka Nazilah
12 Siti Janatul Ulfa
13 Sri Suryaningsih
(...................................................)
54
PRESENTASI KEHADIRAN
(...................................................)
55
Lampiran 6
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN KERJASAMA DARI MITRA
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama : ___________________________________
Jabatan : ___________________________________
Alamat : ___________________________________
Bersama ini pula kami nyatakan dengan sebenarnya bahwa di antara pihak Mitra
dan Pelaksana Kegiatan Program tidak terdapat ikatan kekeluargaan dan ikatan
dalam wujud apapun juga.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab tanpa ada
unsur pemaksaan di dalam pembuatannya untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
(...................................................)
56
57