Anda di halaman 1dari 58

USULAN

PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

“Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk Mengatasi Penyakit


Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin”
Oleh :
Jabatan Nama NIDN/NIK
Ketua Onieqie Dhea Manto, Ns., M. Kep 1118058901
Anggota 1 Paul Joae Brett Nito, Ns., M. Kep
Anggota 2 Rian Tasalim, Ns., M. Kep
Anggota 3 M. Sobirin Mohtar, Ns., M. Kep

Jabatan Nama NIM


Anggota 1 Ahmad Doni Faisal 11194561920074
Anggota 2 Azna Yuliana 11194561920077
Anggota 3 Haniah 11194561920087
Anggota 4 Hifzi Padlianor 11194561920089
Anggota 5 Ivana Itasia Putri 11194561920090
Anggota 6 Ni Komang Tri Mega Y 11194561920097
Anggota 7 Rizka Nazilah 11194561920104
Anggota 8 Siti Janatul Ulfa 11194561920108
Anggota 9 Sri Suryaningsih 11194561920109

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT
1. Judul : Efektifitas Penggunaan Program SMILE Untuk
Mengatasi Penyakit Dermatitis di Daerah SMK Bina
Banua Banjarmasin
2. Nama Mitra Program PKM : SMK Bina Banua Banjarmasin
3. Ketua TIM Pengusul
a. Nama : Ahmad Doni Faisal
b. NIM : 11194561920074
c. Jabatan/Golongan : Ketua
d. Program Studi : Sarjana Keperawatan
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sari Mulia
f. Bidang Keahlian : Keperawatan
g. Alamat Kantor/Telp : Jl. Smanda
4. Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggota : 8 Anggota
b. Nama Anggota/Bidang Keahlian :
1. Ahmad Doni Faisal : Keperawatan
2. Azna Yuliana : Keperawatan
3. Haniah : Keperawatan
4. Hifzi Padlianor : Keperawatan
5. Ivana Itasia Putri : Keperawatan
6. Ni Komang Tri Mega Y : Keperawatan
7. Riska Nazilah : Keperawatan
8. Siti Janatul Ulfa : Keperawatan
9. Sri Suryaningsih : Keperawatan
c. Jumlah Mahasiswa yang Terlibat : 9
5. Lokasi Kegiatan/ Mitra
a. Wilayah Mitra : Jalan Pramuka Banjarmasin
b. Kabupaten/Kota : Banjarmasin
c. Provinsi : Kalimantan Selatam
d. Jarak PT ke Lokasi (Km) : 500 m
6. Luaran yang dihasilkan : Bahan Ajar dan Publikasi Jurnal PENKES online
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 20 Januari – 22 Februari 2020
8. Biaya Total : Rp. 590.000,-

1
Mengetahui, Banjarmasin, Februari 2020
Ketua Jurusan Universitas Sari Mulia Ketua TIM Pengusul

Mohammad Basid, S.Kep., Ns., MM Ahmad Doni Faisal


NIDN 1166102012053 NIM. 11194561920074

Mengetahui,
Ketua LPPM Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH


NIDN 1166122004007

2
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul PKM : “Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk Mengatasi


Penyakit Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin”
2. Tim Pelaksana

Bidang Alokasi W
No Nama Jabatan Instansi Asal
Keahlian (jam/min
1 Ahmad Doni Faisal Ketua Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam

2 Azna Yuliana Sekretaris Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam

3 Haniah Koor Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam


Perlengkapan
4 Hifzi Padlianoor Koor Acara Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam

5 Ivana Itasia Putri Koor Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam


Dokumentasi
6 Ni Komang Tri Mega Koor Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam
Yanti Humas
7 Rizka Nazilah Bendahara Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam

8 Siti Janatul Ulfa Koor Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam


Konsumsi
9 Sri Suryaningsih Wakil Ketua Keperawatan Universitas Sari Mulia 4 Jam

3. Objek (khalayak sasaran) Pengabdian kepada Masyarakat:


Khalayak sasaran yang dipilih adalah SMK Bina Banua Banjarmasin
4. Masa Pelaksanaan
Mulai dan Berakhir :-
5. Lokasi Pengabdian kepada :jl. Pramuka No 17, Pemurus Luar Kecamatan
Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.

6. Mitra yang terlibat


Menjelaskan tentang Penyakit Dermatitis yang ada di SMK Bina Banua
Bnajarmasin yang dimana yang terlibat mahasiswa disana. Secara umum dalam
hal ini mitra memberikan kontribusi menyediakan tempat, alat-alat

3
presentasi,memberikan informasi tentang permasalahan-permasalahan siswa
dan siswi ditempat. Serta dari mahasiswa mampun mengikuti pemaparan yang
akan dilaksanakan,ikut berdiskusi, dan mampu menjalankan hal-hal yang
dianjurkan dalam pemaparan secara berkesinambungan.
7. Permasalahan yang ditemukan dan solusi yang ditawarkan:
Para siswa-siwi SMK Bina Banua Banjarmasin yang dimana untuk
memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi penyakit
dermatitis pada SMK Bina BanuaBanjarmasin.
8. Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran
a. Harapannya dapat meningkatkan pengetahuan pada siswa siswi SMK Bina
Banua
b. Mengurangi terjadinya resiko terjadinya penyakit dermatitis
9. Rencana luaran berupa jasa, sistem, produk/barang, paten, atau luaran lainnya
yang ditargetkan
a. Rencana luaran yang dihasilkan yaitu bahan ajar terkait Pemeriksaan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Poster, Leaflet, PKM online.

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT..................ii

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM..............................................................................iv

4
DAFTAR ISI.....................................................................................................................vi

REFERENSI....................................................................................................................vii

RINGKASAN.................................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1. Analisis Situasi...................................................................................................1

1.2. Pemasalahan Mitra.............................................................................................2

BAB II SOLUSI DAN TARGET LUARAN.....................................................................3

2.1. Solusi Yang Ditawarkan.........................................................................................3

2.2. Target Luaran.........................................................................................................4

BAB III METODE PELAKSANAAN...............................................................................5

3.1. Metode Pelaksanaan PKM.......................................................................................5

BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI.............................................................7

4.1. Kinerja Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat........................................7

4.1. Kualifikasi Tim Pelaksana.....................................................................................10

BAB V BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN................................................................11

5.1. Anggaran Biaya.....................................................................................................11

5.2. Jadwal Kegiatan.....................................................................................................11

Lampiran..........................................................................................................................13

REFERENSI

Afifah A. 2015. Faktor–faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis

Ardhie, A. M. 2014. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah. 4-9.

5
Dipenogoro.

Djuanda S,Sularsito SA. Dermatitis Atopik. Dalam: Djuanda A,editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi ke- 6. Jakarta: FK UI; 2016. h.138-47.

Goldstein BG, Goldstein AO. Dermatologi Praktis. Jakarta: Hipokrates; 2013

kontak akibat kerja pada karyawan binatu [skripsi]. Semarang:


Universitas

Mansjoer, Arif dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Silny, W., Bartoszak, L., Jenerowicz, D., Sobczak, W. Ż., and Goździewska, M., 2013.
Prevalence of contact allergy in children suffering from atopic dermatitis,
seborrhoeic dermatitis and in healthy controls. Annals of Agricultural and
Environmental Medicine, Vol. 20 No.1, pp.55-60.

Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Andi.

Syaifuddin, H. 20016. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis


[Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf >
[Diakses tanggal 17 Februari 2015. Jam 11.09]

RINGKASAN
Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang
bersifat akut, sub-akut, atau kronis dan dipengaruhi banyak faktor.
Menurut Djuanda (2016), dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis

6
dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan
keluhan gatal. Terdapat berbagai macam dermatitis, dua diantaranya
adalah dermatitis kontak dan dermatitis atopik (Djuanda, 2016).
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan
atau substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis kontak dibedakan
menjadi dua yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak
alergi (DKA). DKI dan DKA dapat bersifat akut maupun kronik.
Dermatitis iritan adalah kerusakan kulit yang terjadi lansung tanpa
diketahui proses sensitasi. Dermatitis alergik adalah kelainan kulit yang
terjadi pada seseorang yang mengalami sensitifitas karena suatu alergen
(Djuanda, 2016).
Menurut Harahap (2017), fase dermatitis kontak alergi dibedakan
menjadi:
a. Fase akut tandanya adalah merah, edema, papula, vesikula, berair,
krusta, dan gatal.
b. Fase kronis tandanya adalah kulit tebal atau likenifikasi, kulit pecah-
pecah, skuama, kulit kering, dan hiperpigmentasi.
Permasalahan yang terjadi disekolah meliputi kurangnya
pengetahuan siswa-siswi tentang penyakit Dermatitis yang membuat
mereka tidak mengetahui cara pencegahan dan faktor risiko penyakit
Dermatitis.
Solusi yang diharapkan dengan dilakukannya pendidikan kesehatan
tentang penyakit Dermatitis dapat meningkatkan pengetahuan siswa-siswi
terutama untuk mengetahui pencegahan dan faktor risiko penyakit
Dermatitis.

Kata kunci : Penyakit Dermatitis, Pencegahan, Siswa-Siswi

7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi

WHO memperkirakan di dunia terdapat 50 juta manusia


menderita asma. BBC melaporkan penderita alergi di Eropa ada
kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat
tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang
menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih dari 40% mempunyai 1 gejala
alergi, 20% mempunyai asma, 6 juta orang mempunyai Dermatitis
(alergi kulit). (Rahimah, dkk, 2014).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Depertemen Kesehatan
2014 prevalensi nasional dermatitis adalah 6,8% (berdasarkan keluhan
responden). Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi dermatitis di
atas prevalensi nasional,yaitu, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sumatera
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Bangka Belitung, Nanggro
Aceh Darussalam, dan termasuk Sulawesi Selatan. (Depkes RI, 2014).
Dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit (epidermis dan
dermis) yang peka terhadap berbagai rangsangan endogen dan ataupun
eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skauma, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung sering kambuh kembali
(residitif) dan menjadi kronis (Sularsito dan Djuanda, 2016). Berdasarkan
penyebabnya, keadaan dermatitis mencangkup dermatitis kontak iritan,

8
dermatitis kontak alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis
alimentosa, dermatitis statis dan lain sebagainya (Ardhie, 2014).

Dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit (epidermis dan


dermis) yang peka terhadap berbagai rangsangan endogen dan ataupun
eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skauma, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin
hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung sering kambuh
kembali (residitif) dan menjadi kronis (Sularsitodan Djuanda, 2010).
Berdasarkan penyebabnya, keadaan dermatitismencangkup dermatitis
kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis medikamentosa,
dermatitis alimentosa, dermatitis statis dan lain sebagainya (Ardhie,
2004). Selama 30 tahun terakhir, peningkatan prevalensi dari penyakit
Atropic Dermatitis (AD) didunia mencapai 18 % pada anak-anak dan 5 %
pada orang dewasa. Selain itu, Allergic Contact Dermatitis (ACD) terjadi
sekitar 7 % dari populasi umum, diantaranya 3-24 % pada anak-anak dan
33-64 % pada lansia (Silny dkk, 2013). Berdasarkan sebuah
penelitian yang baru-baru ini dilakukan menunjukkan bahwa
penderita dermatitis yang terbanyak adalah kelompok 45-64 tahun, jenis
kelamin perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, lokasi tersering kaki,
penyebab tersering diterjen dan karet, serta pemberian terapitersering
ialah antihistamin dan kortikosteroid (Sunaryo dkk, 2012).

Dermatitis merupakan salah satu penyakit terbanyak pada


penderita rawat jalan di Rumah Sakit Umum di Indonesia, pada tahun
2009 ditemukan jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan subkutan
lainnya yakni sebesar 147.953 kasus pada perempuan (Ahmad dkk,
2009). Pada tahun 2010 terdapat 122.076 kasus diantaranya 48.576
kasus pada laki-laki dan 73.500 kasus pada perempuan (Ahmad dkk,
2010). Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen),
misalnya bahan kimia, fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri,
jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Sebagian lain tidak diketahui pasti. Banyak macam dermatitis yang

9
belum diketahui patogenesisnya, terutama yang penyebabnya faktor
endogen (Afifah, 2012).

Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya


dapat mencangkup pada satu tempat saja dan dapat pula menyebar.
Pada stadium akut terjadi kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel
atau bula, erosi dan ekudasi sehingga tampak basah (madidans).
Stadium subakut, eritema dan edema mulai berkurang dan eksudat
sudah mengering menjadi krusta. Pada stadium kronis, lesi tampak
kering, hiperpigmentasi dan likenifikasi mungkin juga terdapat erosi
atau ekskoriasi karena garukan (Sularsito dan Djuanda, 2010). Terapi
yang digunakan untuk penderita dermatitis antara lain terapi topikal dan
terapi oral. Terapi topikal merupakan salah satu pengobatan yang
sering dilakukan untuk menyembuhkan atau mengurangi gejala dari
dermatitis. Bentuk sediaantopikal yang biasa diberikan kepada penderita
dermatitis antara lain, losio, krim, gel, salap, pasta, emulsi dan bedak. Obat
yang sering digunakan pada penderita dermatitis adalah obat golongan
kortikosteroid seperti hidrokortison, dexamethasone, prednisolone dan
metilprednisolon (Goldstein dan Goldstein, 2001). Cara penggunaan obat
dermatitis topikal yaitu dengan dioleskan pada bagian kulit yang sakit
dalam keadaan sudah bersih secara tipis agar mencapai efek terapi. Dalam
penelitian ini dipilih terapi dermatitis topikal karena dalam penggunaan
obat dermatitis topikal memerlukan ketepatan dalam
pengunaannya, jika cara penggunaannya tidak sesuai maka akan
menimbulkan efek samping berupa penebalan kulit. Ketepatan
penggunaan obat dermatitis dapat dipengaruhi oleh perilaku
penggunaandaripenderita dermatitis.

Berdasarkan hasil temuan yang di lakukan di SMK bina banua


benjarmasin banyak siswa-siswi yang belum tahu apa itu dermatitis,
bagaimana pencegahan dan pengobatan dermatitis. Oleh karena itu kami
mahasiswa dari universitas sarimulia ingin memberikan penkes kepada
SMK bina banua untuk meningkatkan pengetahuan tentang dermatitis.

10
1.2. Pemasalahan Mitra
Berdasarkan observasi mitra SMK Bina Banua Banjarmasin
berdasarkan hasil temuan perlu adanya peningkatan pengetahuan pada
Siswa-siwi pada penyakit Dermatitis.

1. Meningkatkan Pengetahuan untuk pencegahan penyakit Dermatitis


2. Pentingnya penerapan Penkes untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap anak SMK Bina Banua Banjarmasin.

11
BAB II
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
2.1. Solusi Yang Ditawarkan
Solusi yang ditawarkan dengan menggunakan leaflet dan melakukan
pendidikan kesehatan tentang bagaimana cara pencegahan dan faktor risiko
penyakit Dermatitis.
2.2. Target Luaran
Tabel 2.1 Target Luaran
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Luaran Wajib
1 Publikasi ilmiah, bahan ajar Published
2 Publikasi pada jurnal penelitian online Published
Luaran tambahan
Hak kekayaan ( Poster, leaflet tentang penyakit
1 HAKI
Dermatitis)

12
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Metode Pelaksanaan PKM


Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Kegiatan PKM dalam memecahkan
masalah Mitra
No
Permasalahan Solusi yang ditawarkan Kondisi akhir
.
1. Kurangnya Pendidikan Dapat mengetahui
pengetahuan Kesehatan dengan terkait tentang
tentang penguatan penyakit dermatitis
pecegahan pengetahuan tentang sehingga dapat
penyakit penyakit Dermatitis mengurangi dan
Dermatitis mencegah jumlah
penyakit dermatitis

Uraian kegiatan pendekatan untuk menyelesaikan persoalan mitra adalah :


a. Survey lapangan
Berdasarkan survei lapangan dilakukan observasi dengan melakukan
observasi selanjutnya meminta ijin ke bagian sekolah dan bagian
LPPM Universitas Sari Mulia untuk melakukan kegiatan promosi
kesehatan.
b. Tahap pelaksanaan
1) Melakukan analisis situasi lapangan (wawancara dan observasi)
2) Meminta izin kepada pihak sekolah :
a) Menghubungi Guru SMKBina Banua yang ada disekolah
tersebut.
b) Menjelaskan tujuan datang ke sekolah tersebut.
c) Melakukan kontrak perjanjian dan pelaksanaan dan membuat
undangan.
d) Melakukan penyuluhan kepada Siswa siswi
c. Melakukan follow up dengan bekerjasama pada guru-guru.

13
d. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap monitoring dan evaluasi meliputi tindak lanjut dari hasil dari
sesi Tanya jawab evaluasi yang diberikan kepada peserta.

14
BAB IV

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1. Kinerja Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


Kinerja lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) Universitas Sari Mulia Banjarmasin cukup baik dan berprestasi.
LPPM merupakan unit yang dapat mengkordinasi dan menjembatani
dalam memberikan sumbangan yang berarti bagi pembangunan
masyarakat. Grafik kinerja LPPM dapat digambarkan pada grafik berikut
ini:
1. Gambar grafik jumlah Publikasi Penelitian Dosen di Lingkungan Kampus
Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

Publikasi Penelitian
140
120
120
100
80 66
Total

60 42
40 32
22 19 24
20 14 7 11 11
1 3 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other Jumlah
Program Studi
2016 2017 2018

Gambar Grafik.1 Jumlah Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)

15
2. Gambar grafik jumlah Publikasi Nasional Penelitian Dosen di Lingkungan
Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

Publikasi Nasional
50
39 38
40
30 22 24 21
Total

20 16
12 11
10 6 3 3
1 0 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi
2016 2017 2018

Gambar grafik jumlah Publikasi Internasional Penelitian Dosen di


Lingkungan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

3. Gambar grafik jumlah Publikasi Internasional Penelitian Dosen di


Gambar Grafik.2 Jumlah Publikasi Dosen di Nasional (tahun 2016-2018)
Lingkungan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin

Publikasi Internasional
90 82
80
70
60
50 42
Total

40
30 21
20 11
8
10 0 2 3 1 0 0 0 0 3 3
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi

2016 2017 2018

16
Gambar Grafik.3 Jumlah Publikasi Dosen di Internasional (tahun 2016-2018)

4. Gambar grafik jumlah Publikasi Pengabdian Kepada Masyarakat Dosen di


Lingkungan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin

Pengabdian Kepada Masyarakat


6
5
5

4
3
Total

3
2 2
2
1 1
1
0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Jumlah
Program Studi

2016 2017 2018

17
Gambar Grafik.4 Jumlah Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)

5. Gambar grafik sumber Dana Publikasi Penelitian Dosen di


Lingkungan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

Gambar Grafik..5 Sumber Dana Publikasi Dosen di Kampus (tahun 2016-2018)

6. Gambar grafik topik Judul Penelitian yang Terpublikasi Dosen di


Lingkungan Kampus Pendidikan Sari Mulia Banjarmasin.

18
Topik Judul Penelitian Terpublikasi
140
120
120
100
80
66
Total

60
42
40 32
22 19 24
20 14 11 11
7 3
1 0 0
0
Kebidanan Keperawatan Farmasi Other (Baru) Jumlah
Program Studi

2016 2017 2018

Gambar Grafik 6 Besaran topik Judul yang terpublikasi (tahun 2016-2018)

Pelaksanaan kegiatan penelitian ataupun pengabdian kepada


masyarakat yang dilakukan oleh Dosen Universitas Sari Mulia
Banjarmasin diarahkan sesuai dengan disiplin ilmu ataupun bidang
keahliannya masing-masing.

19
4.2. Kualifikasi Tim Pelaksana
Kegiatan PKM Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk
Mengatasi Penyakit Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin akan
dilakukan oleh tim Pelaksana dari mahasiswa keperawatan dan dosen
pembimbing berbeda disiplin ilmu sehingga pemecahan masalah dapat
dilakukan melalui pendekatan keilmuan yang berbeda. Adapun bidang
ilmu yang dikuasai oleh Tim Pelaksana adalah Keperawatan Anak,
Managemen Keperawatan, dan Promosi Kesehatan.
Pendekatan tiga bidang keilmuan secara sinergi akan digunakan
untuk pembinaan mitra agar para siswa dan siswi yang melakukan dapat
dilaksanakan dengan baik dan agar menambah pengetahuan pada siswa-
siswi tersebut.
Mulai dari meningkatkan pengetahuan Siswa-siswi tersebut
dalam menghadapi dan mencegah terjadinya Penyakit Dermatitis di mulai
dari penjaringan, pembinaan, monitoring sapai evaluasi pelaksanaan
kegiatan.Dengan pendekatan multidisiplin maka kegiatan PKM program
“Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk Mengatasi Penyakit
Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin” untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap penyakit Dermatitis serta ini akan bermanfaat bagi
siswa-siswi tersebut.Program ini juga diharapkan akan menjadi program
rintisan untuk mengembangkan lebih baik lagi dengan menyadari
kesehatan itu sangat penting untuk setiap individu.

BAB V
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
5.3. Anggaran Biaya
Tabel 5.1 Ringkasan Anggaran Biaya Program PKM
No Uraian Jumlah

20
1 Bahan/perangkat Rp. 110.000
penunjang/peralatan
2 Konsumsi Rp. 280.000
3 Perjalanan Rp. 50.000
4 Lain-lain Rp. 150.000
Jumlah RP. 590.000

5.2. Jadwal Kegiatan


Tabel 5.2 Jadwal Kegiatan Pelaksanan PKM
BULAN

URAIAN KEGIATAN Januari Februari


No
1 2 3 4 1 2 3 4
1 PERSIAPAN
Pemantapam Tim
Perijinan
Sosialisasi Kegiatan
2 PELAKSANAAN
Workshop dan Pelatihan Mitra

Pengambangan dan Pemantapan


Organisasi

Pelaksanaan Program oleh Mitra

Pendampingan Pelaksanaan
Program
3 MONEV
Mengidentifikasi Permasalahan
Yang Muncul
Pendampingan
Evaluasi dan Tindak

Lanjut Program

21
4 PELAPORAN DAN

PUBLIKASI
Penyusunan Draf Laporan

Diskusi Kelanjutan Program

Desiminasi Hasil

Laporan Akhir
Publikasi

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

“Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk Mengatasi Penyakit


Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin”
Jabatan Nama NIDN/NIK
Ketua Onieqie Dhea Manto, Ns., M. Kep 1118058901
Anggota 1 Paul Joae Brett Nito, Ns., M. Kep
Anggota 2 Rian Tasalim, Ns., M. Kep
Anggota 3 M. Sobirin Mohtar, Ns., M. Kep

22
Jabatan Nama NIM
Anggota 1 Ahmad Doni Faisal 11194561920074
Anggota 2 Azna Yuliana 11194561920077
Anggota 3 Haniah 11194561920087
Anggota 4 Hifzi Padlianor 11194561920089
Anggota 5 Ivana Itasia Putri 11194561920089
Anggota 6 Ni Komang Tri Mega Y 11194561920089
Anggota 7 Rizka Nazilah 11194561920104
Anggota 8 Siti Janatul Ulfa 11194561920108
Anggota 9 Sri Suryaningsih 11194561920109

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk Mengatasi Penyakit


Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin”
A. Latar Belakang
WHO memperkirakan di dunia terdapat 50 juta manusia menderita
asma. BBC melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan
meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun
terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia
sekolah lebih dari 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai
asma, 6 juta orang mempunyai Dermatitis (alergi kulit). (Rahimah, dkk,
2014).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Depertemen Kesehatan 2014
prevalensi nasional dermatitis adalah 6,8% (berdasarkan keluhan responden).
Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi dermatitis di atas prevalensi

23
nasional,yaitu, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Bangka Belitung, Nanggro Aceh Darussalam,
dan termasuk Sulawesi Selatan. (Depkes RI, 2014).
Dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit (epidermis dan dermis)
yang peka terhadap berbagai rangsangan endogen dan ataupun eksogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skauma, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak
selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Dermatitis cenderung sering kambuh kembali (residitif) dan menjadi kronis
(Sularsito dan Djuanda, 2016). Berdasarkan penyebabnya, keadaan dermatitis
mencangkup dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis
medikamentosa, dermatitis alimentosa, dermatitis statis dan lain sebagainya
(Ardhie, 2014).

Selama 30 tahun terakhir, peningkatan prevalensi dari penyakit Atropic


Dermatitis (AD) di Dunia mencapai 18 % pada anak-anak dan 5 % pada orang
dewasa. Selain itu, Allergic Contact Dermatitis (ACD) terjadi sekitar 7 % dari
populasi umum, diantaranya 3-24 % pada anak-anak dan 33-64 % pada lansia
(Silny dkk, 2013). Berdasarkan sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan
menunjukkan bahwa penderita dermatitis yang terbanyak adalah kelompok 45-
64 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, lokasi
tersering kaki, penyebab tersering diterjen dan karet, serta pemberian terapi
tersering ialah antihistamin dan kortikosteroid (Sunaryo dkk, 2016).

Dermatitis merupakan salah satu penyakit terbanyak pada penderita


rawat jalan di Rumah Sakit Umum di Indonesia, pada tahun 2017 ditemukan
jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya yakni sebesar
147.953 kasus pada perempuan (Ahmad dkk, 2016). Dan pada tahun 2018
terdapat 122.076 kasus diantaranya 48.576 kasus pada laki-laki dan 73.500
kasus pada perempuan (Ahmad dkk, 2016).

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan


kimia, fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari

24
dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui
pasti. Banyak macam dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya,
terutama yang penyebabnya faktor endogen (Afifah, 2015).

Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat


mencangkup pada satu tempat saja dan dapat pula menyebar. Pada stadium
akut terjadi kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
ekudasi sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan
edema mulai berkurang dan eksudat sudah mengering menjadi krusta.
Sedangkan pada stadium kronis, lesi tampak kering, hiperpigmentasi dan
likenifikasi mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan
(Sularsito dan Djuanda, 2016).

Terapi yang digunakan untuk penderita dermatitis antara lain terapi


topikal dan terapi oral. Terapi topikal merupakan salah satu pengobatan yang
sering dilakukan untuk menyembuhkan atau mengurangi gejala dari dermatitis.
Bentuk sediaan topikal yang biasa diberikan kepada penderita dermatitis antara
lain, losio, krim, gel, salap, pasta, emulsi dan bedak. Obat yang sering
digunakan pada penderita dermatitis adalah obat golongan kortikosteroid
seperti hidrokortison, dexamethasone, prednisolone dan metilprednisolon
(Goldstein dan Goldstein, 2013).

Cara penggunaan obat dermatitis topikal yaitu dengan dioleskan pada


bagian kulit yang sakit dalam keadaan sudah bersih secara tipis agar mencapai
efek terapi. Dalam penelitian ini dipilih terapi dermatitis topikal karena dalam
penggunaan obat dermatitis topikal memerlukan ketepatan dalam
pengunaannya, jika cara penggunaannya tidak sesuai maka akan menimbulkan
efek samping berupa penebalan kulit. Ketepatan penggunaan obat dermatitis
dapat dipengaruhi oleh perilaku penggunaan dari penderita dermatitis.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Memberian edukasi tentang penyakit Dermatitis
b. Diharapkan siswa-siswi SMK Bina Banua dapat menerapkan hal-hal
yang diajarkan

25
c. Menambah pengetahuan pada siswa-siswi penyakit Dermatitis
d. Menunjukkan kepada masyarakat tentang kepedullian dosen dan
mahasiswa Universitas Sari Mulia dengan pemberian penyuluhan
pengabdian masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami pengetian penyakit Dermatitis
b. Mampu memahami penyebab penyakit Dermatitis
c. Mampu memahami Pengobatan sederhana yang bisa dilakukan
dirumah ?
d. Mampu memahami cara pencegahan penyakit Dermatitis
menggunakan program SMILE
e. Mampu memahami cara penggunaan obat topikal penyakit dermatitis

C. Metode Pelaksanaan
Dengan melakukan PENKES (Pendidikan Kesehatan) sehingga siswa-
siswi Di Sekolah SMK Bina Banua yang sebelumnya tidak tau menjadi tau.
Diharapkan adanya peningkatan tentang pencegahan Penyakit Dermatitis.

D. Saran dan Target


Sasaran: siswa-siswi Di Sekolah SMK Bina Banua
Target yang diharapkan dari PENKES (pendidikan Kesehatan) ini adalah
sebagai berikut:
1. Diharapkan adanya peningkatan pengetahuan tentang Dermatitis .
2. Mengurangi angka penyakit Dermatitis siswa-siswi Di Sekolah SMK Bina
Banua.
3. Menjadi kader untuk pencegahan penyakit Dermatitis.
4. Dapat mengoptimalkan pencegahan dan penanggulangan tentang penyakit
Dermatitis.

26
E. Strategi Pelaksanaan

No Tahap Kegiatan Penjelasan

1 Pre interaksi - Melakukan survei di Mahasiswa dapat mengetahui


(5 menit) sekolah SMK Bina Banua permasalahan yang ada di SMK
yang akan dilakukan Bina Banua.
Penkes.
- Meminta izin kepada
pihak sekolah SMK Bina
Banua untuk melakukan
Penkes.
- Menjelaskan tujuan yang
akan dilakukan kepada
pihak sekolah SMK Bina
Banua.
- Melakukan kontrak waktu
untuk mengadakan
PENKES dengan pihak
SMK Bina Banua.

2 Interaksi - Menyampaikan salam. Mahasiswa mampu


(20 menit) - Mengulangi kontrak menyampaikan salam,
waktu dengan siswa-siswi memperkenalkan diri,
di SMK Bina Banua yang mengkonfirmasi kontrak waktu,
sudah disepakati. kemudian mahasiswa mampu
- Menjelaskan tentang menjelaskan tujuan dari Penkes
Penyakit Dermatitis. Baik yang dilakukan.
pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, dan
pencegahan.
- Menjelaskan cara tentang
pencegahan Penyakit

27
Dermatitis dan
memberikan kesempatan
siswa-siswi Di Sekolah
SMK Bina Banua untuk
bertanya.
- Menjelaskan kembali hal-
hal yang belum
dimengerti.
- Menanyakan hal-hal
kembali yang akan
didiskusikan kembali
bersama.
- Memberikan
reinforcement positif atas
jawaban siswa-siswi Di
Sekolah SMK Bina Banua
yang benar.
3 Implementasi - Melakukan PENKES Mahasiswa bisa memberikan
(30 menit) tentang pencegahan materi dengan baik dan bisa
Penyakit Dermatitis dipahami oleh siswa-siswi, siswa-
kepada Siswa-siswi di siswi bertanya kembali dan
SMK Bina Banua. diberikan apresiasi berupa hadiah.
- Memberikan kesempatan
siswa-siswi di SMK BINA
BANUA untuk bertanya
tentang materi yang
disampaikan.
- Memberikan hadiah untuk
yang bertanya.
4 Terminasi(5 - Menyimpulkan tentang Mahasiswa mampu
menit) materi yang disampaikan. menyimpulkan materi yang telah
- Memberikan pujian dan disampaikan kepada siswa-siswi,
megucapkan terimakasih. mahasiswa juga memberikan

28
- Salam penutup. pujian serta salam penutup, dan
- Foto bersama. melakukan foto bersama.

F. Media dan Alat

1. Laptop

2. LCD

3. Mickrophone

4. TOA

5. Spanduk

6. Stop Kontak

7. Poster/Leaflet

G. Setting Tempat

Keterangan:
H.
I. v
J.
K.
L.
M.
N.

29
: Pembimbing
v
: Panitia

: Siswa-siswi Di
Sekolah SMK Bina
Banua

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media dan materi dan media pendidikan kesehatan sudah
tersedia dan dapat digunakan dalam kegiatan tersebut yaitu:
1) Laptop
2) LCD
3) Microphone
4) TOA
5) Spanduk
6) Stop Kontak
7) Poster.
b. Preplanning dan proposal sudah di konsultasikan kepada pembimbing
sebelum pelaksanaan kegiatan.
c. Tempat untuk melakukan pendidikan kesehatan sudah mendapatkan
izin.
2. Evaluasi Proses
a. Pendidikan kesehatan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang
telah ditetapkan.
b. Selama proses penyampaian materi diharapkan terjadi interaksi antara
tim pemateri dengan peserta yang hadir.
c. Peserta PENKES memperhatikan materi yang diberikan.
d. Peserta dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan aktif untuk
melaksanakan sesi tanya jawab dan diskusi.
3. Evaluasi Hasil

30
Peserta PENKES mengerti dari apa yang telah disampaikan dengan
keriteria mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan
diberikan tim pemateri.

31
Lampiran 1

ANGGARAN DANA DAN JADWAL KEGIATAN UNTUK PENGABDIAN


MASYARAKAT
A. Anggaran Dana
1. Bahan/PerangkatPenunjang/Peralatan

No Bahan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)


1 Snack dosen 4 buah @ Rp. 20.0000 Rp. 80.000
2 Snack Peserta 40 buah @ Rp. 5.000 Rp. 200.000
3 Leaflet 40 buah @ Rp. 1.000 Rp. 40.000
4 Undangan 5 buah @ Rp. 1.000 Rp. 5.000
5 Spanduk 1 buah @ Rp. 40.000 Rp. 40.000
6 Plakat 1 buah @ Rp. 25.000 Rp. 25.000
Jumlah Biaya Rp. 390.000

2. Perjalanan

No Jenis Volume BiayaSatuan (Rp) Biaya (Rp)


1 Bensin 5 buah motor @ Rp. 10.000 Rp. 50.000
Jumlah Biaya Rp. 50.000

3. Lain-lain
No Lain-lain Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Pengolahan laporan 3 buah @ Rp. 25.000 Rp. 80.000
2 Dana tak terduga @ Rp. 100.000 Rp. 70.000
Jumlah Biaya Rp. 150.000
Total Biaya Rp. 590.000

Lampiran 2
SUSUNAN KEPANITIAAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Ketua : Ahmad Doni Faisal


Wakil Ketua : Sri Suryaningsih

32
Sekretaris : Azna Yuliana
Bendahara : Rizka Nazillah
1. Koordinator Acara : : Hifzhi Padliannor
2. Koordinator Humas : Ni Komang Tri Mega Yanti
3. Koordinator Dokumentasi : Ivana Itasia Putri
4. Koordinator Konsumsi : Siti Janatul Ulfah
5. Koordinator Perlengkapan : Haniah

33
Lampiran 3 Jurnal Untuk Materi

34
Lampiran 4 Materi
A. Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai


respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung
residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2016).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2017).

B. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),
mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2016), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

35
(1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-
bahan yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-
imunologis. Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih
peralatan rumah tangga, dan sebagainya.

(2) Dermatitis Kontak Alergik


DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak
dengan bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan
yang dapat memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis
pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan sebagainya.

36
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat
gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan
eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh
rinitis alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu
(hawa udara panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun
terhadap infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.

c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan
kulit disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya
belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan
gatal yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.

d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas
eritema, edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat

37
predileksi ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan
bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.

e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu
jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan
dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di
sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di
tungkai bawah.

f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari
fokus inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan
langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya
umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering
berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis)
dengan atau tanpa ulkus.

38
C. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat
iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi
sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa
reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun
allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

D. Manifestasi Klinis
Menurut (Djuanda Adhi, 2016)
1. Dermatitis kontak
b. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
c. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48
jam bahkan sampai 72 jam
d. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan
Kronis. saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai
dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya
menebal.

39
e. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
f. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
g. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di
bandingan dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu
pad bulan kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi
sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel pecah karena garukan
sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta,
Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai.
bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah
ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar penderita sembuh
setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun
timbul sendiri (Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian
fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. ruam berupa
papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan
mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan
tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut,
samping leher, dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi
kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan
tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-
kadang lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan, mengalami
likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung
berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama.bisa d

40
dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa
berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah seusia 30
tahun, jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil sampai tua.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan
bawah, paha atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau
sedang tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di
garuk akan menambah berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk
akibat garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun

4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping
membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin)
Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai
numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan

5. Dermatitis Statis

41
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan.
Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat
alergi dapat kita periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar
dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi.
Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat
apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes
alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan,
misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan
lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen
yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus
(panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di
kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif
alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes
ini :
 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis
obatnya.
 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

42
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru
dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan
timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).


Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes
ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah
tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat
diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia
berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

43
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan
di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit.
Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.

5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi
untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan
untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan
sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi
terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi

44
makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode
RAST.

7. Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi
antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya.
Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat
spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik,
diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau
pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut,
sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih
besar dari pada krim.

45
Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten,
umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis
diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan
menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba dihentikan akan
timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi
kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin
5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal

46
tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan
menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat
diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi
virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x
200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal.
Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi
radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang
tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka
panjang digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-
potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang
tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian
orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikal ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang
dapat mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.

47
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

48
8. Pengobatan Sederhana Yang Dapat dilakukan dirumah

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi dermatitis :

a. Menghindari pemicunya

Dermatitis atopik adalah penyakit kambuhan. Oleh karena itu, Anda perlu tahu
apa saja bahan, kondisi, atau apa pun yang bisa memicu penyakit.

Untuk menemukannya, sebaiknya catat makanan penyebab eksim, produk, dan


hal-hal lain yang Anda konsumsi atau gunakan setiap harinya.

Cara ini membantu menemukan faktor pemicu eksim yang mungkin selama ini
tidak Anda ketahui dan sadari.

b. Menjaga kulit tetap lembap

Kulit Anda perlu diberi pelembap setidaknya 2 kali sehari. Gunakan pelembap di
seluruh tubuh saat kulit masih lembap setelah mandi agar air terkunci di
dalamnya.

Anda dapat memakai minyak atau krim pelembap yang sesuai dengan jenis kulit.
Jika ragu, tanyakan pada dokter kira-kira produk apa yang cocok untuk kondisi
kulit Anda.

c. Tidak menggaruk kulit

Menggaruk kulit hanya akan membuat kondisi penyakit menjadi semakin parah.
Untuk itu sebisa mungkin tahan keinginan untuk menggaruk kulit.

Gunakan pakaian tertutup agar kulit terhindar dari gesekan atau garukan yang bisa
melukainya.

49
Jangan lupa juga untuk rajin menggunting kuku dan jangan membiarkannya
panjang. Pasalnya di malam hari ada kemungkinan bahwa Anda akan menggaruk
kulit tanpa sadar.

Pakai sarung tangan bila perlu saat tidur agar kulit tidak terluka atau lecet akibat
digaruk dengan kuku.

d. Mengompres kulit

Mengompres kulit dengan air dingin atau hangat menjadi salah satu solusi agar
rasa gatal bisa berkurang. Anda hanya perlu menyiapkan sebaskom kecil air panas
atau dingin lengkap dengan handuk kecilnya.

Kemudian, kompreslah kulit kapan pun terasa gatal. Jangan gunakan air yang
terlalu panas karena bisa membuat kulit menjadi semakin kering.

e. Mandi air hangat

Mandi air hangat membantu meredakan kulit yang terasa gatal. Agar lebih efektif,
masukkan baking soda atau oatmeal mentah (koloid) ke dalam bak mandi.
Kemudian, berendamlah sekitar 10 hingga 15 menit.

Setelahnya, jangan lupa untuk mengoleskan pelembap ke seluruh tubuh saat


kondisi kulit masih lembap.

f. Gunakan sabun berbahan ringan

Saat kulit bermasalah karena dermatitis atopik, ada baiknya untuk mencari sabun
berbahan ringan. Hindari sabun yang mengandung pewarna atau parfum karena
bisa mengiritasi kulit. Pastikan juga untuk membilas sabun dengan bersih dari
kulit dan jangan sampai ada yang tersisa.

50
g. Menggunakan humidifier

Humidifier membantu melembapkan udara di rumah Anda. Dengan menjaga


udara tetap lembap, Anda akan terhindar dari kulit yang terlalu kering yang bisa
memperparah gejala eksim terutama rasa gatal.

Namun jangan asal digunakan, pastikan juga untuk rutin membersihkannya agar
alat yang satu ini tak jadi sumber penyakit.

h. Menggunakan pakaian bertekstur halus

Pakaian dengan bahan yang halus dan menyerap keringat mencegah kulit dari
iritasi. Saat terkena dermatitis atopik, kulit sangat rentan terluka. Jika kulit
terluka, bakteri akan dengan mudah masuk dan menginfeksi yang bisa membuat
eksim menjadi semakin parah.

I. Menghindari stres

Stres dan kecemasan menjadi salah satu pemicu penyakit eksim yang bisa
membuat kondisinya semakin parah. Untuk itu, usahakan untuk menghindari stres
dengan melakukan teknik meditasi ringan seperti menarik napas dalam-dalam.

Selain itu, berolahraga dan melakukan berbagai kegiatan menyenangkan lainnya


juga bisa jadi alternatif pereda stres yang bisa dicoba.

9. Pencegahan penyakit Dermatitis Menggunakan Program SMILE


S : Segera Kunjungi Pelayanan Kesehatan
M:Mengganti Alas Tidur Atau Pakaian Minimal 2 X Sehari
I: Ingat Selalu Meminum Obat Atau Memakai Salep
L:Lihat Dan Jaga Kebersihan Tubuh Dan Lingkungan
E: Enggan Menggunakan Handuk Atau Pakaian Secara Bersamaan

10. Penggunaan Obat Topikal pada Penyakit Dermatitis

51
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara
lokal dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau
membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Obat
yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah
obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan
tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala
gangguan kulit yang terjadi
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat
tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang
utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung
pada: umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh
yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif
dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat,
penetrasi obat topical pada kulit.

Klasifikasi Obat
2.4.1   Berdasarkan bentuk
1.         Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih
emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri
dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol.
Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi.
2.         Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian
apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur
dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
3.         Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan
bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk
melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat
menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat

52
penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan,
komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.

4.         Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan
viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep
digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis
sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan
selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan
hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu
juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau
lemak. .(Jean Smith, Joyce Young dan patricia carr, 2015 : 684)

53
Lampiran 5
ABSENSI PANITIA PENGABDIAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SARI MULIA DI PAUD TERPADU BERKAT MULIA
NO NAMA TANDA TANGAN
1 Onieqie Ayu Dhea
Manto,.S.Kep,.M.Kep
2 Paul
3 Rian Tasalim
4 Sobirin mohtar
5 Ahmad Doni Faisal
6 Azna Yuliana
7 Haniah
8 Hifzi Padlianoor
9 Ivana Itasia Putri
10 Ni Komang Tri Mega Yanti
11 Rizka Nazilah
12 Siti Janatul Ulfa
13 Sri Suryaningsih

Banjarmasin, Februari 2020


Mengetahui
Kepala Sekolah
SMK Bina Banua Banjarmasin

(...................................................)

54
PRESENTASI KEHADIRAN

PESERTA PENGABDIAN MASYARAKAT


“Efektivitas Penggunaan Program SMILE Untuk Mengatasi Penyakit
Dermatitis di SMK Bina Banua Banjarmasin “
Tanggal : Kelas :
Tempat :
N NAMA ANAK Jurusan TTD
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Banjarmasin, Februari 2020


Mengetahui
Kepala Sekolah
SMK Bina Banua Banjarmasin

(...................................................)

55
Lampiran 6
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN KERJASAMA DARI MITRA
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama : ___________________________________
Jabatan : ___________________________________
Alamat : ___________________________________

Dengan ini menyatakan Bersedia untuk Bekerjasama dengan Pelaksana


Kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa dengan Program “Efektivitas
Penggunaan Program SMILE Untuk Mengatasi Penyakit Dermatitis di SMK
Bina Banua Banjarmasin”

Nama Ketua Tim Pengusul : ___________________________________


Nomor Induk Mahasiswa : ___________________________________
Program Studi : ___________________________________
Nama Dosen Pembimbing : ___________________________________
Perguruan Tinggi : ___________________________________

Bersama ini pula kami nyatakan dengan sebenarnya bahwa di antara pihak Mitra
dan Pelaksana Kegiatan Program tidak terdapat ikatan kekeluargaan dan ikatan
dalam wujud apapun juga.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab tanpa ada
unsur pemaksaan di dalam pembuatannya untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Banjarmasin, Februari 2020


Mengetahui
Kepala Sekolah
SMK Bina Banua Banjarmasin

(...................................................)
56
57

Anda mungkin juga menyukai