KELOMPOK 4B
FARMASI POLTEKKES TANJUNGKARANG
2019
PENGERTIAN.........
Kromatografi kertas merupakan suatu metode
pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya berdasarkan distribusi komponen
tersebut pada dua fase, yaitu fase diam dan fase
gerak. Fase diam berupa air yang terikat pada selulosa
kertas, sedangkan fase geraknya berupa pelarut
organik non polar yang sesuai. Pemisahan
komponen-komponen dalam campuran terjadi akibat
partisi komponen-komponen diantara fasa diam
(polar) dan fasa gerak (nonpolar).
LANJUTAN.........
Bahan pendukung fasa diam dapat berupa
kertas selulosa murni, seperti kertas whatman no.
1 dan no. 3 yang terdiri dari selulosa 98-99% dan
b-selulosa 0,3-1,0%. Selain itu, juga bisa digunakan
kertas selulosa yang telah dimodifikasi, seperti
kertas yang diasetilasi dengan zat kimia untuk
pemisahan steroid, kertas yang diimpregnasi
dengan minyak untuk pemisahan amina, serta
kertas yang diberi zat tambahan.
LANJUTAN.........
Berbagai pelarut yang dapat digunakan dalam
kromatografi kertas beserta tingkat kepolarannya.
Fase diam berupa kertas juga dapat dilapisi dengan
zat-zat yang non polar seperti lateks, minyak
mineral, atau minyak silikon dengan fase gerak
berupa larutan polar. Kromatografi kertas dengan
fasa diam non polar dan fase gerak polar sering
disebut kromatografi fasa terbalik. Sistem ini dapat
digunakan untuk memisahkan asam-asam lemak
dan komponen-komponen non polar lainnya.
LANJUTAN.........
MEKANISME
LANJUTAN.........
Pelaksanaan pemisahan dengan kromatografi
kertas terbagi dalam tiga tahap:
• Penotolan campuran
1
• Pengembangan
2
• Identifikasi
3
LANJUTAN.........
kering dimasukkan dalam bejana tertutup sehingga tercelup dalam pelarut yang
dipilih sebagai fasa gerak. Anda usahakan agar pencelupan tidak sampai merendam
noda totolan campuran. Pelarut (fasa gerak) akan merembes ke dalam kertas secara
campuran akan bergerak pada laju yang berbeda atau mengalami migrasi diferensial
Biru 0,83
Biru 0,95
dengan baku ponceau 4R menunjukkan selisih nilai Rf = 0,2 yaitu sebesar 0,03. Uji
4R menunjukkan selisih nilai Rf = 0,2 yaitu sebesar 0,10. Uji menggunakan eluen 3
carmosin menunjukkan selisih nilai Rf = 0,2 yaitu sebesar 0,08; 0,01 dan 0,08.
Tetapi, jika dibandingkan dengan hasil warna bercak noda ponceau 4R, warna
sampel merah dengan baku tartrazin menunjukkan selisih nilai Rf = 0,2 yaitu
dengan baku tartrazin dan quinelin menunjukkan selisih nilai Rf = 0,2 yaitu
sebesar 0,05 dan 0,01. Uji menggunakan eluen 3 menunjukkan bahwa sampel
kuning dengan baku tartrazin menunjukkan selisih nilai Rf = 0,2 yaitu sebesar
0,02. Jika dibandingkan dengan hasil warna bercak noda tartrazin, warna
hijau dengan baku tartrazin dan biru berlian menunjukkan selisih nilai Rf = 0,2 yaitu
sebesar 0,04 pada bercak noda kuning dan 0,03 pada bercak noda biru. Uji
menggunakan eluen 2 menunjukkan bahwa sampel hijau dengan baku tartrazin dan
biru berlian menunjukkan selisih nilai Rf= 0,2 yaitu sebesar 0,09 pada bercak noda
kuning dan 0,05 pada bercak noda biru. Uji menggunakan eluen 3 menunjukkan
bahwa sampel hijau dengan baku tartrazin dan biru berlian menunjukkan selisih nilai
Rf= 0,2 yaitu sebesar 0,05 pada bercak noda kuning dan 0,01 pada bercak noda biru.
Sampel biru mengandung baku tartrazin dan biru berlian karena nilai Rf = 0,2.
Lanjutan………..
Pewarna sintetis yang terdapat dalam sampel kerupuk rengginang merupakan
penggunaannya tetap dalam jumlah yang tidak melebihi keperluan. Untuk tartrazin
berkisar antara 30–300 mg/kg, sedangkan untuk biru berlian berkisar antara 100-