Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

SITI AZLINDA
NIM 16010136

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019
LAPORAN PENDAHULUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

1.1 Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan,
dan bekerja. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, sistem pernafasan dan
sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal.
Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan
dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi
kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Alimul,
2010).
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga komdisinya dapat setara dengan kekuatan dan
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi fungsi
gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan
orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat
melakukan aktivitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot
abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eliminasinya kurang efektif (Mubarak &
Cahyatin, 2008)

1.2 Kebutuhan Fisiologis


Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem
skeletal, otot skelet dan sistem saraf. Karena ketiga system ini berhubungan erat
dengan mekanisme pendukung tubuh, system ini dapat di anggap sebagai satu unit
fungsional (Potter, 2008).
1. Sistem skeletal: merupakan rangka pendukung tubuh dan terdiri dari tipe tulang,
panjang, pendek, pipih dan irregular (tidak beraturan). Karakteristik tulang:
a. Sendi: merupakan hubungan di antara tulang yang di klasifikasikan sesuai
dengan struktur dan tingkat mobilisasinya. Sendiri terdiri dari sinostotik,
kartilagonus, fibrosa dan synovial
b. Tendon: merupakan jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengikat dan
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon bersifat kuat, fleksibel, dan tidak
elastis serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi.
c. Kartilago: jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler, yang
terletak terutama di sendi dan thoraks,trachea, laring, hidung dan telinga.
2. Otot skelet: otot yang fungsinya untuk berkontraksi dan berelaksasi dalam
pergerakan. Ada 2 tipe kontraksi otot:
a. Kontraksi isotonic: peningkatan tekanan otot menyebabkan tekanan otot
memendek.
b. Kontraksi isometric: meneyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot
tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot.
Otot yang penting dalam membentuk postur/ kesejajaran tubuh:
a) Pengaturan postur dan gerakan otot: pembentukannya tergantung pada
ukuran skelet dan perkembangan otot skelet.
b) Tonus otot: suatu keadaan normal dari tegangan otot yang seimbang.
c) Kelompok otot: kelompok otot antagonistic, sinergistik, dan antigravitas
di koordinasi oleh system saraf dan bekerja sama untuk mempertahankan
postur dan memulai pergerakan.
3. Sistem saraf: pergerakan dan postur tubuh di atur oleh system saraf. Area
motorik volunter utama, berada di korteks serebral di girus prasentral atau jalur
motorik.

1.3 Faktor Yang Mempengaruhi


Beberapa faktor yang dapat mempegaruhi aktivitas dan latihan antara lain (Mubarak
& Cahyatin, 2008):
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status nutrisi
4. Budaya
5. Penyakit terutama yang menyerang sistem nervosa, sistem mulkuloskeletal
6. Penyakit kardiovaskuler dan pulmonary
7. Kondisi psikologis
1.4 Masalah/Diagnosa Medis
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobilisasi yang berkepanjangan dan
bedrest akan meyebabkan serangkaian komplikasi pada berbagai sistem tubuh,
antara lain (Alimul, 2010):
1. Kontraktur
Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh jaringan
fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan kekakuan pada
pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen diperlukan
rangsangan pergerakan.
2. Difusi atrofi
Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena berkurangnya lapisan aktin
dan myosin dan myofibril.
3. Konstipasi
Imobilisasi menyebabkan peristaltik menururn sehingga menyebabkan absorpsi
cairan berlebihan pada intestinum.
4. Pressure ulcer
Pasien imobilisasi beresiko untuk mengalami luka tekan sebagai akibat adanya
penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat, lembab, deficit self
care, dan friksi dengan tempat tidur.
5. Gastritis
Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga meningkatkan
keasaman pada lambung.

1.5 Nilai-nilai Normal


1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas (Gunawan, 2006).
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
4 Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

2. Rentang gerak (Range of motion-ROM)


Derajat rentang
Gerak sendi
normal
Bahu Adduksi : gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi samping ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang
paling jauh.
Siku Fleksi : angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu
Pergelangan Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
tangan bagian dalam lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin.
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap keatas.
Adduksi : tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah kelingking telapak tangan
menghadap keatas.
Tangan dan Fleksi : buat kepalan tangan 90
jari
Ekstensi : luruskan jari 90
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari tanagn 20
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi
3. Derajat kekuatan otot
Skala Persentase kekuatan Karakteristik
normal (%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan
minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuhyang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

4. Katz index
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA Dengan pemantauan,
pemantauan, perintah perintah pendampingan
ataupun didampingi personal atau perawatan total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi sendiri Mandi dengan bantuan lebih
tanpa bantuan, atau dari satu bagian tubuh,
hanya memerlukan masuk dan keluar kamar
bantuan pada bagian mandi. Dimandikan dengan
tubuh tertentu bantuan total.
(punggung, genital, atau
ekstremitas lumpuh).
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap Membutuhkn bantuan dalam
mandiri. Bisa jadi berpakaian, atau dipakaikan
membutuhkan bantuan secara keseluruhan.
untuk memakai sepatu.
TOLETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar kecil Butuh bantuan menuju dan
(toilet), mengganti keluar toilet, membersihkan
pakaian, membersihkan sendiri atau menggunakan
genital tanpa bantuan. telepon.
PINDAH POSISI (1 poin) (0 poin)
Masuk dan bangun dari Butuh bantuan dalam
tempat tidur/kursi tanpa berpindah dari tempat tidur
bantuan. Alat bantu ke kursi, atau dibantu total.
berpindah posisi bisa
diterima
KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)
Mampu mengontrol Sebagian atau total
secara baik perkemihan inkontinensia bowel dan
dan buang air besar bladder.
MAKAN (1 poin) (0 poin)
Mampu memasukkan Membutuhkan bantuan
makanan ke mulut tanpa sebagian atau total dalam
bantuan. Persiapan makan, atau memerlukan
makan bisa jadi makanan parenteral.
dilakukan oleh orang
lain.
Skor :

A = Mandiri dalam semua fungsi


B = Mandiri untuk 5 fungsi
C = Mandiri, kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan 1 fungsi lain
E = Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan 1 fungsi lain
F = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan 1 fungsi lain
G = Ketergantungan untuk semua fungsi
5. Indeks ADL Barthel (BAI)
NO. FUNGSI SKOR KETERANGAN
1. Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali/ tak teratur
pembuangan tinja (perlu pencahar)
1 Kadang-kadang tak terkendali
(1x seminggu)
2 Terkendali teratur
2. Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali atau pakai
berkemih kateter
1 Kadakng-kadang tak terkendali
(hanya 1x/24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan diri (seka 0 Butuh pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, sikat 1 Mandiri
gigi)
4. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang
masuk dan keluar lain
(melepaskan, memakai 1 Perlu pertolongan pada
celana, membersihkan, beberapa kegiatan tetapi dapat
menyiram) mengerjakan sendiri beberapa
kegiatan yang lain.
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk
2 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (berpindah) dengan kursi
roda
2 Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 Mandiri
8. Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

1.6 Konsep Keperawatan


1.6.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Pengkajian terkait aktivitas klien meliputi riwayat aktivitas dan olahraga
yang mencakup tingkat aktivitas, toleransi aktivitas, jenis dan frekuensi
olahraga, faktor yang mempengaruhi mobilitas serta pengaruh imobilitas.

.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang
menonjolkan kesejajaran tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan
sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, serta
toleransi aktivitas.
a. Kesejajaran tubuh. Tujuan pemeriksaan kesejajaran tubuh adalah untuk
mengidentifikasi perubahan postur akibat pertumbuhan dan
perkembangan normal, hal-hal yang perlu dipelajari untuk
mempertahankan postur tubuh yang baik, faktor-faktor yang
menyebabkan postur tubuh yang buruk (misalkan kelelahan dan harga
diri rendah), serta kelemahan otot dan kerusakan motorik lainnya.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral,
anterior, dan posterior guna mengamati apakah:
1) Bahu dan pinggul sejajar
2) Jari-jari kaki mengarah ke depan
3) Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
b. Cara berjalan. Pengkajian cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi
mobilitas klien dan risiko cedera akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan
meminta klien berjalan sejauh kurang lebih 10 kaki di dalam ruangan,
kemudian amati hal-hal berikut :
1) Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
2) Tumit menyentuh tanah lebih dahulu daripada jari kaki
3) Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
4) Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi
yang berlawanan
5) Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari
sisi ke sisi minimal dan tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan
diakhiri dengan santai.
6) Kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit)
c. Penampilan dan pergerakan sendi. Pemeriksaan ini meliputi inspeksi,
palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
1) Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi
2) Adanya deformitas
3) Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi
4) Adanya nyeri tekan
5) Krepitasi
6) Peningkatan temperatur di sekitar sendi
7) Derajat gerak sendi
d. Kemampuan dan keterbatasan gerak. Pengkajian ini bertujuan untuk
mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan keterbatasan
pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-
hal yang perlu dikaji antara lain:
1) Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk
bergerak.
2) Adanya hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang selang infuys
atau gips yang berat)
3) Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti
petunjuk
4) Keseimbangan dan koordinasi klien.
5) Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat
6) Derajat kenyamanan klien
7) Penglihatan
e. Kekuatan dan massa otot. Sebelum membantu klien mengubah posisi
atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji kekuatan dan
kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk
menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun
perawat.
f. Toleransi aktivitas. Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu
meningkatakan kemandirian klien yang mengalami:
1) Disabilitas kardiovaskular dan respiratorik
2) Imobilisasi komplet dalam waktu yang lama
3) Penurunan massa otot atau gangguan musculoskeletal
4) Tidur yang tidak mencukupi
5) Nyeri
6) Depresi,cemas, atau tidak termotivasi.
g. Alat ukur yang paling bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien
terhadap aktivitas adalah frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut
jantung; frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan serta tekanan
darah.
h. Masalah terkait mobilitas. Pengkajian ini dilakukan melalui metode
inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan hasil tes laboratorium;
serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran cairan.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi
imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang
akan dibandingkan dengan data selama periode imobilisasi

1.6.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
yang di tandai dengan penurunan kekuatan otot (T Heather Herdman,
2015).
DIAGNOSA NOC DAN INDIKATOR SERTA SKOR AWAL URAIAN AKTIVITAS RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN DAN SKOR TARGET ( NIC)
Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Terapi latihan : mobilitas sendi (0024)
(00085) 2x24 jam hambatan mobilitas fisik dapat teratasi . Aktivitas – aktivitas
Kriteria hasil : 1. Komunikasi terapeutik
Pergerakan (0208) 2. Jelaskan pada pasien / keluarga manfaat dan
Kode Indikator S.A S.T tujuan melakukan latihan sendi.

020803 Gerakan otot 2 4 3. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya dan

020804 Gerakan 2 4 tidak kenyamanan selama gerakan/ aktivitas.

sendi 4. Lakukan latihan ROM aktif dan ROM pasif.

020814 Bergerak 2 4 5. Dukung pasien untuk duduk di tempat tidur.

dengan mudah 6. Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik

Keterangan : dalam mengembangkan dan menerapkan

1 = sangat terganggu sebuah program latihan.

2 = banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = sedikit terganggu
5 = tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Alimul. (2010). Penganar KDM Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Gunawan, A. (2006). Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot vol. 6 no. 2. Jakarta:
EGC.

Mubarak, & Cahyatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Potter. (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,Proses Dan Praktisi


Edisi 4 vol.2. Jakarta: EGC.

T Heather Herdman, S. K. (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai