OLEH
NONI M. SILLA
NIM : 1901050023
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ANALISIS
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN
MASALAH FISIKA DITINJAU DARI GAYA
BERPIKIR SEKUENSIAL ABSTRAK ".
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas salah satu mata kuliah di jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Nusa
Cendana.
Dalam pembuatan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bisa membawa manfaat utnuk kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................
BAB II . PEMBHASAN
2.1 Berpikir...........................................................................................
2.2 Pemecahan masalah Fisika.............................................................
2.3 Gaya Berpikir..................................................................................
2.4 Sekuensial Abstrak..........................................................................
BAB III PENUTUP
3. Kesimpulan........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang penting dalam bidang pendidikan. Hal ini
dikarenakan mata pelajaran fisika dapat membuat peserta didik dalam berpikir logis, kritis
dan kreatif untuk memecahkan berbagai persoalan dalam materi fisika. Pembiasaan berpikir
yang sistematis, logis, melatih imajinasi dan membentuk ide akan mengembangkan
dalam pembelajaran disekolah sebagai pendidikan formal yang sangat penting dikarnakan
dapat dilakukan dengan cara mengubah sistem pembelajaran yang selama ini dilaksanakan
dari sistem pembelajaran yang berpusat pada guru menuju pembelajaran yang lebih
bermakna yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sistem pembelajaran yang
mengerahakan keterpusatan pada siswa akan dapat menumbuhkan dan melatih kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran maupun dalam memecahkan masalah yang
Berpikir kritis merupakan hal yang terpenting karena di daerah globalisasi sekarang
ini tegnologi semakin maju dan sudah seharusnya kita bisa memilih-milih informasi yang
benar juga mencari tau sebab akibat dan bukti yang masuk akal. Dngan demikian perlu
adanya menanamkan kebiasaan berpikir kritis pada peserta didik supaya mereka bisa
menyelesaikan atau memecahkan suatu persoalan yang mereka hadapi dalam proses belajar
penggunaan kemampuan secara rasional dan reflektif yang bertujuan untuk mengambil
keputusan tentang apa yang yakini dan dilakukan. Dengan berpiir kritis siswa mampu
merumuskan, mengidentifikasi, menafsirkan dan merencanakan pemecahan masalah
sehingga dapat memahami permasaah dengan lebih baik terhadap permasalahan yang
dihadapi.
Seorang guru atau pendidik sudah seharusnya mengajarkan kepada peserta didik
untuk berpikir kritis. Ini dikarenakan agar peserta didik bisa mempertanggungjawabkan
sebuah informasi yang didapatkannya dengan disertai alasan yang masuk akal. Kemampuan
berpikir kritis juga dapat membiasakan peserta didik dalam mengevaluasi suatu kesimpulan
yang benar dan tepat. Dengan demikian, berpikir kritis dapat kita ajarkan pada anak-anak
Selain itu, untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik, guru
juga harus mengetahui bagaimana karakteristik cara berpikir peserta didik tersebut. Hal ini
dikernakan setiap individu memiliki pola pikir yang berbeda-beda dalam mengatur dan
menangkap infomasi yang diterimanya. Dengan demikian sudah seharusnya pendidik bisa
mengetahui perbedaan gaya-gaya berpikir dari peserta didik. Oleh karena itu, mengetahui
gaya berpikir peserta didik sangatlah penting. Gaya bepikir adalah pola yang dipakai oleh
seseorang dalam menerima informasi yang diperolehnya. Menurut Deporter dan Hernaeki
menyatakn bahwa, gaya berpikir adalah bagaimana cara seseorang dalam menerima dan
mengolah suatu informasi yang didapatkannya didalam otak. Oleh sebab itu, gaya berpikir
tersebut.
Menurut Bobby Deporter ada empat jenis gaya berpikir yaitu : sekuensial kongkret,
acak kongkret, sekuensial abstrak, dan acak abstrak. Banyak macam gaya berpikir yang
dikemukakan oleh para ahli beberapa intaranya telah diuraikan diatas, dalam penelitian,
peneliti mengambil gaya berpikir Sekuensial abstrak, dimana siswa dengan gaya berpikir
sekuensial abstrak memiliki kemampuan penalaran yang tinggi, kritis dan analitis. Pemikir
sekuensial abstrak ini lebih suka pelajaran yang disajikan dalam bentuk sistematis.
Masalah yang timbul dalam lapangan ialah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
masih berpusat pada guru yang mengakibatkan kemampuan berpikir siswa belum
sepenuhnya dikembangkan. Selain itu masalah yang sering terjadi adalah bahwa kegiatan
pembelajaran masih bersifat teacer Center hal ini dapat dilihat dengan guru menyajikan
materi, dan memberikan contoh-contoh kepada siswa pada praktek pembelajarannya. Siswa
selalu dibimbing atau diberikan pentunjuk penyelesain masalah secara lengkap sehingga
siswa belum mampu untuk belajar memecahkan masalah secara mandiri menggunakan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba menyususn makalah dengan judul
SEKUENSIAL ABSTRAK”.
PEMBAHASAN
a. Berpikir
Arti kata dasar “pikir” dalam kamus besar bahasa indonesia (2010: 767) adala akal
budi, ingatan, angan-angan. “Berpikir” artinya menggunakan akal budi untuk mengingat
Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakan daya hubungan-hubungan antara
pengetahua kita. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang di alami seorang bila
mereka di hadapkan pada suatu masalahh atau situasi yang harus dipecahakan. Proses
berpikir itu ada pokoknya terdiri dari tiga langkah yaitu : pembentukan pengertian,
Aktifitas atau kegiatan berpikir merupakan sebuah proses yan kompleks dan dinamis.
Proses dinamis dalam berpikir mencakup tiga tahap yaitu : pembentukan pengertian,
Soemanto dalam Subryata 2004). Irham (2013 : 42) dari pendapat tersebut, proses berikir
merupakan aktifitas memahami sesuatu melalui proses pemahaan terhadap sesuatu yang
sedang dihadapi dan faktor-faktor lainnya. Berpikir diartikan sebagai suatu aktifitas mental
(Siswono, 2008 :13). Pendapat itu menunjukan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu
masalah ataupun ingin memahami sesuatu maka ia melakukan suatu aktifitas berpikir.
Suryabrata (2002), berpendapat bahwa berpikir merupakan proses yang dinamis yang dapat
dilukiskan menurut proses dan jalannya. Sedangkan menurut Ruggiero (dalam Santock,
2010), berpikir adalah suatu aktifitas menta untuk membantu memformulasikan atau
menyelesaikan sutu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi syarat keinginan.
aktivitas berpikir.
beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpkir bagi
peserta didik pada hakekatnya merupkan kemampuan untuk menyeleksi dan menanalisis
bahkan mengkritis pengetahuan yang ia peroleh. Berpikir juga tidak terlepas dari usaha
mengadakan penyesuaiaan pemahaman atas informasi baru dengan informasi yang sudah
berpikir melibatkan enam jenis berpikir yaitu : (1) metakognisi, (2) berpikir kritis, (3)
berpikir kreatif, (4) proses kognitif (pemecahan masalah dan pengambilan keputusan), (5)
kemampuan berpikir inti (seperti representasi dan meringkas), (6) memahami peran konten
pengetahuan.
bahwa berpikir adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk menemukan pengertian atau
b. Berpikir Kritis
penyelesaian. Untuk menyelesaikan suatu permasalah tentu diperlukan data-data agar dapat
dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan
kemampuan berpikir kritis yang baik. Karena begitu pentingnya, berpikir kritis pada
umumnya dianggap sebagai tujuan utama dari pembelajaran. Selain itu berpikir kritis
memainkan peranan yang penting dalam banyak macam pekerjaan, khususnya pekerjaan
pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis Watson dan Glaser, (dalam
Menurut Ennis (2011), berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir
reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan untuk dilakukan.
Sedangkan Presseisen dan Costa (dalam Facione, 2013: 4) mengatakan bahwa berpikir
kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar,
untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan
interprestasi, mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi
yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya,
sangat umum sehingga menyentuh hampir setiap aktivitas berpikir yang dilakukan dalam
kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat,
mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan.
Pengertian yang lain diberikan oleh Ennis dalam Makmun (2005), yaitu; berpikir
kritis merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk
akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis
merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Costa (Liliasari, 2000: 136)
mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi kedalam empat
(decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative
thinking). Sedangkan pengertian profil berpikir kritis menurut penulis adalah menelaah,
menganalisis, dan mengorganisasikan terhadap informasi yang diterimanya, diperiksa dan
informasi tersebut dengan alasan yang tepat agar para siswa tidak salah pada waktu
Menurut Ruber (Romlah, 2002: 9) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan
strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, penyelesaian
masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Tapilouw (Romlah, 2002:9), bahwa “berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang
dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah,
Sumarmo, dkk., 2012: 18) mencoba melakukan sintesis terhadap hasil-hasil penelitian
yang berfokus pada berpikir kritis sehingga diperoleh beberapa kesimpulan berikut: (1)
siswa pada umumnya menunjukkan hasil belajar yang kurang memuaskan dalam
menghadapi tugas-tugas akademik yang memuat tuntutan penerapan profil berpikir kritis,
(2) Disposisi untuk berpikir secara kritis merupakan suatu komponen berpikir kritis yang
sangat efektif, (3) Terdapat sejumlah bukti kuat bahwa upaya untuk melakukan
pembelajaran berpikir kritis dapat dilakukan secara efektif, walaupun masih sedikit bukti
yang diketahui tentang penyebab utama berkembangnya profil berpikir kritis seseorang,
dan (4) profil berpikir kritis dapat diterapkan secara efektif pada suatu tugas akademik
manakala dikembangkan tiga hal berikut: profil berpikir kritis, pengetahuan materi
subyek, dan pengalaman untuk menerapkan kedua hal tersebut. Karena kurangnya bukti
sebagai bidang studi untuk meningkatkan kemampuan profil berpikir kritis tersebut.
Studi lain yang dilakukan Lewis (2009) juga mencoba mengembangkan profil
berpikir kritis siswa melalui pembelajaran pembuktian dan logika pada bidang geometri
yang dikaitkan dengan situasi sehari-hari. Studi tersebut menemukan bahwa cara yang
dilakukan dapat secara efektif meningkatkan profil berpikir kritis siswa. Sementara Price
dan Wilcox sebagaimana dikutiip oleh Nur (dalam Suprihatiningrum, 2013: 241) yang
yang dirancang untuk meningkatkan profil berpikir kritis matematika, menemukan bahwa
berpikir kritis siswa. Dari pendapat para ahli seperti telah diutarakan di atas, dapat
Dari uraian diatas tampak bahwa profil berpikir kritis berkaitan erat dengan
Dalam argumen yang valid sebuah kesimpulan harus ditarik secara logis dari premis-
premis yang ada. Selanjutnya bagaimana cara mengajar para siswa agar mereka memiliki
profil berpikir kritis yang baik? Menurut Bonnie dan Potts (2003) secara singkat dapat
profil berpikir kritis, yaitu : (1) Building Categories (Membuat Klasifikasi), (2) Finding
lingkungan).
Disebutkan pula bahwa beberapa “ciri khas” dari mengajar untuk profil berpikir
kritis meliputi: (1) Meningkatkan interaksi diantara para siswa sebagai pembelajar, (2)
Dengan mengajukan pertanyaan open-ended, (3) Memberikan waktu yang memadai
kepada para siswa untuk memberikan refleksi terhadap pertanyaan yang diajukan atau
masalah-masalah yang diberikan, dan (4) Teaching for transfer (mengajar untuk dapat
menggunakan kemampuan yang baru saja diperoleh terhadap situasi-situasi lain dan
Sesuai defenisi-defenisi diatas, disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu cara
berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari suatu situasi
diperlukan.
tertentu (heuristik), yang sering disebut sebagai model atau langkag-langkah pemecahn
masalah, untuk menemukan solusi suatu masalah. heuristik merupakan pedoman atau
masalah yang dikemukakan tas mengidentifikasi bahawa diperolehnya solusi suatu masalah
rendah. Dalam mengerjakan soal-soal fisika yang diberikn oleh guru, siswa lebih sering
digunakan dan menghfal contoh soal yang telah dikerjakan untuk mengerjakan soal-soal
lain mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan permasalahan yang kompleks. Siswa
mampu mneyelesaikan permaalahan kuantittati sederhana namun kurang memiliki
kesulitan karena strategi yang diajarkan dalam pembelajaran hanya untuk menyelesaikan
solusi melalui suatu proses yang melibatkan permerolehan informasi. Menurut Chi dan
kemampuan berpikir (Learning to Think) atau belajar bernalar (Learning to Reason) yaitu
Berdasarkan pengertian dari para ahli yang telah diuraikan di atas maka dapat kita
konsep pengetahuan yang telah dimilikinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan baru
Pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan konsep fisika. Faktor yang
mempengaruhi pemecahan masalah fisika yaitu struktur pengetahuan yang dimiliki siswa
Pada langkah ini, pertama sekali yang dilakukan adalah dengan membuat daftar
decription)
pada langkah ini, mendeskripsikan dengan membuat diagram benda bebas dan
Pada langkah ini yaitu merencanakan solusi dengan cara mengubah deskripsi fisika
Menuru Luasiana, gaya berpikir dala sebagai kecenderungan seseorang yang relatif
tetap dalam mengatur ata meproses suatu informasi ataupun memecahka masalah, an cara
khas dalm belajar, bai yng berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi,
sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhuungan dengan lingkungan belajar.
Berkenaan dengan cara belajar peserta didik, Anthony F. Gregorc menjelaskan tentang
bagaimana seseorang menggunakan pikiran dalam menerima dan mengolh informasi. Hasil
penelitiannya menunjkan bahwa ada dua hal penting yang perlu dietahui tentang bagaimana
cara peserta didik dapat menangkap, melihat dan memahami materi pelajaran. Fungsi otak
dalam menerima pelajaran terbagi menjadi dua yaitu persepsi dan pengaturan. Persepsi
diartikan sebagai cara yang dilakukan oleh peserta didik dalam menangkap materi pelajaran,
Pengaturan atau penyusunan diartikan sebagai cara mengatur informasi atau konsep
yang telah dipelajari, dan menggunakan informsi tersebut untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan persepsi yang di tangkap. Pada tahap persepsi, pelajar dapat menankap
informasi secara konkrit artinya informasi melalui penggunaan panca indra, peserta didik
akan menangkap materi pelajaran yang rasionl menurut penglihatan, pendenganran, atau
tundakan. Selain itu, peserta didik dapat menangkap informasi secara abstrak artinya peserta
didik memahami materi pelajaran yang disertai dengan emosi, intusi, imajinasi,menekankan
pada perasaan dan ide. Meskipun setiap oeang dapat menggunakan kedua persepsi tersebut
Setelah peserta didik dapat menangkap segala informasi, selanjutnya adalah peserta
didik akan mengatur atau mengolah informasi tersebut. Tahap pengaturan atau penyusunan
juga di kelompokan menjadi dua yaitu sekuensialdan acak. Peserta didik yang sekuensial
adalah peserta didik memiliki kemampuan untuk mengurutkan, penyusunan dan menyimpan
informasi secara beraturan, logis dan bertahap, sedangakan pesrta didik yang acak adalah
peserta didik yang memiliki kemampuan untuk mengurutkan, menyusun dan menyimpan
informasi secara serabutan tanpa urutan yang khusus, bagian demi bagian dan bukan
Gaya berpikir adalah mode atau cara berpikir yang di pakai oleh seseorang dalam
menangkap informasi dan mengolah informasi tersebut. Gaya berpikitr diperkenalkan oleh
Anthony Gregorc. Gregorc mengelompokan gaya pikir kedalam empat kelompok yang
meliputi, gaya berpikir sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret dan acak
abstrak. Gaya berpikir ini menyajikan cara yang terorganisasi untuk mempertimbangkan
bagaimana pkiean bekerja Gregorc membagi otak kedalam dua macam, pertam persepsi
(konkret an abstrak) yaitu cara menerima informasi, kedua pengaturan (sekuensia dan acak)
yaitu cara mengunakan informasi yang kita persepsikan. Setiap orang mempunyai
kecenderungan gaya berpikir yang berbeda-beda. Menurut Bobby Deporter ada 4 jenis gaya
berpikir yaitu:
1. Sekuensial Kongkret
Tipe pemikiran ini lebih mendasar dirinya pada kenyataan, memproses informasi dengan
cara terstruktur, dan linear. Bagi para pemikir sekuensial kongkret, relitas terdiri dari apa
yang dapat mereka ketahui melalui indera fisik mereka, yaitu indera penglihatan, peraba,
2. Sekuensial Abstrak
Pemikir ini cenderung kritis dan analitis dikeranakan mereka mempunyai daya imajinasi
yang kuat. Juga kemampuan penalaran yang buat. Proses berpikirnya logis, rasional,
terstruktur dan intelektual sehingga pemikir ini lebih mudah dalam menyelesaikan suatu
masalah.
3. Acak konkret
Pemikir mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang
terstruktur. Pemikir acak konkret sama seperti pemikir sekuensial konkret, dikarenakan
mereka berpikir berdasarkan kenyataan tetapi ingin melakukan pendekatan yang coba-
coba.
4. Acak Abstrak
duniannya. Pemikir ini menyerap ide-ide dan informasi dan suka belajar kelompok
Dari keempat gaya berpikir diatas peneliti ingin menjelaskan lebih lanjut mengenai
gaya berpikir sekuensial abstrak, yang akan digunakan pada proses penelitian. Gaya
berpikir sekuensial abstrak bertipe sekuensial abstrak bertipe pemikirn abstrak, berpikir
konseptual dan menganalisis informasi. Tipe ini biasanya tidak mau menerima begitu saja
segala informasi tanpa melakukan cek dan ricek. Orang yang memiliki gaya berpikir
sekuensial abstrak umumnya senang dengan dunia teori, segala sesuatu di hubungkan
dengan teori yang mereka baca, mereka mau beragumentasi panjang lebar tentang hal yang
mereka bicarakan. Realitas bagi para pemikir sekuensial abstrak untuk mengetahui hal-hal
penting seperti titik kunci dan detail-detail penting. Proses berpikir yang mereka miliki
adalah logis, rasionl, dan intelekual. Berbeda dengan gaya berpikir konkrit, orang-orang
yang berpikir abstrak cenderung menugganakan otak sebelah kanan lebih dominan dari pada
otak sebelah kiri. Otak kanan lebih bersifat kreatif, biasanya memainkan peranan dengan
banyak informasi baik melalui membaca buku atau penggunaan internet, kemudia hasil
penulusurannya dapat disajikan dalam bentuk maalah atau presentasi. Dengan cara ini maka
siswa dengan gaya berpikir sekuensial abstrak adalah thriveunder teacer who are experts in
the student’s area of interest, need quet to work ang think andlearn wel through lecture,
yang berarti bahwa pemebelajaran yang harus ditangani oleh ahlinya,karena siswa dengan
gaya belajar ini cenderung berpikir kritis, logis dan analitis. Dengan kata lain bahwa mereka
perlu penjelasan secara rasional tentang apa yang belum mereka pahami ketika
mengumpulkan data, dan model pembelajaran tepat bagi mereka adalah metode ceramah.
Siswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak adalah ia yang suka dengan
teori dan pemikiran abstrak. Siswa ini cenerung kritis dan analitis karena memiliki gaya
iimajinasi yang kuat. Pada umumnya ia menangkap peragaan yang konkret. Biasanya ia
bersifat pendiam dan menyukai pelajaran atau informasi yang disajikan secara sistematis.
mengerjakan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut diatas dapat di simpulkaan bahwa berpikir kritis adalah
suatu cara berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari
yang diperlukan.
pengetahuan yang telah dimilikinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan baru atau
Pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan konsep fisika. Faktor yang
mempengaruhi pemecahan masalah fisika yaitu struktur pengetahuan yang dimiliki siswa
Gaya berpikir adalah mode atau cara berpikir yang di pakai oleh seseorang dalam
Sekuensial Abstrak
Pemikir ini cenderung kritis dan analitis dikeranakan mereka mempunyai daya imajinasi
yang kuat. Juga kemampuan penalaran yang buat. Proses berpikirnya logis, rasional,
terstruktur dan intelektual sehingga pemikir ini lebih mudah dalam menyelesaikan suatu
masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ennis, R.H. (2011). The nature of critical thinking: An outline of critical thinking
Facione, P.A. (2013). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Millbrae, CA:
University Press.