Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR BERPIKIR ILMIAH

Keterampilan Berpikir Kritis

Disusun Oleh: Kelompok 5


1. Annisa Waffiq Aziizah (K7123033)
2. Destia Nur Khasanah (K7123056)
3. Muhammad Shendi Rahmadani (K7123117)
4. Talitha Ivana Azaria (K7123180)
5. Tri Marsudi Gusti Kinarsih (K7123184)

Dosen Pembimbing: Roy Ardiansyah, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKATA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya kepada seluruh umat terutama kepada penulis selaku tim penyusun makalah
ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat serta salam
kami hanturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri
tauladan bagi umatnya menuju jalan yang benar.
Selanjutnya, kami selaku penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Roy
Ardiansyah selaku dosen pengampu mata kuliah Keterampilan Dasar Berpikir Ilmiah dan
kepada seluruh anggota kelompok yang kompak dalam menyelesaikan tugas ini, serta kepada
pihak-pihak yang ikut memberikan dukungan demi terselesaikannya makalah ini.
Sebagai manusia yang tak terhindar dari kesalahan, penulis mengucapkan maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dalam segi
penulisan maupun isi. Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi penulisan makalah selanjutnya. Harapan penulis semoga apa yang penulis
sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, 4 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Definisi........................................................................................................................5
2.2 Indikator......................................................................................................................5
2.3 Karakteristik................................................................................................................6
2.4 Cara Mengukur............................................................................................................6
2.5 Instrumen Pengukuran.................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir jernih dan rasional mengenai apa
yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercayai. Proses dimana kita harus
membuat penilaian yang rasional, logis, sistematis, dan dipikirkan secara matang
adalah proses berpikir kritis. Menurut slameto (2015:51) berpikir adalah suatu
kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Kemampuan berpikir kritis
dapat memberikan arahan dalam berpikir dan membantu dalam menentukan
keterikatan satu hal dengan hal yang lainnya. Maka dari itu, keterampilan berpikir
kritis ini sangat dibutuhkan untuk pemecahan masalah atau mencari solusi.
Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan mengingat ilmu pengetahuan
dan teknologi sekarang berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja dapat
mengakses informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber manapun. Hal ini
mengakibatkan perubahan global dalam kehidupan. Jika seseorang tidak dibekali
pengetahuan berpikir kritis maka seseorang itu tidak dapat mengolah informasi yang
dibutuhkan. Oleh karena itu berpikir kritis merupakan hal yang penting dalam
kehidupan.
Sampel penelitian diambil secara purposive sampling pada tiga Madrasah
Aliyah Negeri yang terakreditasi A oleh BSNP Indonesia. Partisipan diambil secara
random sampling sejumlah 207 siswa terdiri dari kelas X, XI dan XII. Tes
menggunakan soal bentuk essay yang dikembangkan berdasarkan indikator
keterampilan berpikir kritis menurut Facione. Data dianalisis dengan metode
deskriptif kualitatif. Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata keterampilan
berpikir kritis siswa sebesar 51.60% kategori rendah. Persentase aspek interpretasi
sebesar 54.87% kategori rendah, aspek analisis sebesar 46.56% kategori rendah, aspek
evaluasi sebesar 54.58% kategori rendah, aspek kesimpulan sebesar 49.24% kategori
rendah, aspek penjelasan sebesar 43.83% kategori rendah, dan aspek pengaturan diri
sebesar 60.44% kategori cukup. Hasil penelitian ini memberikan informasi profil
keterampilan berpikir kritis siswa Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan
masih rendah sehingga diharapkan guru mampu merancang proses kegiatan
pembelajaran yang dapat memberdayakan keterampilan berpikir kritis siswa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan berpikir kritis?
2. Apa sajakah indikator dalam berpikir kritis ?
3. Bagaimanakah karakteristik dalam berpikir kritis ?
4. Bagaimankah cara mengukur berpikir kritis ?
5. Apa sajakah contoh instrument pengukuran berpikir kritis?

1.3 Tujuan
1. Menambah wawasan mengenai keterampilan berpikir kritis

4
2. Mengetahui lebih dalam definisi, karakteristik, indikator, cara mengukur dan instrumen
dari keterampilan berpikir kritis

BAB 2
PEMBAHASAN
1.4 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang dimaksud berpikir artinya
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-
nimbang dalam ingatan. Sedangkan kritis adalah (1) bersifat tidak dapat lekas percaya, (2)
bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; tajam dalam menganalisis.
Menurut Bobbi De Porter. dkk (2013: 298) berpikir kritis adalah salah satu keterampilan
tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir
kreatif. Didalam berpikir kritis, kita berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang
cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk.Dari pendapat beberapa ahli
mengenai pengertian berpikir kritis di atas, dapat dinyatakan bahwa berpikir kritis adalah
suatu proses kegiatan interpretasi dan evaluasi yang terarah, jelas, terampil dan aktif tentang
suatu masalah yang meliputi observasi, merumuskan masalah, menentukan keputusan,
menganalisis dan melakukan penelitian ilmiah yang akhirnya menghasilkan suatu konsep.
Kemampuan ini penting untuk dikembangkan pada peserta didik,mengingat kemampuan
berpikir kritis mempengaruhi prestasi belajar dan membantu peserta didik memahami konsep.
Berpikir kritis dapat digunakan untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang suatu
materi atau konsep sehingga pemikiran peserta didik terhadap suatu konsep tertentu adalah
valid dan benar. Berpikir kritis merupakan proses berpikir reflektif yang membutuhkan
kecermatan dalam mengambil keputusan melalui serangkaian procedural untuk menganalisis,
menguji, dan mengevaluasi bukti serta dilakukan secara sadar.
1.5 Indikator
Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menghadapi permasalahan dalam
kehidupan masyarakat maupun pribadi (Nuryanti et al., 2018). Menurut Nuryanti dkk (2018),
seseorang yang memiliki pikiran yang kritis mampu menganalisis dan mengevaluasi
informasi yang didapatnya. Berdasarkan pendapat tersebut berpikir kritis merupakan proses
menganalisis, mengevaluasi, membuat solusi dan kesimpulan dari situasi atau permasalahan.
Kemampuan berpikir kritis mempunyai 5 indikator (Ennis, 2011), yaitu:
 Klarifikasi Dasar (Basic Clarification), meliputi:

5
1) Merumuskan suatu pertanyaan,
2) Menganalisis argument, dan
3) Bertanya dan menjawab pertanyaan
 Memberikan alas an untuk suatu keputusan (The Bases for a decision), meliputi:
1) Mempertimbangkan kredibilitas, dan
2) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
 Menyimpulkan (Inference), meliputi:
1) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,
2) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan
3) Membuat serta mempertimbangkan nilai keputusan.
 Klarifikasi lebih lanjut (Advance Clarification), meliputi:
1) Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi, dan
2) Mengacu pad aasumsi yang tidak ditanyakan.
 Dugaan dan keterpaduan (Supposition and integration), meliputi:
1) Mempertimbangkan dan memikirkan secara logis, premis, alasan, asumsi,
posisi dan usulan lain, dan
2) Menggabungkan kemampuan-kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam
membat serta mempertahankan sebuat keputusan.
1.6 Karakteristik
Sejalan dengan temuan bahwa berpikir dapat ditingkatkan dengan pengalaman
pendidikan yang disengaja (Higgins., 2004; Moseley et al., 2005 dalam Kwan, 2015) telah
menjadi salah satu definisi yang diterima secara luas dan berpengaruh. Ennis mendefinisikan
berpikir kritis sebagai '' pemikiran yang wajar dan reflektif yang difokuskan pada
memutuskan apa yang harus percaya atau melakukan ''. Dia menyarankan 12 kemampuan
berpikir kritis, dikelompokkan ke dalam empat bidang, yaitu kejelasan, dasar, inferensi, dan
interaksi. Facione (1996), mengungkapkan pemikir kritis yang ideal mempunyai kebiasaan
ingin tahu, penuh kepercayaan pada alasan, berpikiran terbuka , fleksibel , berpikiran adil
dalam evaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka pribadi, bijaksana dalam membuat
penilaian, bersedia untuk mempertimbangkan kembali, jelas tentang isu-isu, tertib dalam hal
yang kompleks, rajin mencari informasi yang relevan, wajar dalam pemilihan kriteria, fokus
dalam penyelidikan, dan gigih dalam mencari hasil. Sehingga dapat dituliskan karakteristik
berpikir kritis sebagai berikut:
 Rasa ingin tahu berkaitan dengan berbagai masalah
 Perhatian untuk menjadi lebih baik
 Kewaspadaan terhadap kesempatan untuk menggunakan pemikiran kritis
 Kepercayaan dalam proses pencarian/ inkuiri
 Kepercayaan pada kemampuan sendiri seseorang
 Keterbukaan diri terhadap pandangan dunia yang berbeda
 Fleksibilitas dalam mempertimbangkan alternatif dan opini
 Pemahaman tentang pendapat orang lain
 Kehati-hatian dalam menangguhkan, membuat atau mengubah penilaian
 Kesediaan untuk mempertimbangkan kembali dan merevisi pandangan
 Kejujuran dalam menghadapi prasangka, stereotip, atau kecenderungan egosentris
 Kehati-hatian dalam menangguhkan, membuat atau mengubah penilaian

6
 Kesediaan untuk mempertimbangkan kembali dan merevisi pandangan berdasarkan
refleksi.
1.7 Cara Mengukur
Mengukur kemampuan berpikir kritis seseorang perlu menggunakan soal-soal analisis dan
evaluasi. Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis mahasiswa, telah dibuat instrumen
penilaian melalui percobaan Momen Inersia dengan menggunakan indikator kemampuan
melalui 4 tingkatan berpikir yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehensive),
aplikasi (application), dan analisis (analysis).
1.8 Instrumen Pengukuran
1. Four-Tier Essay Test
Four-tier essay test merupakan pengembangan dari three-tier multiple choice yang dipadukan
dengan Confidence Rating pada alasan jawaban, sehingga lebih akurat tingkat keyakinan dan
alasan jawaban (Ismail, 2015). Format dari four-tier essay test didesain dalam 4 tingkatan
yaitu: (1) Tingkat pertama berisi jawaban dengan bentuk essay; (2) Tingkat kedua berisi
tingkat keyakinan atas jawaban yang dipilih siswa pada tingkat pertama; (3) Tingkat ketiga
berisi jawaban dengan bentuk essay; (4) Tingkat keempat berisi tingkat keyakinan alasan
berdasarkan jawaban yang dipilih siswa pada tingkat ketiga (Caleon dan Subramaniam, 2010;
Zaleha et al, 2017). Four-tier essay test karena memiliki komponen tes yang paling lengkap.
Four-tier essay test dirancang dalam empat tingkat dilengkapi dengan alasan serta tingkat
keyakinan jawaban yang dipilih oleh siswa. Four-tier essay test dapat digunakan sebagai alat
evaluasi siswa dalam mengukur keterampilan berpikir kritis. Dengan menggunakan four-tier
essay test, siswa dituntut untuk berlatih berpikir kritis.
2. Multiple Representation
Representasi merupakan sesuatu yang disimbolkan dengan objek-objek tertentu (Zarkasi,
2013). Menurut Waldrip et al (2010) kata multi mengacu pada praktik merepresentasikan
kembali konsep yang sama dalam bentuk yang berbeda, meliputi verbal, grafis, dan angka,
serta pengulangan pemaparan siswa terhadap konsep yang sama. Kohl et al (2007)
mengatakan bahwa multirep dianggap sebagai kunci dari pembelajaran IPA khususnya fisika.
Siswa yang menggunakan representasi dapat membantu mereka dalam memahami
permasalahan dan untuk mengevaluasi hasilnya (Fatimah, 2017).
3. Critical Thinking Skills
The Partnership for 21st Century Skill mengungkap bahwa Critical thinking skills atau
keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi dalam 21st Century
Competencies yang wajib dimiliki oleh siswa. Menurut Ennis (2011), berpikir kritis
merupakan pemikiran yang masuk akal, reflektif, dan berfokus pada memutuskan apa yang
akan dipercaya atau dilakukan. Aspek berpikir kritis menurut Ennis (2011) antara lain (1)
Elementary Clarification (penjelasan singkat); (2) Basic for Decisions (dasar pengambilan
keputusan); (3) Inference (menarik kesimpulan); (4) Advanced Clarification (penjelasan
lanjut); (5) Supposition and Integration (memperkirakan dan menggabungkan). Pada
penelitian ini difokuskan pada indikator (1) Mengidentifikasi masalah; (2) Mengidentifikasi
alasan; (3) Membuat rangkuman; (4) Memberikan contoh; (5) Menuliskan klasifikasi; (6)
Memperhatikan konteks; dan (7) Memeriksa kebenaran konten. Sehingga pada penelitian ini
7
akan dikembangkan instrumen tes yang memacu pada aspek dan indikator agar keterampilan
berpikir siswa dapat meningkat.

BAB 3
PENUTUP
1.9 Kesimpulan
Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir jernih dan rasional mengenai apa yang
harus dilakukan atau apa yang harus dipercayai. Proses dimana kita harus membuat penilaian
yang rasional, logis, sistematis, dan dipikirkan secara matang adalah proses berpikir kritis.
Menurut slameto (2015:51) berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan
yang benar. Kemampuan berpikir kritis dapat memberikan arahan dalam berpikir dan
membantu dalam menentukan keterikatan satu hal dengan hal yang lainnya. Maka dari itu,
keterampilan berpikir kritis ini sangat dibutuhkan untuk pemecahan masalah atau mencari
solusi.
Menurut Ennis(2011) berpikir kritis memiliki 5 indikator, yaitu :
a. Klarifikasi Dasar (Basic Clarification), meliputi:
1) Merumuskan suatu pertanyaan,
2) Menganalisis argument, dan
3) Bertanya dan menjawab pertanyaan
b. Memberikan alasan untuk suatu keputusan (The Bases for a decision),
meliputi:
1) Mempertimbangkan kredibilitas, dan
2) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
c. Menyimpulkan (Inference), meliputi:
1) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,
2) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan
3) Membuat serta mempertimbangkan nilai keputusan.
d. Klarifikasi lebih lanjut (Advance Clarification), meliputi:
1) Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi, dan
2) Mengacu pad aasumsi yang tidak ditanyakan.
e. Dugaan dan keterpaduan (Supposition and integration), meliputi:
1) Mempertimbangkan dan memikirkan secara logis, premis, alasan, asumsi,
posisi dan usulan lain, dan
2) Menggabungkan kemampuan-kemampuan lain dan disposisi-disposisi
dalam membat serta mempertahankan sebuat keputusan.
Adapun karakteristik berfikir adalah sebagai berikut :
1. Rasa ingin tahu berkaitan dengan berbagai masalah
2. Perhatian untuk menjadi lebih baik
3. Kewaspadaan terhadap kesempatan untuk menggunakan pemikiran kritis
4. Kepercayaan dalam proses pencarian/ inkuiri

8
5. Kepercayaan pada kemampuan sendiri seseorang
6. Keterbukaan diri terhadap pandangan dunia yang berbeda
7. Fleksibilitas dalam mempertimbangkan alternatif dan opini
8. Pemahaman tentang pendapat orang lain
9. Kehati-hatian dalam menangguhkan, membuat atau mengubah penilaian
10. Kesediaan untuk mempertimbangkan kembali dan merevisi pandangan
11. Kejujuran dalam menghadapi prasangka, stereotip, atau kecenderungan
egosentris
12. Kehati-hatian dalam menangguhkan, membuat atau mengubah penilaian

Berpikir kritis dapat diukur dengan berbagai cara. Mengukur kemampuan berpikir
kritis seseorang perlu menggunakan soal-soal analisis dan evaluasi. Untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis mahasiswa, telah dibuat instrumen penilaian melalui percobaan
Momen Inersia dengan menggunakan indikator kemampuan melalui 4 tingkatan berpikir
yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehensive), aplikasi (application), dan
analisis (analysis).
Berikut beberapa contoh intrumen yang dapat digunakan dalam mengukur
kemampuan berfikir kritis yaitu :
1. Four-Tier Essay Test
Four-tier essay test merupakan pengembangan dari three-tier multiple choice yang
dipadukan dengan Confidence Rating pada alasan jawaban, sehingga lebih akurat tingkat
keyakinan dan alasan jawaban (Ismail, 2015). Format dari four-tier essay test didesain dalam
4 tingkatan yaitu: (1) Tingkat pertama berisi jawaban dengan bentuk essay; (2) Tingkat kedua
berisi tingkat keyakinan atas jawaban yang dipilih siswa pada tingkat pertama; (3) Tingkat
ketiga berisi jawaban dengan bentuk essay; (4) Tingkat keempat berisi tingkat keyakinan
alasan berdasarkan jawaban yang dipilih siswa pada tingkat ketiga (Caleon dan
Subramaniam, 2010; Zaleha et al, 2017). Four-tier essay test karena memiliki komponen tes
yang paling lengkap. Four-tier essay test dirancang dalam empat tingkat dilengkapi dengan
alasan serta tingkat keyakinan jawaban yang dipilih oleh siswa. Four-tier essay test dapat
digunakan sebagai alat evaluasi siswa dalam mengukur keterampilan berpikir kritis. Dengan
menggunakan four-tier essay test, siswa dituntut untuk berlatih berpikir kritis.
2. Multiple Representation
Representasi merupakan sesuatu yang disimbolkan dengan objek-objek tertentu
(Zarkasi, 2013). Menurut Waldrip et al (2010) kata multi mengacu pada praktik
merepresentasikan kembali konsep yang sama dalam bentuk yang berbeda, meliputi verbal,
grafis, dan angka, serta pengulangan pemaparan siswa terhadap konsep yang sama. Kohl et al
(2007) mengatakan bahwa multirep dianggap sebagai kunci dari pembelajaran IPA
khususnya fisika. Siswa yang menggunakan representasi dapat membantu mereka dalam
memahami permasalahan dan untuk mengevaluasi hasilnya (Fatimah, 2017).
3. Critical Thinking Skills
The Partnership for 21st Century Skill mengungkap bahwa Critical thinking skills
atau keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi dalam 21st Century

9
Competencies yang wajib dimiliki oleh siswa. Menurut Ennis (2011), berpikir kritis
merupakan pemikiran yang masuk akal, reflektif, dan berfokus pada memutuskan apa yang
akan dipercaya atau dilakukan. Aspek berpikir kritis menurut Ennis (2011) antara lain (1)
Elementary Clarification (penjelasan singkat); (2) Basic for Decisions (dasar pengambilan
keputusan); (3) Inference (menarik kesimpulan); (4) Advanced Clarification (penjelasan
lanjut); (5) Supposition and Integration (memperkirakan dan menggabungkan). Pada
penelitian ini difokuskan pada indikator (1) Mengidentifikasi masalah; (2) Mengidentifikasi
alasan; (3) Membuat rangkuman; (4) Memberikan contoh; (5) Menuliskan klasifikasi; (6)
Memperhatikan konteks; dan (7) Memeriksa kebenaran konten. Sehingga pada penelitian ini
akan dikembangkan instrumen tes yang memacu pada aspek dan indikator agar keterampilan
berpikir siswa dapat meningkat.

1.10 Saran

10
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2006. Quantum Learning:
Membiasakan Belajar Nyaman & Menyenangkan. Bandung:
PT.Mizah Pustaka
Ennis, R. H. (2011). The Nature of Critical Thinking. Informal Logic, 6(2), 1–8.
https://doi.org/10.22329/il.v6i2.2729
Facione, N.C., Facione, P.A., 1996. Externalizing the Critical Thinking in Knowledge
Development and Clinical Judgement. Diunduh dari
http://www.insightassessment.com/pdf_files/Exernalizing%20CT_%20Nsg%20Otlk
%201996.PDF.
Kwan, Y. W., Wong, A. F. L. 2015. Effects of the constructivist learning environment on
students’ critical thinking ability: Cognitive and motivational variabels as mediators.
International Journal of Educational Research.
Slameto, 2015. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Caleon, I. S., & Subramaniam, R. (2010). Do students know what they know and what they
don’t know? Using a four-tier diagnostic test to assess the nature of students’
alternative conceptions. Research in Science Education, 40(3), 313-337.
Ennis, R. (2011). Critical thinking: Reflection and perspective Part I. Inquiry: Critical
thinking across the Disciplines, 26(1), 4-18.
Fatimah, S. (2017). Analisis pemahaman konsep IPA berdasarkan motivasi belajar,
keterampilan proses sains, kemampuan multirepresentasi, jenis kelamin, dan latar
belakang sekolah mahasiswa calon guru SD. Jurnal Inovasi Pendidikan Dan
Pembelajaran Sekolah Dasar, 1(1).
Ismail, I. I., Samsudin, A., Suhendi, E., & Kaniawati, I. (2015). Diagnostik miskonsepsi
melalui listrik dinamis four tier test. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains, 3(1), 381-384.
11
Kohl, P. B., Rosengrant, D., & Finkelstein, N. D. (2007). Strongly and weakly directed
approaches to teaching multiple representation use in physics. Physical Review
Special Topics-Physics Education Research, 3(1), 010108.
Waldrip, B., Prain, V., & Carolan, J. (2010). Using multi-modal representations to improve
learning in junior secondary science. Research in science education, 40(1), 65-80.
Zaleha, A. S., & Nugraha, M. G. (2017). Pengembangan instrumen tes diagnostik VCCI
bentuk four-tier test pada konsep getaran. Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan
(JPFK), 3(1), 36.
Zarkasi, H., Maharta, N., & Suyatna, A. (2013). Perbandingan Hasil Belajar Metode Bermain
Peran Menggunakan Multiple Representation (MR) Gesture dengan Metode
Demonstrasi. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(6).

12

Anda mungkin juga menyukai