MATA KONSELING
Tentang
“Perubahan Perilaku Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan”
Dosen Pengajar :
Neni Fitra Hayati,SSiT.,M.Kes
Disusun Oleh :
Aditta Fagel Tri Pratama(206110641)
Pertama-tama penyusun mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga Konseling yang berjudul
Kreativitas Konselor
Penyusun mengakui bahwa masih mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh
karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna, begitu pula dengan
makalah ini.
Oleh dari itu, penyusun bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca.Dengan
menyelesaikan makalah ini, penyusun mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan
diambil dari makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
BAB I ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .............................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ......................................................... Error! Bookmark not defined.
C. Manfaat ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Posisi Kreativitas Dalam Proses Konseling .................. Error! Bookmark not defined.
B. Pengambilan Keputusan................................................ Error! Bookmark not defined.
C. Efektivitas Konselor Dalam Wawancara Konseling .... Error! Bookmark not defined.
D. Kasus Konseling Dalam Perubahan Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan .... Error!
Bookmark not defined.
BAB III .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan .................................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ............................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
D. Apa contoh kasus konseling dalam perubahan masyarakat tentang masalah kesehatan.?
C. Manfaat
Manfaat dari konselor yaitu kita bisa menolong orang dalam mengahadapi masalah yang
sedang di hadapinya,kita bisa memberikan beberapa kreativitas tentang pada saat melakukan
konseling kepada kita.
BAB II
PEMBAHASAN
Suatu proses konseling ditentukan oleh kehadiran konselor dalam melakukan wawancara
konseling. Wawancara konseling adalah suatu kegiatan yang unik dan berbeda sama sekali dari
wawancara biasa misalnya oleh para wartawan.tugas konselor dalam hal ini adalah membantu
klien menciptakan alternative-alternatif baru untuk bertindak.mengenai kreativitas, beberapa
teori konseling menjelaskan sebagai berikut:
a. Conscious (kesadaran) berhubungan dengan dunia nyata: analitik dan perbuatan sebagai
suatu organizer (organisator) antara inner-self (dunia dalam) dan outer-self (dunia luar).
c. Preconcious (ambang sadar) tempat krusian dimana berada disini kreativitas. Ambang
sadar ini menyelidiki informasi-informasi yang relevan, menarik dan merangsang kedalam
dunia pikiran kesadaran, yang dapat digunakan dalam proses mengambil keputusan-keputusan
didunia kesadaran.
Dua tokoh behavioral yakni Reece dan Parnes (1975) mengembangkan program pelatihan
untuk pemecahan masalah secara kreatif. Walaupun kreatifitas adalah proses mistik yang
disediakan untuk unconscious, tapi disediakan 28 buku untuk melatih komponen-komponen
dari proses kreatif. Hasilnya adalah bahwa kreativitas tidak harus dianggap sebagi suatu berkah
yang aneh, akan tetapi yang jelas merupakan keterampilan yang dapat diajarkan.
Carl Rogers (1975) mengemukakan teori pertumbuhan alamiah terhadap aktualisasi dan
pertumbuhan diri untuk mencapai perkembangan potensial diri yang optimal. Dari pandangan
ini, manusia pada dasarnya secara ilmiah adalah kreatif. Dan peran pelatih (guru) adalah
mendorong agar siswa secara spontan kreatif.
Konselor harus petama mendengarkan dengan aktif terhadap klien dan memperhatikan kata-
katanya dengan cermat dan tepat yang disampaikan klien dengan sadar.berdasarkan informasi
yang telah disampaikan klien, konselor kemudian memunculkan definisi-devinisi alternative
dari problem yang dikemukakan dan memberikan alternative-alternatuf solusi, membantu
memutuskan suatu cara tindakan klien, dan memunculkan alternatif interpretasi dari hasil yang
mungkinterhadap perilaku yang diharapkan.
B. Pengambilan Keputusan.
Menurut Siagian (dalam Hasan, 2002:10) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Baron (1986: 69) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses terjadinya
identifikasi masalah, menetapkan tujuan pemecahan, pembuatan keputusan awal,
pengembangan dan penilaian alternatif-alternatif, serta pemilihan salah satu alternatif yang
kemudian dilaksanakan dan ditidaklanjuti.
a) Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subektif,
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan.
Kebaikannya antara lain sebagai berikut:
Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu
perlu dimanfaatkan dengan baik.
b) Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuaan praktis.
Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman,
seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin
sudah dapat menduga cara penyelesaiannya.
c) Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat menerima
keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
d) Wewenang
Pengambilan keputusan yang berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannnya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih
randah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang juga memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan antara lain sebagai berikut:
e) Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang diambil bersifat
objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tetentu,sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pada pengambilan keputusan yang rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai
berikut:
e) Hasil maksimal: pemilihan alteratif didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.
Menurut Millet (dalam Hasan, 2002: 16), faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
Pria umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat mengambil keputusan dan wanita pada
umumnya relatif lebih lambat dan sering ragu-ragu.
Peranan bagi orang yang mengambil keputusan itu perlu diperhatikan, mencakup kemampuan
mengumpulkan informasi, kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan, kemampuan
menggunakan konsep yang cukup luas tentang perilaku manusia secara fisik untuk
memperkirakan perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik.
3) Keterbatasan kemampuan
Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan yang dapat
bersifat institusional ataupun bersifast pribadi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Baradell & Klein (1993: 63) menyatakan bahwa peristiwa-
peristiwa hidup yang tidak menyenangkan berhubungan dengan rendahnya kualitas
pengambilan keputusan. Selanjutnya dikatakan oleh Bandura & Jourden (1991: 24)
pengambilan keputusan dapat dipermudah atau dihambat oleh adanya efikasi diri. Sebuah
keputusan yang kreatif juga memerlukan inteligensi, dan untuk menjadi kreatif seseorang harus
belajar dan mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada bidang tertentu. Inteligensi ini
merujuk pada kemampuan analisis logis dan pemecahan masalah yang dapat membantu
menghasilkan keputusan yang berkualitas (Kolb dkk, 1984: 58). Meskipun demikian, tingkat
inteligensi yang tinggi dan pengetahuan yang cukup kadang-kadang belum menjamin
tercapainya prestasi yang kreatif karena masih ada faktor lain yang mungkin berpengaruh pada
terbentuknya keputusan kreatif.
a) Situasi atau kondisi, dalam hal ini seseorang harus mempertimbangkan, berpikir,
menaksir, memilih dan memprediksi sesuatu (Matlin, 1998 dalam Kuntadi, 2004: 14). Matlin
(1998 dalam Kuntadi, 2004: 14), pada penjelasan berikutnya, juga menyatakan bahwa situasi
pengambilan keputusan yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu
pengambilan keputusan.
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang
semakin mempermudah pengambilan keputusan.
b. Aspek kepribadian
Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan
keputusan.
a. Kultur
Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan individu. Hal ini
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.
b. Orang lain
Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh atau cara orang
lain (terutama orang dekat ) dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku
orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilkau
individu dalam mengambil keputusan.
Proses konseling yang mendalam dan efektif akan membantu klien untuk berkembang secara
optimal. Sebaliknya jika proses konseling berjalan tidak efektif dan kurang mendalam, maka
sudah dapat dipastikan akan gagal mencapai tujuan dan bahkan dapat merusak klien.
Konselor juga mempunyai kemampuan untuk melihat bagaimana keadaan klien saat ini, dan
dapat memilih intervensi yang sesuai strategi dan teknik. Untuk menunjang kemampuan dan
ketrampilan konselor perlu kepribadian yang empati.
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa
dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan
dengan attending, karena tanpa perilaku attending tidak akan ada empati. Empati amat dekat
dengan dimensi-dimensi konselor lainnya, seperti :
Upaya untuk membantu klien agar dapat berubah, seorang klien harus percaya bahwa klien itu
dapat berubah. Agar klien berubah, seorang konselor harus memilih sikap positive regard yaitu
perhatian terseleksi terhadap aspek-aspek positif dari pada ucapan dan perilaku klien.
Konselor yang efektif selalu bisa hangat, senang, dan respek terhadap orang lain atau klien.
Adapun beberapa cara positif untuk mengkomunikasikan rasa hormat yaitu:
Pada prinsipnya warmth berhubungan erat dengan empati. Warmth (rasa hangat) dapat
didefinisikan sebagai suatu sikap emosional terhadap klien, yang dinyatakan dengan cara
nonverbal dan didukung dengan verbal.
Dalam hubungan konseling, sering klien datang dengan keluhan yang samar-samar (tidak
jelas), dan kadang-kadang bermakna ganda. Tugas konselor yang efektif adalah memperjelas
dan memahami ide-ide dan masalah yang samar-samar yang dikemukakan klien dengan cara
mengetahui secara konkrit atau spesifik apa yang telah terjadi dan yang terjadi dalam
kehidupan keseharian klien.
4. Konfrontasi
Dalam hubungan konseling, seorang konselor harus tampil asli, jujur, dan juga pribadi yang
terintegrasi. Dia juga bisa tampil bebas dan mendalam, dan sadar atas dirinya sendiri.
1. Pembukaan
Diletakan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (walking relationship) yang
baik,yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling.
2. Penjelasan masalah
Konseling mengemukakan pikiran dan perassaan yang berkaitan dengan hal yang ingin
dibicarakan.
a. Menerima ungkapan konseli apa adanya serta mendengarkan dengan penuh perhatian.
Karena dalam proses kedua, konseling belum menyajikan gambaran lengkap mengenai
kedudukan massalah, diperlukan penjelasan, ungkapan, pikiran, perasaan yang lebih mendetail
dan mendalam supaya kedudukan masalah menjadi lebih jelas. Hal yang perlu dilakukan
konselor adalah menganalisis kasus sesuai dengan pendekatan konseling yang disiplin.
4. Menyelesaikan Masalah
Dalam fase analisis kasus di atas, konselor dan konseli membahas bagaimana mengatasi
masalah. Konseli ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan. Hal yang perlu dilakukan
konselor adalah berusaha agar dalam diri konseli terdapat p[erubahan dalam sikap dan
pandangan, juga merencanakan tindakan konkret untuk dilaksanakan sesudah proses konseling
selesai.
5. Penutup
Bilamana konseli telah merasa mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan bersama
dengan konselor, maka proses konseling berakhir.
Biasanya konselor mengambil inisiatif dalam memulai proses penutup ini yaitu
c. Memberikan semangat
Pendekatan pada ODHA dengan memberikan konseling interpersonal adalah hal yang tepat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan psikologis meliputi aspek sosial, emosional dan
spiritual ODHA. Tujuan penelitian iniadalah melihat pengaruh konseling interpersonal
terhadap respon sosial, emosional dan spiritual pada pasien HIV/AIDS. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian non experiment dengan pendekatan crossectional. Sampel dalam
penelitian ini adalah orang pasca menjalani tes dan dinyatakan positif HIV di wilayah Kediri
yaitu sebanyak 32 dengan teknik purpossive sampling. Data respon sosial, emosional dan
spiritual didapatkan berdasarkan hasil rekap data dari instrumen berupa kuesioner. Hasil
penelitian dengan uji non parametrik Wilcoxon menunjukkan ada perbedaan antara respon
sosial pasien HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan konseling interpersonal dengan p-
value = 0,000, ada perbedaan antara respon emosional pasien HIV/AIDS sebelum diberikan
konseling interpersonal dan setelah diberikan konseling dengan p-value = 0,000, dan ada
perbedaan antara respon spiritual pada pasien HIV/AIDS sebelum diberikan konseling
interpersonal dan setelah diberikan konseling interpersonal dengan p value = 0,000. Konseling
interpersonal berpengaruh terhadap respon sosial, emosional dan spiritual pasien HIV/AIDS.
Disarankan bahwa pendampingan pasien HIV/AIDS melalui konseling interpersonal dapat
terus dilakukan sehingga dapat meningkatkan respon fisiologis yang berpengaruh terhadap
prognosis penyakit, pencegahan infeksi oportunistik dan menurunkan angka mortalitas pasien
HIV/AIDS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa kreativitas tentang konselor yaitu seperti adanya posisi kreativitas dalam
proses kenseling antara konselor dan klien. Di sana konselor juga bisa mengambil keputusan
tentang apa yang di ceritkan klien kepada konselor konselor harus bisa memberikan
efektivitasnya konselor dalam wawancara konseling. Proses konseling yang mendalam dan
efektif dan membantu klien untuk bertambah secara optimal.
Konselor juga mempunyai kemampuan untuk melihat bagaimana keadaan klien saat ini, dan
dapat memilih intervensi yang sesuai strategi dan teknik. Untuk menunjang kemampuan dan
ketrampilan konselor perlu kepribadian yang empati.
B. Saran
Bisa memberikan keputusan yang tepat dan juga bisa memberikan saran yang baik kepada klien
supaya klien bisa menerima saran yang kita berikan dan bisa menajalan kan kehidupan
selanjutnya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumenmakalahku.blogspot.com/2015/05/kreativitas-konselor-dalam-
mengambil.html?m=1
https://core.ac.uk/download/pdf/288193205.pdf