Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KREATIVITAS KONSELOR

MATA KONSELING
Tentang
“Perubahan Perilaku Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan”

Dosen Pengajar :
Neni Fitra Hayati,SSiT.,M.Kes

Disusun Oleh :
Aditta Fagel Tri Pratama(206110641)

JURUSAN SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES PADANG
SEMESTER GENAP TINGKAT III
2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penyusun mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga Konseling yang berjudul
Kreativitas Konselor

Penyusun mengakui bahwa masih mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh
karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna, begitu pula dengan
makalah ini.
Oleh dari itu, penyusun bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca.Dengan
menyelesaikan makalah ini, penyusun mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan
diambil dari makalah ini.

Padang , 9 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
BAB I ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .............................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ......................................................... Error! Bookmark not defined.
C. Manfaat ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Posisi Kreativitas Dalam Proses Konseling .................. Error! Bookmark not defined.
B. Pengambilan Keputusan................................................ Error! Bookmark not defined.
C. Efektivitas Konselor Dalam Wawancara Konseling .... Error! Bookmark not defined.
D. Kasus Konseling Dalam Perubahan Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan .... Error!
Bookmark not defined.
BAB III .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan .................................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ............................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak telepas dari perkembangan


di negara asalnya Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan yang telah
menamatkan studinya di luar negeri Paman Sam itu dan kembali ke Indonesia dengan
membawa kosep-konsep bimbingan konseling yang barutidak dapat dibantah bahwa pakar
pendidikan itu telah menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustaka Amerika
Serikat. Khusus mengenai pandangan terhadap anak didik yaitu bahwa anak didik mempunyai
potensi untuk berkembang karena itu pendidikan harus memberikan situasi kondusif bagi
perkembangan potensi tersebut secara optimal. Potensi yang dimaksudkan adalah potensi yang
baik, yang Dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling disekolah-sekolah lebih banyak
menangani kasus-kasus siswa bermasalah dari pada perkembangan potensi siswa. Disamping
itu, konsep perkembangan optimal harus dalam keseimbangan perkembangan otak dan agama.
Karena itu aspek penting yakni agama harus mendapat tempat yang layak dalam bimbingan
dan konseling.

B. Rumusan Masalah

A. Bagaimana posisi kreativitas proses konseling.?

B. Bagaimana cara pengambilan keputusan.?

C. Bagaimana konselor dalam wawancara konseling.?

D. Apa contoh kasus konseling dalam perubahan masyarakat tentang masalah kesehatan.?

C. Manfaat

Manfaat dari konselor yaitu kita bisa menolong orang dalam mengahadapi masalah yang
sedang di hadapinya,kita bisa memberikan beberapa kreativitas tentang pada saat melakukan
konseling kepada kita.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Posisi Kreativitas dalam proses konseling

Suatu proses konseling ditentukan oleh kehadiran konselor dalam melakukan wawancara
konseling. Wawancara konseling adalah suatu kegiatan yang unik dan berbeda sama sekali dari
wawancara biasa misalnya oleh para wartawan.tugas konselor dalam hal ini adalah membantu
klien menciptakan alternative-alternatif baru untuk bertindak.mengenai kreativitas, beberapa
teori konseling menjelaskan sebagai berikut:

Psikodinamika dari Freud

Freud percaya bahwa mind (pikiran) terdiri dari tiga strata:

a. Conscious (kesadaran) berhubungan dengan dunia nyata: analitik dan perbuatan sebagai
suatu organizer (organisator) antara inner-self (dunia dalam) dan outer-self (dunia luar).

b. Unconscious (ketaksadaran) adalah tempat penyimpanan pemikiran-pemikiran logis,


irrasional, naluriah, reaksi-reasi emosional, dan semua pengalaman-pengalaman sejak lahir.

c. Preconcious (ambang sadar) tempat krusian dimana berada disini kreativitas. Ambang
sadar ini menyelidiki informasi-informasi yang relevan, menarik dan merangsang kedalam
dunia pikiran kesadaran, yang dapat digunakan dalam proses mengambil keputusan-keputusan
didunia kesadaran.

Teori Behavioral tentang Kreativitas

Dua tokoh behavioral yakni Reece dan Parnes (1975) mengembangkan program pelatihan
untuk pemecahan masalah secara kreatif. Walaupun kreatifitas adalah proses mistik yang
disediakan untuk unconscious, tapi disediakan 28 buku untuk melatih komponen-komponen
dari proses kreatif. Hasilnya adalah bahwa kreativitas tidak harus dianggap sebagi suatu berkah
yang aneh, akan tetapi yang jelas merupakan keterampilan yang dapat diajarkan.

Teori Psikologi Eksistensial-Humanistik

Carl Rogers (1975) mengemukakan teori pertumbuhan alamiah terhadap aktualisasi dan
pertumbuhan diri untuk mencapai perkembangan potensial diri yang optimal. Dari pandangan
ini, manusia pada dasarnya secara ilmiah adalah kreatif. Dan peran pelatih (guru) adalah
mendorong agar siswa secara spontan kreatif.

Konselor harus petama mendengarkan dengan aktif terhadap klien dan memperhatikan kata-
katanya dengan cermat dan tepat yang disampaikan klien dengan sadar.berdasarkan informasi
yang telah disampaikan klien, konselor kemudian memunculkan definisi-devinisi alternative
dari problem yang dikemukakan dan memberikan alternative-alternatuf solusi, membantu
memutuskan suatu cara tindakan klien, dan memunculkan alternatif interpretasi dari hasil yang
mungkinterhadap perilaku yang diharapkan.

B. Pengambilan Keputusan.

Menurut Siagian (dalam Hasan, 2002:10) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

Baron (1986: 69) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses terjadinya
identifikasi masalah, menetapkan tujuan pemecahan, pembuatan keputusan awal,
pengembangan dan penilaian alternatif-alternatif, serta pemilihan salah satu alternatif yang
kemudian dilaksanakan dan ditidaklanjuti.

Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


pengambilan keputusan merupakan satu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah.

Dasar-dasar pengambilan keputusan

Dasar-dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan bermacam-macam tergantung


permasalahannya. Oleh Terry (dalam Hasan, 2002:12), dasar-dasar pengambilan keputusan
yang berlaku adalah sebagai berikut:

a) Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subektif,
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan.
Kebaikannya antara lain sebagai berikut:

Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek.

Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan


kepuasan pada umumnya.

Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu
perlu dimanfaatkan dengan baik.

Kelemahannya antara lain sebagai berikut:

Keputusan yang hasilkan relatif kurang baik.


Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.

Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan sering kali diabaikan.

b) Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuaan praktis.
Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman,
seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin
sudah dapat menduga cara penyelesaiannya.

c) Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat menerima
keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

d) Wewenang
Pengambilan keputusan yang berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannnya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih
randah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang juga memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan antara lain sebagai berikut:

Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara


sukarela ataukah terpaksa.

Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Memiliki otentisitas (otentik).

Kelemahannya antara lain sebagai berikut:

Dapat menimbulkan sifat rutinitas.

Mengasosiasikan dengan praktek diktatorial.

Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan


kekaburan.

e) Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang diambil bersifat
objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tetentu,sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pada pengambilan keputusan yang rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai
berikut:

a) Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.


b) Orientasi masalah: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.

c) Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya

d) Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.

e) Hasil maksimal: pemilihan alteratif didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Menurut Millet (dalam Hasan, 2002: 16), faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:

1) Pria dan wanita

Pria umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat mengambil keputusan dan wanita pada
umumnya relatif lebih lambat dan sering ragu-ragu.

2) Peranan pengambil keputusan

Peranan bagi orang yang mengambil keputusan itu perlu diperhatikan, mencakup kemampuan
mengumpulkan informasi, kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan, kemampuan
menggunakan konsep yang cukup luas tentang perilaku manusia secara fisik untuk
memperkirakan perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik.

3) Keterbatasan kemampuan

Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan yang dapat
bersifat institusional ataupun bersifast pribadi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Baradell & Klein (1993: 63) menyatakan bahwa peristiwa-
peristiwa hidup yang tidak menyenangkan berhubungan dengan rendahnya kualitas
pengambilan keputusan. Selanjutnya dikatakan oleh Bandura & Jourden (1991: 24)
pengambilan keputusan dapat dipermudah atau dihambat oleh adanya efikasi diri. Sebuah
keputusan yang kreatif juga memerlukan inteligensi, dan untuk menjadi kreatif seseorang harus
belajar dan mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada bidang tertentu. Inteligensi ini
merujuk pada kemampuan analisis logis dan pemecahan masalah yang dapat membantu
menghasilkan keputusan yang berkualitas (Kolb dkk, 1984: 58). Meskipun demikian, tingkat
inteligensi yang tinggi dan pengetahuan yang cukup kadang-kadang belum menjamin
tercapainya prestasi yang kreatif karena masih ada faktor lain yang mungkin berpengaruh pada
terbentuknya keputusan kreatif.

Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan


Memilih dan mengambil keputusan merupakan dua tindakan yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan manusia. Tahapan individu dalam pengambilan keputusan melewati beberapa
tahapan, antara lain:

a) Situasi atau kondisi, dalam hal ini seseorang harus mempertimbangkan, berpikir,
menaksir, memilih dan memprediksi sesuatu (Matlin, 1998 dalam Kuntadi, 2004: 14). Matlin
(1998 dalam Kuntadi, 2004: 14), pada penjelasan berikutnya, juga menyatakan bahwa situasi
pengambilan keputusan yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu
pengambilan keputusan.

b) Tindakan, dalam hal ini individu mempertimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi,


dan menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada. Dalam tahap ini reaksi individu yang
satu dengan yang lain berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada
beberapa individu dapat segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan,
namun ada individu lain yang nampak mengalami kesulitan untuk menentukan sikap mereka.
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap penentuan keberhasilan dari suatu proses pengambilan
keputusan

Aspek-aspek dalam pengambilan keputusan

Adapun aspek internal tersebut antara lain :

a. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang
semakin mempermudah pengambilan keputusan.

b. Aspek kepribadian

Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan
keputusan.

Aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :

a. Kultur
Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan individu. Hal ini
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

b. Orang lain

Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh atau cara orang
lain (terutama orang dekat ) dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku
orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilkau
individu dalam mengambil keputusan.

Konsekuensi dalam pengambilan keputusan


Konsekuensi merupakan hasil atau dampak dari sejumlah tindakan yang diambil oleh pembuat
keputusan. Konsekuensi dari sebuah tindakan yang diharapkan akan terwujud oleh seseorang,
terutama sekali yang memberikan hasil positif terhadap pencapaian tujuan, disebut sebagai
manfaat (benefit). Manfaat merupakan konsekuensi yang akan dapat menghindari terwujudnya
resiko. Konsekuensi yang tidak masuk dalam perhitungan, karena dianggap bernilai kecil atau
tidak terlalu penting dalam analisis pencapaian tujuan, namun tetap memiliki pengaruh
terhadap pencapain tujuan kelompok atau orang lain diistilahkan sebagai spillover atau
externalities.

C. Efektivitas Konselor dalam Wawancara Konseling

Proses konseling yang mendalam dan efektif akan membantu klien untuk berkembang secara
optimal. Sebaliknya jika proses konseling berjalan tidak efektif dan kurang mendalam, maka
sudah dapat dipastikan akan gagal mencapai tujuan dan bahkan dapat merusak klien.

Konselor juga mempunyai kemampuan untuk melihat bagaimana keadaan klien saat ini, dan
dapat memilih intervensi yang sesuai strategi dan teknik. Untuk menunjang kemampuan dan
ketrampilan konselor perlu kepribadian yang empati.

Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa
dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan
dengan attending, karena tanpa perilaku attending tidak akan ada empati. Empati amat dekat
dengan dimensi-dimensi konselor lainnya, seperti :

1. Positive Regard (menghargai dengan positif)

Upaya untuk membantu klien agar dapat berubah, seorang klien harus percaya bahwa klien itu
dapat berubah. Agar klien berubah, seorang konselor harus memilih sikap positive regard yaitu
perhatian terseleksi terhadap aspek-aspek positif dari pada ucapan dan perilaku klien.

2. Respect dan Warmth (hormat dan hangat)

Konselor yang efektif selalu bisa hangat, senang, dan respek terhadap orang lain atau klien.
Adapun beberapa cara positif untuk mengkomunikasikan rasa hormat yaitu:

a. Dengan cara memperkaya (enhancing)

b. Dengan menghargai walaupun beda pendapat (apresiasi)

c. Warmth (rasa hangat)

Pada prinsipnya warmth berhubungan erat dengan empati. Warmth (rasa hangat) dapat
didefinisikan sebagai suatu sikap emosional terhadap klien, yang dinyatakan dengan cara
nonverbal dan didukung dengan verbal.

3. Concreteness (kekonkritan-bersikap konkrit)

Dalam hubungan konseling, sering klien datang dengan keluhan yang samar-samar (tidak
jelas), dan kadang-kadang bermakna ganda. Tugas konselor yang efektif adalah memperjelas
dan memahami ide-ide dan masalah yang samar-samar yang dikemukakan klien dengan cara
mengetahui secara konkrit atau spesifik apa yang telah terjadi dan yang terjadi dalam
kehidupan keseharian klien.

4. Konfrontasi

Konfrontasi didalam proses konseling didefinisikan yaitu: memumjukkan adanya perbedaan-


perbedaan antara sikap-sikap, pemikiran-pemikiran, atau perilaku-perilaku. Dalam teknik
konfrontasi klien dihadapkan langsung dengan fakta, dimana klien mungkin mengatakan lain
dari pada yang dia maksud.

5. Genuineness, Congruence, Authenticity (keaslian, jujur, otentik)

Dalam hubungan konseling, seorang konselor harus tampil asli, jujur, dan juga pribadi yang
terintegrasi. Dia juga bisa tampil bebas dan mendalam, dan sadar atas dirinya sendiri.

Proses wawancara konseling

1. Pembukaan

Diletakan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (walking relationship) yang
baik,yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling.

Hal- hal yang dilakukan konselor:

a. Membangun hubungan pribadi antara konselor dan konseli

b. Menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah.

c. Mengajak berbasa – basi sebentar.

d. Menjelaskan kekhususan dari wawancara konseling.

e. Mempersilahkan konseli untuk mengemukakan hal yang ingin dibicarakan.

2. Penjelasan masalah

Konseling mengemukakan pikiran dan perassaan yang berkaitan dengan hal yang ingin
dibicarakan.

Hal yang perlu dilakukan konselor:

a. Menerima ungkapan konseli apa adanya serta mendengarkan dengan penuh perhatian.

b. Menentukan jenis masalah dan pendekatan konseling yang sebaiknya diambil.

3. Penggalian Latar Belakang Masalah

Karena dalam proses kedua, konseling belum menyajikan gambaran lengkap mengenai
kedudukan massalah, diperlukan penjelasan, ungkapan, pikiran, perasaan yang lebih mendetail
dan mendalam supaya kedudukan masalah menjadi lebih jelas. Hal yang perlu dilakukan
konselor adalah menganalisis kasus sesuai dengan pendekatan konseling yang disiplin.

4. Menyelesaikan Masalah

Dalam fase analisis kasus di atas, konselor dan konseli membahas bagaimana mengatasi
masalah. Konseli ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan. Hal yang perlu dilakukan
konselor adalah berusaha agar dalam diri konseli terdapat p[erubahan dalam sikap dan
pandangan, juga merencanakan tindakan konkret untuk dilaksanakan sesudah proses konseling
selesai.

5. Penutup

Bilamana konseli telah merasa mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan bersama
dengan konselor, maka proses konseling berakhir.

Biasanya konselor mengambil inisiatif dalam memulai proses penutup ini yaitu

a. Memberikan ringkasan jalannya pembicaraan

b. Menegaskan kembali ketentuan atau putusan yang diambil

c. Memberikan semangat

d. Menawarkan bantuan jika kelak timbul persoalan baru

e. Berpisah dengan konseli.

D. Kasus Konseling Dalam Perubahan Perilaku Masyarakat Tentang Masalah


Kesehatan .

Pendekatan pada ODHA dengan memberikan konseling interpersonal adalah hal yang tepat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan psikologis meliputi aspek sosial, emosional dan
spiritual ODHA. Tujuan penelitian iniadalah melihat pengaruh konseling interpersonal
terhadap respon sosial, emosional dan spiritual pada pasien HIV/AIDS. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian non experiment dengan pendekatan crossectional. Sampel dalam
penelitian ini adalah orang pasca menjalani tes dan dinyatakan positif HIV di wilayah Kediri
yaitu sebanyak 32 dengan teknik purpossive sampling. Data respon sosial, emosional dan
spiritual didapatkan berdasarkan hasil rekap data dari instrumen berupa kuesioner. Hasil
penelitian dengan uji non parametrik Wilcoxon menunjukkan ada perbedaan antara respon
sosial pasien HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan konseling interpersonal dengan p-
value = 0,000, ada perbedaan antara respon emosional pasien HIV/AIDS sebelum diberikan
konseling interpersonal dan setelah diberikan konseling dengan p-value = 0,000, dan ada
perbedaan antara respon spiritual pada pasien HIV/AIDS sebelum diberikan konseling
interpersonal dan setelah diberikan konseling interpersonal dengan p value = 0,000. Konseling
interpersonal berpengaruh terhadap respon sosial, emosional dan spiritual pasien HIV/AIDS.
Disarankan bahwa pendampingan pasien HIV/AIDS melalui konseling interpersonal dapat
terus dilakukan sehingga dapat meningkatkan respon fisiologis yang berpengaruh terhadap
prognosis penyakit, pencegahan infeksi oportunistik dan menurunkan angka mortalitas pasien
HIV/AIDS.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada beberapa kreativitas tentang konselor yaitu seperti adanya posisi kreativitas dalam
proses kenseling antara konselor dan klien. Di sana konselor juga bisa mengambil keputusan
tentang apa yang di ceritkan klien kepada konselor konselor harus bisa memberikan
efektivitasnya konselor dalam wawancara konseling. Proses konseling yang mendalam dan
efektif dan membantu klien untuk bertambah secara optimal.

Konselor juga mempunyai kemampuan untuk melihat bagaimana keadaan klien saat ini, dan
dapat memilih intervensi yang sesuai strategi dan teknik. Untuk menunjang kemampuan dan
ketrampilan konselor perlu kepribadian yang empati.

B. Saran

Bisa memberikan keputusan yang tepat dan juga bisa memberikan saran yang baik kepada klien
supaya klien bisa menerima saran yang kita berikan dan bisa menajalan kan kehidupan
selanjutnya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumenmakalahku.blogspot.com/2015/05/kreativitas-konselor-dalam-
mengambil.html?m=1

https://core.ac.uk/download/pdf/288193205.pdf

Anda mungkin juga menyukai