Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


HARGA DIRI RENDAH

DOSEN PENANGGUNG JAWAB:


Triyana Harlia Putri, S.Kep., Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH:

Ade Mohammad Hellis Faturrahman

I1032191001

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022/2023
A. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, rendah diri, yang
menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Febrina, 2018).
Harga diri rendah merupakan perasaan over negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikan secara langsung maupun
secara tidak langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. (Wijayati,
2020)
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam
kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan
dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan
interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresisehingga perasaan negatif
mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan
gangguan harga diri (Wandono, 2017).

B. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang menurut
(Muhith, 2015)
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi
 Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk
mencintaui orang lain.
 Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang
terdekat sering mengkritik sering merevidasikan individu.
b. Ideal Diri
 Individu selalu dituntut untuk berhasil.
 Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
 Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri Rendah menurut
(Pardede, Keliat, & Yulia 2020):
 Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa
malu dan rendah diri.
 Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan,
bencana alam dalam perampokan.

C. Diagnosa Medis
1. Skizofrenia
2. Depresi Berat
3. Bipolar
4. Gangguan jiwa lainnya

D. Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut (Keliat, 2018), yaitu:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
4. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan hidup yang pesimis
5. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap dan penolakan terhadap kemampuan sendiri

E. Tujuan Asuhan Keperawatan


1. Kognitif, klien mampu:
a. Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
b. Menilai aspek positif dan kemampuan yang dapat dilakukan.
c. Memilih aspek positif dan kemampuan yang ingin dilakukan.
2. Psikomotor, klien mampu:
a. Melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih.
b. Berperilaku aktif.
c. Menceritakan keberhasilan pada orang lain.
3. Afektif, klien mampu:
a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan.
b. Menghargai kemampuan diri (bangga).
c. Meningkatkan harga diri.

F. Tindakan Keperawatan Ners untuk Individu


1. Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan masih dimiliki klien.
2. Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dimilik dan dapat
digunakan/dilakukan.
3. Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang akan dilatih
4. Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan motivasi yang positif.
5. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik.
6. Bantu klien membuat jadwal latihan untuk membudayakan.

G. Tindakan Keperawatan Ners untuk Keluarga


1. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah yang dialami klien
3. Mendiskusikan cara merawat harga diri rendah dan memutuskan cara merawat yang
sesuai dengan kondisi pasien
4. Melatih keluarga merawat harga diri rendah klien
5. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana lingung yang nyaman:
mengurangi kritik, memfasilitasi keberhasilan, dan menberi pujian.
. SP KOMUNIKASI (RENCANA KOMUNIKASI TERAPEUTIK)
Proses Keperawatan
Kondisi klien :Klien merasa malu dan tidak memiliki kemampuan sehingga ia
lebih senang sendiri.
Diagnosis Keperawatan : Harga diri rendah kronik
Tujuan :
- Mengembangkan hubungan saling percaya dengan klien
- Membantu klien mengembangkan aspek positif dan kemampuan
Tindakan Keperawatan : Diskusi mengenai aspek positif dan kemampuan klien
1. Fase Orientasi
1.1 Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak, perkenalkan saya perawat Ihsan yang bertugas di yang bertugas di
ruangan ini dari jam 07.00 sampai dengan jam 14.00 nanti”
1.2 Evaluasi
“Apa kabar? Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Saya lihat Bapak kurang bersemangat.
Sudah berapa lama bapak tidak keluar rumah”
1.3 Validasi
“Apa upaya yang telah bapak lakukan?”
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan tujuan
“Iya pak, sesuai dengan janji sebelumnya saya datang untuk membantu
mediskusikan kemampuan dan kelebihan yang bapak miliki untuk dilatih sehingga
bapak tidak perlu merasa pesimis”
1.4.2 Waktu
“Kontrak waktu nya selama 5-15 menit ya pak. Sebelumnya apakah bapak siap dan
bersedia?”
1.4.3 Tempat
“Tempatnya di ruang ini saja ya pak”
2. Fase Kerja
2.1 Pengkajian
2.1.1 Penyebab
“Apa yang terjadi sehingga bapak malu dan lebih suka menyendiri?”
2.1.2 Tanda dan Gejala
“Apa yang bapak rasakan akibat dari kejadian tersebut?
2.1.3 Akibat
“Apa yang bapak rasakan ketika menyendiri?”
2.2 Diagnosis
“Jika bapak merasa sangat malu maka akan menyebabkan bapak lebih suka menyendiri.
Apakah bapak mau bangkit kembali dengan mengembangkan kemampuan dan aspek
positif yang bapak miliki?”
2.3 Tindakan
1. “Oke pak, karena bapak bersedia untuk memilih kemampuan yang akan dilatih maka
bapak bisa duduk senyaman mungkin ya pak.”
2. “Baik pak, coba jelaskan kenapa bapak merasa pesimis atau kurang percaya diri.”
3. “Iya pak, saya paham bagaimana yang bapak rasakan namun menurut saya setiap
orang pasti memiliki kelebihan yang berbeda, apakah bapak memiliki suatu hobi
yang membuat bapak senang?”
4. “Bagus sekali pak, jadi bapak suka menggambar ya pak? kalau bapak rajin berlatih
pasti hasill gambar bapak akan disukai banyak orang.”
5. “Baik pak, bapak sangat beruntung karena diberikan bakat menggambar yang tidak
semua orang bisa, keluarga bapak pasti bangga melihat bapak. Saya yakin bapak
pasti bisa, selalu optimis ya pak.”
1. Fase Terminasi :
“Baik pak, sudah selesai. Terimakasih atas kerja sama nya yang baik”
3.1 Evaluasi subjektif :
“Iya pak, bagaimana perasaan sekarang? Apakah perasaan bapak terasa lebih nyaman?”
3.2 Evaluasi objektif :
“Coba bapak jelaskan bagaimana masalah terjadi?”
“Saya senang melihat bapak bersemangat melakukan hobi bapak”
3.3 Rencana Tindak Lanjut :
“Mulai sekarang bapak harus lebih percaya diri atas apa yang bapak punya sebab pada
dasarnya setiap orang memiliki bakat masing-masing, bapak hanya perlu lebih giat
berlatih untuk mengembangkan bakat bapak. Oleh karena itu, bapak bisa menuliskan
rencana Latihan seminggu kedepan”
3.4 Kontrak yang Akan Datang:
“Baik pak, saya ijin pamit ke ruang perawat dulu, besok saya akan kembali untuk
memeriksa rencana Latihan bapak. Terimakasih”
3.5 Salam :
“Semoga cepat sembuh pak”

DAFTAR PUSTAKA

Harga Diri Rendah Pasien Gang- guan Jiwa. Jurnal Poltekkes. Hal
224-235.

Keliat, B. A., & Akemat. (2014). Keperawatan jiwa: Terapi aktivitas


kelompok. Cetakan 2016, (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Keliat, B. A. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran ECG.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan


Aplikasi). Yogyakarta: Andi.

Wijayati, F; et.al. 2020. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Harga Diri Rendah Gangguan Jiwa. Jurnal
Poltekkes. Hal 224-235
Harga Diri Rendah Pasien Gang- guan Jiwa. Jurnal Poltekkes. Hal
224-235.

Anda mungkin juga menyukai