Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

1
Rumusan Masalah

Tujuan Penulis

2
BAB II

PEMBAHASAN

Definisi

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).

Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga
diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.
Hal ini sesuai dengan pendatap Barbara Kozier,2003:845.

harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).

Etiologi

Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
Faktor presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.

3
Pohon Masalah

Risiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif

Traumatik Tumbuh Kembang

Tanda-Tanda

a. Mengejek dan mengkritik diri.


b. Merasa bersalah dan khawatir.
c. Menghukum atau menolak diri sendiri.
d. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, penggunaan zat, dll.
e. Menunda keputusan.
f. Sulit bergaul.
g. Perasaan tidak mampu.
h. Melukai orang lain.
i. Berpakaian tidak rapi.
j. Berkurang selera makan.

4
Rentang Respon

Respon adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri konsep diri harga diri rendah keracuan identitas depersonalisasi

Masalah Keperawatan

1. Harga diri rendah kronis.


2. Koping individu tidak efektif.
3. Isolasi sosial.
4. Perubahan persepsi Sensori : Halusinasi
5. Risti Perilaku Kekerasan

Tindakan Keperawatan

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek poditif yang masih dimiliki klien,


dengan cara mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan
dan aspek positif seperti kegiatan pasien dirumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat klien.
2. Beri pujian yang realistik atau nyata dan hindarkan penilaian negatif setiap kali
bertemu dengan klien.
3. Membantu klien menilainkemampuan yang dpat digunakan saat ini.
4. Menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan klien.
5. Perlihatkan respon yang positif dan menjadi pendengar yang aktif.

5
Tindakan Dan Peran Keluarga Dalam Meningkatkan Harga Diri Klien

1. Meningkatkan harga diri klien.


2. Menjalin hubungan saling percaya.
3. Memberi kegiatan sesuai kemampuan klien.
4. Meningkatkan kontak dengan orang lain.
5. Menggali kekuatan klien.
6. Dorongan mengungkapkan pikiran dan perasaanya.
7. Bantu melihat prestasi dan kemampuan.
8. Bantu mengenal harapan.
9. Mengevaluasi diri
10. Menetapkan tujuan yang nyata.

Contoh Aplikasi Komunikasi Terapeutik pada SP Klien

SP 1 pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dialtih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian.

Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T
lakukan di rumah sakit. Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk
kita latih.”
“Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 20 menit?”

6
Kerja
“T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan
merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki!”
“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit? (mis.ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan
yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini!”
“Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini. baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur
T! Coba lihat, sudah rapikah temapt tidurnya?”
“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.
Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus!
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut! Bagus!”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!”
“Coba T lakukan dan jangan lupa member tanda di kertas daftar kegiatan, tulis
M (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau T melakukan
dengan dibantu, dan tulis T (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat member
kertas berisi daftar kegiatan harian).”

Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap, dan latihan merapikan
tempat tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah T
praktikkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang. Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau

7
berapa kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam
berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore.”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur?
Ya bagus, cuci piring… kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam
8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!”

8
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta
: EGC

10

Anda mungkin juga menyukai