Anda di halaman 1dari 21

KASUS Suster Hera melakukan visite di ruangan pasien. Di ruangan suster menemukan seorang klien yaitu Ny.

W sedang tiduran di atas tempat tidurnya, klien tampak kotor, kuku paniang dan kotorr, rarnbut kotor dan herketombe, acak-acakan, badan bau, gigi kuning, kulit berdaki dan kotor, baju tidak pernah diganti, BAB dan BAK sembarangan, makan tidak pada tempatnya. Klien mengatakan malas berdandan, malas mandi karena airnya dingin, mengatakan ingin disuapi bila makan, mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya saat BAB / BAK. Setelah dikaji lebih jauh klien sebelumnya pernah rnengalami stress yang cukup berat yaitu ditinggal suami menikah lagi (3 tahun yang lalu) sehingga sejak saat itu klien merasa bahwa dirinya orang yang tidak dicintai, ditolak oleh suami, merasa tidak berguna karena tidak mampu membahagiakan suaminya sehingga suaminya menikah lagi. 1. Masalah utama adalah : Harga Diri Rendah Kronis 2. Diangnosa Keperawatan yang didapat dari kasus diatas adalah : a. Pohon Masalah (sumber: Aris R., dkk, 2008)

Defisit Perawatan Diri

Gangguan interaksi sosial: menarik diri

Efek

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Core Problem

Koping individu tidak efektif

Causa

b. Diagnosa Keperawatan: 1) Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah 2) Gangguan interaksi sosial : menarik diri 3) Koping individu tidak efektif 4) Defisit Perawatan diri 3. Rencana Tindakan Keperawatan NO 1 DIAGNOSA Gangguan konsep diri: harga diri rendah TUJUAN TUM: klien memiliki konsep diri yang positif TUK: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimilki.

Klien dapat menilai kempuan yang dimiliki untuk dilaksanakan

Setelah beberapa kali Bina hubungan saling interaksi, klien percaya dengan menunjukkan ekspresi menggunakan prinsip wajah bersahabat, rasa kounikasi terapeutik senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, menjawab salam, dan mau duduk berdampingan dengan perawat. Setelah beberapa kali 1. Diskusikan dengan interaksi klien klien tentang: menyebutkan: aspek positif klien, aspek positif dan keluarga dan kemampuan yang lingkungan dimilik klien kemampuan yang aspek positif keluarga dimiliki klien 2. Beri pujian yang aspek positif realistis, hindari lingkungan klien memberi penilaian yang negatif. Setlah beberapa kali 1. Diskusikan dengan interaksi klien dapat klien kemapuan menyebutkan kemampuan yang dapat yang dapat dilaksanakan. dilaksanakannya. 2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan.

Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Setelah beberapa kali interaksi membuat rencana kegiatan harian

1. Tingkatkan kegiatan sesuai sesuai kondisi klien 2. berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan klien.

Resiko isolasi sosial: menarik diri

TUM: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain TUK: klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah beberapa kali interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada / terhadap perawat: wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, menceritakan masalahnya dan bersedia mengungkapkan masalahnya

Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri

Setelah beberapa kali interaksi klien menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari: diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Bina hubungan saling percaya dengan: beri salam setiap interaksi perkenalkan nama, nama panggilan perwat dan tujuan berkenalan tanyakan dan panggil nama kesukaan klien tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi 1. Tanyakan pada klien tentang: orang yang tinggal serumah / teman sekamar klien orang yang paling dekat dengan klien di rumah/diruang perawatan apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut 2. Diskusikan dengan klien penyebab

3.

Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri.

Setelah beberapa kali interaksi dengan klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya: banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi, saling menolong dan kerugian menarik diri, misalnya: sendiri, kesepian dan tidak bisa diskusi.

1.

2.

3.

menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan persaannya. Tanyakan pada klien tentang: manfaat hubungan sosial kerugian menarik diri Diskusikan bersama klien tentang manfaat hubungan sosial dan kerugian menarik diri. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

3. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan MASALAH KEPERAWATAN Harga Diri Rendah TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN SP I 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien. 4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih. TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK KELUARGA SP I 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. 2. Menjelaskan pengertian HDR,tanda dan gejala serta proses terjadinya HDR. 3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan HDR.

5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien. 6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. SP II 1. Menevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih kemampuan kedua. 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. SP II Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan HDR.

SP III Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien HDR. SP IV 1. Membantu keluarga dalam membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang. Strategi Komunikasi Dalam Keperawatan a. Tahap Orientasi 1) Memberi Salam Selamat pagi Ibu, saya mahasiswa yang akan merawat Ibu, nama saya R, nama Ibu siapa? 2) Memvalidasi dan Mengevaluasi keadaan pasien Coba Ibu ceritakan perasaan hari ini! Adakah hal yang terjadi selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan. Apa keluhan Ibu hari ini?

3) Menyepakati kontrak atau Pertemuan a) Topik / Tindakan / Kegiatan Sesuai janji kita yang lalu kita akan bertemu hari ini jam 09.00 untuk membicarakan masalah yang Ibu hadapi sekarang b) Tempat mau duduk dimana? Bagaimana kalau kita duduk disana? c) Waktu Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit? b. Tahap Kerja 1) Apa masalah yang bapa hadapi sekarang? 2) Apakah bapa sudah mendiskusikan masalah ini kepada keluarga dan orang terdekat bapa 3) Bagaiman kalau kita belajar cara menghadapi masalah yang bapa hadapi sekarang 4) Bagaimana kalau bapa meminta tolong kepada orang terdekat bapa jika bapa merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapi masalah ini c. Tahap Terminasi 1) Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan bapa setelah latihan tadi? Evaluasi objektif: Coba bapa sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan tadi! Bapa telah bagus melaksanakannya 2) Tindak Lanjut Klien Bagaimana kalau nanti Ibu menceritakan lagi tentang perasaan Ibu? Kapan kita dapat bercakap-cakap lagi? 3) Kontrak yang akan datang Waktu: Kapan kita bertemu lagi? Bagaimana kalau 3 hari lagi?

Topik: Bagaimana kalau nanti kita bicara tentang cara meningkatkan rasa percaya diri Ibu? Tempat: Dimana tempatnya? Bagaimana kita bertemu nanti disini lagi. Sampai jumpa Terimakasih

Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah 1. Pengertian Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui tentang diri dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart, et al. 1998: 319). Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan, serta keinginannya. Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, intelektual, dan penguasaan lingkungan. Konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif. Rentang respon konsep diri (Stuart, et al. 1998:320) Adaptif Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Maladaptif Keracunan identitas Depersonalisasi

Skema Rentang Respon Konsep Diri (sumber: Stuart, et al, 1988) Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam buku Nur Fajariyah (2012: 7) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif: a. Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima. b. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif. d. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.

e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Komponen konsep diri terdiri dari 5 bagian, yaitu: a. Gambaran diri (body image) Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar yang mencakup persepsi, perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, serta potensi tubuh saat ini dan masa lalu. b. Ideal diri (self ideal) Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai standar pribadi (aspirasi, cita-cita, nilai atau seseorang yang diinginkan). c. Identitas (identity) Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu-kesatuan yang utuh. d. Peran (role performance) Pola sikap, prilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. e. Harga diri (self esteem) Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Jadi pengertian harga diri rendah adalah sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak berguna, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa (Direktorat Kesehatan Jiwa DepKes RI, 1992). 2. Etiologi Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan balik positif, perasaan ditolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan ketidakberdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego, faktor-faktor pribadi atau situasi seperti disfungsi sistem keluarga atau tidak adanya dukungan sosial. a. Faktor predisposisi Adapun faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan harga diri rendah adalah (Stuart, et al. 1995, dikutip oleh Keliat):

1)

Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan seperti: a) b) Hambatan perkembangan otak khususnya korteks frontal, temporal, dan limbik (sistem kesadaran dan emosi). Pertumbuhan dan perkembangan individu. Psikologis Keluarga, pengasuh, dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.

2)

3)

Sosial budaya Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, dan kerawanan), kehidupan terisolasi disertai stres yang menumpuk.

Jadi faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah, yaitu: 1) 2) 3) 4) b. Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada gangguan konsep diri. Anak yang tidak menerima kasih sayang. Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri. Penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. Faktor presipitasi Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah, diantaranya adalah situasi atau stressor yang dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri contohnya adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, seperti: 1) Pola asuhan anak yang tidak tepat (dituruti, dilarang, dituntut). 2) Kesalahan dan kegagalan berulang kali. 3) Cita-cita yang tidak dapat dicapai. 4) Gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

3.

Patofisiologi Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain, individu yang mempunyai ketergantungan berlebihan pada orang lain, dan kemudian dimunculkan dalam bentuk perilaku (Stuart, et al, 1998). Perilaku biasanya ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah adalah kritik terhadap diri sendiri/orang lain, produktivitas menurun, destruksi pada orang lain, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri sendiri, ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut. Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk mengarah pada kasus skizofrenia dan depresi. Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural akibat menurunnya stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya, serta koping keluarga dalam menghadapi situasi yang dialami klien.

4.

Jenis Harga Diri Rendah Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah menurut Keliat (1998:24) dapat terjadi secara: a. Situasional Yaitu trauma yang terjadi tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicederai, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dan perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena: 1) Privacy kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal). 2) 3) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak dihargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b.

Kronis Yaitu perasaan negatif terhadap diri yang telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat klien mempunyai cara berpikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

5.

Mekanisme Koping Mekanisme koping gangguan konsep diri: harga diri rendah dibagi menjadi 2, yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang. a. 1) 2) 3) diri. 4) b. Aktivitas yang memberi arti terhadap kehidupan. Jangka panjang Mekanisme pertahanan diri (ego oriental reaction) yang bervariasi untuk melindungi diri yang sering digunakan untuk fantasi, disosiasi, proyeksi, dan mengisar. Jangka pendek Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep

6.

Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang dapat dikaji atau karakteristik perilaku yang terjadi pada klien dan masalah utama harga diri rendah menurut Direktorat Kesehatan Jiwa DepKes RI (1998:35) adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Perasaan negatif terhadap diri sendiri. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna, dan tidak mampu. Mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan tubuhnya. Mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya. Menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas. Kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain. Destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri. Pembicaraan kacau. Mengungkapkan adanya ketegangan peran. Mudah tersinggung dan mudah marah. Produktivitas menurun.

l. m. n. o. p. 7.

Pandangan hidup yang ekstrim. Penolakan terhadap diri sendiri. Mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan. Merasa tidak adekuat. Keluhan fisik dan penyalahgunaan zat. Penatalaksanaan Usaha pertama yang dilakukan adalah membina hubungan rasa percaya.

Apabila sudah didapatkan kontak mata, maka lakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Bimbingan yang diberikan haruslah bimbingan yang baik seperti bekerja secara sederhana di rumah atau di luar rumah. Bantu klien memperluas kesadaran dirinya, kemudian bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya. Bantu untuk mengevaluasi diri, membuat rencana tujuan yang realistik, kemudian bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan. Meski klien sudah sembuh atau boleh pulang ke rumah, metode farmakologi atau pengobatan tidak boleh putus. Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi: a. b. Farmakologi. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya adalah memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah. c. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah 1. Pengkajian Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi: a. 1) Identitas klien Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan. 2) 3) b. Usia dan nomor rekam medik. Perawat menuliskan sumber data yang didapat. Keluhan utama/alasan masuk Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai. c. Faktor predisposisi Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan oleh pengalaman masa kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri, orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian seperti gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain. d. Faktor presipitasi Disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan tidak mampu menyelesaikannya, seperti: 1) a) b) c) d) Stressor yang mempengaruhi gambaran diri hilangnya bagian tubuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,

e) f) 2) a) b) c) e. 1) 2) 3) 4)

proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan terapi. Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri penolakan dan kurangnya penghargaan dari orang tua, dan orang yang berarti. pola asuh yang tidak tepat. kegagalan dan kesalahan berulang.

Mekanisme koping Mekanisme koping yang digunakan dalam jangka pendek yaitu: Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti. Aktivitas yang memberi atau dukungan sementara terhadap konsep diri. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan. Mekanisme yang digunakan dalam jangka panjang yaitu penyesuaian atau penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego, identitas, dan keunikan individu. Selanjutnya dapat menggunakan Ego Oriented Reaction yang bervariasi untuk melindungi diri. Ragam Ego Oriented Reaction atau mekanisme pertahanan diri yang sering dipakai adalah fantasi, isolasi, proyeksi. Dalam keadaan semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian seperti: penyalahgunaan zat, psikologis/neurosis, dan bunuh diri.

2. Pohon Masalah Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Perilaku kekerasan Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran Tidak efektifnya penatalaksanaan regiment terapeutik Defisit perawatan diri

Komunikasi verbal

Gangguan interaksi sosial: menarik diri

Menurunnya motivasi perawatan diri

Koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Gangguan konsep diri: harga diri rendah ( cp )

Gangguan proses pikir: waham

Koping individu tidak efektif

Berduka disfungsional

Pohon Masalah Harga Diri Rendah (sumber: Aris R., dkk, 2008)

3. Diagnosa Keperawatan Masalah keperawatan yang mungkin dapat disimpulkan dari hasil pengkajian (Keliat, 1998) adalah: a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik. b. Keputusasaan. c. Isolasi sosial: menarik diri. d. Resiko perilaku kekerasan. e. Ketidakberdayaan. f. Gangguan citra tubuh. g. Perubahan penampilan peran. h. Ideal diri tidak realistis.

i.

Gangguan identitas personal.

4. Perencanaan Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek utama, yaitu: a. Tujuan umum Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa, tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus dapat dicapai. b. Tujuan khusus Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai, dan kemampuan efektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah. c. Rencana tindakan keperawatan Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus. Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan perawat mandiri, kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya. Adapun rencana tindakan keperawatan menurut Gail W.S. (1998) yaitu: 1) Psikoterapeutik a) Bina hubungan saling percaya (1) (2) (3) (4) b) (1) Kenalkan nama dan waktu kerja perawat pada klien. Jelaskan pada klien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa yang dikatakannya. Nyatakan kesediaan perawat membantu klien. Dengarkan dengan penuh perhatian dan minat setiap pernyataan klien. Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dirasakan seperti hubungannya dengan orang lain, pekerjaan, urusan rumah tangga, sekolah, dan sebagainya. (2) Tanyakan kepada klien tentang kejadian yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan keyakinannya.

Bantu klien memperluas kesadaran dirinya

(3) c) (1) (2) (3) d)

Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebatnya. Anjurkan klien menyebutkan dan menuliskan minimal lima kelebihan kekuatan yang dimilikinya. Dukung pernyataan klien tentang kelebihan kekuatan yang telah disebut oleh klien. Bicarakan dengan klien kekurangan/kelemahan yang dimilikinya, serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Membantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya

Bantu klien mengevaluasi diri (1) (2) (3) Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah diraih. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami, sebab-sebab kegagalan, cara mengatasinya, serta respon klien terhadap kegagalan tersebut. Jelaskan pada klien bahwa yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa mendatang.

e)

Bantu klien membuat rencana yang realistik (1) (2) (3) Tanyakan kepada klien tujuan keberhasilan yang ingin dicapai. Bantu klien memilih tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai. Bicarakan dengan klien konsekuensi dari tujuan yang telah dipilih dengan memberi contoh bermain peran dan mendemonstrasikan kembali.

f)

Bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan (1) (2) (3) (4) Beri klien kesempatan untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih. Tunjukkan keberhasilan yang telah dicapai dengan memberi penghargaan yang sesuai. Ikut sertakan klien dalam aktivitas kelompok. Beri dukungan positif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien.

2)

Pendidikan kesehatan a) b) c) Anjurkan klien untuk mengikuti latihan keterampilan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya. Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungan dengan tiap anggota keluarga.

d) e)

Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan anggota keluarga lain. Beri informasi kepada keluarga cara merawat klien dengan harga diri rendah, mengenai: (1) (2) (3) karakteritik harga diri rendah, cara merawat klien, dan sistem rujukan dan fasilitas.

3)

Kehidupan sehari-hari a) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan (1) (2) (3) (4) b) (1) (2) (3) (4) Jelaskan pada klien bahwa makan dan minum yang cukup penting untuk kesehatannya. Jelaskan bahwa kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Sajikan makanan secara menarik. Pantau berat badan klien secara teratur. Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan minimal. Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai. Beri kegiatan kepada klien secara bertahap. Bimbing klien melakukan asuhan mandiri.

Bantu klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya

4)

Lingkungan terapeutik a) Lingkungan fisik (1) (2) Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindarkan alat-alat yang bisa digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain. Tata ruangan secara mekanik seperti: tempelkan poster-poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik ceria, dan acara televisi berupa film komedi yang lucu. (3) b) Beri kesempatan kepada klien untuk merawat dan menyimpan barangbarang milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar khusus. Lingkungan sosial (1) (2) Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan tindakan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak klien). Terima klien apa adanya dengan tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek atau merendahkan.

(3) (4)

Anjurkan keluarga agar menerima klien sebagaimana mestinya. Jelaskan pada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan.

5. Evaluasi Evaluasi menurut Stuart (1998) yaitu: a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah menurun dalam sifat, jumlah, dan asal atau waktu? b. Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan persetujuan diri yang lebih besar? c. Apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara adekuat? d. Apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan eksplorasi serta evaluasi diri? e. Apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif ?

DAFTAR PUSTAKA

Aris R, dkk. 2008. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSUD Dr. Amino Gondotomo. Carpenito, Lynda Juall, 1997, Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice, 7 th edition, New York: Lippincott. -------, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah . Jakarta: TIM. Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Keliat, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Jakarta: PT. Fajar Interpratama. Stuart, et. al, 1997, Principles Practice of Psychiatric Nursing, 6 th edition, St Louis Mosby Year. Stuart, Gail W. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Townsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai