Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI APLIKASI DAN PENGUKURAN

TENTANG MEMAHAMI PROSEDUR ANALISIS AITEM SKALA PSIKOLOGI,


RELIABILITAS SKALA, DAN PROSES SELEKSI AITEM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Dalam Mata Kuliah Teori Aplikasi Dan Pengukuran

DOSEN PENGAMPU:

Antos Riady, S.Psi.,M.A.

OLEH KELOMPOK 9:

FEBBI ANGGRAINI 2030306020


GHINI FREJULIA 2030306021
MELLYSA KISTIAND 2030306033
ALDI FEBRIANTO 2030306003

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM (A)

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada pemakalah sehingga pemakalah dapat menyusun makalah guna
untuk memenuhi tugas mata kuliah teori dan aplikasi pengukuran ini dapat selesai sesuai
dengan yang diharapkan. Salawat dan salah selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW
dan semoga kita selalu berpegang teguh kepada sunnah-Nya Aamiin.

Dalam penulisan makalah ini pemakalah menguccapkan terimakasih kepada dosen


pengampuh bapak Antos Riady, S.Psi.,M.A. yang telah memberikan arahan, silabus
perkuliahan serta teman teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. pemakalah
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini. akhir kata pemakalah ucapkan terimakasih.

Batusangkar, 20 november 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ iv
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................... iv
B. Rumusan Masalah. .................................................................................................................. iv
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................................... iv
BAB II .................................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 1
A. Estimasi Reliabilitas ................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Analisis Daya Deskriminasi Aitem ........................................... Error! Bookmark not defined.
C. Cara Memilih Analisis Aitem .................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP.............................................................................................................................................. 9
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 9
B. SARAN ....................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara umum, penskalaan merupakan suatu prosedur penempatan atau
pemberian nilai (kuantifikasi) suatu karakteristik objek amatan dengan suatu bilangan
yang berasal dari suatu kontinum tertentu. penskalaan merupakan suatu prosedur
psikologi untuk penempatan atribut atau karakteristik objek pada titik titik tertentu di
sepanjang suatu kontinum dan menyatakannya secara kuantitatif. dengan diketahuinya
letak atau posisi atribut pada kontinum secara kuantitatif maka diketahui pula jarak
antara satu atribut dengan yang lainnya. pada gilirannya, diketahui pula jarak
kuantitatif perbedaan individual pada atribut yang bersangkutan.
Salah-satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel (reliable),
yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran kecil.
Reliabilitas fungsi ukur skala diestimasi melalui komputasi dua macam statistik, yaitu
koefisien reliabilitas (rxx) dan eror standar dalam pengukuran (se). Komputasi kedua
statistik tersebut dapat dilakukan bilamana aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur
analisis aitem telah dikompilasikan menjadi satu. Kumpulan aitem- aitem ini
merupakan kompilasi pertama skala yang masih sangat mungkin akan mengalami
perubahan setelah komputasi koefisien reliabilitas dilakukan.

B. Rumusan Masalah.
1. menjelaskan mengeai metode interval tampak setara?
2. menjelaskan mengenai metode rating yang dijumlahkan?
3. menejalskan mengenai penskalaan subjek?

C. Tujuan Masalah
1. untuk mengetahui mengeai metode interval tampak setara
2. untuk mengetahui mengeai metode rating yang dijumlahkan
3. untuk mengetahui mengenai penskalaan subjek

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Estimasi Reliabilitas

Salah-satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel (reliable), yaitu
mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran kecil. Reliabilitas fungsi
ukur skala diestimasi melalui komputasi dua macam statistik, yaitu koefisien reliabilitas (rxx)
dan eror standar dalam pengukuran (se). Komputasi kedua statistik tersebut dapat dilakukan
bilamana aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasikan
menjadi satu. Kumpulan aitem- aitem ini merupakan kompilasi pertama skala yang masih
sangat mungkin akan mengalami perubahan setelah komputasi koefisien reliabilitas
dilakukan. Pada tahapan ini, data jawaban respon yang dihasilkan dari pelaksanaan field-test
(data empirik) digunakan untuk penghitungan koefisien reliabilitas pertama kali. Dikarenakan
estimasi reliabilitas dan validitas hasil ukur merupakan proses yang terus-menerus dilakukan
selama skala masih digunakan maka pada tahap-tahap berikutnya komputasi koefisien
reliabilitas dan koefisien validitas dilakukan terhadap data hasil pengukuran.

Pengertian reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur,


yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran. Pengukuran dikatakan
tidak cermat bila eror pengukurannya terjadi secara random. Antara skor individu bervariasi
sehingga perbedaan skor yang diperoleh lebih banyak yang satu dengan yang lain terjadi eror
yang tidak konsisten dan Implikasinya, pengukuran yang tidak cermat berarti juga tidak
ditentukan oleh eror, bukan oleh perbedaan yang sebenarnya, konsisten dari waktu ke waktu.
Koefisien reliabilitas (xx) berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Sekalipun
bila koefisien reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin
reliabel, namun dalam kenyataan pengukuran psikologi koefisien sempurna yang mencapai
angka x = 1,00 belum pernah dijumpai.

Nilai Keterangan
r11<0,20 Sangat rendah
0.20-0,40 Rendah
0,40-0,70 Sedang
0,70-0,90 Tinggi
0,90-1,00 Sangat tinggi

Berikut adalah beberapa prosedur estimasi reliabilitas dan cara-cara penghitungan


koefisiennya yang biasa digunakan dalam pengembangan skala-skala psikologi.

1. Pendekatan Tes-Ulang
Pendekatan tes-ulang (test-retest) adalah salah-satu metoda yang sering digunakan
dalam mengestimasi reliabilitas. Dalam metoda ini dilakukan dua kali penyajian skala pada
1
sekelompok subjek dengan memberikan tenggang waktu yang cukup di antara kedua
penyajian tersebut. Dengan dua kali penyajian maka akan diperoleh dua distribusi skor skala
dari satu kelompok subjek. Komputasi koefisien korelaşi di antara kedua distribusi skor
kelompok tersebut akan menghasilkan koefisien reliabilitas

2. Efek bawaan
Dalam komputasi koefisien reliabilitas dengan pendekatan tes-ulang ini harus
diperhatikan kemungkinan adanya perubahan kondisi subjek sejalan dengan berbedanya
waktu di antara kedua penyajian skala. Perubahan kondisi subjek yang terjadi hanya pada
sebagian responden saja aiau perubahan yang terjadi tidak searah sedikit-banyak akan
mempengaruhi besarnya koefisien reliabilitas yang diperoleh. Sebagai contoh, apabila
sebagian subjek tidak bersungguh-sungguh, dalam keadaan lelah, atau memang tidak siap
ketika mengerjakan skala yang pertama kali lalu kemudian mengerjakan skala tersebut yang
ke dua kalinya maka skor subjek mereka menjadi lebih siap atau lebih bersungguh-sungguh
dalam pada kedua pemberian tes akan banyak berbeda. Akibatnya, terjadi perubahan skor
yang tidak searah dan koefisien reliabilitas yang ditunjukkan oleh korelasi antara kedua
distribusi skor menjadi rendah. Tentu saja koefisien tersebut tidak merupakan estimasi yang
benar terhadap reliabilitas tes akan tetapi merupakan estimasi yang lebih rendah daripada
semestinya (underestimasi). Itulah salah-satu contoh terjadinya efek bawaan (carry-over
effects) yang seringkali menjadi problem serius dalam pendekatan reliabilitas dengan metoda
tes-ulang.

Dalam bentuk lain, efek bawaan dapat terjadi dikarenakan masih ingatnya subjek akan
jawaban yang telah diberikannya pada waktu pertama kali skala disajikan, dan kemudian
pada waktu skala tersebut disajikan kembali subjek hanya sekedar mengulangi saja jawaban
yang pernah ia berikan. Kalau hal itu terjadi pada sebagian besar subjek maka akan
mengakibatkan kemiripan distribusi skor subjek pada kedua penyajian skala dan korelasinya
akan tinggi lebih dari semestinya (overestimasi). Koefisien korelasi sedemikian itu pun tentu
tidak mencerminkan tingkat reliabilitas yang benar.

Di samping itu, terdapat kemungkinan timbulnya rejeksi atau reaksi penolakan


terhadap skala dalam diri subjek yang dalam bentuk perilaku merespon skala dengan tidak
bersungguh-sungguh. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pada waktu subjek dikenai skala
untuk yang keduakalinya ia menyadari bahwa skala tersebut adalah skala yang sama dengan
yang telah diberikan sebelumnya sehingga timbul anggapan dalam diri subjek bahwa dirinya
hanya dipakai sebagai percobaan atau subjek mengira bahwa hasil yang terdahulu tidak
ditangani serius sehingga perlu diambil data ulang. Seringkali tidak mudah untuk menentukan
berapa lama tenggang waktu yang diperlukan di antara dua kali pemberian skala dalam
pendekatan seperti ini. Bila tenggang waktu terlalu singkat kemungkinan terjadi efek bawaan
sedangkan bila tenggang waktunya terlalu panjang sangat mungkin terjadi perubahan pada
atribut psikologi yang diukur dalam diri subjek. Mungkin pula lamanya tenggang waktu akan
menyebabkan perubahan suasana hati, motivasi, dan sikap subjek terhadap skala. Oleh karena

2
itu, pendekatan tes-ulang cocok digunakan hanya bagi skala yang mengukur atribut psikologi
yang relatif stabil dan tidak mudah berubah.

B. Analisis Daya Deskriminasi Aitem

Daya deskriminasi suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir tes untuk
membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah.
menurut shermis, mark.D., deskriminasi aitem untuk dapat mengetahui apakah sebuah
butir soal baik atau buruk dapat melihat seberapa besar kemampuan soal tersebut
embedakan peserta didik yang pandai dan kurang pandai. daya beda butir dapat dikehtaui
dengna melihat besar kecilnya indeks diskrimnasi atau angka yang menunjukkan besar
kecilnya daya beda. fungsi dari daya pembeda tersebut adalah mendeteksi perbedaan
individual yang sekecil kecilnya diantara para peserta tes. semakin bsar indeks
diskriminasi semakin mendekati 1 berarti aitem tersebut semakin amapu membedakan
antara merka yang menguasi bahan yang diujikan dan merkea yang tidka. semakin kecil
indeks deskriminasi emakin mendekati 0 berarti semakin tidak jelaslah fungsi aitem yang
bersangkutan dalam membedakan mana subjek yang menguasi bahan pelajaran dan mana
subjek yang tidak tahu apa apa. chatterji mengatakan bahwa indeks daya beda yang
negatif merupakan berita berita buruk, sebab hal tersebut mengindikasikan bahwa butir
soal tersebut tidak dapat membedakan sesuai dengna tujuan yang telah ditetapkan.
Indeks daya deskriminasi aitem merupakan pula indikator keselarasan atau
konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal
dengna istilah konsistensi aitem total. prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk mealkukan
seleksi aitem dalam hal ini adalh memilih aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai
dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya. atau dikatakan
memilih aitem yang mengukur hal sama dengan ap ayang diukur oleh skala sebagai
keseluruhan. pnegujian daya deskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi
koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriterian yang relevan, yaitu
distribusi skor skala itu sendiri. komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem
total yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda aitem.
Indeks diskrimanasi yang negatif dapat disebabkan oleh penuliasn atau isi butir soal
yang membingungkan,d anterkadang kesalahan kunci butir soal. indkes deskriminasi
yang negatif juga mengindikasikan bahwa butir soal tersebut gagal untuk mencapai target
kompentensi soal yang dibuat. sebaliknya niali posisitf menunjukkan bahwa siswa yang
menjawab soal dengan benar mempunyai skor yang relatif lebih tinggi dalam tes tersebut.
semakin tinggi bernilai positif daya beda soal maka semakin baik pula butir soal tersebut.
indeks diskrimnasi ositif merupakan petunjuk bahwa soal tersebut memiliki daya
pembeda, dalam arti peserta tes yag padnai lebih banyak menjawab benar soal tersebut,
sedangkan peserta tes yang kurang pandai menjawab salah.

3
C. Cara Memilih Dan Analisis Aitem Berdasarkan Daya Deskriminasi Aitem
(Korelasi Aitem Total)

Dalam penyusunan dan pengembangan skala psikologi prosedur analisis dan


seleksi item merupakan salah satu hal pokok yang perlu mendapat perhatian . hal ini
,emjadi teramat penting karena kualitas skala psikologi sangat ditentukan oleh
kualitas aitem-aitem didalamnya. Penulisan item dilakukan dengan berpedoman pada
blue-print skala dan di bombing dan di bombing oleh kaidah-kaidah penulisan aitem
yang berlaku bagi setiap jenis dan format instrument yuang sedang di susun. Hanya
aitem-aitem yang ditulis dengan mengikuti blue-print dan bimbingan kaidah penulisan
yang benar sajalah yang akan berfungsi sebagaimana seharusnya dan dapat
mendukung validitas skala secara keseluruhan.Prosedur seleksi atau pemilihan aitem
menyangkut beberapa tahap kerja.
Prosedur yang paling sederhana meliputi dua tahap yaitu tahap pertama adalah
analisis dan seleksi aitem berdasarkan evaliatif kualitatif. Evaluasi ini melihat apakah
aitem yang ditulis sudah sesuai dengan blue-print dan indicator perilaku yang hendak
di ungkapnya, melihat apakah aitem telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang
benar, dan melihat apakah aitem-aitem yang ditulis masih mengandung social
desirability yang tinggi. Evaluasi dan seleksi aitem dalam tahap ini dikerjakan oleh
suatu panel ahli. Sedapat mungkin para panel ahli ini terdiri atas ahli pengukuran dan
ahli dalam masalah atribut yang hendak di ukur oleh skala yang sedang di susun.
Apabila prosedur tahap pertama selesai dan telah diperoleh kumpulan aitem dalam
jumlah yang cukup maka kumpulan aitem ini dikomplikasikan dalamk bentuk
semifinal yang siap untuk di ujicobakan secara empiris ( Field-tested) pada kelompok
subjek yang seharusnya.
kedua adalah prosedur seleksi aitem berdasarkan data empiris (data hasil uji-coba
aitem pada kelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek yang hendak
dikenai skala itu nantinya) dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap param,eter-
parameter aitem. Pada tahap ini paling tidak akan dilakukan seleksi aitem berdasarkan
daya diskriminasinya. Seleksi aitem yang lebih lengkap akan meliputi analsis validitas
dan reliabilitas aitem, distribusi jawaban, dan aplikasi analisis factor. Pada tahapan
lebih lanjut, terdapat prosedur analisis item bias fungsi informasi aitem, dan lain-lain.
parameter daya beda aitem yang berupa koefisien korelasi aitem total
memperlihatkan kesuaian fungsi aitem dengan fungsi skala dlaam mengungkap
perbedaan individual. dengan demikian guna mengoptimalkan fungsi skala maka
sangat logis apaila pemilihan aitem aitemnya didasarkan pada besarnya koefisien
korelasi termaksud. besarnya koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0 sampai
dengan 1,00 dengan tanda positif atau negative. semakin baik dya diskriminasi aitem
maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00. koefisien yang mendekati
angka 0 atau yang memiliki tanda negative mengindikasikan daya diskrimnasi yang
tidka baik.
sebagai kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem total biasanya digunakan
batasan ≥ 0,30. emua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya

4
pembedanya di anggap memuaskan. aitem yang memilki harga kurang dari
0,30 dapat di interpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah.
batasan ini merupakan suatu konvensi, penyusuun tes boleh menentukan sendiri
batasan daya diskriminasi aitemnya dengan mempertimbankan isi dan tujuan skala
yang sedang disusun.
apabila aitem yang memiliki indeks diskriminasi sama dengan atau lebih besar
daripada 0,30 jumlahnya melebihai jumlah aitem yangdirencanakan untuk dijadikan
skala, maka kita dapat memilih aitem aitem yang memiliki indeks daya deskriminasi
tertinggi. sebaliknya apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi
jumlah yang di inginkan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit
batas kriteria 0,30 – menjadi 0,25 misalnya sehingga jumlah aitem yang diinginkan
dapat tercapai. apabila hal ini tidak juga menolong, maka sangat mungkin kita harus
merevisi seluruh aitem aitem baru sama sekali dan kemudian melakukan field testing
kembali karena menurunkan batas kriteria dibawah 0,20 sangat tidak disarankan.
harus pula diketahui bahwa tingginya korelasi skor aitem dengan skor skala,
sekalipun berperanan dlam meningkatkan reliabilitas skala, namun tidak selalu akan
meningkatkatkan validitas skala. bahkan semata mata memilih aitem aitem yang
berkorelasi tinggi dengna skor skala akan berakibat menurunkan validitas isi dan
validitas yang didasarkan apda kriteria. oleh karena itu, parameter daya diskriminasi
aitem hendaknya tidak dijadikan patokan tunggal dalam menentukan aitem mana
yang akhirnya diikutkan sebagai bagian skala dlaam bentuk final dikarenakan
disamping korelasi aitem total tersebut masih ada pertimbangan lain yang juga tidak
kalah besar peranannya dalam menentukan kualitas skala. pertimbangan ituantara lain
adalah tujuan penggunaan hasil ukur skal adan komposisi aspek aspek atau komponen
komponen yang dicakup oleh kawasan ukur yang harus diungkap oleh skala.
suatu skala yang seluruhnya berisi aitem dengan indeks dikriminasi tinggi berarti
bahwa skala itu merupakan kumpulan aitem yang memiliki tujuan dan fungsi yang
sama, tapi hal itu belum menunjukkan fungsi apa yang sebenarnya dimilikinya.
artinya suatu skala yang daya deskriminasi aitem aitemnya tinggi, belum tentu valid
untuk tujuan ukur yang direncanakan. daya deskriminasi aitem tidak memiliki
hubungan lansung dengna validitas skala. dengan demikian, diharapkan para
penyusun skal adan para peneliti yang menggugnakan skala kan dapat melakuakn
evaluasi kualitas aitem dan kualitas skalanya dengna caya yang tepat dan
menempatkan prosedur seleksi aitem pada proporsi yang selayaknya.

D. Cara Menganalisis Reliabilitas Skala Dan Seleksi Butir Aitem Dengan SPSS

1. cara menganalisis reliabilitas skala

pendekatan reliabilitas yang prosesdurnya lebih praktis dan dapat mengatasi


beberapa problem yang ditemui pada pendekatan tes-ulang adalah pendekatan single
trial administrastion yang menghasilkan estimasi reliabilitas konsistensi internal. salah
satu formula konsistensi internal yang populer adalah formula koefisien alpha (α).

5
sebagaiana ditunukkan oleh namanya, data untuk menghitung koefisien reliabilitas
alpha diperoleh lewat sekali saja penyajian skala pada sekelompok responden.

contoh:

i1 i2 i3 i4 i5 i6 i7 i8 i9 i10 i11 i12 X


A 0 2 1 2 0 0 1 1 2 1 0 1 11
B 3 2 4 4 3 3 4 2 4 3 3 4 39
C 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3 40
D 1 1 2 1 2 2 1 0 0 0 1 2 13
E 1 1 2 2 3 2 1 2 0 0 2 3 19
F 3 4 3 4 4 3 4 2 2 3 3 4 39
G 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 45
H 1 1 2 1 0 0 0 0 3 2 1 0 11
I 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 3 4 39
J 1 1 1 2 1 2 2 1 3 0 2 3 19
K 1 1 3 2 2 1 2 0 0 2 1 1 19
distribusi skor belahan Y1 dan Y2 yang diperoleh adalah:

Skor Y1 Skor Y2 Skor X (Y1+Y2)


A 4 7 11
B 21 18 39
C 22 18 40
D 7 6 13
E 9 10 19
F 19 20 39
G 22 23 45
H 7 4 11
I 21 18 39
J 10 9 19
K 9 7 16
hasil dari proses komputasi ini adalah distribusi skor variabel baru Y1, Y2, dan X seperti
disajikan diatas. setelah itukita siap menghitung koefisen reliabilitas dengan menggunakan
formula alpha untuk skala yang dibelah dua:

α= 2 [1 ]

untuk menghitung ketiga varians dalam formula di atas dengan bantuan paket prgoram SPSS,
langkah selanjuntya adalah sebagai berikut:

1. klik menu analyze, pilih escriptive statistics, dan klik descriptives


2. pada kotak dialog descriptives yang muncul, pindahkan y1, y2 dan X dari kotak kiri
ke keotak variable (s) disebelah kanan.

6
3. klik tomboh options. pada kotak dialog descriptives: options, klik variance dan klik
tombol continue.
4. setlah kemabai ke kotak dialog descriptives, klik tombol OK daah datn sekjap sudah
ada otuput varians ketiga variabel tersebut.

dengn contoh data dia ta, diperoleh varians y1 = 51,418; varians y2 = 45,018; varians X =
187, 873; sehingga kompoutasi koefisein alpha belah dua menghasilka:

α=2[ ] = 0,973

bila aitem berjumlah tidak genap, maka yang harus dilakukan adalah komputasi alpha
belah dua seperti diuraikan di atas hanya boleh dilakukan bila jumlah aitem di setiap belahan
adalah sama bnyak, yaitu keseluruhan aitem dalam skala memang berjumlah genap. apabila
aitem dalam skal aberjumlah ganil, tentu skal tidak dapat dibelah menjadi dua bagian yang
sama panjang. dalam hal ini penggunaan formula koefisien alpha masih dimungkinkan
dengan membelah aitem dalam skala menjadi tiga bagian, asalkan masing masing bagian
tetap beisi aitem yang sama banyak.

pada contoh terdapat 12 aitem yang artinya dapat ddiibagi menjadi tiga bagian, dapat
dihituskor Y1 = a1+a4+a7+a10, skor Y2 =a2+a5+a8+a11, dan skor Y3 = a3+a6+a9+a12,
masing masing sebagai skor belahan yang berisi 4 aitem. hasil komputasi masing masing skor
yang berisi 4 aitem. hasil komputsi masing masing skor ketiga belahan adalahs ebagai
berikut:

Skor Y1 Skor Y2 Skor Y3 Skor X


A 4 3 4 11
B 14 10 15 39
C 13 13 14 40
D 3 4 6 13
E 4 8 7 19
F 14 13 12 39
G 14 16 15 45
H 4 2 5 11
I 12 13 14 39
J 5 5 9 19
K 7 4 5 16
untuk skalayang dapat dibelah menjadi tiga bagian yang sama panjang, formula koefisien
alpha adalah sebagai berikut ini:

α = 3/2 [1- ]

α = 3/2 [ ]

α = 0,965

7
bila aitem tidak dapat dibagi sama banyak, dalam kasus jumlah aitem tidak dapat dibagi
menjadi dua atau menjadi tiga bagian yang sama panjang, seperti bilamana skala berisi
sebanyak 19 atau 37 aitem atau 41 aitem atau semacamnya, maka koefisien alpha dapat
lansung diproses dengan SPSS dari data distribusi skor aitem tanpa membelah atau membagi
aitem menjadi kelompok keopok. dengan cara ini tidak ada maslah apakah aitem dalam skal
aberjumlah genap atau ganjil, juga tidak ada masalah apakah aitem dapat dibagi dua atau tiga
sama banyak atai tidak. langkahnya adalah sebagai berikut:

a. setelah data file diaktifikan, klik menu analyze, pilih scale, klik submenu reliability
analysis.
b. pada kotak dialog reliability analysis yang muncul, pindahkan semua aitem dari kotak
kiri ke kotak sebelah kanan, lalu klik tombol statistik.
c. setelah kotak dialog statistics terbuka, tandai atau klik kotak f-test, kemudian klik
tombol contionue.
d. setelah kembali ke kotak dialog reliabilty analysis, klik tombol OK.

dengan kembali menggunakan data skor pada tabel sebelumnyaprosedur di atas


menghasilkan cronbach’s Alpha = 0,963 yang dapat dibaca pada output analisis. untuk
diketahui, dalam prosedur ini SPSS membelah skala menjadi sebanya jumlah aitemnya
sehingga dengan dua belas aiem yang dibelah menjadi dua belas maka setiap belahan
berisi hanya satu aitem.

2. analisis degnan SPSS untuk deskriminasi aitem


untuk menganalisis di SPSS, silahkan ikutin langkah berikut:
a. klik analyze- scale- reliability analysis
b. masukkan item 1 sampai 12 (a1- a12) ke kolom items
c. klik statistics, centang scale dan scale if item deleted
d. klik continue dan ok

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang
mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran. Pengukuran dikatakan
tidak cermat bila eror pengukurannya terjadi secara random. indeks daya deskriminasi
aitem merupakan pula indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem
dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengna istilah konsistensi aitem
total. prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk mealkukan seleksi aitem dalam hal ini
adalh memilih aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala
sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya. atau dikatakan memilih aitem yang
mengukur hal sama dengan ap ayang diukur oleh skala sebagai keseluruhan.
pnegujian daya deskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien
korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriterian yang relevan, yaitu
distribusi skor skala itu sendiri. komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi
aitem total yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda aitem.

B. SARAN
Penulis menyadari dalam pembutn makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dalam pembuatannya. baik dari segi kaidah penulisan maupun dari segi
isinya. penulis berhadap pembaca dapat memberikan saran terhadap makalah yang
penulis buat jika menemkan kesalahan kesalahan yang terjadi. semoga makalah ini
dapat bermafaat bagi pembaca terkhusunya bagi penulis sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2 .Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

10

Anda mungkin juga menyukai