Anda di halaman 1dari 15

Persiapan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dan

Konseling Kelompok
(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Laboratorium II)
Dosen Pengampu : Muhammad Putra Dinata Saragi, M.Pd

Disusun Oleh :
Fildzah Ghaisani (0102193103)
Frizki Shelia Yala Putri (0102191030)

Ayu Tiara (0102192062)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, tidak lupa pula shalawat dan salam mari kita mohonkan
agar senantiasa disampaikan kepada Rasulullah Saw, yang senantiasa berjuang keras
menegakkan kalimat tauhid di permukaan bumi ini. Mudah-mudahan kita menjadi umat yang
istiqomah dalam menjalankan syariat dan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Adapun makalah ini memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Teknik Laboratorium II. Dalam makalah ini, kami menyampaikan materi tentang
Persiapan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Penyusunan
makalah ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga memudahkan kami dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami pun tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terutama Bapak Dosen Pengampu yang
sudah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan sepenuh hati
kami menerima segala saran dan kritikan dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, penyusun sangat berharap mudah-mudahan dari
makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan para pembaca, terutama
dalam menambah wawasan mengenai materi Persiapan Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Kelompok dan Konseling Kelompok.

Medan, 20 September 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

1. Langkah Awal Bimbingan dan Konseling Kelompok .................................. 2


2. Perencanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Kelompok ...................... 5
3. Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Kelompok ....................... 6
4. Evaluasi Kegiatan Bimbingan dan Konseling Kelompok ............................. 8
5. Tindak Lanjut Bimbingan dan Konseling Kelompok ................................... 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Prayitno bahwa “Bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk


mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan
suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok”. (Prayitno, 1995)

Sedangkan menurut Sukardi layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau
konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar,
anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan
keputusan. (Sukardi, 2002)

Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan
yang diberikan oleh seorang yang ahli (konselor) pada sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu yang terkait dengan
fungsi pencegahan, yaitu berperan dalam mencegah berkembangnya masalah atau hambatan
melalui pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, terbinanya hubungan dalam
berkomunikasi di antara anggota kelompok sehingga dapat membantu pengembangan diri
pribadi, mengembangkan sikap dan komitmen pribadi dan berbagai kemampuan dalam
pengambilan keputusan. Sedangkan konseling kelompok yaitu layanan yang menempatkan
individu-individu dalam suatu kelompok dan berkesempatan untuk membahas dan
mengentaskan permasalahan masing-masing anggota kelompok dengan bantuan konselor
sebagai pemimpin kelompok.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah awal dalam melakukan bimbingan dan konseling kelompok?


2. Bagaimana perencanaan kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling
kelompok?
3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling kelompok?
4. Bagaimana evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling kelompok?
5. Bagaimana tindak lanjut dari adanya bimbingan dan konseling kelompok?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah ini supaya pembaca dapat menambah
wawasan serta ilmu pengetahuannya mengenai rangkaian kegiatan Bimbingan dan Konseling
Kelompok yang dilakukan, evaluasi kegiatan serta tindak lanjut yang dilakukan setelah
berakhirnya proses Bimbingan dan Konseling Kelompok ini.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Langkah Awal Bimbingan dan Konseling Kelompok

Menurut Gladding, ada empat langkah utama yang harus ditempuh dalam melaksanakan
konseling kelompok, yaitu: 1) langkah awal (Beginning a Group); 2) langkah Transisi (The
Transition Stage in a Group); 3) langkah kerja (The working Stage in a Group); dan 4) langkah
terminasi (Termination of a Group). (Gladding, 1995)

Ada empat langkah konseling yang dikemukakannya selaras dengan langkah-langkah


dinamika kelompok dari Tuckman (Tuckman's Theory: Five Stages of Team Development),
yakni forming (membentuk), storming (konflik), norming (norma), performing (melakukan),
dan enjourning (memerintahkan). (Gladding, 1999)

a. Tahap Awal (Beginning a Group)

Menurut (Gladding, 1999) langkah awal konseling (beginning) parallel dengan langkah
pembentukan kelompok (forming) dari Tuckman. Dalam pelaksanaan pembetukan kelompok
konselor perlu mempertimbangkan : 1) Tahapan-tahapan pembentukan kelompok (step in the
forming stage), 2) Tugas-tugas pembentukan kelompok (task of beginning group), 3) Potensi
masalah pembetukan kelompok (resolving potenstial group in forming), 4) Prosedur
pembentukan kelompok (useful procedures for beginning stages of a group).

1) Tahapan-tahapan pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok merupakan tahap yang peling penting dalam proses konseling
kelompok. Menurut Gladding keberhasilan dalam melakukan pembentukan kelompok
akan sangat menentukan efektivitas konseling. Oleh karena itu konselor perlu
melaksanakan pembentukan kelompok dengan langkah-langkah dan tahapan yang akurat,
sistematis dan berkesinambungan. (Gladding, 1999)

Menurut (Gladding, 1999) ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan
proses pembentukan kelompok yakni:

a) Mengembangkan alasan-alasan pembentukan kelompok (developing a rationale for


the group)
b) Menentukan format teoritis (deciding on a theoretical format)
c) Menentukan kerangka kerja (practical cobsideration)
d) Melakukan publikasi kelompok (publizing the goup)
e) Melakukan persiapan latihan (pretraining)
f) Melakukan seleksi anggota dan pendamping kelompok (selection of members and
leaders)

2
2) Tugas-tugas pembentukan kelompok

Menurut (Gladding, 1999) tugas pertama dalam memulai kelompok adalah para
anggota kelompok melakukan kesepakatan tentang permasalahan apa yang akan dibahas.
Pada intinya, permasalahan yang diangkat sebagai fokus konseling bersumber dari
kecemasan yang ditampilkan oleh anggota kelompok. Meskipun permasalahan yang
diangkat adalah masalah individual, namun karena akan dipecahkan secara bersama-sama
maka masalah itu perlu menjadi masalah bersama. Target kedua yang akan dicapai dalam
sesi awal konseling adalah menetapkan tujuan dan melakukan kontrak. Selanjutnya para
anggota kelompok perlu menetapkan aturan sebelum dan selama proses kelompok
berlangsung. Aturan ini merupakan pedoman bertindak anggota kelompok dalam
melakukan proses konseling.

3) Potensi masalah pembentukan kelompok

Masalah anggota kelompok yang mungkin dijumpai adalah adanya tipologi dan
stereotype individual anggota kelompok yang beragam. Menurut Kline dalam (Gladding,
1999), topologi orang yang dijumpai dalam kelompok adalah:

a) Manipulators (gaya mempengaruhi pengetahuan sosial individua tau kelompok


dengan mengubah persepsi orang lain secara licik).
b) Resisters (kecenderungan klien yang menyangkal kemampuan dirinya dan
penolakan klien terhadap dirinya sendiri).
c) Monopolizers (tidak memberikan kesempatan pada orang lain untuk berbicara).
d) Silences members (anggota yang hanya diam tanpa merespon apapun).
e) User of sarcasems (sarkasme merupakan sikap yang dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan untuk mengejek, menyindir, dan menyinggung orang lain).
f) Focuse on other (fokus pada orang lain).

4) Prosedur Pembentukan Kelompok

Untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul dalam proses pembentukan


kelompok, konselor hendaknya melakukan upaya merumuskan prosedur yang tepat dalam
melakukan proses awal konseling. Menurut (Gladding, 1999) sesungghnya tidak ada satu
cara atau metode yang tepat yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang
berkenaan dengan awal konseling. Secara umum, ada beberapa hal yang dapat dijadikan
pegangan dalam memuali suatu kelompok, yaitu: a) kerjasama (joining), b) kesepadanan
(linking); c) menghentikan atau memutuskan pembicaraan (cutting off); d) lebih
menjelaskan (drawing out); e) memperjelas maksud (clarifying the purpose).

b. Tahap Transisi (Transition Stage)

Tahap transisi adalah periode kedua pasca pembentukan kelompok dan merupkan tahap
awal sebelum memasuki tahap kerja. Di dalam konseling kelompok biasanya berlangsung 12-
15 sesi, tahap transisi ini kira-kira memakan waktu 5-20 % dari keseluruhan proses konseling.

3
Masa transisi ditandai dengan adanya tahapan forming dan norming. Tahap storming atau
disebut juga periode pancaroba/ kacau balau adalah masa terjadinya konflik dalam kelompok.
Konflik dalam kelompok tejadi karena adanya kekhawatiran anggota kelompok dalam
memasuki proses konseling. Biasanya kekhawatiran muncul karena kelompok enggan untuk
bergerak dari ketegangan primer (kekacauan saat berada dalam situasi yang asing) menuju
ketegangan sekunder (konflik dalam kelompok).

Kegagalan dalam dalam mengatasi tahap kacau balau ini akan berakibat pada terhentinya
proses konseling. Oleh karena itu menurut (Gladding, 1999) konselor perlu mengatasinya
dengan upaya sebagai berikut:

1) Peningkatan hubungan anggota Kelompok

Dalam rangka meningkatkan hubungan anggota kelompok konselor perlu


mengembangkan kepemimpinan dan menunjukan kekuasaan yang terbuka dan asertif.

2) Resistensi

Resistensi didefinisikan sebagai perilaku kelompok untuk menghindari daerah yang


tidak nyaman dan situasi konflik. Resistensi biasanya meningkat pada awal periode
kekacauan. Bentuk resistensi ada dua jenis yaitu resistensi langsung dan resistensi tidak
langsung.

3) Task Processing

Menurut (Gladding, 1995) cara atau metode yang dapat digunakan untuk membantu
anggota kelompok mengatasi kekacauan adalah : a) mengatai perasaan mereka dengan
memotivasi untuk berinterkasi secara terbuka dan bebas; b) menyadarkan anggota bahwa
kekacauan dalam kelompok merupakan hal yang wajar; c) meminta umpan balik dari
anggota mengenai kondisi mereka sat ini dan apa yang mereka pikir perlu dilakukan.

c. Tahap Kerja (Performing Stage)

Perhatian utama dalam tahap kerja adalah produktifitas kinerja. Masing-masing anggota
kelompok terfokus pada peningkatan kualitas kerja untuk mencapai tujuan individu dan
kelompok. Ada tiga cara untuk mencapai produktivitas yang tinggi di antarannya adalah: 1)
saling memuji keunggulan masing-masing anggota kelompok; 2) role playing; 3) home work
(pekerjaan rumah).

Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk dalam fase kerja ini di antaranya adalah: 1)
Modeling, 2) Exercise, 3) Group observing group, 4) Brainstorming, 5) Nominal-group
technique, 6) Synectics, 7) Written projection, 8) Group processing.

d. Tahap Terminasi (Termination Stage)

Menurut (Gladding, 1995) tahap terminasi adalah tahap yang tidak kalah pentingnya
dengan tahap pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok, setiap anggota
4
kelompok berusaha untuk saling mengenal dan memahami karakteristik masing-masing
anggota kelompok; dalam tahap terminasi anggota kelompok mencoba untuk mengenal dan
memahami lebih dalam lagi. Tahap terminasi dalam konseling kelompok dibagi menjadi tujuh
bagian, yaitu: 1) Preparing for Termination, 2) Effect of Termination on Individual, 3)
Premature Termination, 4) Termination of Group Sessions, 5) Termination of a Group, 6)
Problem in Terminations, 7) Folow-up Session.

2. Perencanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Perencanaan Program bimbingan dan konseling terdapat kegiatan analisis kebutuhan siswa
dan lingkungan, adanya keterlibatan stakeholder, sarana prasarana penunjuang kegiatan
layanan bimbingan dan tujuan BK searah dengan visi, misi dan tujuan sekolah untuk
menentukan teknik strategi dan sasaran program BK dalam rangka pengembangan peserta
didik secara optimal di bidang belajar. Perencanaan yang dilakukan sesuai proses dan
tahapannya telah menghasilkan program yang baik. (Dewany, 2022)

1) Asesmen Kebutuhan Siswa dan Lingkungannya

Perencanaan program BK didahului asesmen kebutuhan siswa dan lingkungannya.


Asesmen kebutuhan siswa berkaitan dengan identifikasi karakteristik siswa dan
harapannya terhadap program layanan BK. Asesmen lingkungan siswa berkaitan dengan
identifikasi visi dan misi serta tujuan sekolah, harapan sekolah dan orang tua siswa, kondisi
dan kualifikasi guru dan konselor, sarana dan prasarana pendukung program BK, dan
kebijakan pimpinan sekolah. Konselor membantu konseli secara perseorangan atau
kelompok untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya yang menyangkut
pencapaian tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier.
Melalui kegiatan asesmen diri ini, konseli akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan
pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. (Surya Gumilang, 2013)

2) Pertimbangan Individual atau Kelompok

Konselor membantu konseli secara perseorangan atau kelompok dalam memanfaatkan


hasil asesmen diri untuk (1) Merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif
kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk
memperbaiki kelemahan dirinya; (2) Melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau
perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) Mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukannya. (Surya Gumilang, 2013)

3) Perumusan Tujuan BK

Secara umum, layanan BK diselenggarakan di sekolah dengan tujuan untuk membantu


siswa agar dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan secara optimal sehingga
mencapai perkembangan optimal dalam bidang kehidupan pribadi-sosial, belajar, dan
karier. Perumusan tujuan layanan BK dapat merujuk Standar Kompetensi Kemandirian.
Konselor membantu konseli menyalurkan potensi dirinya dalam kegiatan ekstrakurikuler,

5
pemilihan program studi, kegiatan belajar, dan/atau karier sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya. (Surya Gumilang, 2013)

3. Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Suatu proses layanan sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus dilalui sehingga
akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran, sehingga diharapkan tidak ada kesalahan dalam
proses pemberian layanan Bimbingan Konseling Kelompok.

Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok dapat dilakukan secara bertahap.
Gibson dan Mitchell, untuk membuat tingkat layanan proses bimbingan kelompok dan layanan
konseling kelompok menjadi lima tahap yang terdiri dari (1) tahap pembentukan, (2) tahap
identifikasi (peran dan tujuan kelompok), (3) tahap produktivitas, (4) tahap realisasi dan (5)
tahap penutup. (Gibson Robert L & Mitchell, 1995)

Tahapannya hampir sama dengan apa yang diungkapkan oleh (Prayitno, 2012) yang
menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok dapat dilakukan
melalui lima tahapan pelaksanaan, yaitu; (1) tahap pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap
kegiatan, (4) tahap penyimpulan, dan (5) tahap terminasi. (Dasril, 2017)

Tahap pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok menurut Prayitno (1995) ada
empat tahapan, yaitu:

a. Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan
diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin
dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan
penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa
arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta
menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada
masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang
lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.(Prayitno, 1995)

b. Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya
jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat
segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada
kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok
enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam
keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas,
membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat. (Prayitno, 1995)

6
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu:

1) Menjelaskan kegiaatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya


2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya
3) Membahas suasana yang terjadi
4) Meningkatkan kemampuan keikut sertaan anggota
5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.

c. Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi
dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat
perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh
pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka,
aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh
empati. (Prayitno, 1995)

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

1) Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan


2) Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
3) Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas
4) Kegiatan selingan

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik
yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat
terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya
seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur
tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan. (Prayitno, 1995)

d. Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada
berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok
itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong
kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.
Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti
melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. (Prayitno,
1995)

Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:

1) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri


2) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3) Membahas kegiatan lanjutan

7
4) Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok


hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota
kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok),
pada kehidupan nyata mereka sehari-hari. (Prayitno, 1995)

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:

1) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka


2) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih
kekuasaannya
3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan
4) Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati

4. Evaluasi Kegiatan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Keberhasilan suatu kegiatan atau program yang telah dilaksanakan akan tampak pada hasil
yang ditunjukkan berupa pencapaian terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Demikian pula
kekurangan atau kelemahan yang teridentifikasi akan dapat dilihat serta penyebab tujuan yang
belum dapat diraih sepenuhnya. Melalui suatu tahapan kegiatan yang disebut evaluasi,
pelaksana suatu kegiatan dapat melihat, mengenali selanjutnya menganalisis kelemahan-
kelemahan yang ditemukan untuk diperbaiki dalam proses berikutnya. (Surya Gumilang, 2013)
Evaluasi suatu program lazimnya dilakukan oleh beberapa pihak, terutama pihak yang
melaksanakan program tersebut (konselor/guru bimbingan dan konseling). (Dimmitt, 2010)

Penilaian kegiatan bimbingan kelompok tidak ditujukan kepada hasil belajar yang berupa
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh para peserta, melainkan
diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan oleh mereka
berguna. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang
sebenarnya. (Fijriani & Amaliawati, 2017)

Di samping itu, ada pihak lain yang dapat mengevaluasi adalah pihak atasan (pimpinan)
dan pihak yang menerima sasaran kegiatan (seperti, siswa, guru, orangtua). Adapun pihak yang
bertangungg jawab atas pelaksanaan evaluasi program layanan bimbingan dan konseling
adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor. Evaluasi program sebenarnya
memberikan informasi yang sangat berarti bagi kelanjutan pelaksanaan program berikutnya,
karena hasil evaluasi dapat mendorong semua pihak untuk memberikan masukan dan
merencanakan langkah-langkah perbaikan serta peningkatan tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, evaluasi menjadi tahapan yang sangat penting untuk dilaksanakan
sebagai bagian dalam penyusunan dan pengembangan program bimbingan dan konseling.
(Surya Gumilang, 2013)

Evaluasi program bimbingan kelompok adalah kegiatan sistematis. Evaluasi program


layanan bimbingan kelompok ini mencakup 9 tahap, yaitu: (Surya Gumilang, 2013)

8
a) Menentuan topik yang akan dievaluasi yakni program layanan bimbingan kelompok
b) Menentukan tempat pelaksanaan evaluasi program layanan bimbingan kelompok
c) Mengajukan surat ijin pelaksanaan evaluasi program layanan bimbingan kelompok
d) Mengantarkan surat ijin evaluasi kepada pihak sekolah
e) Membuat instrument evaluasi
f) Melakukan konsultasi intrumen evaluasi
g) Menemukan konselor untuk pengisian instrument
h) Melakukan wawancara dalam rangka cross-ceck terhadap pengisian instrument
i) Membuat laporan evaluasi

5. Tindak Lanjut Bimbingan dan Konseling Kelompok

Tindak lanjut pelaporan hasil program BK merupakan kegiatan untuk menindak lanjuti
hasil yang didapatkan dari kegiatan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan program
bimbingan dan konseling tindak lanjut dalam evaluasi Bimbingan dann Konseling
diklasifikasikan menjadi dua yaitu tindak lanjut sebagai bagian utuh dari pelaksanaan
bimbingan dan konseling dan tindak lanjut sebagai tahap akhir kegiatan penilaian/evaluasi.
Tindak lanjut ini merupakan respon cepat terhadap refleksi yang dilakukan oleh guru
pembimbing/konselor atas permasalahan yang terindikasi selama proses layanan bimbingan
dan konseling.

Pengertian tindak lanjut menurut Hiro Tugiman dalam Purnomo dan Prasetyo (2016)
adalah suatu proses untuk menetukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari
berbagai tindakan yang dilakukan. Tindak lanjut merupakan kegiatan yang dilakukan setelah
evaluasi program. Tindak lanjut yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menindaklanjuti hasil
pelaksanaan kegiatan layanan BK dan atau program BK yang diberikan. Kegiatan tindak lanjut
ini sebagai upaya menuntaskan bantuan, perbaikan dan/atau pengembangan program BK pada
tahun pelajaran berikutnya.

Tindak lanjut dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegiatan
yang dianggap sudah memadai dan selesai Tujuan dari kegiatan tahapan ini yaitu selain untuk
bertujuan melihat dan memonitor perubahan tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa yang
telah dibantu dengan teknik bimbingan kelompok, juga untuk memberikan bantuan lain yang
dipandang perlu bagi peningkatan dan pengembangan potensi peserta didik. (Azhar et al.,
2017)

Berdasarkan hasil refleksi hasil evaluasi program, selanjutnya guru BK perlu merumuskan
tindak lanjut yang harus dilakukan untuk memperbaiki atau meningkat kualitas program
pelayanan BK. Purnomo dan Prasetyo (2016) merinci langkah tindak lanjut hasil evaluasi
program BK meliputi tiga tahap, yaitu: penetapan program pelayanan BK, penetapan strategi
layanan, dan perencanaan kegiatan layanan. Berikut ini diuraikan secara lebih rinci mengenai
ketiga langkah tersebut: yang pertama yakni penetapan program pelayanan BK, hasil evaluasi
menjadi rujukan dalam rangka menetapkan program pelayanan BK yang sesuai, misalnya:

a) Menentukan aspek-aspek perbaikan atau peningkatan yang akan dilakukan

9
b) Menyusun ulang desain program secara umum atau layanan bimbingan dan Konseling
tertentu dalam rangka perbaikan atau pengembangan
c) Melaksanakan kegiatan dan tindak lanjut sesuai alokasi waktu
d) Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dapat membuat desain ulang atau
merevisi seluruh program, atau beberapa dari program yang dianggap belum efektif
e) Jika hasil evaluasi baik, tindak lanjut dapat dilakukan dalam bentuk pengembangan
atau peningkatan program dengan target yang lebih tinggi dan kompleks
f) Mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal
g) Melakukan alih tangan kasus bagi peserta didik yang memerlukan bantuan khusus dari
ahli lain
h) Mengganti program yang belum memberikan kontribusi pada perkembangan anak
(Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan, 2021)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Layanan bimbingan kelompok dapat diartikan suatu upaya bimbingan yang dilakukan
melalui situasi, proses dan kegiatan kelompok. Sasaran bimbingan kelompok adalah individu-
individu dalam kelompok agar individu yang diberikan bimbingan mendapatkan pemahaman
diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam menuju perkembangan
optimal.

Layanan konseling kelompok dapat dimaknai sebagai upaya pembimbing atau konselor
membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Dengan
perkataan lain, konseling kelompok juga bisa dimaknai sebagai suatu upaya pemberian bantuan
kepada individu (siswa) yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok
agar tercapai perkembangan yang optimal. Adapun tahapan dalam layanan bimbingan
kelompok terdiri dari tahap pembentukan, tahap peralihan, kegiatan dan tahap pengakhiran.
Kemudian, dalam layanan konseling kelompok terdiri dari enam tahapan yakni, tahap pra-
konseling, tahap permulaan, tahap transisi, tahap kerja, tahap akhir dan tindak lanjut konseling.

Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian
bersama di kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan
kelompok, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti
oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok dan pembimbing atau
konselor, dan pada konseling kelompok membahas masalah-masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan
masalah pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan
terlebih dahulu dan seterusnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, A. N., Kusnawan, A., & Miharja, S. (2017). Layanan Bimbingan Kelompok dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa. Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan,
Konseling, Dan Psikoterapi Islam, 5, Nomor 1, 1–20.

Dasril, D. (2017). IMPLEMENTATION OF GUIDANCE GROUPS SERVICE AND GROUP


COUNSELING AND CONSTRAINTS (Studies in SMP Negeri Padang Panjang). In
PROCEEDING IAIN Batusangkar (pp. 111–124).
http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/proceedings/article/download/631/62
3

Dewany, R. (2022). Penerapan Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Belajar Siswa. Education & Learning, 2(2), 83–87.

Dimmitt, C. (2010). Evaluation in School Counseling: Current Practices and Future


Possibilities. Journal CORE (Counseling Outcome Research and Evaluation), 1, 44–56.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan. (2021). Modul Belajar Mandiri Bidang Studi
Bimbingan dan Konseling. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Fijriani, F., & Amaliawati, R. (2017). Layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan
komunikasi interpersonal siswa. TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1(1),
24. https://doi.org/10.26539/116

Gibson Robert L, & Mitchell, M. H. (1995). Introduction to Counseling and Guidance.


Prentice-Hall.

Gladding, S. T. (1995). Group Work A Counseling Specialty. Prentice Hall Inc.

Gladding, S. T. (1999). Group Work: A Counseling Specialty (Third Edit). OH: Merrill.

Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil. Rineka
Cipta.

Prayitno. (2012). Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. UNP Padang.

Sukardi, D. K. (2002). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Rineka


Cipta.

Surya Gumilang, G. (2013). Pembangunan dan Evaluasi Program Layanan Bimbingan dan
Konseling (Teori dan Praktik). In How languages are learned (Vol. 11, Issue 1).
https://www.cairn.info/revue-etudes-2003-11-page-475.htm

12

Anda mungkin juga menyukai