Anda di halaman 1dari 16

Tahap Pembentukan Kelompok

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


"Praktik Konseling Kelompok"
Dosen Pengampu :
Dr. Muhammad Sholihuddin Zuhdi, S.Sos.I, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Afry Evi Zulyani 126306201006
2. Sadiah Fauziatul U. 126306201011
3. Zahrina Filda A. 126306201014
4. Vicki Amayasari 126306201017
5. Siti Nur Alifah 126306201020
6. Fatma Ariani 126306201027
7. Siti Mas'ulah 126306201033
8. Ahmad Nahjul Fahmi 126306202046
Cover

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SAYYID ALI RAHMATULLAH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya
dan karunianya kita dapat menyelsaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “ Tahap Pembentukan Kelompok”. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada
dosen mata kuliah Praktik konseling kelompok ini yang telah memberikan tugas
kepada kami. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah membantu kami.
Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, mungkin
penulisan makalah ini tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun
mengucapakan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk
menempuh mata kuliah Praktik Bimbingan Kelompok.
2. Bapak Dr. Muhammad Sholihuddin Zuhdi, S.Sos.I, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Konsep Konseling Kelompok yang selalu memberikan ilmu
lebih kepada kami semua.
3. Teman kelas yang sudah membantu kami, serta anggota kelompok yang
telah membantu proses pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan teman- teman sekalian.

Tulungagung, 05 Maret 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

Contents
Cover.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
Pendahuluan...........................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
Pembahasan............................................................................................................6
A. Pengertian Tahap Pembentukan Kelompok..................................................6
B. Tujuan Adanya Tahap Pembentukan Kelompok..........................................7
C. Pembentukan Struktur...................................................................................7
D. Peran Pemimpin............................................................................................9
E. Cara Memilih Pemimpin.............................................................................10
F. Syarat-syarat pemimpin dalam bimbingan kelompok.................................10
G. Kegiatan......................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Penjelasan tentang tahap-tahap perkembangan kelompok dalam
rangka bimbingan kelompok sangat penting, terutama bagi para calon
pemimpin kelompok yang dalam hal ini adalah konselor. Dengan
mengetahui dan menguasai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang
hendaknya terjadi di dalam kelompok tersebut, pemimpin kelompok akan
mampu menyelenggarakan kegiatan kelompok dengan baik. Berbagai ahli
telah mengenali tahap-tahap perekembangan tersebut. Mereka memakai
istilah yang terkadang berbeda, namun pada dasarnya mempunyai isi yang
sama. Pada umumnya terdapat empat tahap perekembangan, yaitu tahap
pembentukan, peralihan, pelaksanaan kegiatan dan pengakhiran.
Penyelenggaraan layanan konseling kelompok memerlukan
persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah
awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya. Langkah atau tahap
awal diselanggerakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai
dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan
kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya
layanan konseling kelompok bagi para klien, yang lebih rinci lagi dengan
penjelasan tentang pengertian, tujuan dan kegunaan secara umum layanan
tersebut. Setelah penjelasan ini alangkah baiknya jika dapat menghasilkan
kelompok-kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat
untuk menyelenggarakan kegiatan konseling kelompok yang sebenarnya.
Proses utama selama tahap awal adalah orientasi dan eksplorasi.
Pada awalnya tahap ini akan diwarnai keraguan dan kekhawatiran, namun
juga harapan dari peserta. Karakterisitik pada tahap ini adalah adanya
perkenalan, membangun atmosfer dalam anggota kelompok, terdapat
periode keheningan dan kecanggungan dan yang menjadi isu utama adalah
adanya kepercayaan versus ketidakpercayaan. Anggota kelompok bisa
merasa disertakan atau dikecualikan, maka anggota kelompok diminta
untuk memutuskan seberapa keterbukaan yang ingin dicapai dan
kenyamanan yang seperti apa yang diinginkan oleh anggota kelompok.
Namun apabila konselor mampu memfasilitasi kondisi tersebut, tahap ini
akan memunculkan kepercayaan terhadap kelompok. Karena merupakan
tahap yang paling critical, artinya keberhasilan pada tahap pembukaan
akan menentukan tahap penanganan dan tahap penutupan kelompok.,
bahkan akan menentukan tercapai tidaknya tujuan konseling dan atau
konseling kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tahap pembentukan kelompok?
2. Apa tujuan dari tahap pembentukan kelompok?
3. Bagaimana pembentukan struktur?
4. Apa peran pemimpin dalam kelompok?
5. Bagaimana cara memilih pemimpin?
6. Seperti apa kegiatan dalam konseling kelompok?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tahap pembentukan pemimpin
2. Untuk dapat mengetahui tujuan dari adanya tahap pembentukan
kelompok
3. Untuk dapat mengetahui pembentukan struktur
4. Untuk dapat mengetahui peran pemimpin kelompok
5. Untuk dapat mengetahui dalam memilih kelompok
6. Untuk dapat mengenathu kegiatan dalam konseling kelompok
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Tahap Pembentukan Kelompok


Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui
berkumpulnya sejumlah orang. Adanya suatu kelompok tidak harus
diawali dengan adanya kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terjadi,
yaitu apabila sebelum orang-orang yang bersangkutan berkumpul terlebih
dahulu kepada mereka telah diberi tahu tujuan yang akan dicapai dan
peranan mereka masing-masing.
Pada dasarnya kelompok terbentuk karena adanya suatu kumpulan
dua orang atau lebih. George Homans pada tahun (1950) mendefenisikan
kelompok sebagai sejumlah individu, berkomunikasi satu dengan yang lain
dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak,
sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara
langsung.
Menurut Mills (1967), kelompok adalah satu unit yang terdiri dari
dua orang atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk
mencapai tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama diantara ke-
lompok sebagai satu yang berarti.
Kelompok konseling terbentuk dalam rangka memecahkan
permasalahan yang ada dari individu. Konseling terdiri dari komponen
konselor dan klien. Akan tetapi dalam kelompok konseling, klien
beranggotakan lebih dari satu orang sehingga membentuk kelompok.
Konselor mencari titik permasalahan pada klien, menganalisis serta
membantu pemecahan masalah pada klien dan mengarahkan klien untuk
mampu mengambil keputusan serta mempertanggungjawabkannya.
Praktiknya kelompok konseling dilakukan oleh beberapa klien yang
ditangani oleh seorang konselor dalam waktu yang bersamaan. Kelompok
konseling memiliki motif dan tujuan yang sama.
Tahap pembentukan kelompok adalah kegiatan awal dari sebuah
konseling kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan calon anggota
kelompok dalam ranah kegiatan kelompok yang akan dilaksanakan.
Adapun beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan dan pengungkapan tujuan
2. Terbangunnya kebersamaan
3. Keaktifan pemimpin kelompok
4. Beberapa teknik pada tahap awal

B. Tujuan Adanya Tahap Pembentukan Kelompok


Dalam konseling kelompok tentunya mempunyai tujuan
dalam pembentukannya yang diantaranya adalah :
1. Melatih individu untuk berani mengemukakan pendapat di depan
teman-temannya.
2. Melatih individu untuk dapat bersikap terbuka di dalam kelompok.
3. Melatih individu untuk dapat mebjalin keakraban dengan teman-teman
khususnya dalam kelompok dan dengan teman-teman lain di luar
kelompok pada umumnya.
4. Melatih individu untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan
kelompok.
5. Melatih individu untuk memperoleh ketrampilan sosial dan
berkomunikasi.
6. Membantu individu mengenali dan memahami dirinya dalam
berhubungan dengan orang lain.
7. Memberikan kesempatan kepada individu untuk belajar hal-hal yang
berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
8. Memberikan layanan-layanan melalui kegiatan kelompok.

C. Pembentukan Struktur
Tahap penormaan (norming/Tahap penormaan adalah tahap di mana
berkembang hubungan yang akrab dan kelompok menunjukan sifat kohesif
(saling tarik). Sudah ada rasa memiliki identitas kelompok dan
persahabatan yang kuat. Tahap ini selesai jika telah terbentuk struktur
kelompok yang kokoh dan menyesuaikan harapan bersama atas apa yang
disebut sebagai perilaku anggota yang benar. Tahap norming memiliki sub
bab, yaitu:
1. Peran (Role)
Peran (role) merupakan seperangkat pola perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial tertentu.
Kelompok-kelompok memberlakukan persyaratan peran berlainan ke
individu, seperti:
1) Identitas peran
Ada sikap dan perilaku actual tertentu yang konsisten dengan peran
dan menciptakan identitas peran.
2) Persepsi Peran
Pandangan seseorang mengenai bagaimana seseorang seharusnya
bertindak dalam situasi tertentu.
3) Pengaharapan Peran
Pengharapan peran adalah bagaimana orang lain menyakini apa
seharusnya tindakan anda dalam situasi tertentu.
4) Konflik Peran
Hal ini terjadi jika individu dihadapkan kepada pengaharapan peran
yang berlainan. Misalnya patuh kepada tuntutan satu peran yang
menyebabkan dirinya kesulitan mematuhi tuntutan peran lain. Setiap
anggota kelompok memainkan suatu peran, konsisten dengan
perannya atau sebaliknya. Bisa jadi bertemu dengan konflik dan
tuntutan hasil dengan peran itu dari organisasinya.
Konflik peran dibagi menjadi dua:
 interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani
oleh 1 orang
 intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang
lain
Perbedaan peran :
 Task roles → tugas
 Socioemotional roles → sosioemosi
Teori 3 dimensi peran :
 dominance – submission
 friendly – unfriendly
 instrumentally controlled – emotionally eupressive
2.Norma (Norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan
tindakan tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
Atau biasa dikatakan Norma adalah standar perilaku yang dapat
diterima dengan baik dalam suatu kelompok dan digunakan oleh
semua anggota dalam kelompok tersebut. Norma digunakan untuk
mempengaruhi perilaku anggota dan norma setiap kelompok akan
berbeda dengan kelompok lain.  norma bersifat informal walaupu ada
yang formal, yaitu yang ditulis dalam buku petunjuk organisasi.
3. Hubungan antar anggota
Ditandai dengan adanya hubungan ketertarikan dari masing-masing
anggota kelompok yang menimbulkan hubungan komunikasi diantara
mereka

D. Peran Pemimpin
Pemimpin kelompok merupakan unsur yang menentukan akan
berjalan dengan baik atau tidak bimbingan kelompok yang akan
dilaksanakan. Menurut Tatiek (2001:45) peranan pemimpin kelompok
adalah sebgai berikut:
1. Memberikan dorongan emosional seperti dapat memberikan motivasi,
memberikan kenyamanan, memimpin untuk mendapatkan solusi.
2. Mempedulikan kelompok, seperti memberi dorongan, mengasihi,
menghargai, menerima, tulus, dan penuh perhatian.
3. Memberikan pengertian, menjelaskan, mengklarifikasi, menafsirkan.
4. Fungsi eksekutif, menentukan batas waktu, norma-norma, menentukan
tujuan-tujuan dan memberikan saran-saran.

E. Cara Memilih Pemimpin


Untuk menjadi pemimpin kelompok, tidak hanya orang yang
bertugas di sekolah, di setting lainpun dengan apapun jenis jabatan yang
disandangnya, dapat menjadi pemimpin kelompok.Jadi, siapapun dalam
peranannya yang membantu, mengajar atau dalam kedudukannya sebagai
pengawas, mungkin ingin atau dikehendaki memimpin kelompok-
kelompok.Profesional-profesional seperti psikiater, ahli-ahli psikologi,
pekerja sosial, konselor, menteri, manajer dan guru, semuanya dapat
menggunakan kelompok dalam pekerjaan-pekerjaan mereka.Karena
kelompok adalah efisien dan bermanfaat, maka pengetahuan keterampilan
tentang bagaimana pemimpin kelompok sangat berharga (Jacobs.Harvill &
Masson, 1994:1). Seorang pemimpin merupakan seorang yang
memperlancar tindakan atau perubahan (Ohlsen,1970:52). Karena"
itu,pemimpin kelompok perlu menguasai keterampilan-keterampilan
dalam memimpin kelompok
Di lain pihak, banyak diantara orang-orang yang mengaku profesi
bantuan, belum mengenal atau menguasai tapi tidak mampu menerapkan
dalam praktek tentang teori-teori dan teknik-teknik memimpin kelompok.
Orang-orang yang mantap pada tingkat lanjutpun dalam profesi bantuan
sering hanya memiliki sangat sedikit pengenalan akan teori-teori dan
teknik-teknik kerja kelompok. Banyak diantara profesional ini mendapati
diri mereka sendiri dalam peranan pemimpin kelompok sebagai bagian
dari syarat-syarat jabatan/pekerjaan tanpa persiapan dalam latihan yang
memadai (Corey,1981:4). Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi
pemimpin kelompok perlu menguasai pengetahuan dan
melatih keterampilan dalam kelompok

F. Syarat-syarat pemimpin dalam bimbingan kelompok


Telah disinggung didepan bahwa pemimpin kelompok mesti dilihat
sebagai pribadi dan sebagai profesional dalam proses kelompok. Keduanya
tidak dapat dipisahkan.Karena itu, selain ciri-ciri profesional, pemimpin
kelompok harus diketahui ciri-ciri pribadinya. Dengan penjelasan yang
mudah dimengerti, Corey (1981) mengemukakan beberapa ciri pribadi
yang sangat berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif:
a. Kehadiran. Orang yang hadir secara emosional maksudnya yang
digerakkan oleh pengalaman orang lain yang menggembirakan atau
menyedihkan. Kalau pemimpin-pemimpin bersentuhan dengan emosi-
emosi mereka sendiri, mereka menjadi lebih banyak terlibat secara
emosional dengan orang lain.

b. Kekuatan pribadi. Kekuatan pribadi meliputi kepercayaan diri dan


kesadaran akan pengaruh seseorang pada orang lain. Ini harus
ditekankan bahwa itu bukan berarti mendominasi dan mengeksploitasi
terhadap orang lain, yang mana merupakan penyalahgunaan
kekuasaan.

c. Keberanian. Pemimpin-pemimpin kelompok yang efektif sadar bahwa


mereka perlu menunjukkan keberanian dalam interaksi mereka dengan
anggota-anggota kelompok dan bahwa mereka tidak boleh
bersembunyi dibelakang peranan khusus mereka sebagai konselor.

d. Kesadaran diri. kesadaran diri merupakan hal yang berbarengan


dengan kemauan untuk menghadapi diri sendiri.

e. Kesungguhan/ketulusan. Salah satu kualitas pemimpin yang paling


penting adalah minat yang tulus/sungguh-sungguh pada kesejahteraan
orang lain dan pada kemampuan mereka untuk berkembang menurut
cara-cara yang konstruktif.

f. Keaslian (authenticity). Ciri ini berhubungan erat dengan


ketulusan.Keefektifan menuntut bahwa pemimpin menjadi seorang
pribadi yang asli, yang nyata atau riil, kongruen dan jujur.Sebagai
pribadi tidak hidup dengan berpura-pura dan tidak bersembunyi di
belakang topeng-topeng

g. Mengerti Indentitas. Kalau pemimpin-pemimpin kelompok


akanmembantu orang lain menemukan siapa mereka, mereka perlu
memilikipengertian yang jelas tentang identitas mereka sendiri.

h. Keyakinan/kepercayaan dalam proses kelompok. Keyakinan


pemimpinyang mendalam akan nilai proses kelompok adalah esensial
bagikeberhasilan proses kelompok

i. Kegairahan (antusiasme). Kalau pemimpin-pemimpin kelompok


sangat bergairah atas apa yang sedang mereka lakukan, tidak mungkin
bagi mereka itu untuk mengilhami /membangkitkan semangat anggota
kelompok dan memberikan mereka dengan suatu rangsangan untuk
bekerja/bergerak.

j. Daya cipta dan kreativitas. Kesanggupan secara spontan menjadi


kreatif dan untuk mengancang suatu kelompok dengan ide-ide yang
segar banyak mengungkapkan mengenai keefektifan potensial dari
seorang pemimpin. Pemimpin perlu menghindarkan memasuki
jebakan di antara teknik-teknik ritual dan presentasi-presentasi
sebelum program yang tanpa semangat.

Sebagaimana telah dikatakan bahwa syarat pemimpin kelompok


akan dilihat dari keterampilannya dalam memimpin kelompok. Ini tidak
hendak mengabaikan hal-hal lain yang penting, tetapi pada hematnya
segala aspek kognitif dan afektif dari pemimpin akan nampak dalam
keterampilan yang diperlihatkannya dalam praktek. Lewat
keterampilannya pula akan terlihat keeefktifannya sebagai pemimpin,
gaya-gaya kepemimpinannya, dan peranannya sebagai pemimpin
kelompok.

G. Kegiatan
Untuk melakukan bimbingan kelompok, dapat dilakukan dengan cara :
1. Masing-masing anggota kelompok dalam kelompok bimbingan
secara bebas dan sukarela berbicara, bertanya, mengeluarkan
pendapat, gagasan, sikap, saran, serta perasaan yang dirasakannya
pada saat itu.
2. Mendengarkan dengan baik bila anggota kelompok berbicara,
yaitu setiap salah satu anggota kelompok menyampaikan
tanggapan, maka anggota kelompok lainnya memperhatikannya,
karena dengan memperhatikannya maka akan mudah untuk saling
menanggapi pendapat orang lain, sehingga akan menumbuhkan
dinamika kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok tersebut.
3. Mengikuti aturan yang ditetapkan oleh kelompok dalam kelompok
bimbingan, yaitu dalam pelaksanaan kelompok bimbingan dibuat
semacam kesepakatan antara pemimpin kelompok dengan para
anggota kelompok, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh
kedua belah pihak.
4. Mengadakan evaluasi setelah kegiatan kelompok bimbingan
berakhir. Evaluasi dalam hal ini dilakukan pemimpin kelompok
setiap berakhirnya pertemuan dan evaluasi secara keseluruhan
setiap pertemuan kelompok.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya kelompok terbentuk karena adanya suatu kumpulan
dua orang atau lebih. George Homans pada tahun (1950) mendefenisikan
kelompok sebagai sejumlah individu, berkomunikasi satu dengan yang lain
dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak,
sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara
langsung. Kelompok konseling terbentuk dalam rangka memecahkan
permasalahan yang ada dari individu. Konseling terdiri dari komponen
konselor dan klien, dengan klien yang berjumlah lebih dari satu orang.
Dalam konseling kelompok tentunya mempunyai tujuan dalam
pembentukannya salah satunya adalah :Melatih individu untuk berani
mengemukakan pendapat di depan teman-temannya.
Peran pemimpin, pemimpin kelompok merupakan unsur yang
menentukan akan berjalan dengan baik atau tidak bimbingan kelompok
yang akan dilaksanakan. Untuk menjadi pemimpin kelompok perlu
menguasai keterampilan-keterampilan dalam memimpin kelompok.
pemimpin kelompok mesti dilihat sebagai pribadi profesional dalam proses
kelompok. segala aspek kognitif dan afektif dari pemimpin akan nampak
dalam keterampilan yang diperlihatkannya dalam praktek. Lewat
keterampilannya pula akan terlihat keeefktifannya sebagai pemimpin,
gaya-gaya kepemimpinannya, dan peranannya sebagai pemimpin
kelompok.
B. Saran
Dengan diberikannya kesempatan untuk membuat makalah ini,
penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun darin para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak
orang.
DAFTAR PUSTAKA

Adhiputra, A.A.N. 2016. Konseling Kelompok Perspektif Teori dan


Aplikasi. Denpasar: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP.PGRI Bali.
Adhiputra, A.A.N. 2006. Landasan-landasan Konseling Kelompok.
Denpasar: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP.PGRI Bali.
Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT
Refika. Aditama.
Lubis, Namora Lumongga. 2015. Konseling Kelompok. Jakarta :
Prenadamedia
dapat di akses di
http://books.google.co.id/books/about/Konseling_Kelompok.html?
id=8KRPDwAAQBAJ&redir_esc=y
Tahap pembentukan struktur kelompok (tahap Norming). Diakses pada 5
Maret 2023, dari https://raraajah.wordpress.com/2010/11/07/tahap-pembentukan-
struktur-kelompok-tahap-norming/
Romlah, Tatik. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Cara-cara Pelaksanaan Bimbingan Kelompok. Diakses pads 5 Maret 2023,
dari https://kelompok5bkunila.wordpress.com/2011/04/25/cara-cara-pelaksanaan-
bimbingan-kelompok/
Juraida, J. (2015). Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok untuk
Meningkatkan Ketakwaan Siswa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Mts Negeri
Mulawarman Banjarmasin. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur: Berbeda, Bermakna,
Mulia, 1(3).

Anda mungkin juga menyukai