Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMIAH

Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Dosen Pengampuan: Dzinnun Hadi S.Sos, M.Pd

Oleh kelompok 9:
1. Farid Ilham Ferdiansyah (126306201012)
2. Siti Badriyah Khulafaurrahma (126306201016)
3. Siti Nur Alifah (126306201020)
4. Trisna Wahyu Ningsih (126306201039)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Makalah adalah salah satu hasil karya tulis ilmiah yang bersifat ilmiah dengan
pembahasan permasalahan tertentu, bertujuan memenuhi tugas tertentu seperti tugas
akademik dan tugas non akademik. makalah adalah karya ilmiah yang biasanya
dipersiapkan untuk disajikan di pertemuan ilmiah (diskusi, seminar atau simposium), atau
untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Makalah biasanya dibuat berdasarkan hasil refleksi
dari hasil penelitian yang pernah dilakukan ataupun hasil bacaan dari beberapa buku
tentang suatu topik tertentu.
Makalah merupakan hasil pemikiran mengenai suatu topik tertentu yang
memerlukan pengkajian lebih mendalam. Karena itu sebaiknya makalah ditulis secara
argumentatif berdasarkan hasil suatu bacaan dan pengamatan terhadap suatu topik.
Dalam pembuatan makalah terdiri dari judul ,bab pendahuluan (yang berisikan latar
belakang, rumusan masalah dan tujuan), lalu bab pembahasan dan kesimpulan. Tidak ada
ketentuan yang pasti mengenai ketebalan serta banyak sedikitnya buku rujukan yang
menjadi sumber makalah.
Jumlah halamannya sangat bergantung pada kebutuhan, tetapi biasanya antara 8
sampai 15 halaman, termasuk tabel, gambar, chart, daftar pustaka dan lampiran (jika
ada). Makalah pun juga dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya makalah deduktif,
makalah induktif, makalah kajian (ilmiah), dan makalah kerja.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu makalah hasil berpikir deduktif ?
2. Apa itu makalah hasil berpikir induktif ?
3. Apa itu makalah hasil berpikir ilmiah ?
4. Bagaimana menilai makalah ?

C. Tujuan
mampu memahami tentang:
1. Makalah hasil berpikir deduktif
2. Makalah hasil berpikir induktif
3. Makalah hasil berpikir ilmiah
4. Menilai makalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makalah hasil berpikir deduktif


 Pengertian Makalah Deduktif
Makalah deduktif adalah suatu makalah yang berpangkal pada
suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Karya ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional,
instrumen dan operasionalisasi.
Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus
memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan
penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks makalah deduktif tersebut,
konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

 Faktor-faktor makalah deduktif :


 Terdapat pada kalimat utama
 Penjelasannya berupa hal-hal yang umum
 Kebenarannya jelas dan nyata

 Bentuk-bentuk Makalah Deduktif


Bentuk standar dari makalah deduktif adalah silogisme, yaitu proses makalah di
mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa
konklusi)
Bentuk silogisme
 Silogisme kategoris: terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
 Silogisme hipotesis: salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis
Hukum-hukum Silogisme
a) Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:
 Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
 Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
 Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh
lebih luas daripada dalam premis.
 Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal. 
b) Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.
 Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif
juga.
 Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
 Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga
(mengikuti proposisi yang paling lemah)
 Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya
pertikular. 
B. Makalah hasil berpikir induktif
1. Konsep Berpikir Induktif
Induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma
satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung
semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada
semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain
yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.

2. Konsep Bernalar dalam Karangan


Dalam praktek proses deduktif dan induktif itu diwujudkan dalam satuan--satuan
tulisan yang merupakan paragraf. Di dalam paragraf suatu pernyataan umum
membentuk kalimat utama yang mengandung gagasan utama yang dikernbangkan
dalarn paragraf itu. Dengan demikian ada paragraf deduktif de-ngan kalimat utama
pada awal paragraf, paragraf induktif dengan kalimat utama.
Pada akhir paragraf, dan ada pula paragraf dengan kalimat utama pada awal dan
akhirnya. Proses deduktif dan induktif itu juga diterapkan dalam mengembangkan
seluruh karangan. Paragraf-paragrat deduktif dan induktif mungkin dipergunakan
secara bergantian, bergantung kepada gaya yang dipilih penulis sesuai dengan efek
dan tekanan yang ingin diberikannya. Karya ilmiah merupakan sintesis antara proses
deduktif dan induktif, Kedua proses itu terlihat secara jelas.

3. Konsep Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan tentang hubungan diantara konsep. Generalisasi
mengungkapkan sejumlah besar informasi. Kebenaran suatu generalisasi ditentukan
oleh rujukan pembuktian konsep.

4. Hipotesis dan Teori


Definisi Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “sebelum” dan “thesis” yang berarti
“pernyataan/pendapat”. Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara
yang kebenarannya masih harus di uji, atau rangkuman teoritis yang diperoleh dari
tinjauan pustaka. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan
dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara
sadar, teliti, dan terarah.Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga
disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.

Definisi Teori
Pengertian Teori adalah merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara
sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis
atau dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai
wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati

5. Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar
terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi
dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya
pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Jenis-jenis Analogi
a. Analogi induktif:
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang
ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada
pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif
merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
b. Analogi deklaratif:
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau
dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui
atau kita percayai.

6. Hubungan Kausal
Hubungan sebab akibat / hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau
ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu
kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya
suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan
merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata.
Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan
dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis tersebut.

7. Induksi dalam Metode Eksposisi


Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang
dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian
dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan
memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas
uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak
jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja.
Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

C. Makalah hasil berpikir ilmiah


1. Sarana Berfikir Imiah
Untuk melakukan kegiataan ilmiah kita dituntut untuk berfikir dalam
menelaah ilmiah tersebut secara teratur dan cermat, karena itu adalah alat untuk
membantu kegiatan ilmiah agar berjalan baiksesuai lakah yang harus ditempuh.
Tujuan memperlajari sarana ilmiah adalah untuk membantu kita menelaah secara
baik, dan bertujuan untuk mendapatkan pegentahuan yang mungkin bisa
memecahkan masalah sehari-hari. pola berfikirnya, maka ilmu merupakan
gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah
yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus
didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula.
Berfikir menurut Salam adalah suatu aktifitas untuk menemukan
pengetahuan yang benar atau kebenaran. Berfikir juga dapat diartikan sebagai
proses yang dilakukan untuk menentukan langkah yang akan ditempuh. Ilmiah
adalah ilmu. Jadi maksudnya kalua ilmiah itu termasuk dalam proses atau aktifitas
untuk meraih ilmu sehingga ada beberapa yang harus diperhatikan dalam sarana
ilmiah termasuk:
 Sarana berfikir ilmiah
 Tujuan mempelajari metode ilmiah
Jadi dua hal itu perlu diperhatikan karena manusia juga disebut homo
faber yaitu mahluk yang membuat alat dan kemampuan membuat alat
dimungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan juga memerlukan
alat-alat. Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu
tujuan tertentu, sedangkan sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode
ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik, dengan demikian fungsi sarana
ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, bukan merupakan ilmu itu sendiri
2. Bahasa
Bahasa merupakan suatu komponen penting dan diperlukan dalam hidup manusia,
namun kita menganggap hal tersebut sebagai lazim saja dalam kehidupan manusia seperti
saat kita berjalan dan bernafas. Menurut cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun,
bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikir melainkan terletak
pada kemampuan berbahasa. Bahasa diperlukan manusia atau sebagai fungsi: alat
komunikasi atau fungsi komunikatif dan alat budaya yang mempersatukan manusia yang
menggunakan bahasa tersebut atau fungsi kohesif . komunikatif memiliki tiga unsur yaitu
perasaan, sikap, dan buah pikiran. Biasanya kekurangan Bahasa terletak pada:
1) Peranan Bahasa yang multifungsi.
2) Arti yang tidak jelas dan aeksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun
bahasa.
3) Konotasi yang bersifat emosional.

Menurut John W.Santrock, bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis
atau tanda, yang didasarkan pada sistem symbol (Depdiknas, 2003). Menurut Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM, bahasa adalah merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai
alat komunikasi manusia. Maka bahasa adalah suatu alat komunikasi yang berupa simbol-
simbol yang digunakan oleh manusia untuk berpikir atau melakukan penalaran induktif
dan deduktif dalam kegiatan ilmiah (Suryasumantri, 1999).

Para ahli filsafat Bahasa fungsi Bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi Bahasa
adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walau terdapat perbedaan dalam pendapat
namun saling melengkapi satu sama lainnya.

Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa
adalah sebagai berikut:

1) Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang


bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya.
2) Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan
tingkah.
3) Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan
perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.
4) Fungsi Personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan
perasaan dan pikiran.
5) Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan
keinginan untuk mempelajarinya.
6) Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak
sesuai dengan realita (dunia nyata).
7) Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan
pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang.

Bahasa itu sendiri ada dua yaitu Bahasa alamiah dan Bahasa buatan maksudnya
Bahasa alamiah adalah kata dan suatu kesatuan kalimat yang spontan kita ucapkan sehari-
hari, karena kebiasaan dan instuitif diri. Sedangkan yang dimaksud buatan yaitu Bahasa
yang di rumuskan atau dibuat oleh para ahli dalam bidangnya dengan istilah-istilah dan
lambing-lambang tertentu untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.

3. Logika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah


Menurut Bakhtiar (2009:212), ”Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis,
valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan atura-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu”.
Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir dengan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Dengan logika manusia dapat berpikir
dengan sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika ingin melakukan
kegiatanberpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang
logis. Dengan logika dapat dibedakan antara proses berpikir yang benar dan proses
berpikir yang salah.
Menurut Susanto (2011:146), ada 3 aspek penting dalam memahami logika:
pengertian, proposisi, dan penalaran. Ketiga aspek tersebut sangat penting dalam
memahami logika karena tanpa ketigas aspek tersebut manusia akan kesulitan
memperoleh dan menghasilkan kegiatan ilmiah yan benar.
4. Matematika sebagai sarana berfikir Ilmiah
Suriasumantri (2003:191), ”Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk
menghilangkan sifat kubur (pen: kabur), majemuk dan emosional dari bahasa verbal”.
Matematika sebagai sarana berpikir deduktif menggunakan bahasa artifisial, yakni murni
bahasa buatan manusia. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotif dan
efektif serta jelas terlihat bentuk hubungannya.
Matematika lebih mementingkan kelogisan pernyataanpernyataannya yang
mempunyai sifat yang jelas (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:107). Matematika
untuk melakukan pengukuran yang jelas. Matematika sebagai sarana berfikir
deduktif,untuk mengembangkan pengetahuannya berdasarkan teori-teori yang telah ada.

5. Statistika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah


Suriasumantri (2003:225), ”Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan
matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari
berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik”. Statistika merupakan sarana berpikir yang
diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat
metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan
menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadai secara
kebetulan.
Langkah yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika adalah:
i. Observasi dan eksperimen,
ii. Memunculkan hipotesis ilmiah,
iii. Verifikasi dan pengukuran, dan
iv. Sebuah teori dan hukum ilmiah. (Sumarna, 2008:146)

Berdasarkan pengkajian-pengkajian terhadap data dan keadaan di lapangan


tersebut dapat dirumuskan suatu kesimpulan yang nantinya menjadi sebuah teori atau
hukum ilmiah. Artinya, kesimpulan yang ditarik bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi,
tetapi telah melalui tahap-tahap berpikir tertentu dengan melibatkan data dan fakta yang
terjadi di lapangan.

D. Menilai makalah
1. Kejelasan (clarity)
Makalah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami,
mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh
bersifat sama-samar, kabur dan tidak boleh ada di wilayah abu-abu. (Bahasa Jawa: ‘kedah
gamblang wijang-wijang’). Kejelasan di dalam Makalah itu ditopang oleh hal-hal berikut:
1) Pemakaian bentuk kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasan yang
masih harus dicari-cari dulu maknanya, bahkan oleh penulisnya.
2) Pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang
berbelit, panjang, rancu dan boros (verbose).
3) Pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing.
Kata-kata asing dapat digunakan hanya kalau memang istilah itu sangat teknis
sifatnya sehingga tidak (belum) ada istilah/kata yang pas dalam bahasa indonesia.
2. Ketepatan (accuracy)
Makalah menjujung tinggi keakuratan. Hasil penelitian makalah dan cara
penyajian hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat. Supaya Makalah menjadi sungguh-
sungguh akurat, penulis/peneliti harus sangat cermat, teliti, tidak bleh sembrono, atau
‘main-main dengan ilmu’.
Dalam penyampaiannya di dalam Makalah itu harus terwadahi butir-butir gagasan
dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh peneliti/penulisnya.
Kualifikasi demikian itulah yang dimaksud dengan istilah ‘efektif-‘sangkil’.
3. Keringkasan (brevity)
Makalah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek. Karangan yang
tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh di dalamnya tidak terdapat bentuk-
bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang bertumpukan (running-on
sentences), dan sarat dengan kemubaziran dan kerancuan.
Jadi, makalah itu tidak boleh menghamburkan kata-kata, tidak boleh mengulang-
ulang ide yang telah diungkapakan, dan tidak berputar-putar dalam mengungkapkan
maksud atau gagasan. Makalah harus dibangun dari ide yang kaya dengan bahasa yang
hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang miskin namun dengan bahasa
berbunga-bunga.
Makalah harus ditulis dengan hati dan diteliti kembali, dibenahi dan diedit
kembali dengan pikiran. Jadi, peganglah prinsip ’writing with heart, editing with brain’ di
dalam praktik menulis Makalah.
Dalam pra penulisan Makalah kita harus mengetahui apa yang latar belakang dan maksud
dari :
a. Hakikat Masalah
Berisi tentang suatu masalah yang akan kita bahas dalam penulisan makalah.
b. Sumber Masalah Dalam menentukan sumber masalah dalam pra penulisan makalah
dapat diangkat atau ditarik dari suatu masalah atau kejadian yang tepat untuk
diteliti ?. Diantara sumber – sumber yang dimaksud yaitu :
1. Fenomena Pendidikan di Ruang Kuliah, sekolah dan masyarakat.
Terdapat berbagai macam masalah yang timbul dan menarik untuk diangkat.
Misalnya : bagaimanakah cara guru mengajar di kelas ?, bagaimana orang tua
mengawasi anaknya dalam bergaul ?.
2. Perubahan Teknologi dan Pengembangan Kurikulum.
Pada perkembangan teknologi seperti sekarang ini dapat menimbulkan masalah
yang menarik mengenai inovasi dalam pendidikan atau proses pembelajaran.
Sebagai contoh : pengajaran melalui tv, pengajaran melalui pemprograman dan
melalui permainan.
3. Pengalaman Akademis.
Dengan adanya pengalaman akademis maka akan menimbulkan sikap bertanya
terhadap pendidikan yang berlaku dimasyarakat. Sikap bertanya juga seharusnya
efektif di dalam pengembangan pengenalan terhadap masalah.
4. Berkonsultasi dengan Dosen Pengajar. Dalam membuat pra penulisan makalah
kita juga membutuhkan pengarahan dari dosen pengajara atau dosen pembimbing.
Juga merupakan sumber dalam menemukan masalah penelitian.
c. Teknik merumuskan Masalah
Dalam teknik merumuskan masalah kita juga harus mempertimbangkan bagaimana
cara dalam :
1. Pemilihan Topik
Topik yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang akan dijadikan sebagai bahan
penulisan.
2. Penetapan Judul
Dalam penetapan judul makalah perlu difikirkan dengan baik karena judul tulisan
merupakan aspek utama dan gambaran kecil dari pembahasan yang akan dibahas
dan mendapat perhatian dari pembaca dan penilai makalah.
3. Latar Belakang
Dalam penulisan latar belakang, peneliti juga dapat memaparkan rangkuman hasil
bacaan berupa hasil penelitian, hasil seminar atau diskusi makalah dan
pengalaman peneliti sendiri yang mendukung topik penelitian. Oleh karena itu,
peneliti boleh memunculkan masalah yang mungkin timbul dari topik sesuai
dengan banyaknya variabel yang terkait dengan topik.
4. Rumusan masalah
Setiap penelitian harus mempunyai satu masalah pokok yang akan dibahas.
5. Tujuan Penelitian
Untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yang akan dibahas.
d. Cara membuat Hipotesis yang Baik
Menurut Dahlan ( 2004 ) ada 5 tahapan yang harus diperhatikan dalam menentukan
uji hipotesis yang baik dalam melakukan pengolahan data penelitian makalah :
 Skala pengukuran
 Jenis hipotesis
 Jumlah Kelompok
 Berpasangan atau tidaknya responden
 Table silang
e. Ciri – ciri Hipotesis yang baik Hipotesis yang baik memiliki empat ciri pokok yaitu :
 hipotesis harus sesuai dengan pengetahuan yang sedang umum berlaku dalam
suatu bidang.
 hipotesisi harus tunduk pada konsistensi logika.
 hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk sederhana.
 Hipotesis harus dapat diuji. Bahwa hipotesis harus sesuai dengan pengetahuan
yang umum berlaku adalah suatu hal yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai