Oleh kelompok 9:
1. Farid Ilham Ferdiansyah (126306201012)
2. Siti Badriyah Khulafaurrahma (126306201016)
3. Siti Nur Alifah (126306201020)
4. Trisna Wahyu Ningsih (126306201039)
B. Rumusan masalah
1. Apa itu makalah hasil berpikir deduktif ?
2. Apa itu makalah hasil berpikir induktif ?
3. Apa itu makalah hasil berpikir ilmiah ?
4. Bagaimana menilai makalah ?
C. Tujuan
mampu memahami tentang:
1. Makalah hasil berpikir deduktif
2. Makalah hasil berpikir induktif
3. Makalah hasil berpikir ilmiah
4. Menilai makalah
BAB II
PEMBAHASAN
3. Konsep Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan tentang hubungan diantara konsep. Generalisasi
mengungkapkan sejumlah besar informasi. Kebenaran suatu generalisasi ditentukan
oleh rujukan pembuktian konsep.
Definisi Teori
Pengertian Teori adalah merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara
sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis
atau dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai
wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati
5. Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar
terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi
dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya
pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Jenis-jenis Analogi
a. Analogi induktif:
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang
ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada
pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif
merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
b. Analogi deklaratif:
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau
dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui
atau kita percayai.
6. Hubungan Kausal
Hubungan sebab akibat / hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau
ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu
kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya
suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan
merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata.
Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan
dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis tersebut.
Menurut John W.Santrock, bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis
atau tanda, yang didasarkan pada sistem symbol (Depdiknas, 2003). Menurut Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM, bahasa adalah merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai
alat komunikasi manusia. Maka bahasa adalah suatu alat komunikasi yang berupa simbol-
simbol yang digunakan oleh manusia untuk berpikir atau melakukan penalaran induktif
dan deduktif dalam kegiatan ilmiah (Suryasumantri, 1999).
Para ahli filsafat Bahasa fungsi Bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi Bahasa
adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walau terdapat perbedaan dalam pendapat
namun saling melengkapi satu sama lainnya.
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa
adalah sebagai berikut:
Bahasa itu sendiri ada dua yaitu Bahasa alamiah dan Bahasa buatan maksudnya
Bahasa alamiah adalah kata dan suatu kesatuan kalimat yang spontan kita ucapkan sehari-
hari, karena kebiasaan dan instuitif diri. Sedangkan yang dimaksud buatan yaitu Bahasa
yang di rumuskan atau dibuat oleh para ahli dalam bidangnya dengan istilah-istilah dan
lambing-lambang tertentu untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.
D. Menilai makalah
1. Kejelasan (clarity)
Makalah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami,
mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh
bersifat sama-samar, kabur dan tidak boleh ada di wilayah abu-abu. (Bahasa Jawa: ‘kedah
gamblang wijang-wijang’). Kejelasan di dalam Makalah itu ditopang oleh hal-hal berikut:
1) Pemakaian bentuk kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasan yang
masih harus dicari-cari dulu maknanya, bahkan oleh penulisnya.
2) Pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang
berbelit, panjang, rancu dan boros (verbose).
3) Pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing.
Kata-kata asing dapat digunakan hanya kalau memang istilah itu sangat teknis
sifatnya sehingga tidak (belum) ada istilah/kata yang pas dalam bahasa indonesia.
2. Ketepatan (accuracy)
Makalah menjujung tinggi keakuratan. Hasil penelitian makalah dan cara
penyajian hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat. Supaya Makalah menjadi sungguh-
sungguh akurat, penulis/peneliti harus sangat cermat, teliti, tidak bleh sembrono, atau
‘main-main dengan ilmu’.
Dalam penyampaiannya di dalam Makalah itu harus terwadahi butir-butir gagasan
dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh peneliti/penulisnya.
Kualifikasi demikian itulah yang dimaksud dengan istilah ‘efektif-‘sangkil’.
3. Keringkasan (brevity)
Makalah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek. Karangan yang
tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh di dalamnya tidak terdapat bentuk-
bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang bertumpukan (running-on
sentences), dan sarat dengan kemubaziran dan kerancuan.
Jadi, makalah itu tidak boleh menghamburkan kata-kata, tidak boleh mengulang-
ulang ide yang telah diungkapakan, dan tidak berputar-putar dalam mengungkapkan
maksud atau gagasan. Makalah harus dibangun dari ide yang kaya dengan bahasa yang
hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang miskin namun dengan bahasa
berbunga-bunga.
Makalah harus ditulis dengan hati dan diteliti kembali, dibenahi dan diedit
kembali dengan pikiran. Jadi, peganglah prinsip ’writing with heart, editing with brain’ di
dalam praktik menulis Makalah.
Dalam pra penulisan Makalah kita harus mengetahui apa yang latar belakang dan maksud
dari :
a. Hakikat Masalah
Berisi tentang suatu masalah yang akan kita bahas dalam penulisan makalah.
b. Sumber Masalah Dalam menentukan sumber masalah dalam pra penulisan makalah
dapat diangkat atau ditarik dari suatu masalah atau kejadian yang tepat untuk
diteliti ?. Diantara sumber – sumber yang dimaksud yaitu :
1. Fenomena Pendidikan di Ruang Kuliah, sekolah dan masyarakat.
Terdapat berbagai macam masalah yang timbul dan menarik untuk diangkat.
Misalnya : bagaimanakah cara guru mengajar di kelas ?, bagaimana orang tua
mengawasi anaknya dalam bergaul ?.
2. Perubahan Teknologi dan Pengembangan Kurikulum.
Pada perkembangan teknologi seperti sekarang ini dapat menimbulkan masalah
yang menarik mengenai inovasi dalam pendidikan atau proses pembelajaran.
Sebagai contoh : pengajaran melalui tv, pengajaran melalui pemprograman dan
melalui permainan.
3. Pengalaman Akademis.
Dengan adanya pengalaman akademis maka akan menimbulkan sikap bertanya
terhadap pendidikan yang berlaku dimasyarakat. Sikap bertanya juga seharusnya
efektif di dalam pengembangan pengenalan terhadap masalah.
4. Berkonsultasi dengan Dosen Pengajar. Dalam membuat pra penulisan makalah
kita juga membutuhkan pengarahan dari dosen pengajara atau dosen pembimbing.
Juga merupakan sumber dalam menemukan masalah penelitian.
c. Teknik merumuskan Masalah
Dalam teknik merumuskan masalah kita juga harus mempertimbangkan bagaimana
cara dalam :
1. Pemilihan Topik
Topik yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang akan dijadikan sebagai bahan
penulisan.
2. Penetapan Judul
Dalam penetapan judul makalah perlu difikirkan dengan baik karena judul tulisan
merupakan aspek utama dan gambaran kecil dari pembahasan yang akan dibahas
dan mendapat perhatian dari pembaca dan penilai makalah.
3. Latar Belakang
Dalam penulisan latar belakang, peneliti juga dapat memaparkan rangkuman hasil
bacaan berupa hasil penelitian, hasil seminar atau diskusi makalah dan
pengalaman peneliti sendiri yang mendukung topik penelitian. Oleh karena itu,
peneliti boleh memunculkan masalah yang mungkin timbul dari topik sesuai
dengan banyaknya variabel yang terkait dengan topik.
4. Rumusan masalah
Setiap penelitian harus mempunyai satu masalah pokok yang akan dibahas.
5. Tujuan Penelitian
Untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yang akan dibahas.
d. Cara membuat Hipotesis yang Baik
Menurut Dahlan ( 2004 ) ada 5 tahapan yang harus diperhatikan dalam menentukan
uji hipotesis yang baik dalam melakukan pengolahan data penelitian makalah :
Skala pengukuran
Jenis hipotesis
Jumlah Kelompok
Berpasangan atau tidaknya responden
Table silang
e. Ciri – ciri Hipotesis yang baik Hipotesis yang baik memiliki empat ciri pokok yaitu :
hipotesis harus sesuai dengan pengetahuan yang sedang umum berlaku dalam
suatu bidang.
hipotesisi harus tunduk pada konsistensi logika.
hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk sederhana.
Hipotesis harus dapat diuji. Bahwa hipotesis harus sesuai dengan pengetahuan
yang umum berlaku adalah suatu hal yang jelas.