Anda di halaman 1dari 23

TUGAS 1

PENDEKATAN KELOMPOK DALAM KONSELING

“ Kepemimpinan Kelompok, Etika dan Isu-isu Profesional pada Praktik


Kelompok”

Dosen Pengampu :
Dr. Netrawati, M.Pd., Kons.
Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Elvira Linanda Putri 23151051
Randa M. Saputra 23151059
Raja Zulfikar 23151058

PRODI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahiim.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan topik pembahasan “Kepemimpinan Kelompok, Etika dan Isu-isu
Profesional pada Praktik Kelompok”. Makalah ini penulis ajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Pendekatan Kelompok dalam Konseling.

Penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada Dosen Pengampu Mata


Kuliah Pendekatan Kelompok dalam Konseling yaitu Dr. Netrawati, M.Pd., Kons.
dan Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons., sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.Tak ada gading yang tak retak, begitu juga
dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaaan, baik materi maupun teknik penulisannya.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat


membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana
mestinya.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca
khususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan
terimakasih.

Padang, Februari 2024

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I........................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................2
A. Pemimpin Kelompok sebagai Pribadi................................................................2
B. Ketermpilan Kepemimpinan Kelompok.............................................................2
C. Keahlian Khusus pada Pembukaan dan Penutupan Sesi Kelompok ......................9
D. Hak Anggota Kelompok ................................................................................. 11
E. Isu Resiko Psikologis dalam Kelompok ........................................................... 13
F. Etika dalam Tindakan Pemimpin Kelompok .................................................... 14
G. Sosialisasi Anggota Kelompok ....................................................................... 15
H. Dampak dari Penilaian Pemimpin dalam Kelompok ......................................... 16
I. Isu Etika dalam Konseling Kelompok Multikultural ......................................... 16
BAB III ................................................................................................................... 18
PENUTUP............................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ................................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelompok merupakan adanya perkumpulan dari beberapa orang. Praktik
kelompok dalam pelaksanan konseling merupakan kegiatan professional. Dalam
praktik kelompok, tentu adanya kepemimpinan kelompok, etika kelompok, dan isu-
isu professional di dalamnya. Kepemimpinan kelompok mempuyai pengaruh yang
kuat dalam proses layanan kelompok, tidak hanya mengarahkan perilaku anggota
kelompok, melainkan harus tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi sebagai
akibat dari perkembangan kegiatan di dalam kelompok.

Begitu pula etika dan isu professional dalam praktik kelompok. Etika utama
dalam kelompok berkaitan dengan kompetensi pemimpin kelompok. Perhatia
khusus diberikan pada cara-cara menentukan kompetensi, standar pelatihan
professional, dan tambahan untuk persiapan akademis pemimpin kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemimpin kelompok sebagai pribadi ?
2. Bagaimana keterampilan kepemimpinan kelompok ?
3. Bagaimana keahlian khusus pada sesi pembukaan dan penutupan kelompok ?
4. Bagaimana hak anggota kelompok ?
5. Bagaimana isu resiko psikologisdalam kelompok?
6. Bagaimana etika dalam Tindakan pemimpin kelompok?
7. Bagaimana sosialisasi anggota kelompok?
8. Bagaimana dampak dari penilaian pemimpin dalam kelompok?
9. Bagaimana isu etika dalam konseling kelompok multicultural?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemimpin Kelompok sebagai Pribadi


Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain.

Kepemimpinan erupakan suatu proses untuk mempengaruhi aktivitas kelompok,

memperoleh kesepakatan untuk mengarahkan kelompok mencapai tujuan tertentu

(dalam Fridayana. 2013). Menurut Kartono (dalam Anoraga, 2013:3) mengartikan

pemimpin sebagai seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di suatu

bidan, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk Bersama melakukan

aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.

Para pemimpin membawa kualitas pribadi, nilai-nilai, dan pengalaman

hidup. Untuk mendorong pertumbuhan dalam kehidupan anggota, para pemimpin

perlu menjalankan kehidupan yang berorientasi pada pertumbuhan. Untuk

menginspirasi orang lain, para pemimpin perlu bersedia mencari pengalaman baru,

singkatnya, pemimpin kelompok menjadi kekuatan yang berpengaruh dalam

sebuah kelompok Ketika mereka mampu mencontohkan perilaku yang efektif

daripada hanya mendeskripsikannya.

B. Ketermpilan Kepemimpinan Kelompok


Kepemimpinan yang sukses membutuhkan keterampilan kepemimpinan

kelompok yang spesifik dan kinerja yang sesuai dari fungsi (Corey 2009). Berikut

beberapa tingat keterampilan kepemimpinan kelompok yang penting, yakni sebagai

berikut :

1. Mendengarkan aktif

2
Banyak pemimpin yang membuat kesalahan dengan terlalu fokus

padakonten, tidak cukup memperhatikan cara anggota kelompok

mengekspresikan diri. Menjadi pemimpin kelompok yang terampil memerlukan

pengambilan isyarat halus yang diberikan oleh anggota melalui gaya bicara,

postur dan gerak tubuh, kualitas suara dan tingkah laku. Selain mendengarkan

anggota dengan baik, pemimpin perlu mengajari anggota kelompok untuk

bagaimana mendengarkan secara aktif satu sama lain.

2. Menyatakan kembali

Menyatakan kembali bukanlah keterampilan yang mudah untuk dikuasai.

Nilai dari pernyataan ulang yang akurat danringkas ada dua; memberi tahu

peserta bahwa mereka sedang didengarkan, dan itu membantu mereka melihat

lebih jelas masalah yang mereka perjuangkan dan perasaan serta pemikiran

mereka sendiri tentang masalah ini.

3. Megklarifikasi

Mengklarifikasi merupakan perpanjangan dari mendengarkan aktif. Ini

melibatkan menanggapi aspek pesan yang membingungkan dan tidak jelas

dengan berfokus pada masalah yang mendasari dan membantu orang tersebut

memilah perasaan yang bertentangan. Dalam mengklarifikasi, pemimpin

kelompok tetap berada dalam kerangka acuan individu sementara pada saat yang

sma membantu anggota kelompok menempatkan segala sesuatunya kedalam

perspektif ini.

4. Meringkas

3
Meringkas berguna untuk melakukan transisi dari satu topik ke topik

lainnya. Pemimpin kelompok melakukan ini (meringkas) guna melanjutkan dari

masalah ke masalah, mengidentifikasi elemen umum dapat meningkatkan

pembelajaran dan mempertahankan kontinuitas. Dengan meringkas, peserta

terdorong untuk berpikir tentang apa yang telah mereka pelajari dan alami dalam

satu sesi dan tentang cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Menanyakan

Pemimpin kelompok perlu mengembangkan keterampilan dalam

mengajukan pertanyaan di tingkat kelompok serta mengajukan pertanyaan

kepada anggota individu. Penitng para pemimpin mengajukan pertanyaan guna

mengeksplorasi masalah secara lebih mendalam.

6. Menafsirkan

Menafsirkan membutuhkan banyak keterampilan. Menafsirkan terlalu

cepat, menyajikan interpretasi secara dogmatis, atau mendorong anggota untuk

tergantung pada pemimpin, dan meberikan arti serta jawaban adalah kesalahan

umum. Salah satu cara pemimpin menafsirkan yaitu dengan berbagi firasat

mereka dengan anggota, dan meminta mereka merefleksikan seberapa akurat

firasat itu.

7. Menghadapi

Konfrontasi adalah keterampilan yang perlu dipelajari para pemimpin

dalam menantang anggota individu dan kelompok secara keseluruhan.

Konfrontasi yang terampil menentukan perilaku dan perbedaan antara pesan

4
verbal dan nonverbal yang ditantang sehingga tidak ada label yang mungkin

terjadi.

8. Merefleksikan Perasaan

Mencerminkan perasaan merupakan keterampilan menggapi intisari dari

apa yang telah dikomunikasikan seseorang. Tujuannya untuk memberi tahu

anggota bahwa mereka didengar dan dipahami. Refleksi yang dilakukan dengan

baik akan mendorong kontak dan keterlibatan lebih lanjut, merasa dipahami dan

mencapai pemahaman yang lebih jelas tentang perasaan seseorang, memperkuat

dan merangsang seseorang untuk mencari keadaran diri yang lebih besar.

9. Mendukung

Mendukung berarti memberikan dorongan dan penguatan kepada anggota

kelompok, terutama Ketika mereka mengungkapkan informasi pribadi,

mengekplorasi perasaan yang meneyakitkan, atau mengambil resiko. Seorang

pemimpin dapat memberikan dukungan dengan hadir sepenuhnya pada waktu

yang tepat. Kehadiran penuh ini memerlukan keterampilan, mendengarkan

secara aktif apa yang dikatakan dan apa yang disampaikan secara nonverbal,

hadir secara psikologis dan merespon dengan cara mendorong anggota untuk

terus bergerak maju.

10. Berempati

Inti dari keterampilan berempati ada pada kemampuan pemimpin untuk

memahami dunia subjektif partisipan dan mempertahankan keterpisahannya

sendiri. Untuk berempati secara efektif, pemimpin perlu memperhatikan anggota

kelompok.

5
11. Memfasilitasi

Memfasilitasi adalah alat penting dalam pendekatan yang berpusat pada

orang. Keterampilan ini melibatkan pembukaan membangun komunikasi lebih

jelas dan langsung antara para anggota dan membantu mereka memikul

tanggung jawabyang lebih besar untuk mengarahkan kelompok.

12. Memulai

Keterampilan memulai yang baik dari pemimpin yaitu menjaga kelompok

dari kegagalan. Ini termasuk menggunakan katalisator untuk membuat anggota

fokus pada pekerjaan yang bermakna, mengetahui bagaimana menggunakan

berbagai tekni yang mempromosikan eksplorasi diri lebih dalam, dan

menyediakan tautan untuk berbagi tema yang sedang dieksplorasi dalam

kelompok. Memulai adalah keterampian utama dalam Menyusun sesi kelompok

dan dalam bekerja dengan kelompok secara kseluruhan.

13. Menetapkan Tujuan

Penetapan tujuan yang produktif adalah inti dari konseling kelompok.

Meskipun penetapan tujuan sangat penting selama tahap awal kelompok,

sepanjang kehidupan kelompok, pemimpin perlu mendorong peserta untuk

melihat lagi tujuan mereka, untuk memodifikasinya jika perlu, dan untuk

menentukan seberapa efektif mereka mencapainya.

14. Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah proses berkelanjutan yang berlangsung selama

kelompok. Setelah setiap sesi, pemimpin menilai apa yang terjadi dalam

kelompok secara keseluruhan dan di dalam anggota individu. Pemimpin

6
mengajarkan peserta bagaimana mengevaluasi diri mereka sendiri dan

bagaimana menilai gerakan dan arah kelompok mereka.

15. Memberikan Umpan Balik

Pemimpin kelompok yang terampil memberikan umpan balik yang spesifik

dan jujur berdasarkan pengamatan dan reaksinya terhadap perilaku anggota dn

mendorong anggota untuk memberikan umpan balik satu sama lain. Tujuan

umpan balik untuk mmeberikan penilaian yang relalists tentang bagaimana

seseorang terlihat oleh orang lain.

16. Saran

Saran adalah betuk intervensi yang dirancang untuk membantu anggota

mengembangkan suatu pemikiran atau Tindakan alternatif. Memberikan

informasi dan saran yang tepat untuk rencana Tindakan alternatif dapat

mempercepat kemajuan yang dibuat anggota dalam sebuah kelompok. Saran

tidak harus dating dari pemimpin, karena anggota pun juga dapat memberikan

saran untuk dipertimbangkan oleh sesama.

17. Melindungi

Tanpa mengasumsikan sikap orang tua terhadap kelompok, pemimpin harus

mampu melindungi anggota dari risiko psikologis atau fisik yang tidak perlu

yang terkait dengan berada dalam kelompok. Meskipun fakta berpartisipasi

dalam kelompok memang mengandung risiko tertentu, para pemimpin dapat

turun tangan ketika mereka merasakan bahwa kerugian psikologis dapat

dihasilkan dari serangkaian interaksi kelompok.

18. Mengungkapkan diri

7
Ketika pemimpin mengungkapkan informasi pribadi, mereka biasanya

berdampak pada kelompok. Keterampilan terdiri dari mengetahui apa, kapan,

bagaimana, dan berapa banyak untuk diungkapkan. Jika pemimpin berbagi

dengan tepat, efeknya pada kelompok kemungkinan besar akan positif.

Pengungkapan yang paling produktif terkait dengan apa yang terjadi di dalam

kelompok.

19. Pemodelan

Pemimpin menjadi model dalam sebuah kelompok untuk dipelajari dan

diamati perilakunya oleh anggota. Jika pemimpin menghargai kejujuran,

memiliki rasa hormat, terbuka, serta tegas, ia dapat memupuk kualitas-kualitas

ini dalam diri para anggota dengan menunjukkannya dalam kelompok.

20. Menghubungkan

Salah satu cara untuk mendorong interaksi di antara anggota adalah dengan

mencari tema yang muncul dalam kelompok dan kemudian menghubungkan

pekerjaan anggota tersebut lakukan untuk tema-tema ini. Ini adalah keterampilan

yang paling penting untuk diajarkan dalam kelompok dan untuk mendorong

keterlibatan banyak anggota. Mereka mendorong anggota untuk berbicara

dengan orang lain dalam kelompok secara langsung daripada melihat pemimpin

dan berbicara tentang orang lain yang hadir. Anggota sering kali memiliki

keprihatinan yang sama, dan melalui hubungan yang efektif mereka dapat

dibantu untuk mengatasi masalah mereka.

21. Pemblokiran

8
Memblokir adalah keterampilan yang membutuhkan kepekaan,

keterusterangan, dan kemampuan untuk menghentikan aktivitas tanpa

menyerang orang tersebut. Perhatian harus ditujukan pada perilaku spesifik dan

bukan pada karakter orang tersebut, dan pelabelan harus dihindari. Perilaku lain

yang perlu diwaspadai dan diblokir oleh pemimpin kelompok bila perlu

termasuk membuat alasan untuk membenarkan kegagalan membuat perubahan,

melanggar kepercayaan, menyerang privasi anggota, terus-menerus memberi

nasihat, mendongeng, bergosip, menawarkan dukungan secara tidak tepat, dan

membuat tidak akurat atau tidak pantas interpretasi yang tepat.

22. Mengakhiri

Keterampilan yang diperlukan dalam menutup sesi atau mengakhiri

kelompok dengan sukses termasuk memberikan saran kepada anggota kelompok

untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok untuk

kehidupan sehari hari, mempersiapkan anggota untuk mengahadi masalah yang

mungkin akan dihadapi diluar kelompok, menyediakan beberapa jenis evaluasi

dan tindak lanjut, menyarankan sumber bantuan dan tersedia untuk konsultasi

individu jika diperlukan.

C. Keahlian Khusus pada Pembukaan dan Penutupan Sesi Kelompok


Menurut Jacobs et al (Kurnanto, 2014: 141) ada beberapa keterampilan yang

harus dikuasai konselor untuk menyelenggarakan konseling kelompok pada tahap

awal, keterampilannya antara lain:

1. Memulai kegiatan kelompok

2. Membantu konseli mengenal anggota yang lain

9
3. Mengatur dinamika kelompok secara positif

4. Mengajak/mendorong konseli untu berbicara

5. Menjelaskan tujuan kelompok

6. Menjelaskan peran konselor kelompok

7. Menggambarkan keadaan kelompok yang dipimpin

8. Membantu konseli mengungkapkan harapannya

9. Mengarahkan pertanyaan-pertanyaan

10. Memfokuskan pada isi.

Sebagaimana tahapan konseling kelompok lainnya, pada tahap penutupan ini

diperlukan keterampilan-keterampilan bagi konselor. Natawijaya (Kurnanto, 2014:

175) menjelaskan beberapa keterampilan yang mesti dimiliki oleh konselor pada

tahap penutupan konseling kelompok sebagai berikut:

1. Harapan, teknik ini berguna untuk membentuk perasaanperasaan positif dan

saling membantu bagi sesama anggota kelompok

2. Mengatasi kritikan dalam pertemuan, konselor kelompokhendaknya sudah

mempersiapkan dirinya terhadap kritik yang dilontarkan saat pertemuan akan

berakhir. Untuk hal ini pentingsekali diingat bahwa konselor tidak melakukan

pertahanan diri.Banyak terjadi konselor yang tidak mau di kritik.

3. Menghargai anggota baru, konselor bisa sedikit memvariasikancara penutupan

di saat terdapat anggota baru dalam sesi itu. Padakesempatan seperti itu, konselor

bisa memberikan fokus tersendiri pada anggota baru jika ia merasa cukup senang

untuk diberi perhatian khusus.

10
4. Menghargai anggota yang keluar, kadang-kadang terjadi adanyaanggota

kelompok yang meninggalkan kelompoknya meskipunaktivitas kelompok

sedang berlangsung. Ketika hal itu terjadikonselor hendaknya memberi

tambahan waktu pada saat akhir sesidi lakukan untuk membicarakan anggota

yang menghilang tersebut. Banyak persoalan-persoalan yang mungkin dapat

teratasi saat ini,misalnya konselor mencoba mengubah programnya,

memberikan umpan balik, dan kemudian bisa saja menutup dengan ucapan

“Selamat berpisah, dan minggu depan kita berjumpa lagi”.

D. Hak Anggota Kelompok


1. Hak Dasar
Anggota memiliki hak untuk menerima informasi dasar sebelum bergabung
kelompok, dan mereka memiliki hal untuk mengharapkan informasi lainnya
selama jalannya kelompok. Berikut adalah daftar hak peserta kelompok sebelum
memutuskan untuk bergabung dengan suatu kelompok :
a. Penyataan yang jelas mengenai tujuan kelompok

b. Penjelasan tentang format, prosedur dan aturan dasar kelompok

c. Wawancara awal untuk mengetahui apakah kelompok sesuai dengan

kebutuhan

d. Kesempatan mencari informasi dan mengajukan pertanyaan

e. Diskusi mengenai proses jalannya kelompok yang tidak sesuai dengan

keyakinan, nilai dan budaya kelompok

f. Penjelasan mengenai pelatihan dan kualifikasi pemimpin kelompok

g. Informasi mengenai biaya pengeluaran

h. Informasi resiko psikologis yang terlibat partisipasi kelompok

i. Klarifikasi layanan apa yang didapat dan tidak diberikan dalam kelompok

11
j. Pemahaman yang jelas mengenai pembagian tanggung jawab antara

pemimpin dan anggota

k. Diskusi tentang hak dan tanggung jawab anggota kelompok

2. Kebebasan untuk Meninggalkan Kelompok

Para pemimpin harus jelas tentang kebijakan mereka yang berkaitan dengan

kehadiran, komitmen untuk tetap berada dalam kelompok selama jumlah sesi

yang telah ditentukan, dan meninggalkan sesi tertentu jika mereka tidak

menyukai apa yang sedang terjadi di dalam grup. Jika anggota keluar begitu saja

dari kelompok, akan sangat sulit untuk mengembangkan tingkat kepercayaan

kerja atau untuk membangun kohesi kelompok. Topik tentang meninggalkan

kelompok harus didiskusikan selama sesi awal, dan sikap pemimpin dan

kebijakan harus jelas sejak awal.

3. Kebebasan dari Paksaan dan Tekanan yang Tidak Semestinya

Beberapa tingkat tekanan kelompok tidak dapat dihindari, dan bahkan

bersifat terapeutik dalam banyak kasus. Orang-orang dalam kelompok ditantang

untuk memeriksa keyakinan mereka yang mengalahkan diri sendiri dan perilaku

dan didorong untuk mengenali apa yang mereka lakukan dan menentukan

apakah mereka ingin tetap seperti apa adanya. Selanjutnya, dalam konseling

kelompok, ada tekanan dalam sesi untuk berbicara, untuk membuat

pengungkapan pribadi untuk mengambil risiko tertentu, untuk berbagi reaksi

seseorang terhadap peristiwa di sini dan sekarang dalam kelompok, dan jujur

dengan kelompok. Semua harapan ini harus dijelaskan kepada calon anggota

kelompok selama penyaringan dan sesi orientasi. Beberapa individu mungkin

12
tidak ingin bergabung dengan kelompok jika mereka akan diharapkan untuk

berpartisipasi secara pribadi. Penting bagi pemimpin kelompok untuk

membedakan antara tekanan yang merusak dan tekanan terapeutik.

4. Hak Atas Kerahasiaan

Sebagai seorang pemimpin kelompok, ia memiliki tanggung jawab untuk

menjaga kerahasiaan kelompok, tetapi juga memiliki tanggung jawab tambahan

untuk memberi kesan padp anggota perlunya menjaga siafat konfidensial dari

apapun yang diungkapkan dalam kelompok. Lasky dan Rifa (dalam Corey 2009)

mengungkapkan bahwa Para anggota memiliki hak untuk mengetahui bahwa

kerahasiaan mutlak dalam kelompok berbeda dan terkadang tidak realistis. Akan

tetapi, anggota dapat diskusikan masalah ini, mengungkapkan keyakinan tentang

pentingnya mempertahankan konfidensialitas, meminta anggota meandatangani

kontrak dan menyetujuinya, serta memberlakukan sanksi bagi mereka yang

melanggar.

E. Isu Resiko Psikologis dalam Kelompok

Kelompok dapat menjadi katalisator yang kuat untuk perubahan pribadi,

dan mereka juga dapat menimbulkan risiko yang pasti bagi anggota kelompok. Sifat

dari risiko-risiko iniyang mencakup perubahan hidup yang menyebabkan

gangguan, konfrontasi permusuhan dan destruktif, pengkambing hitaman, dan

sosialisasi yang berbahaya di antara anggota dan apa yang dapat dilakukan

pemimpin terhadap mereka adalah pokok bahasan bagian ini. Oleh karena itu, yang

perlu diwaspadai adalah potensi hasil negatif yang dapat terjadi dengan

berpartisipasi dalam kelompok. Itu adalah etika tanggung jawab pemimpin

13
kelompok untuk memastikan bahwa calon anggota kelompok menyadari potensi

hasil negatif yang terkait dengan berbagai risiko dan untuk mengambil setiap

tindakan pencegahan terhadapnya.

Menurut Corey (2009: 54-55) ada beberapa masalah yang dapat

diperingatkan oleh pemimpin kelompok kepada anggotanya dan berusaha untuk

meminimalkannya:

1. Anggota harus diberi tahu tentang kemungkinan bahwa berpartisipasi dalam

kelompok (atau upaya terapeutik lainnya) dapat mengganggu kehidupan mereka.

Ketika anggota menjadi semakin sadar diri, mereka mungkin membuat

perubahan dalam hidup mereka yang, meskipun konstruktif dalam jangka

panjang, dapat menciptakan kekacauan di sepanjang jalan.

2. Kadang-kadang seorang anggota individu dapat dipilih sebagai kambing hitam

kelompok. Anggota kelompok lain mungkin “bersekongkol” dengan orang ini,

menyalahkannya atas masalah kelompok. Jelas, pemimpin kelompok harus

mengambil langkah tegas untuk menghadapi kejadian seperti itu.

3. Konfrontasi, alat yang berharga dan kuat dalam kelompok mana pun, dapat

disalahgunakan, terutama jika digunakan untuk menyerang kelompok lain secara

destruktif. Intervensi yang mengganggu, taktik pemimpin yang terlalu

konfrontatif, dan mendorong anggota melampaui batas mereka sering kali

menghasilkan hasil negatif.

F. Etika dalam Tindakan Pemimpin Kelompok


Pemimpin kelompok perlu berhati-hati dalam menyalahgunakan peran dan

kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dengan mengorbankan anggota.

14
Ketika pemimpin kelompok memenuhi kebutuhan pribadi dengan kekuasaan dan

gengsi dengan mengorbankan apa yang terbaik bagi anggota, pemimpin telah

melakukan pelanggaran etik (dalam Corey 2009). Organisasi-organisasi ini secara

eksplisit menyatakan bahwa para profesional akan menghindari eksploitasi

hubungan terapeutik, tidak akan merusak kepercayaan yang diperlukan agar suatu

hubungan menjadi terapeutik, dan akan menghindari hubungan ganda jika mereka

mengganggu tujuan terapeutik utama. Biasanya, kode etik berhati-hati agar tidak

mencoba memadukan hubungan sosial atau pribadi dengan hubungan profesional

dan menekankan pentingnya mempertahankan batasan yang sesuai.

G. Sosialisasi Anggota Kelompok


Dalam beberapa kasus, kontak dan sosialisasi di luar kelompok dapat

bermanfaat. Dari perspektif terapi kelompok feminis, sosialisasi di luar kelompok

tidak dipandang berbahaya. Hal ini terutama benar jika anggota dipilih dengan hati-

hati dan mampu mengelola kontak di luar kelompok sehingga bekerja untuk

kepentingan terbaik mereka sendiri dan untuk kebaikan kelompok secara

keseluruhan. Selama kontak di luar kelompok, anggota sering memiliki kesempatan

untuk memperluas tujuan mereka di luar kelompok.

Salah satu cara terbaik bagi pemimpin kelompok untuk mencegah

sosialisasi yang tidak tepat dan kontraproduktif di antara anggota kelompok adalah

dengan mengangkat masalah ini untuk didiskusikan. Hal ini terutama tepat waktu

untuk mengeksplorasi dampak negatif dari pembentukan klik ketika kelompok

tampaknya terjebak dan tidak mendapatkan apa-apa atau ketika tampaknya anggota

tidak membicarakan reaksi mereka satu sama lain. Para anggota dapat diajari bahwa

15
apa yang tidak mereka katakan dalam kelompok itu sendiri mungkin sangat

mencegah kelompok mereka mencapai tingkat kohesi atau mencapai tujuannya.

H. Dampak dari Penilaian Pemimpin dalam Kelompok


Penilaian secara berkelompok sangat efektif digunakan untuk melihat suatu

kerja sama di antara anggota kelompok dan kulitas kerja tim selama kegiatan

pembelajaran praktikum. Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajarann,

penilaian ini sangat baik digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang kegiatannya

diskusi maupun praktikum, yang membutuhkan pembentukan kelompok. Adapun

ciri-ciri dari penilaian kelompok adalah sebagai berikut:

1. Sifatnya berkelompok, contohnya pada saat belajar praktek atau berdiskusi

siswa akan saling bertukar pikiran dengan teman di kelompoknya.

2. Bekerjasama, dalam kelompok harus diutamakan sifat bekerjasama dengan

satu kelompok

3. Menghargai pendapat orang lain.

4. Toleransi.

I. Isu Etika dalam Konseling Kelompok Multikultural


Isu Etika dalam Konseling Multikultural sangat marak saat ini. Konselor

mungkin mengetahui atau tidak mengetahui cara memberikan konseling kepada

orang-orang yang berbeda ras, etnis, gender, identitas seksual, status sosial

ekonomi, disabilitas, usia, atau spiritualitas. Karena kurangnya pengetahuan

mereka di bidang tersebut, masalah etika mungkin timbul. Agar seorang konselor

memperoleh pengetahuan tentang Konseling Multikultural, maka konselor harus

mulai memperoleh pemahaman tentang masa lalu dan budaya kliennya. Penting

16
juga bahwa konselor tidak mengkategorikan klien berdasarkan ras, etnis, jenis

kelamin, identitas seksual, status sosial ekonomi, disabilitas, usia dan spiritualitas.

Johnson, Santos Torres, Coleman, dan Smith (Corey, 2009 :57) menulis

tentang isu-isu yang mungkin dihadapi oleh konselor kelompok ketika mereka

berusaha untuk memfasilitasi kelompok konseling yang beragam secara budaya.

Para penulis ini menunjukkan bahwa anggota kelompok biasanya membawa nilai,

keyakinan, dan prasangka mereka, yang dengan cepat menjadi jelas dalam situasi

kelompok. Bagi Johnson dan rekan-rekannya, satu tujuan dari konseling kelompok

multikultural adalah untuk memberikan tingkat komunikasi baru di antara anggota.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Struktur kelompok mengacu pada bagaimana susunan kelompok tersebut,

seperti jenis kelompok, tujuan kelompok, peranan anggota kelompok, aturan

dasar serta pokok pembicaraan yang akan didiskusikan. Penting peran pemimpin

kelompok bagi keseluruhan fungsi kelompok. Sebuah kelompok merupakan

cerminan pemimpinnya, akan ada hasil yang bagus sesuai pemimpinnya, hasil

yang bagus sesuai diri pemimpin itu sendiri.

Salah satunya adalah pemimpin kelompok yang demokratis. Pemimpin

kelompok yang demokratis tidak menjadi satu-satunya orang yang bertanggung

jawab untuk mengambil keputusan akhir pelaksanaan layanan. Akan tetapi

pemimpin bekerjasama dengan kelompok dan merumuskan tujuan kelompok

dan cara kerja kelompok. Pemimpin kelompok membagi tanggung jawab secara

bersama-sama dengan anggota kelompok.

B. Saran
Penulis menyadari bahwasanya penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk kedepannya, penulis akan lebih banyak belajar dan

mendalami pemahaman menganai makalah yang dikerjakan dengan sumber-

sumber yang luas dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan dan penulisan

makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. (2003). Psikologi Kepemimpinan. Rineka Cipta: Jakarta.

Corey, Gerald. (2009). Teori Praktek Konsleing dan Psikoterapi. Bandung : PT.

Refika Aditama.

Kurnanto, Edi. (2014). Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Yudiaatmaja, Fridayana. 2013. “Issn 1412 – 8683 29.” Procedia - Social and

Behavioral Sciences IV(2):29–38.

19

Anda mungkin juga menyukai