Dosen Pengampu :
Dr. Netrawati, M.Pd., Kons.
Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons.
Disusun oleh :
Kelompok 1
Elvira Linanda Putri 23151051
Randa M. Saputra 23151059
Raja Zulfikar 23151058
2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok merupakan adanya perkumpulan dari beberapa orang. Praktik
kelompok dalam pelaksanan konseling merupakan kegiatan professional. Dalam
praktik kelompok, tentu adanya kepemimpinan kelompok, etika kelompok, dan isu-
isu professional di dalamnya. Kepemimpinan kelompok mempuyai pengaruh yang
kuat dalam proses layanan kelompok, tidak hanya mengarahkan perilaku anggota
kelompok, melainkan harus tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi sebagai
akibat dari perkembangan kegiatan di dalam kelompok.
Begitu pula etika dan isu professional dalam praktik kelompok. Etika utama
dalam kelompok berkaitan dengan kompetensi pemimpin kelompok. Perhatia
khusus diberikan pada cara-cara menentukan kompetensi, standar pelatihan
professional, dan tambahan untuk persiapan akademis pemimpin kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemimpin kelompok sebagai pribadi ?
2. Bagaimana keterampilan kepemimpinan kelompok ?
3. Bagaimana keahlian khusus pada sesi pembukaan dan penutupan kelompok ?
4. Bagaimana hak anggota kelompok ?
5. Bagaimana isu resiko psikologisdalam kelompok?
6. Bagaimana etika dalam Tindakan pemimpin kelompok?
7. Bagaimana sosialisasi anggota kelompok?
8. Bagaimana dampak dari penilaian pemimpin dalam kelompok?
9. Bagaimana isu etika dalam konseling kelompok multicultural?
1
BAB II
PEMBAHASAN
pemimpin sebagai seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di suatu
bidan, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk Bersama melakukan
menginspirasi orang lain, para pemimpin perlu bersedia mencari pengalaman baru,
kelompok yang spesifik dan kinerja yang sesuai dari fungsi (Corey 2009). Berikut
berikut :
1. Mendengarkan aktif
2
Banyak pemimpin yang membuat kesalahan dengan terlalu fokus
pengambilan isyarat halus yang diberikan oleh anggota melalui gaya bicara,
postur dan gerak tubuh, kualitas suara dan tingkah laku. Selain mendengarkan
2. Menyatakan kembali
Nilai dari pernyataan ulang yang akurat danringkas ada dua; memberi tahu
peserta bahwa mereka sedang didengarkan, dan itu membantu mereka melihat
lebih jelas masalah yang mereka perjuangkan dan perasaan serta pemikiran
3. Megklarifikasi
dengan berfokus pada masalah yang mendasari dan membantu orang tersebut
kelompok tetap berada dalam kerangka acuan individu sementara pada saat yang
perspektif ini.
4. Meringkas
3
Meringkas berguna untuk melakukan transisi dari satu topik ke topik
terdorong untuk berpikir tentang apa yang telah mereka pelajari dan alami dalam
5. Menanyakan
6. Menafsirkan
tergantung pada pemimpin, dan meberikan arti serta jawaban adalah kesalahan
umum. Salah satu cara pemimpin menafsirkan yaitu dengan berbagi firasat
firasat itu.
7. Menghadapi
4
verbal dan nonverbal yang ditantang sehingga tidak ada label yang mungkin
terjadi.
8. Merefleksikan Perasaan
anggota bahwa mereka didengar dan dipahami. Refleksi yang dilakukan dengan
baik akan mendorong kontak dan keterlibatan lebih lanjut, merasa dipahami dan
dan merangsang seseorang untuk mencari keadaran diri yang lebih besar.
9. Mendukung
secara aktif apa yang dikatakan dan apa yang disampaikan secara nonverbal,
hadir secara psikologis dan merespon dengan cara mendorong anggota untuk
10. Berempati
kelompok.
5
11. Memfasilitasi
jelas dan langsung antara para anggota dan membantu mereka memikul
12. Memulai
melihat lagi tujuan mereka, untuk memodifikasinya jika perlu, dan untuk
14. Mengevaluasi
kelompok. Setelah setiap sesi, pemimpin menilai apa yang terjadi dalam
6
mengajarkan peserta bagaimana mengevaluasi diri mereka sendiri dan
mendorong anggota untuk memberikan umpan balik satu sama lain. Tujuan
16. Saran
informasi dan saran yang tepat untuk rencana Tindakan alternatif dapat
tidak harus dating dari pemimpin, karena anggota pun juga dapat memberikan
17. Melindungi
mampu melindungi anggota dari risiko psikologis atau fisik yang tidak perlu
7
Ketika pemimpin mengungkapkan informasi pribadi, mereka biasanya
Pengungkapan yang paling produktif terkait dengan apa yang terjadi di dalam
kelompok.
19. Pemodelan
20. Menghubungkan
Salah satu cara untuk mendorong interaksi di antara anggota adalah dengan
pekerjaan anggota tersebut lakukan untuk tema-tema ini. Ini adalah keterampilan
yang paling penting untuk diajarkan dalam kelompok dan untuk mendorong
dengan orang lain dalam kelompok secara langsung daripada melihat pemimpin
dan berbicara tentang orang lain yang hadir. Anggota sering kali memiliki
keprihatinan yang sama, dan melalui hubungan yang efektif mereka dapat
21. Pemblokiran
8
Memblokir adalah keterampilan yang membutuhkan kepekaan,
menyerang orang tersebut. Perhatian harus ditujukan pada perilaku spesifik dan
bukan pada karakter orang tersebut, dan pelabelan harus dihindari. Perilaku lain
yang perlu diwaspadai dan diblokir oleh pemimpin kelompok bila perlu
22. Mengakhiri
untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok untuk
dan tindak lanjut, menyarankan sumber bantuan dan tersedia untuk konsultasi
9
3. Mengatur dinamika kelompok secara positif
9. Mengarahkan pertanyaan-pertanyaan
175) menjelaskan beberapa keterampilan yang mesti dimiliki oleh konselor pada
berakhir. Untuk hal ini pentingsekali diingat bahwa konselor tidak melakukan
di saat terdapat anggota baru dalam sesi itu. Padakesempatan seperti itu, konselor
bisa memberikan fokus tersendiri pada anggota baru jika ia merasa cukup senang
10
4. Menghargai anggota yang keluar, kadang-kadang terjadi adanyaanggota
tambahan waktu pada saat akhir sesidi lakukan untuk membicarakan anggota
memberikan umpan balik, dan kemudian bisa saja menutup dengan ucapan
kebutuhan
i. Klarifikasi layanan apa yang didapat dan tidak diberikan dalam kelompok
11
j. Pemahaman yang jelas mengenai pembagian tanggung jawab antara
Para pemimpin harus jelas tentang kebijakan mereka yang berkaitan dengan
kehadiran, komitmen untuk tetap berada dalam kelompok selama jumlah sesi
yang telah ditentukan, dan meninggalkan sesi tertentu jika mereka tidak
menyukai apa yang sedang terjadi di dalam grup. Jika anggota keluar begitu saja
kelompok harus didiskusikan selama sesi awal, dan sikap pemimpin dan
untuk memeriksa keyakinan mereka yang mengalahkan diri sendiri dan perilaku
dan didorong untuk mengenali apa yang mereka lakukan dan menentukan
apakah mereka ingin tetap seperti apa adanya. Selanjutnya, dalam konseling
seseorang terhadap peristiwa di sini dan sekarang dalam kelompok, dan jujur
dengan kelompok. Semua harapan ini harus dijelaskan kepada calon anggota
12
tidak ingin bergabung dengan kelompok jika mereka akan diharapkan untuk
untuk memberi kesan padp anggota perlunya menjaga siafat konfidensial dari
apapun yang diungkapkan dalam kelompok. Lasky dan Rifa (dalam Corey 2009)
kerahasiaan mutlak dalam kelompok berbeda dan terkadang tidak realistis. Akan
melanggar.
dan mereka juga dapat menimbulkan risiko yang pasti bagi anggota kelompok. Sifat
sosialisasi yang berbahaya di antara anggota dan apa yang dapat dilakukan
pemimpin terhadap mereka adalah pokok bahasan bagian ini. Oleh karena itu, yang
perlu diwaspadai adalah potensi hasil negatif yang dapat terjadi dengan
13
kelompok untuk memastikan bahwa calon anggota kelompok menyadari potensi
hasil negatif yang terkait dengan berbagai risiko dan untuk mengambil setiap
meminimalkannya:
3. Konfrontasi, alat yang berharga dan kuat dalam kelompok mana pun, dapat
14
Ketika pemimpin kelompok memenuhi kebutuhan pribadi dengan kekuasaan dan
gengsi dengan mengorbankan apa yang terbaik bagi anggota, pemimpin telah
hubungan terapeutik, tidak akan merusak kepercayaan yang diperlukan agar suatu
hubungan menjadi terapeutik, dan akan menghindari hubungan ganda jika mereka
mengganggu tujuan terapeutik utama. Biasanya, kode etik berhati-hati agar tidak
tidak dipandang berbahaya. Hal ini terutama benar jika anggota dipilih dengan hati-
hati dan mampu mengelola kontak di luar kelompok sehingga bekerja untuk
sosialisasi yang tidak tepat dan kontraproduktif di antara anggota kelompok adalah
dengan mengangkat masalah ini untuk didiskusikan. Hal ini terutama tepat waktu
tampaknya terjebak dan tidak mendapatkan apa-apa atau ketika tampaknya anggota
tidak membicarakan reaksi mereka satu sama lain. Para anggota dapat diajari bahwa
15
apa yang tidak mereka katakan dalam kelompok itu sendiri mungkin sangat
kerja sama di antara anggota kelompok dan kulitas kerja tim selama kegiatan
penilaian ini sangat baik digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang kegiatannya
satu kelompok
4. Toleransi.
orang-orang yang berbeda ras, etnis, gender, identitas seksual, status sosial
mereka di bidang tersebut, masalah etika mungkin timbul. Agar seorang konselor
mulai memperoleh pemahaman tentang masa lalu dan budaya kliennya. Penting
16
juga bahwa konselor tidak mengkategorikan klien berdasarkan ras, etnis, jenis
kelamin, identitas seksual, status sosial ekonomi, disabilitas, usia dan spiritualitas.
Johnson, Santos Torres, Coleman, dan Smith (Corey, 2009 :57) menulis
tentang isu-isu yang mungkin dihadapi oleh konselor kelompok ketika mereka
Para penulis ini menunjukkan bahwa anggota kelompok biasanya membawa nilai,
keyakinan, dan prasangka mereka, yang dengan cepat menjadi jelas dalam situasi
kelompok. Bagi Johnson dan rekan-rekannya, satu tujuan dari konseling kelompok
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Struktur kelompok mengacu pada bagaimana susunan kelompok tersebut,
dasar serta pokok pembicaraan yang akan didiskusikan. Penting peran pemimpin
cerminan pemimpinnya, akan ada hasil yang bagus sesuai pemimpinnya, hasil
dan cara kerja kelompok. Pemimpin kelompok membagi tanggung jawab secara
B. Saran
Penulis menyadari bahwasanya penulisan makalah ini masih jauh dari
sumber yang luas dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu,
makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. (2009). Teori Praktek Konsleing dan Psikoterapi. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Yudiaatmaja, Fridayana. 2013. “Issn 1412 – 8683 29.” Procedia - Social and
19