Elvrlnnd17@gmail.com
Abstrak
Pendidikan merupakan salah satu fokus dalam sistem pendidikan nasional. Karena itu,
pendidik tidak boleh mengabaikan hal ini. Seorang konselor sekolah, sebagai salah satu
pendidik, harus berperan dalam pendidikan . Mengacu pada tanggung jawab bimbingan dan
konseling dalam kaitannya dengan aspek pribadi, sosial, akademik, dan karir siswa, seorang
konselor sekolah tidak boleh lepas dari tugas pokoknya. Menimbang bahwa pendidikan
karakter adalah tanggung jawab semua pihak, konselor sekolah dapat mandiri dan bekerja
sama dengan semua komponen sekolah, berperan dalam pendidikan karakter. Secara
individu, seorang konselor sekolah dapat memberikan layanan, seperti layanan individual,
layanan perencanaan individual, dan layanan responsif. Berkolaborasi dengan pihak lain,
seorang konselor sekolah bisa bersinergi dalam program pendidikan
Pendahuluan
Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan dalam memahami dirinya sendiri
dan lingkungan hidupnya dan konseling diartikan sebagai suatu proses interaksi yang
membantu
pemahaman diri dan lingkuangan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan atau
penjelasan tujuan-tujuan dan nilai perilaku di masa mendatang.
Bertumpu pada pengertian diatas, bimbingan dan konseling akan sangat membantu
lancaranya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, apalagi pada masa
sekarang ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali mengalami problematika-
problematika kehidupan. Keadaan seperti ini sangat sekali membutuhkan suatu
wadah(bimbingan dan konseling terutama di sekolah) untuk mampu membantu para kaum
muda agar ia bisa mengatasi problematika yang ada sehingga ia bisa terus mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan secara khusus peran bimbingan dan konseling
dalam sekolah. Karena dari beberapa literature yang penulis temukan, bimbingan dan
konseling di sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tercapainya tujuan dari
pendidikan. Selain itu juga sangat jarang sekali ditemukan bimbingan-bimbingan di luar
institusi pendidikan.
Konsep Bimbingan dan Konseling adalah Pendidik
Menurut prayitno guru bimbingan konseling adalah seorang pelaksana bimbingan dan
konseling sekolah yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan
konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau sembarangan guru.
Guru bimbingan dan konseling disebut dengan “konselor sekolah”. Konselor adalah guru
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan
bimbingan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Selanjutnya menurut Andi Mapiare,
guru bimbingan dan konseling adalah suatu tunjukan kepada petugas dibidang konseling
yang memiliki sejumlah konpetensi profesional.
Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan
mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK,
sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik. Tugas guru
dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua
kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya, mulai dari sebagai
makhluk beriman (homo ludens), sebagai makhluk remaja/ berkarya (homo pithers), dan
sebagai makhluk berpikir (homo sapiens). Membantu peserta didik dalam
mentransformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu peserta dalam
mengidentifikasikan diri peserta didik itu sendiri (Hamzah B. Uno, 2007).
Manusia secara potensial dapat memiliki pengetahuan dan mengem bangkannya menjadi
ilmu (science) bahkan melahirkan teknologi karena manusia dibekali instrument baik berupa
pendengaran, penglihatan maupun akal dan hati sehingga pengalaman manusia dalam
hidupnya telah melahirkan ilmu pengetahuan. Kreativitas manusia dalam pengalaman
hidupnya, pendidikan dan latihan telah menghasilkan ilmu pengetahuan dan metode keilmuan
sehingga pengetahuan yang diperolehnya dapat dipertanggung jawabkan sebagai kebenaran
ilmiah dalam batas-batas kemampuan akal (Syafaruddin, dkk, 2017).
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab 1 pasal 1 ayat 1 dan ayat 6. Ayat 1:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ayat 6: Pendidikan
adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru dosen konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya
serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai
salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,
widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6)
kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan
konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan
pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat mendukung pencapaian
kompetensi lulusan
Ada persamaan, keunikan, dan keterkaitan antara wilayah layanan, konteks tugas dan
ekspektasi kinerja guru BK dengan guru bidang studi. konselor memang juga diharapkan
untuk berperan serta dalam bingkai layanan yang komplementer dengan layanan guru, bahu
membahu dengan guru termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler
Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan konseling)
di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya
kurikulum bimbingan dan konseling.
Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan
posisi/ tempat yang jelas.
Peran konselor, sebagai salah satu komponen student support services, adalah men-suport
perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik, melalui
pengembangan menu program bimbingan dan konseling pembantuan kepada peserta didik
dalam individual student planning, pemberian pelayanan responsive, dan pengembangan
system support.
Landasan
a. Peran Formal (peran yang Nampak dan jelas) Yaitu sejumlah prilaku yang bersifat
homogeny. Peran formal yaitu standar terhadap keluarga. b. Peran Informal (tertutup) Yaitu
peran yang bersifat implicit (emosional) biasanya tidak Nampak kepermukaan dan dimainkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan menjaga keseimbangan dalam
keluarga.
Peran juga merupakan serangkaian prilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal.
Guru bimbingan konseling memiliki peran dalam membantu setiap masalah siswa
salah satunya penerimaan diri siswa. Dari itu guru bimbingan konseling diharapkan dapat
merespon masalah dan tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran guna
mempersiapkan diri agar:
1. Dapat menolong siswa untuk memecahkan masalah antar siswa dan orang tuanya.
Guru bimbingan konseling memiliki peran dalam membantu setiap permasalah siswa,salah
satunya masalah penerimaan diri siswa baru juga termasuk tanggung jawab guru
BK.Sedangkan Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggung jawab
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan.
Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga
kependidikan seperti yang tercantum dalamUU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab
1 pasal 1 ayat 1 dan ayat 6. Ayat 1. Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU
No. 20/2003, pasal 1 ayat 6).
Daftar Pustaka