Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK PERILAKU PACARAN MENYIMPANG

TERHADAP REMAJA
Elvira Linanda Putri,Khairunnisa,Ega Puspita Sari,Yosua Harianja
Bimbingan dan Konseling, Universitas Jambi
Dosen pengampu : Drs. Asradi, M.M.dan Freddi Sarman, S.Pd, M.Pd.
E-mail: Elvira Linanda Putri ( elvrlnnd17@gmail.com )
Khairunnisa ( n.khairun1005@gmail.com )
Ega Puspita Sari ( Egapuspitasari1101.ep@gmail.com )
Yosua Harianja ( Yosuaharianja19@gmial.com )

Abstract : Adolescence is a period of transition from children to adults. One of the developments at the time of
adolescence is to begin to feel attracted to the opposite sex, as it is known that puberty occurs during
adolescence, where physical and mental changes also change significantly. Nowadays, dating behavior is one
of the habits of teenagers to get to know the opposite sex better. Usually, teenagers do courtship just because of
sheer interest. The impact arises from negative behavior such as having sex with the opposite sex and social,
moral, and psychological dangers. Because of these things, the author is interested in discussing the impact of
deviant dating behavior on adolescents. The method that the author uses is a case study research method. In
general, abnormal courtship behavior towards adolescents is free sex and violence. The impact of this behavior
is divided into physical, psychological, economic and social impacts.

Keyword : teens, dating, deviant

Abstrak : Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Salah satu
perkembangan pada saat usia remaja adalah mulai timbul rasa tertarik pada lawan jenis. Seperti yang
sudah diketahui bahwa masa pubertas terjadi pada masa remaja yang mana perubahan fisik dan
mental pun berubah secara signifikan. Dewasa ini perilaku pacaran menjadi salah satu kebiasaan
remaja untuk lebih mengenal lawan jenisnya. Biasanya remaja melakukan pacaran hanya
dikarenakan ketertarikan semata. Dampaknya timbul perilaku negatif seperti berhubungan seks
dengan lawan jenis, bahaya sosial, moral, dan psikologis. Oleh karena hal-hal tersebut penulis
tertarik untuk membahas dampak perilaku pacaran menyimpang terhadap remaja. Metode yang
penulis gunakan adalah metode penelitian studi kasus. Secara umum perilaku pacaran menyimpang
terhadap remaja yaitu seks bebas dan kekerasan. Dampak dari perilaku tersebut terbagi menjadi
dampak fisik, psikologis, ekonomi dan kehidupan sosial.

Kata Kunci : remaja,pacaran,menyimpang

PENDAHULUAN
Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi menjadi masyarakat
dewasa, suatu usia dimana anak sudah tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat
orang yang lebih tua melainkan sama atau sejajar (Asrori dan Ali. 2016). Masa remaja adalah
masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja berlangsung pada anak usia 12
tahun sampai 22 tahun. Rentang usia ini dapat dibagi menjadi remaja awal yang menginjak
usia 12-15 tahun, remaja madya pada 15-18 dan remaja akhir pada 19-22 tahun.
Salah satuper kembangan pada saat usia remaja adalah mulai timbul rasa tertarik pada lawan
jenis. Seperti yang sudah diketahui bahwa masa pubertas terjadi pada masa remaja yang
mana perubahan fisik dan mental pun berubah secara signifikan.Seorang remaja yang masih
memiliki “gejolak” emosi di dalam dirinya seiring dengan pertumbuhan fisik yang mulai
mendekati kata sempurna perkembangannya dan organ-organ seks yang mulai berfungsi
akan mulai timbul keinginan untuk melepaskan hasrat seksualnya.
Dewasa ini perilaku pacaran menjadi salah satu kebiasaan remaja untuk lebih
mengenal lawan jenisnya. Perilaku pacaran merupakan perkenalan antara dua manusia yang
biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga
yang dikenal dengan pernikahan (Astuti, dkk. 2020). Akan tetapi, semakin berkembangnya
zaman, banyak anak yang belum cukup usia untuk menuju jenjang pernikahan sudah
melakukan pacaran.
Hal ini yang menjadi suatu kekhawatiran karena pada masa remaja dimana seseorang masih
mencari jati dirinya juga masih kurangnya pengetahuan mengenai berbagai macam hal
tentang kehidupan memulai untuk melakukan pacaran. Banyak dari mereka yang bentuk
pacarannya tidak bertujuan kepada jenjang pernikahan dan berkeluarga. Biasanya remaja
melakukan pacaran hanya dikarenakan ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan dan
kemampuan berumah tangga atau berkeluarga masih jauh dari kata mampu dan bisa.
Ada sebagian orang yang menganggap bahwa pacaran adalah salah satu cara ia dapat
melampiaskan hasrat seksualnya. Hal ini adalah salah satu bahaya dari berpacaran yang
dapat menimpa siapa saja. Perilaku negatif seperti berhubungan seks dengan lawan jenis,
bahaya sosial, moral, dan psikologis. Banyak juga yang mengalami gangguan mental karena
berpacaran seperti timbulnya rasa ingin bunuh diri jika putus dari pasangan, seringnya
menyakiti diri karena pertikaian dengan pasangannya dan masih banyak bahaya negatif dari
pacaran bagi remaja yang masih belum matang dalam hal pemikiran.
Oleh karena hal-hal tersebut penulis tertarik untuk membahas dampak perilaku pacaran
menyimpang terhadap remaja. Hal-hal apa saja yang dapat dikatakan menyimpang dalam
berpacaran saat remaja, bagaimana hal tersebut dapat terjadi, dan apa solusi untuk mencegah
hal tersebut menjadi pokok pembahasan pada penelitian ini.

METODE
Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian studi kasus.Salah satu metode pada
penelitian kualitatif deskriptif adalah studi kasus. Nawawi (2003) menjelaskan bahwa data yang
diperoleh dari studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan atau dari berbagai
macam sumber. Walaupun demikian, data yang diperoleh haya berlaku pada kasus yang diselidiki.
Studi kasus dilakukan untuk penelitian yang bersifat intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu
gejala pada daerah atau subjek tertentu.
Studi kasus menurut Yin (1996) adalah suatu proses pencarian pengetahuan yang empiris
untuk menyelidiki dan meneliti berbagai fenomena dalam konteks kehidupan nyata.Metode ini dapat
diterapkan ketika batas antara fenomena dengan konteks kehidupan nyata cenderung samar, sehingga
tidak dapat terlihat dengan jelas. Hal ini memunculkan suatu topik penelitian yang harus ditemukan
jawaban atau solusinya
Maka dari itu, artikel dengan judul “Dampak Perilaku Pacaran Menyimpang Terhadap
Remaja” dapat menggunakan metode penelitian studi kasus yang mana batas antara fenomena
dengan konteks kehidupan nyata masih cenderung samar yang akhirnya diharapkan dapat
menemukan solusi untuk permasalahan yang ada. Metode studi kasus juga digunakan untuk
penelitian yang memiliki pokok pertanyaan yang bersifat how atau why. Fokus pada penelitian ini
juga terletak pada fenomena yang terjadi pada masa kini (kontemporer) sehingga cocok
menggunakan metode studi kasus.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkembangan pada saat usia remaja tentu menimbulkan rasa ketertarikan pada lawan jenis.
Rasa ketertarikan tersebut tidak hanya sebatas rasa senang, melainkan adanya rasa keinginan untuk
melepaskan hasrat seksual mengingat pertumbuhan fisik dan organ seks yang sudah mulai berfungsi.
Seperti yang diketahui bahwa zina merupakan hal menyimpang dari perilaku pacaran. Saat ini
fenomena seks bebas sudah sangat meluas. Akibatnya selain dari pelanggaran norma-norma agama
dan etika tentunya, ia menderita secara kejiwaan.
Salah satu penyebab remaja dapat melakukan seks bebas yaitu adalah tidak adanya pemikiran
jangka panjang. Seorang remaja biasanya berpikir pendek karena emosi dan pikiran yang belum
matang. Remaja hanya memikirkan kenikmatan seketika dibandingan dengan dampaknya pada masa
mendatang. Melepaskan hasrat seksual menjadi pikiran utamanya saat akan melakukan hal tersebut.
Padahal akibat dari kenikmatan sesaat tersebut dapat menyebabkan dirinya menderita selama-
lamanya. HIV dan kehamilan pada perempuan menjadi akibat yang paling sering ditemukan karena
perbuatan tersebut.
Kehamilan pada remaja perempuan akibat dari seks bebas menyebabkan remaja perempuan
tersebut harus menanggung malu terhadap keluarga dan juga masyarakat sekitar. Bahkan sulit untuk
mencapai masa depan karena remaja perempuan tersebut harus putus sekolah. Banyak dari remaja
perempuan tidak sanggup menanggung rasa malu tersebut dan berakhir aborsi. Sebagian lainnya ada
yang melanjutkan kehamilannya tetapi kondisi psikologis remaja perempuan tersebut menjadi
terganggu akibat tekanan yang dialaminya.
Salah satu penyebab lain mengapa seks bebas dapat terjadi antara lain tidak adanya yang
mengawasi dan juga rasa tidak diawasi. Saat dua remaja berbeda jenis kelamin sedang berduaan
dunia seakan milik mereka berdua. Sehingga dapat melakukan apa saja sebagai wujud kasih sayang
terhadap pasangannya. Hal ini sering dijumpai di kalangan masyarakat kota yang cenderung bersifat
individualis. Mereka cuek akan lingkungan sekitar sehingga terdapat celah tersebut.Satu hal lain yang
berpengaruh besar untuk terjadinya seks bebas adalah pergaulan yang terlalu bebas.
Selain dari pada seks bebas, perilaku pacaran yang menyimpang lainnya yang juga akan
mengakibatkan terganggunya psikologis adalah perilaku kekerasan.Menurut Rafika Annisa (2008),
kekerasan dalam pacaran adalah kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap pasangannya dalam
masa pacaran yang mengakibatkan penderitaan bagi korban baik fisik maupun non fisik.Burrand,
Wickliffe, Scott, Handeyside, Nimeh & Cope (Murray, 2007) mendefinisikan dating violence
psikologis dan fisik yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam hubungan pacaran, yang
dimaksudkan untuk memperoleh kontrol, kekuasaan dan kekuatanataspasangannya.Dating violence
merupakan tindakan yang disengaja. Perilaku ini tidak dilakukan dengan paksaan orang lain, tetapi
pelaku yang memutuskan akan melakukan atau tidaknya perbuatan tersebut. Hal ini dilakukan
dengan tujuan korban akan selalu bergantung dan terikat dengan pasangannya.
Kekerasan dalam masa pacaran bukan hanya dalam segi fisik, tetapi dapat berupa ancaman
dan serangan psikologis yang mengakibatkan korban menderita baik fisik maupun non fisik. Dengan
timbulnya rasa takut akan tindakan tersebut dari korban, pelaku akan mendapatkan kontrol,
kekuasaan dan kekuatan akan pasangannya agar tingkah laku korban dapat dikendalikan. Kekerasan
pada masa pacaran secara umum dapat dibagi menjadi kekerasan fisik, kekerasan psikologis atau
emosional, kekerasan ekonomi dan kekerasan seksual.
Kekerasan fisik biasanya terjadi jika pasangannya melakukan kesalahan atau tidak mau
menuruti keinginan dari pelaku. Sehingga terjadilah kekerasan secara fisik seperti memukul,
menampar, menendang, mendorong, mencekik, dan berbagai tindakan fisik yang keras lainnya.
Bahkan pada beberapa kasus terjadi pembakaran pada bagian kulit dengan menggunakan rokok.
Pemerasan juga menjadi salah satu bentuk kekerasan pada segi ekonomi. Pelaku dengan sengaja
memaksa pasangannya untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya bahkan sampai dengan
kebutuhan tersier. Beberapa kasus juga pelaku menguasai keuangan dari korban dengan tujuan
mengatur pengeluaran agar tindakan pasangan terkendali.
Menurut Poerwandari (2008) dampak dari kekerasan dalam pacaran adalah sebagai berikut:
1. Dampak fisik
Tentu saja korban yang mengalami kekerasan fisik akan mengakibatkan luka atau
cedera yang berbekas pada fisik korban. Rasa sakit dapat berkelanjutan bahkan sampai dapat
menimbulkan kecacatan pada korban.
2. Dampak psikologis
Korban mengalami kehilangan minat untuk mengurus atau merawat diri, kehilangan
minat untuk bisa berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan perilaku depresif dan
kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain yang dianggap lebih baik
sehingga tidak mampu mengenali kelebihannya dan ragu akan kemampuan diri.
3. Dampak kehidupan sosial
Bagi korban yang mengalami kekerasan dalam pacaran cenderung menarik diri dari
lingkungan. Hal ini bermula dari dampak psikologis dimana korban kehilangan minat untuk
berinteraksi.
4. Dampak ekonomi
Dampak ekonimi dari kekerasan pada saat berpacaran ialah hilangnya materi seperti
uang serta harta benda yang dimiliki korban. Hal ini dapa tterjadi karena korban berikan
kepada pelaku atau dapat saja diagunakan uangnya untuk berobat fisik atau pun psikologis.
Oleh karenaitu, sebaiknya remaja menghabiskan waktunya untuk menunjang masa depannya
dengan kegiatan positif. Hobi yang positif menjadi salah satucara untuk menghabiskan waktu dan
mencegah terjadinya perilaku pacaran yang menyimpang. Hobi yang
terusditekuniakanmengakibatkanhasil yang positif di masa yang akan datang mengingat zaman
sekarang bermain game saja sudah dapat menghasilkan dan menjanjikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai dampak perilaku pacaran menyimpang terhadap


remaja secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Seks bebas yang dapat terjadi karena tidak adanya pemikiran jangka panjang pada diri
remaja, tidak adanya pengawasan, dan pergaulan bebas. Akibat dari seks bebas dapat
menyebabkan HIV juga yang paling sering ditemukan adalah kehamilan pada remaja
perempuan.
2. Kekerasan pada saat pacaran dapat terjadi karena pelaku ingin mendapatkan kontrol,
kekuasaan dan kuatan akan pasangannya agar tingkah laku korban dapat dikendalikan.
Secara umum kekerasan pada pacaran dibagi menjadi kekerasan fisik, kekerasan psikologis,
kekerasan ekonomi dan kekerasan seksual.
3. Solusi untuk mencegah perilaku pacaran menyimpang selain mematangkan pikiran adalah
dengan menghabiskan waktunya untuk menunjang masa depannya dengan kegiatan positif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti berterimakasih kepada teman-teman yang senantiasa membantu Bersama sama


Menyusun artikel ini dengan begitu apiknya hingga dapat tercipta sebuah artikel yang dapat menjadi
sumber informasi masyarakat. Peneliti berterima kasih juga atas kontribusi kampus Universitas
Jambi serta tak luput kontribusi dosen, kepada bapak Drs. Asradi, M.M. dan bapak Freddi Sarman,
S.Pd, M.Pd. kami ucapkan terimakasih

PERNYATAAN KONTRIBUSI PENULIS

Penulisan artikel ini terdiri atas 4 orang anggota dimana penulis 1 (ELP,KN) dan penulis 2
(EPS,YH). Penulis 1 bertugas sebagai mencari referensi penulisan artikel. Penulis 2 bertugas
menginput hasil dan data dari penulisan artikel.

REFERENSI
Annisa, R. (2008). Kekerasan Dibalik Cinta. Yogyakarta : Rifka Annisa Women’s Crisis Center
Asrori, M., Ali, M. (2016). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Jill Murray. (2007). But I Love Him – Protecting Your Teen Daughter from Controlling, Abusive
Dating Relationship. HarperCollins e-books
Nawawi, H. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Poerwandari, K. (2008). Penguatan Psikologis untuk Menanggulangi Kekerasan dalam Rumah
Tangga dan Kekerasan Seksual. Jakarta: Program Studi Kajian Wanita Program Pascasarjana
Universitas Indonesia
Yin, Robert K. (1996). Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai