Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN VIII

KOMPREHENSIF

Oleh
RIZAL
105721119917

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021

i
ii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

C. Tujuan Masalah ............................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 6

A. Tauhid ........................................................................................... 6

B. Thaharah .................................................................................... 10

C. Akhlak ......................................................................................... 12

D. Ilmu Falak ................................................................................... 16

E. Kaitan Antara Islam Dengan Jurusan Manajemen ...................... 18

F. Kemuhammadiyaan .................................................................... 23

BAB III PENUTUP ................................................................................ 30

A. KESIMPULAN ............................................................................. 30

B. SARAN ....................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 32


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai sebuah ad-Dien yang sempurna, yang diturunkan

sejak empat belas abad yang lalu telah memberikan sebuah

gambaran umum tentang pemecahan berbagai masalah yang

sedang, maupun akan dihadapi manusia. Sebagai wujud ad-Dien

yang sempurna, Islam tidak hanya mengatur hubungan individual

makhluk dan peribadatan terhadap khalik belaka (ibadah), namun

juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan

sesamanya (muamalah). Cakupan ruang lingkup Islam juga

mengatur hubungan manusia dengan sesamanya misalnya

pengaturan dalam bidang ekonomi, politik, pemerintahan,

pendidikan, sosial, dan uqubat

Dalam perspektif Islam, akhlak atau moral memiliki kedudukan

yang tinggi. Demikian tingginya kedudukan akhlak dalam Islam

hingga Nabi shallallahu „alaihi wasallam menjadikannya sebagai

barometer keimanan Dalam Islam, akhlak sangat terkait dengan

keimanan dan tidak terpisah darinya. Keterkaitan antara iman

dengan akhlak juga terlihat jelas pada pengarahan-pengarahan

Nabi shallallahu „alaihi wasallam tentang akhlak. Beliau sering

sekali mengaitkan keimanan kepada Allah dan hari akhir dengan

1
2

akhlak. Ketika seseorang memiliki orientasi dan cita-cita yang tinggi

yaitu ridha Allah, maka dengan sendirinya ia akan menganggap

rendah apa saja yang bertentangan dengan cita-cita tersebut yaitu

seluruh perbuatan atau sifat yang dibenci oleh Allah

lmu falak banyak mendapat perhatian dari para peneliti dan

sejarawan. Regis Morlan (seorang orientalis Prancis, peneliti

sejarah ilmu falak klasik) mengemukakan beberapa faktor di

antaranya banyaknya ulama yang berkecimpung di bidang ini

sepanjang sejarah, banyaknya karya-karya yang dihasilkan,

banyaknya observatorium astronomi yang berdiri sebagai akses

dari banyaknya astronom serta karya-karya mereka, banyaknya

data observasi (pengamatan alami) yang terdokumentasikan.

Sementara itu Prof. Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman (guru besar

ilmu falak di Institut Nasional Penelitian Astronomi dan Geofisika,

Helwan - Mesir) mengatakan ‚astronomi adalah miniatur terhadap

majunya peradaban sebuah bangsa‛. Dalam perjalanan mulanya,

peradaban India, Persia dan Yunani adalah peradaban yang punya

kedudukan istimewa. Dari tiga peradaban inilah secara khusus

muncul dan lahirnya peradaban falak Arab (Islam), disamping

peradaban lainnya. Peradaban India adalah yang terkuat dalam

pengaruhnya terhadap Islam (Arab). Buku astronomi „Sindhind‟

punya pengaruh besar dalam perkembangan


3

Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan

secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus

diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-

asalan Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah

Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan

sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat

dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang

hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan

efektif. Pada dasarnya ajaran islam yang tertuang dalam Al-Qur‟an

dan As Sunnah mengajarkan tentang kehidupan yang serba

terarah dan teratur merupakan contoh konkrit adanya manajemen

yang mengarah kepada keteraturan.


4

B. Rumusan Masalah

1) Bagaiamana pengertian dan pentingnya mempelajari ilmu

tauhid.

2) Bagaimana pengertian, pembagian, dan tata cara pelaksanaan

Taharah.

3) Bagaimana pengertian, tujuan, dan macam-macam Akhlak.

4) Bagaiamana pengertian, ruang lingkup, dan landasan Ilmu

falak.

5) Bagaimana Kaitan Antara Islam Dengan Jurusan Manajemen.

6) Bagaiaman sejara, tokoh-tokoh, organisasi kemuhammadiyaan.

C. Tujuan Masalah

1) Dapat mengetahui pengertian dan pentingnya mempelajari ilmu

tauhid.

2) Dapat mengetahui pengertian, pembagian, dan tata cara

pelaksanaan Taharah.

3) Dapat mengetahui pengertian, tujuan, dan macam-macam

Akhlak.

4) Dapat mengetahui pengertian, ruang lingkup, dan landasan Ilmu

falak.
5

5) Dapat mengetahui Kaitan Antara Islam Dengan Jurusan

Manajemen.

6) Dapat mengetahui sejara, tokoh-tokoh, organisasi

kemuhammadiyaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tauhid

1) Pengertian tauhid

Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid

merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat

kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal

dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada )‫ (وحد‬Yuwahhidu )‫(يوحد‬

.Tauhidan ( ‫توحدا‬.

Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya,

keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian

ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa

Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui

akan keesaan Allah mengeesakan Allah”. Jubaran Mas‟ud menulis

bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa”,

juga sering disamakan dengan “‫االله‬ ‫اال‬ ‫“ ”هلال‬tiada Tuhan

Selain Allah”. Fuad Iframi Al-Bustani juga menulis hal yang sama.

Menurutnya tauhid adalah Keyakinan bahwa Allah itu bersifat “Esa”.

Jadi tauhid berasal dari kata “wahhada” (‫“ )وحد‬yuwahhidu” (‫“ )يوحد‬

Tauhidan” (‫)توحيدا‬, yang berarti mengesakan Allah SWT. Tauhid

menurut bahasa artinya mengetahui dengan sebenarnya Allah itu

6
7

Ada lagi Esa. Menurut istilah, tauhid ialah satu ilmu yang

membentangkan tentang wujudullah (adanya Allah) dengan sifat-

Nya yang wajib, mustahil dan jaiz (harus), dan membuktikan

kerasulan para rasul-Nya dengan sifat-sifat mereka yang wajib,

mustahil dan jaiz, serta membahas segala hujah terhadap

keimanan yang berhubung dengan perkara-perkara sam‟iyat, iaitu

perkara yang diambil dari al-Quran dan Hadis dengan yakin.

2) Pembagian tauhid

Tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyyah, uluhiyyah,

dan al asma was shifat.

a) Tauhid Rububiyyah

Tauhid rububiyyah yaitu keyakinan bahwa Allah SWT

sebagai satu-satunya yang dapat menciptakan bumi dan langit

beserta dengan isinya. Hanya Allah yang mampu memberikan

rezeki, menggerakkan matahari dan bulan, mendatangkan badai

dan hujan, serta apa pun yang terjadi di alam semesta ini sesuai

dengan kehendak-Nya. Hal ini pun terdapat dalam ayat Al-

Qur'an :

Artinya:
8

"Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi

dan mengadakan gelap dan terang." (QS. Al An'am: 1).

b) Tauhid Uluhiyyah

Tauhid uluhiyyah dapat diartikan sebagai tauhid ibadah.

Maksudnya, mengesakan Allah dalam hal ibadah dan hanya

Allah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Hal ini pun

terdapat dalam ayat Al-Qur'an :

Artinya:

"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada

Engkaulah kami meminta pertolongan." (Al Fatihah: 5)

c) Tauhid Al Aswa was Sifat

Dalam kitab Syarh Tsalatsatil Ushul, tauhid Al aswa was sifat

adalah tauhid dengan cara menetapkan nama dan sifat Allah

sesuai dengan yang sudah Allah tetapkan bagi diri-Nya, dan

menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya

dengan tanpa tahrif, tanpa ta'thil, dan tanpa takyif. Hal ini pun

terdapat dalam ayat Al-Quran :

Artinya:
9

"Hanya milik Allah nama yang husna, maka memohonlah

kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya." (QS. Al A'raf:

180).

3) Pentingnya mempelajari ilmu tauhid

Mentauhidkan Allah SWT dengan sepenuh hati memiliki

keutamaan yang luar biasa. Al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

menjelaskan beberapa keutamaan tauhid. Dan dalam tulisan ini

akan dibahas lima diantaranya.

1. Pertama, akan dihapus dosa-dosanya. Hal ini didasarkan

pada sabda Nabi SAW yang artinya, “…Wahai bani Adam,

seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa

sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak

menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan berikan

kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.‟”

2. Kedua, mendapatkan petunjuk yang sempurna, dan kelak di

akhirat akan mendapatkan rasa aman. Rujukannya adalah

firman Allah SWT yang artinya, “Orang-orang yang beriman

dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan

kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang

mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. ” QS.

Al-An‟aam : 82

3. Ketiga, dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan

akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,


10

“…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia

akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberi-nya

rizki dari arah yang tidak disangka-sangka…” (QS. Ath-

Thalaq : 2-3)

4. Keempat, dijamin masuk surga. Landasannya adalah firman

Allah SWT yang artinya, “Barangsiapa yang mati dan ia

mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi

dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” (HR.

Muslim)

5. Kelima, diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Firman Allah SWT, “Barangsiapa yang mengerjakan amal

shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan

beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada

mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah

mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

B. Thaharah

1) Pengertian thaharah

Thaharah menurut arti bahasa adalah suci dan lepas dari

kotoran. Sedangkan menurut syara‟ menghilangkan penghalang

yang berupa hadas dan najis. Menurut istilah para fuqaha‟ berarti

membersihk Thahara atau bersuci dalam pandangan islam tidak

hanya menyangkut bersih atau kotor, namun lebih kepada tujuan


11

sahnya suatu ibadah. Tanpa adanya ritual bersuci yang sesuai,

mustahil akan terjadi ibadah yang sah. Karena suatu syarat sahnya

semua ibadah adalah kondisi suci yang apabila tidak terpenuhi

maka akan berakhir dengan kesia-siaan.an diri dari hadas dan

najis, seperti mandi, berwudlu dan bertayammum.

2) Pembagian thaharah

Pelaksanaan thaharah terbagi menjadi dua, yakni:

a) Thaharah Ma'nawiyah

Thaharah ma'nawiyah adalah membersihkan diri dari

kotoran batin berupa dosa dan penyakit hati seperti iri, dengki,

takabur, dan lain-lain. Cara membersihkannya dengan

melakukan taubatan nashoha yaitu memohon ampun dan

berjanji tidak akan mengulanginya.

b) Thaharah Hissiyah

Thaharah hissiyah adalah membersihkan bagian tubuh yang

terkena najis maupun hadas. Untuk membersihkan dari najis

dan hadas ini, bisa dilakukan dengan berwudhu, mandi wajib,

serta tayamum (bila dalam kondisi tidak ada air).

3) Tata cara thaharah

Adapaun tata cara yang harus dilakukan seseorang saat

ingin mensucikan diri atau thaharah, meliputi:


12

a) Mandi Wajib

b) Berwudhu

c) Tayammum

C. Akhlak

1) Pengertian akhlak

Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam

diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan

senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan.

Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Akhlak

secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong

oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu

perbuatan yang baik.

Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari

bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga

pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad

Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat

pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik

tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah

laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup

hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu

saja.
13

2) Tujuan akhlak

Akhlak bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai makhluk

yang lebih tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari

makhluk-makhluk yang lainnya. Menjadi suatu hal yang harus

dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam berhubungan baik

sesama manusia apalagi kepada Allah sebagai pencipta.

Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan

mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik

dan buruk, agar manusia dapat memegang dengan perangai-

perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-perangai

yang jahat, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan

masyarakat.

Yang hendak dikendalikan oleh akhlak ialah tindakan lahir

manusia, tetapi karena tindakan lahir itu tidak akan terjadi jika tidak

didahului oleh gerak-gerik bathin, yaitu tindakan hati, maka

tindakan bathin dan gerak-gerik hati pun termasuk lapangan yang

diatur oleh akhlak manusia.

Jika setiap orang dapat menguasai tindakan bathinnya, maka

dapatlah ia menjadi orang yang berakhlak baik. Tegasnya baik-

buruk itu tergantung kepada tindakan hatinya. Dalam hadits Arba’in

An Nawawi dituliskan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang

artinya:
14

“Dan ketahuilah bahwasannya, didalam tubuh itu ada segumpal

daging yang apabila baik, maka baik pula amalnya, dan apabila

buruk, maka buruk pula amalnya, dan ketahuilah bahwa ia adalah

hati”.

3) Macam-macam akhlak

Akhlak dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan sudut

pandangnya. Menurut Ibnu Qoyyim ada dua jenis akhlak, yaitu:

a) Akhlak Dharuri

Akhlak dharuri adalah akhlak yang asli, dalam arti akhlak

tersebut sudah secara otomatis merupakan pemberian dari

Tuhan secara langsung, tanpa memerlukan latihan, kebiasaan

dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh manusia-manusia

pilihan Allah. Keadaannya terpelihara dari perbuatan-perbuatan

maksiat dan selalu terjaga dari larangan Allah yaitu para Nabi

dan Rasul-Nya. Dan tertutup kemungkinan bagi orang mukmin

yang saleh. Mereka yang sejak lahir sudah berakhlak mulia dan

berbudi luhur.

b) Akhlak Muhtasabi

Akhlak muhtasabi adalah merupakan akhlak atau budi

pekerti yang harus diusahakan dengan jalan melatih, mendidik

dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara berfikir yang


15

tepat. Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan, akhlak ini tidak akan

terwujud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia.

Adapun pembagian akhlak berdasarkan sifatnya dibagi

menjadi dua bagian yaitu:

a) Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau disebut pula dengan

akhlak al karimah (akhlak yang mulia). Temasuk akhlak al

karimah antara lain adalah ridha kepada Allah, cinta dan

beriman kepada-Nya, beriman kepada malaikat, kitab Allah,

Rasul Allah, hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu

menepati janji, melaksanakn amanah, berlaku sopan dalam

ucapan dan perbuatan, qana‟ah (rela terhadap pemberian

Allah), tawakkal (berserah diri), sabar, syukur, tawadhu‟

(merendahkan diri), berbakti kepada kedua orang tua, dan

segala perbuatan yang baik menurut pandangan atau ukuran

Islam.

b) Akhlak Madzmumah

Akhlak madzmumah (akhlak tercela) atau disebut pula

akhlak sayyi‟ah (akhlak yang jelek). Perbuatan yang termasuk

akhlak madzmumah antara lain adalah kufur, murtad, fasiq,

riya‟, takabbur, mengadu domba, dengki, iri, kikir, dendam,

khianat, memutus silaturrahmi, Durhaka terhadap orang tua,


16

putus asa dan segala perbuatan tercela menurut pandangan

Islam.

D. Ilmu Falak

1) Pengertian ilmu falak

Ilmu falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya

berkaitan dengan benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan

Matahari. Secara etimologi, kata Falak berasal dari bahasa

Arab ‫ فلك‬yang mempunyai arti lintasan benda-benda langit atau

bermakna Orbit dalam bahasa Inggris.

Secara bahasa kata “falak” berasal dari bahasa Arab falakun

yang mempunyai makna orbit atau lintasan benda-benda langit (

madar al-nujum). Oleh karenanya ilmu falak dapat didefinisikan

sebagai ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-benda langit

khususnya bumi, bulan, dan matahari. Benda-benda langit selalu

berjalan pada lintasan atau orbitnya, sehingga kita dapat

mengetahui letak antara benda langit yang satu dengan benda

langit sang lainnya dan juga untuk mengethui waktu-waktu di

permukaan bumi. Ilmu ini disebut juga ilmu Hisab karena ilmu ini

mengandung benyak perhitungan, ada juga yang menyebutnya

dengan ilmu Roshd karena ilmu ini memerlukan pengamatan dan

obserfasi, sering juga disebut sebagai ilmu Miqot karena ilmu ini

membahas tentang batasan-batasan waktu. Dari beberapa istilah di


17

atas yang paling popular di kalangan masyarakat adalah “Ilmu

Falak” dan Ilmu Hisab”.

2) Ruang lingkup ilmu falak

Secara garis besar Ilmu Falak atau Ilmu Hisab. Bahasan Ilmu

Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada kaitannya

dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya Ilmu Falak

ini mempelajari 4 bidang, yakni:

a) Arah kiblat dan bayangan arah kiblat

b) Waktu-waktu sholat

c) Awal bulan hijriyyah

d) Gerhana matahari dan bulan.

3) Landasan ilmu falak

Di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat yang berkaitan

dengan bidang Ilmu Falak seperti :

a) QS. Al An‟am [06] ayat 96:

Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam

untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk

perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi

maha mengetahui”.

b) QS. Yunus [10] ayat 05:

Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan

bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah


18

(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu

mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak

menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak, Dia

menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang

yang mengetahui”.

c) QS. Al Baqarah [2] ayat 189:

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.

Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi

manusia dan (bagi ibadah) haji, dan bukanlah kebajikan

memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi

kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa, dan

masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan

bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”.

E. Kaitan Antara Islam Dengan Jurusan Manajemen

1) Pengertian manajemen

manajemen berasal dari kata to manage berasal dari bahasa

Italia “managgio” dari kata “managgiare” yang diambil dari bahasa

Latin, dari kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti

melakukan. Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam

bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management dan

manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.


19

Management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi

manajemen atau pengelolaan

Istilah manajemen sebenarnya mengacu kepada proses

pelaksanaan aktifiitas yang diselesaikan secara efisien dengan dan

melalui pendayagunaan orang lain.3 Terry memberikan defenisi:

“management is a distinct process consisting of planning,

organizing, actuating and controlling, performed to determine and

accomplish stated objectives by the use of human beings and other

resources”. Maksudnya manajemen sebagai suatu proses yang

jelas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian yang dilaksanakan untuk

menentukan serta melaksanakan sasaran/tujuan yang telah

ditentukan dengan menggunakan sumber daya dan sumber-

sumber lainnya.

Arifin Abdurrachman sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim

Purwanto, memberikan pengertian manajemen merupakan

kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan

pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang

pelaksana.

Dalam sudut pandang Islam manajemen diistilahkan dengan

menggunakan kata al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan

derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam


20

Al Qur‟an seperti firman Allah SWT yang Artinya : Dia mengatur

urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya

dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut

perhitunganmu (As Sajdah : 05).

Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah

swt adalah pengatur alam (Al Mudabbir/manager). Keteraturan

alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam

mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah

SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus

mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya

sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.

2) Islam dan fungsi manajemen

Berbicara masalah manajemen dalam islam tentunya tidak bisa

lepas dengan empat komponen yang ada yaitu (POAC) planning

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Dan empat

komponen tersebut di jelaskan di beberapa ayat al-Qur‟an dan

Hadits. Untuk lebih jelasnya maka akan penulis uraikan satu

persatu sebagai berikut:

a) Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak

melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun


21

kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan

hasil yang optimal. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal

dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif

dan efisien.

b) Pengorganisasian (organizing)

Setelah mendapat kepastian tentang tujuan, sumberdaya

dan teknik/metode yang digunakan untuk mencapai tujuan, lebih

lanjut manajer melakukan upaya pengorganisasian agar

rencana tersebut dapat dikerjakan secara sukses.

Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasiakan

dan mendistribusiakan pekerjaan, wewenang dan sumber daya

diantara anggota organisasi. Stoner menyatakan bahwa

mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang

atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna

mencapai sasaran spesipik atau beberapa sasaran.

c) Pelaksanaan ( actuating )

Pelaksanaan kerja merupakan aspek terpenting dalam

fungsi manajemen karena merupakan pengupayaan berbagai

jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai

dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai

sasaran organisasi sesuai dengan rencana yang ditetapkan

semula, dengan cara yang baik dan benar. Adapun istilah yang
22

dapat dikelompokkan kedalam fungsi pelaksanaan ini adalah

directing commanding, leading dan coornairing.

d) Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut

pengendalian. Pengendalian adalah salah satu fungsi

manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu

mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan

dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan

yang telah digariskan semula.

3) Kepemimpinan dan Tanggung Jawab

Dalam suatu organisasi, kepemimpinan memegang peranan

yang penting karena pemimpin yang akan mengegerakkan dan

mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus

merupakan tugas yang tidak mudah. Sukses tidaknya usaha

pencapaian tujuan organisasi ditentukan oleh kualitas

kepemimpinan. Blancard dan Hersey (Dalam Tohardi, 2002)

mengemukakan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi

kegiatan individu dan kelompok dalam usaha untuk mencapai

tujuan dalam situasi tertentu.

Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah

dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggung-jawabkan

kepada anggota-anggota yang dipimpinya, tetapi juga akan


23

dipertanggung-jawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi, pertanggung-

jawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-

formal sesama manusia, tetapi bersifat vertical-moral, yakni

tanggung jawab kepada Allah Swt di akhirat nanti. Seorang

pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal

dihadapan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos

ketika ia bertanggungjawab dihadapan Allah Swt.

F. Kemuhammadiyaan

1) Sejarah muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal

8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 November

1912 Miladiyah di Yogyakarta. Latar belakang berdirinya

Muhammadiyah di antaranya didorong oleh beberapa faktor

a) Pendalaman Kyai Ahmad Dahlan terhadap ayat Al-

Qur‟an dan As-Sunnah terutama QS. Ali Imran ayat 104

‫ع ِن ْال ُمن َك ِر َوأ ُ ْولَـئِكَ ُه ُم‬ ِ ‫َو ْلت َ ُكن ِ ّمن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْدعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر‬
َ َ‫وف َويَ ْن َه ْون‬

ُ ‫ْال ُم ْف ِل‬
ََ‫حون‬

“Adakanlah diantara kamu sekalian segolongan umat yang

mengajak kepada Islam, memerintahkan kebajikan dan mencegah

kemunkaran. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan

kebahagiaan”
24

Pada ayat tersebeut, KH. Ahmad Dahlan berpikir bahwa

melalui ayat tersebut, Allah swt menyuruh umat-Nya untuk

berdakwah dan menyebarkan kebaikan secara berkelompok atau

organisasi. Karena keburukan yang terorganisir lebih baik daripada

kebaikan yang tidak terorganisir.

b) Ketidak murnian Islam, karena umat tidak lagi

memegang teguh tuntunan Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

Banyak sekali taklid, bid‟ah, khurafat, syirik yang

merusak kemurnian aqidah. Pada praktek ibadahpun,

terdapat banyak sekali bentuk-bentuk budaya yang

muali bercampur menjadi satu dengan ritual ibadah

Islam, sehingga layaknya seperti tuntunan Nabi

Muhammad SAW. Contohnya adalah kegiatan-kegiatan

kematian, mencari jodoh dan lain sebagainya penuh

diwarnai dengan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat

bid‟ah dan khurafat. Umat Islam pada saat itu juga

tergolong umat yang terbelakang, mereka memeluk

agama Islam bukan karena keyakinan hidupnya, tetapi

karena keprcayaan hidup yang diwarisi dari nenek

moyang. Islam warisan itupun sudah bercampur dengan

ajaran-ajaran animisme, Hindu, Budha, dan lain

sebagainya.
25

c) Munculnya bahaya yang mengancam kehidupan agama

Islam berhubungan dengan kegiatan misi dan zending

Kristen di Indonesia yang semakin lama semakin

menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat. Bentuk

kegiatan yang dilancarkan oleh misi dan zending adalah

berupa mendirikan rumah sakit, sekolah dan gereja di

tengah-tengah perkampungan kaum muslimin. Cara-

cara demikian dilakukan agar penduduk setempat

secara sadar atau tidak tertarik dengan kebaikan-

kebaikan yang dilakukan oleh orang Kristen. Para

pastur pun ikut andil dalam penyebaran misi agamanya.

Pastur ini turun ke masyarakat dengan mengenakan

jubah putih khas pastur, dengan harapan penduduk

setempat yang beragama Islam mulai terbiasa dengan

pakaian para pastur tersebut, sehingga mudahlah bagi

orang-orang Kristen untuk berkenalan dan memberi

pengaruh-pengaruhnya

d) Islam pada saat itu adalah agama yang tidak disukai

dan Islam mendapatkan label sebagai agama yang kolot

dan selalu terbaruh oleh kalangan intelektual. Sikap

yang muncul dari ketidak sukaan itu sangat merugikan

umat Islam, terutama bagi para pelajar Islam, mereka

mendapatkan perlakuan yang kurang baik seperti tidak


26

mempedulikan dan menjauhi para pelajar muslim.

orang-orang berpikir bahwa yang terpenting dalam

memajukan suatu peradaban adalah ilmu dan teknologi

yang dimiliki oleh orang Barat. Oleh sebab itulah KH.

Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah yang

dengan faham keagamaan yang segar, faham yang

mampu mempertemukan syari‟at agama dengan

perubahan zaman sebagai bentuk penolakan atas

pandangan dan sikap para intelektual.

2) Tokoh-tokoh muhammadiyah

Muhammadiyah telah berdiri selama 103 tahun. Fakta ini

menunjukkan bahwa Muhammadiyah mampu bertahan terhadap

goncangan dan kritik masyarakat akan dirinya. Dibalik majunya

organisasi Islam ini, pasti ada tokoh-tokoh yang mampu

menggerakkan Muhammadiyah hingga sebegitu hebatnya. Berikut

tokoh-tokoh Muhammadiyah.

a) KH. Ahmad Dahlan (ketua 1912-1922)

b) KH. Ibrahim (ketua 1923-1933)

c) KH. Hisyam (ketua 1934-1936)

d) KH. Mas Mansyur (ketua 1937-1941)

e) Ki Bagus Hadikusuma (ketua 1944-1953)

f) Buya H. Ahmad Rasyid Sutan Mansur (ketua 1956-1959)

g) KH. Muhammad Yunus Anis (ketua 1959-1962)


27

h) KH. Ahmad Badawi (ketua 1962-1965)

i) KH. Faqih Usman (ketua 1968-1971)

j) KH. Abdur Rozak Fachruddin (ketua 1971-1985)

k) KH. Ahmad Azhar Basyir, MA (ketua 1990-1995)

l) Prof. Dr. H. Amien Rais (ketua 1995-1998)

m) Prof. Dr. Ahmad Syafi‟i Ma‟arif (tahun 1998-2005)

n) Prof. Dr. Muhammad Sirajuddinn Syamsuddin, MA (ketua

2005-2015)

3) Organisasi otonomi muhammadiyah

Organisasi otonom muhammadiyah ialah organisasi atau badan

yang dibentuk oleh persyarikatan muhammadiyah yang dengan

bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk

mengatur rumah tangga sendiri, membina warga persyarikatan

muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula

dalam rangka mencapai maksud dan tujuan persyarikatan

muhammadiyah. Organisasi otonom (ortom) muhammadiyah

sebagai badan yang mempunyai otonomi dalam mengatur rumah

tangga sendiri mempunyai jaringan struktur sebagaimana halnya

dengan muhammadiyah, mulai dari tingka pusat, tingkat propinsi,

tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, tingkat desa, dan kelompok-

kelompok atau jama‟ah – jama‟ah. Adapun diantara organisasi yang

diabawah bimbingan langsung oleh muhammadiyah ialah:

a. Aisyiyah
28

b. Nasyiatul Aisyiyah (23 Mei 1931 M)

c. Pemuda Muhammadiyah (2 Mei 1932 M)

d. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (18 Juli 1961 M)

e. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (14 Maret 1964 M)

f. Tapak Suci Putra Muhammadiyah (31 Juli 1963 M)

g. Hizbul Wathan (tahun 1918 M)

h. Pimpinan Pusat Muhammadiyah

i. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah

j. Pimpinan Daerah Muhammadiyah

k. Pimpinan Cabang Muhammadiyah

l. Pimpinan Ranting Muhammadiyah

4) Muhammadiyah sebagai pembeda

Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid atau pembaruan

memiliki karakter pada pemurnian ajaran Islam dan

pengembangan. Muhammadiyah memadukan kedua hal tersebut

dalam gerakannya sehingga menampilkan Islam yang berkemajuan

secara mendasar dan meluas, sehingga menunjukkan

keseimbangan.

Kepemimpinan dalam Muhammadiyah memiliki tipikal khusus,

yaitu mengembangkan kepemimpinan kolektif-kolegial.

Kepemimpinan yang demikian bercorak sistem, artinya berada

dalam aturan organisasi dan tidak bertumpu pada kepemimpinan

personal atau figur. Corak kepemimpinan yang kolektif-kolegial dan


29

bertumpu pada sistem inilah yang menjadikan Muhammadiyah

menjelma menjadi organisasi Islam yang besar dan mampu

bertahan usia satu abad.

Sejarah mencatat, figur pemimpin Muhammadiyah sejak Kiai

Haji Ahmad Dahlan dan generasi penerusnya datang dan pergi

sesuai sunnatullah. Namun Muhammadiyah sebagai gerakan Islam

yang berjalan secara organisasi terus tumbuh, mekar, dan

berkembang hingga saat ini dan insyaAllah akan terus bertahan

sampai ke depan yang jauh. Plus minus kepemimpinan

Muhammadiyah yang demikian harus terus dipertahankan disertai

peningkatan kualitas personal, fungsi, dan peranannya dalam

membawa gerakan Islam pembaharu ini ke arah yang semakin

maju.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Islam sebagai sebuah ad-Dien yang sempurna, yang diturunkan

sejak empat belas abad yang lalu telah memberikan sebuah gambaran

umum tentang pemecahan berbagai masalah yang sedang, maupun

akan dihadapi manusia. Sebagai wujud ad-Dien yang sempurna, Islam

tidak hanya mengatur hubungan individual makhluk dan peribadatan

terhadap khalik belaka (ibadah), namun juga mengatur hubungan

manusia dengan dirinya sendiri dan sesamanya (muamalah). Cakupan

ruang lingkup Islam juga mengatur hubungan manusia dengan

sesamanya misalnya pengaturan dalam bidang ekonomi, politik,

pemerintahan, pendidikan, sosial, dan uqubat terkhusus dalam

makalah ini menjelaskan tentang tauhid, thaharah, akhlak, ilmu falak,

kaitan antara islam dengan manajemen, serta ilmu kemuhammadiyaan

yang disusun untuk kalangan mahasiswa.

B. SARAN

Setelah melakukan penyusunan makalah ini, penulis menyadari

bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kata

sempurna dan pastinya perlu berbagai perbaikan. Tentunya penyusun

akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber-

sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu,

30
31

penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan

makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Muhammad Bin Muhammad, Ihya‟ Ulum Ad-Din, Beirut: Dar

Al- Ma‟Rifah.

Alimuddin, 2013, Sejarah Perkembangan Ilmu Falak, Makassar: Jurnal

Dosen Fakultas Syari‟ah Dan Hukum UIN Alauddin Makassar.

Bafadhol, Ibrahim, 2017, Pendidikan Ahklak Dalam Perspektif Islam,

Bogor: Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 06

No.12, Juli 2017

Dr. Edi Sutrisno, M.Si, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta

: Kencana

George R Terry, 2006, Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta : Bumi Aksara

Husaini Usman, 2003, Manajemen: Teori, Praktik Dan Riset Pendidikan,

Jakarta: Bumi Aksara.

Jawahir Tantowi, 1983, Unsur – Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-

Qur‟An . Jakarta : Pustaka Al-Husna

M. Ngalim Purwanto, 2008, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan,

Bandung: Remaja Rosdakarya

Mariono Dkk. 2008, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.

Bandung : PT Refika Ditama

32
33

Pedoman Hisab Muhammadiyah. Cet. 1 ; Yogyakarta : Majelis Tarjih Dan

Tajdid Pimpinan Pusat. Muhammadiyah, 2009. Mustofa

Prof. Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd. 2012,

Administrasi Pendidikan, Bandung : ALFABETA

Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia

Rasjidi, Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution Tentang “Islam Ditinjau Dari

Berbagai Aspeknya”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977).

Tim Penyusun, Islam Mulai Dari Akar Ke Daunnya, (Bogor: BKIM IPB

Press. 2003).

Zaidân, Abdul Karim, 1988, Ushûl Ad- Da‟Wah, Beirut: Mu‟Assasah Ar-

Risalah.

Anda mungkin juga menyukai