Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

[PENGOLAHAN DATA KUALITAS AIR TANAH]

MINGGU KE-4

Asisten Praktikum:
1. David Parulian Hutauruk (120150071)
2. Irfan Arif (120150105)
3. Muhammad Wildan Arrosyid (120150037)
4. Reza Dava Fadila (119150010)
5. Rionanda Rubiansyah (119150051)

Disusun Oleh:
Astrid Candra Dewi (121150056)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses di
atmosfir, tanah dan badan-badan air yang tidak terputus melalui proses kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi (Kodoati dan Rustam, 2008). Pemanasan air samudera
oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara
kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air, es, atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian di intersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda,
yaitu:
Evaporasi / transpirasi, air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. Kemudian
akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh
uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation)
dalam bentuk hujan, salju, es.
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-
pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut
memasuki kembali sistem air permukaan.
Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau, makin landai
lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran
permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu
sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar
daerah aliran sungai menuju laut.
Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon
maupun semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang dapat diserap
tanaman adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran. Akar tanaman dari
semua komponen agroforestri menyerap air dari tandon air yang sama dan pada kapasitas
yang terbatas. Bila jumlah air dalam tandon berkurang terjadilah perebutan antara akar-akar
berbagai jenis tanaman yang ada untuk mengambil air. Dalam hal ini terjadi kompetisi untuk
mendapatkan air guna mempertahankan pertumbuhan masing-masing jenis tanaman.
Beberapa sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas
menyimpan air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh
macam penggunaan lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Jadi
jenis-jenis pohon atau tanaman semusim yang ditanam pada suatu bidang tanah dapat
mempengaruhi siklus dan kesetimbangan air pada sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan
kesetimbangan air dalam sistem ini pada gilirannya juga mempengaruhi kompetisi antara
komponen tanaman yang ada (Budiman, 1988).
Curah hujan yang jatuh pada suatu kawasan, sebagian akan ditahan oleh tajuk pohon,
dansebagian lagi oleh tajuk tanaman semusim, dan lainnya lolos ke permukaan tanah di
bawah pohondan di bawah tanaman semusim. Air yang ditahan oleh tajuk pohon dan tanaman
semusim sebagian besar menguap sehingga tidak berpengaruh kepada simpanan (cadangan)
air dalam tanah. Tajuk pohon dan tanaman semusim yang berbeda mengakibatkan perbedaan
jumlah air yang ditahan tajuk kedua jenis tanaman itu. Akibatnya jumlah air yang lolos dan
mencapai permukaan tanah di bawah pohon dan dibawah tanaman semusim juga berbeda. Air
hujan yang lolos dari tajuk tanaman akan mencapai permukaan tanah dan sebagian masuk ke
dalam tanah melalui proses infiltrasi. Sebagian lagi mengalir di permukaan tanah sebagai
limpasan permukaan. Sifat-sifat tanah di bawah pohon dan tanaman semusim dan jumlah air
yang jatuh di bawah kedua tanaman yang berbeda menyebabkan kecepatan infiltrasi dan
limpasan permukaan di bawah tanaman semusim dan pohon juga berbeda. Dalam kondisi
tertentu infiltrasi di bawah pohon bisa cukup tinggi sehingga tidak hanya cukup untuk
menurunkan Rt menjadi nol (tidak ada limpasan permukaan), tetapi mampu menampung
limpasan permukaan dari area di bawah tanaman semusim (Rosdan, 2001).

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui manfaat analisis hidrokimia dengan diagram piper.
2. Untuk mengetahui langkah kerja diagram piper.
3. Untuk mengolah data kimia air tanah untuk diagram piper.
4. Untuk mendeskripsikan tipe kualitas dan fasies air tanah.
1.3. Metode Penelitian
Analisis unsur-unsur mayor pada air tanah menjadi dasar untuk menghitung keseimbangan
ion-ion yang dihasilkan dari analisis laboratorium. Nilai Charge Balance Error (CBE) yang
mendekati nol menunjukkan bahwa kondisi kation dan anion yang terdapat dalam air tanah
seimbang atau mendekati sama. Pada praktikum akan dilakukan analisis air tanah dengan
diagram Trilinier Piper berdasarkan kandungan ion kation: Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dan ion
anion: Cl-, HCO3-, SO42-. Metode analisis diagram trilinier dilakukan guna menentukan
genetika atau fasies air tanah suatu daerah. Dengan demikian, dapat ditentukan sumber unsur
penyusun terlarut dalam air tanah, perubahan sifat air yang melewati suatu wilayah tertentu
maupun hubungannya dengan permasalahan geokimia. Diagram trilinier piper terdiri atas dua
diagram dalam bentuk segitiga dan satu diagram dalam bentuk jajar genjang. Diagram
segitiga menunjukkan konsentrasi ion kation maupun ion anion yang terkandung dalam air
tanah, masing-masing dalam satuan persen (%CBE). Diagram jajar genjang menunjukkan
varian atau kombinası ion kation maupun ion anion yang terkandung dalam air tanah, dalam
satuan persen (% CBE).
1.4. Tinjauan Pustaka
1.4.1. Air Tanah
Air tanah dapat didefinisikan sebagai semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar atau
regolith dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui
pancaran atau rembesan (Aziz, 2000). Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan
yang meresap ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah, perlahan-lahan mengalir ke laut
atau mengalir langsung dalam tanah atau di permukaan dan bergabung dengan aliran sungai.
Banyaknya air yang meresap ke tanah bergantung pada selain ruang dan waktu, juga di
pengaruhi kecuraman lereng, kondisi material permukaan tanah dan jenis serta banyaknya
vegetasi dan curah hujan. Meskipun curah hujan besar tetapi lerengnya curam, ditutupi
material impermeable, persentase air mengalir di permukaan lebih banyak daripada meresap
ke bawah. Sedangkan pada curah hujan sedang, pada lereng landai dan permukaannya
permeabel, persentase air yang meresap lebih banyak. Sebagian air yang meresap tidak
bergerak jauh karena tertahan oleh daya tarik molekuler sebagai lapisan pada butiran-butiran
tanah. Sebagian menguap lagi ke atmosfir dan sisanya merupakan cadangan bagi tumbuhan
selama belum ada hujan. Air yang tidak tertahan dekat permukaan menerobos ke bawah
sampai zona dimana seluruh ruang terbuka pada sedimen atau batuan terisi air (jenuh air). Air
dalam zona saturasi (zone of saturation) ini dinamakan air tanah (ground water). Batas atas
zona ini disebut muka air tanah (water table). Lapisan tanah, sedimen atau batuan di atasnya
yang tidak jenuh air disebut zona aerasi (zone of aeration). Muka air tanah umumnya tidak
horizontal, tetapi lebih kurang mengikuti permukaan topografi di atasnya. Apabila tidak ada
hujan maka muka air di bawah bukit akan menurun perlahan-lahan sampai sejajar dengan
lembah. Namun hal ini tidak terjadi, karena hujan akan mengisi (recharge) lagi. Daerah
dimana air hujan meresap kebawah (precipitation) sampai zona saturasi dinamakan daerah
rembesan atau recharge area dan daerah dimana air tanah keluar dinamakan discharge area.
1.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air Tanah
Kualitas air tanah maupun air permukaan, dipengaruhi oleh faktor-faktor alami maupun non
alami (aktivitas manusia). Faktor alami yang berpengaruh terhadap kualitas air adalah kondisi
geologi, iklim dan vegetasi, sementara beberapa faktor non alami yang berpengaruh antara
lain adalah pupuk dan limbah pertanian, insektisida, limbah domestik dan limbah industri.
Kualitas air akan bervariasi menurut ruang dan waktu, antara lain karena faktor-faktor
tersebut diatas (Arundhati, 2005).
Kondisi kualitas air di suatu tempat berbeda dengan kondisi kualitas air di tempat lain.
Menurut Suyono (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi 6 kualitas air tanah secara umum
dapat di kelompokan menjadi faktor alami dan non alami (manusia), secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Iklim
Curah hujan dan kualitasnya yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan bagian dari siklus
hidrologi sangat berpengaruh terhadap kualitas air di suatu wilayah. Sebagai contoh, kualitas
air hujan yang jatuh di sekitar daerah pantai akan berbeda dengan kualitas air hujan yang
berada pada daerah pegunungan.
2. Batuan/geologi
Komposisi kimia air, terutama air tanah merupakan kombinasi dari air hujan yang jatuh ke
dalam tanah dan terjadinya reaksi-reaksi kimia antara air dan mineral batuan penyusun akuifer
tempat air berbeda. Beberapa proses kimia antara air sebagai media pelarut dan mineral
batuan dapat membuat komposisi kimia air berubah dari satu tempat ke tempat lain. Misalkan
daerah karst memiliki unsur yang berbeda dibanding dengan airtanah yang berada di daerah
pegunungan/vulkan.
3. Waktu
Komposisi kimia air juga tergantung dari waktu tinggal air di dalam media untuk bereaksi
dengan mineral batuan. Semakin lama air berada dalam tanah, maka semakin lama air akan
bereaksi dengan mineral batuan. Sehingga mengakibatkan jumlah unsur yang terlarut dalam
air akan semakin banyak dan mempengaruhi komposisi kimia air. Waktu di akibatkan oleh
kecepatan aliran air baik di atas permukaan ataupun di bawah permukaan dan kecepatan di
atas permukaan lebih cepat dibanding kecepatan aliran air tanah.
4. Vegetasi
Tumbuhan mempunyai pengaruh yang baik terhadap kualitas air tanah di suatu wilayah.
5. Manusia
Faktor non alami ini pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas air tanah, terutama dalam hal
pembuangan limbah.
1.4.3. Hidrokimia Air Tanah
Hidrokimia merupakan model untuk menelusur asal usul pembentukan airtanah, yang
didasarkan pada analisis komposisi ion-ion penyusunnya. Penyusunan hidrostratigrafi
didasarkan pada hasil pendugaan geolistrik, sedang penentuan tipe hidrokimia air tanah
dengan metode Diagram Piper Segiempat (Square Piper Diagram). Hidrokimia air tanah
adalah studi tentang karakteristik kimia air tanah, termasuk konsentrasi ion-ion dan
komponen-komponen kimia lainnya yang terkandung dalam air tanah. Hidrokimia air tanah
dapat memberikan informasi tentang sumber air tanah, kondisi lingkungan sekitar, dan
dampak aktivitas manusia terhadap kualitas air tanah. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hidrokimia air tanah antara lain jenis batuan atau tanah di sekitarnya, kondisi
lingkungan, dan aktivitas manusia. Metode yang digunakan dalam analisis hidrokimia air
tanah antara lain analisis diagram Piper, analisis diagram Stiff, dan analisis ion dominan.
Pemahaman tentang hidrokimia air tanah penting dalam pengelolaan sumber daya air yang
berkelanjutan karena dapat membantu dalam pengembangan strategi pengelolaan air tanah
yang lebih efektif dan pencegahan kerusakan lingkungan.
1.4.4. Diagram Piper
Diagram Piper adalah representasi grafis kimia sampel air dalam bentuk diagram
trilinear. Kelimpahan relatif ion-ion sejenis (kation dan anion) ditunjukkan oleh plot terner
terpisah. Diagram Piper terdiri dari tiga komponen seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini:

Gambar 1. Diagram piper


1. Plot terner kiri bawah mewakili kation (magnesium, natrium ditambah kalium, dan
kalsium);
2. Plot terner kanan bawah mewakili anion (karbonat ditambah bikarbonat, sulfat, dan
klorida)
3. Plot berlian tengah, yang merupakan transformasi matriks dari dua diagram terner.
Plot menampilkan konsentrasi relatif setiap sampel (yaitu jumlah kation = 100 dan jumlah
anion = 100). Letak titik-titik data pada wajik tengah dilakukan dengan memanjangkan titik-
titik pada segitiga bawah hingga titik potong pada plot tengah. Nilai sumbu di bagian atas dan
bawah berlian tengah adalah 100; nilai sumbu di sisi kiri dan kanan plot tengah adalah 0.
Diagram Piper (atau Diagram Trilinear) digunakan sebagai representasi grafis kimia yang
efektif dalam sampel air dalam studi hidrogeologi. Nilai persentase enam gugus ion
dipertimbangkan dalam plot, yaitu kalsium, magnesium, dan natrium ditambah kation kalium,
serta sulfat, klorida, dan karbonat ditambah anion hidrogen karbonat.
Kation dan anion ditunjukkan oleh dua plot terner terpisah dan keduanya kemudian
diproyeksikan ke dalam belah ketupat. Di origin mereka diplot sebagai grafik tiga lapisan.
Diagram Piper didasarkan pada konsentrasi parameter yang dinyatakan dalam ekuivalen per
volume. Nilai bobot yang setara harus diisi dalam database sebelum memplot data ini. Pada
setiap sampel, hasil ketiga kation/anion (dalam miliekuivalen) dibagi dengan jumlah ketiga
nilai tersebut untuk menghasilkan persentase total kation. (Santosa, L.W. 2016).
1.4.5. Fasies Air Tanah
Fasies air tanah adalah identifikasi jenis air tanah berdasarkan perbedaan dan genesa air yang
berhubungan dengan sistem dan tubuh tempat keterdapatan air tanah (Back, 1961). Fasies air
tanah dapat tercermin dari sifat kimia air tanah. Sifat fisik air tanah beberapa di antaranya
ialah daya hantar listrik, total zat padat terlarut, suhu, dan pH. Nilai daya hantar listrik dan
dan total zat padat terlarut dapat menunjukkan kondisi air tanah yang sudah banyak tercemar
atau belum. Parameter jenis fasies air tanah ditambah dengan parameter kondisi fisik air tanah
dapat menunjukkan kualitas air tanah juga sistem aliran yang berkembang. Menurut
Chebotarev (1955) menyimpulkan bahwa selama proses perjalanannya aliran air tanah
cenderung mengubah secara perlahan komposisi kimia air yang ada dari hulu ke hilir dan
mengarah pada komposisi kimia air laut. Unsur-unsur kimia yang terlarut dalam air tanah
berjalan dan berevolusi melewati jalan aliran air tanah.
1.4.6. Pemanfaatan Air Tanah
Air tanah memiliki berbagai pemanfaatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan
berbagai sektor kehidupan manusia. Beberapa pemanfaatan utama air tanah adalah sebagai
berikut:
1. Sumber Air Minum: Banyak wilayah di seluruh dunia mengandalkan air tanah sebagai
sumber air minum. Air tanah sering kali lebih bersih dan kurang terpapar pencemaran
daripada air permukaan, yang membuatnya menjadi pilihan yang baik untuk konsumsi
manusia.
2. Irigasi Pertanian: Air tanah digunakan secara luas untuk irigasi dalam pertanian. Hal ini
memungkinkan pertanian di daerah-daerah yang tidak memiliki akses mudah ke sumber
air permukaan. Penggunaan air tanah untuk irigasi dapat meningkatkan produktivitas
pertanian.
3. Industri: Air tanah digunakan dalam berbagai industri untuk proses produksi, pendinginan
mesin, dan berbagai aplikasi lainnya. Kualitas air tanah yang baik penting untuk menjaga
kelancaran operasi industri.
4. Pengisian Ulang Akuifer: Beberapa sistem air tanah beroperasi dalam siklus alami di
mana air diambil dari akuifer selama musim kering dan kemudian diisi kembali selama
musim hujan. Hal ini dapat membantu menjaga keberlanjutan sumber air tanah.
5. Geotermal: Sumber panas geotermal, yang ditemukan di bawah permukaan bumi, sering
kali menggunakan air tanah untuk menghasilkan energi panas atau listrik. Air tanah yang
panas dapat digunakan dalam sistem pemanasan geotermal.
6. Pembangunan Perumahan: Air tanah sering digunakan sebagai sumber air untuk
pemukiman dan bangunan perumahan yang tidak memiliki akses ke air permukaan. Hal
ini mencakup kebutuhan air untuk mengisi bak air, sistem sanitasi, dan keperluan rumah
tangga.
7. Perlindungan Ekosistem: Air tanah juga mendukung ekosistem akuifer dan lingkungan di
sekitarnya. Beberapa mata air dan sungai bawah tanah bergantung pada air tanah sebagai
sumbernya. Oleh karena itu, menjaga kualitas air tanah sangat penting untuk pelestarian
ekosistem.
Penting untuk memahami bahwa pengambilan air tanah yang berlebihan atau tidak
berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan tingkat air tanah, penurunan kualitas air, intrusi
air laut, dan kerusakan ekosistem akuifer. Oleh karena itu, pengelolaan sumber air tanah yang
bijaksana dan berkelanjutan sangat penting untuk menjaga ketersediaan air tanah di masa
depan. Ini melibatkan pemantauan kualitas air, pengendalian pemompaan, dan perlindungan
sumber air tanah dari pencemaran.
BAB II PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data muka air tanah yang telah dilakukan,
didapatkan data hasil pengukuran hidrokimia air tanah sebagai berikut:
2.1. Data Hidrokimia Air Tanah
Kation Anion
Sampel
Na K Ca Mg Cl HCO3 SO4
XY-1 11.81 4.349 24.933 8.692 3.528 140 3.586
XY-2 6.485 1.851 15.756 4.411 2.867 75 3.333
XY-3 4.693 1.65 11.693 5.483 2.505 64 3.917
XY-4 14.92 5.278 29.065 7.325 2.317 153 4.186
XY-5 11.614 4.006 26.169 8.932 2.146 140 3.597
XY-6 12.142 4.155 26.2 8.944 2.141 140 3.561
XY-7 11.935 4.814 26.094 8.714 2.161 140 3.561
XY-8 13.346 5.523 28.319 9.418 2.929 153 4.233
XY-9 14.879 6.125 31.662 12.692 2.941 189 2.396
XY-10 11.301 3.76 26.357 8.872 2.143 141 3.633

Tabel 1. Data hasil analisis hidrokimia air tanah.


Pada tabel diatas menunjukkan fasies-fasies air tanah dari sepuluh sampel. Berdasarkan tabel
data fasies air tanah, dapat disimpulkan bahwa air tanah tersebut memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Kualitas air: Air tanah tersebut memiliki kualitas yang baik, karena memenuhi standar
kualitas air minum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.
2. Jenis air: Air tanah tersebut termasuk dalam jenis air sulfat-bikarbonat, karena memiliki
kandungan sulfat dan bikarbonat yang tinggi.
3. Sumber air: Air tanah tersebut berasal dari batuan sedimen, seperti batu pasir dan batu
gamping. Berdasarkan tabel hidrokimia tersebut, air tanah tersebut berasal dari batuan
sedimen, karena memiliki kandungan mineral yang berasal dari batuan sedimen, seperti
kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat (MgCO3).
4. Lingkungan pengendapan: Air tanah tersebut terbentuk di lingkungan pengendapan yang
relatif tenang, seperti di laut dangkal. Lingkungan pengendapan air tanah dapat ditentukan
berdasarkan komposisi kimia air tanah tersebut. Air tanah yang terbentuk di lingkungan
pengendapan yang relatif tenang umumnya memiliki kandungan mineral yang relatif
tinggi, sedangkan air tanah yang terbentuk di lingkungan pengendapan yang relatif aktif
umumnya memiliki kandungan mineral yang relatif rendah.
2.2. Diagram Piper

Gambar 2. Diagram piper


Pada diagram piper diatas menjelaskan bahwa diagram ini membagi komposisi kimia air
tanah menjadi dua, yaitu kation dan anion. Kation adalah ion positif yang terkandung dalam
air tanah, sedangkan anion adalah ion negatif yang terkandung dalam air tanah. Diagram piper
dibagi menjadi tiga zona, yaitu:
- Zona alkali tanah dan alkali: Zona ini menunjukkan kandungan kation alkali dan alkali
tanah, yaitu kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+), natrium (Na+), dan kalium (K+).
- Zona sulfat dan klorida: Zona ini menunjukkan kandungan anion sulfat (SO42-) dan
klorida (Cl-).
- Zona karbonat: Zona ini menunjukkan kandungan anion karbonat (CO32-) dan bikarbonat
(HCO3- ).
Pada diagram piper diatas, air tanah tersebut berada di zona sulfat-bikarbonat. Hal ini
menunjukkan bahwa air tanah tersebut memiliki kandungan sulfat dan bikarbonat yang tinggi.
BAB III PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari dilaksanakannya praktikum kali ini adalah:
1. Analisis hidrokimia air tanah adalah proses penentuan komposisi kimia air yang berasal
dari akuifer atau lapisan air tanah. Tujuan utamanya adalah untuk memahami karakteristik
kimia air tanah, mengidentifikasi komponen-komponen yang terkandung di dalamnya, dan
mengevaluasi kualitas air tersebut. Beberapa parameter yang umumnya diukur dalam
analisis hidrokimia air tanah melibatkan unsur kimia, senyawa kimia, dan sifat fisikokimia
air.
2. Analisis hidrokimia air tanah merujuk pada pengukuran dan evaluasi komposisi kimia air
tanah. Manfaat dari analisis ini sangat penting dalam berbagai bidang, termasuk:
Kesehatan Masyarakat: Penyakit Air Terkait: Analisis dapat mengidentifikasi adanya
kontaminan yang berpotensi merugikan kesehatan manusia, seperti bakteri patogen, logam
berat, atau bahan kimia berbahaya. Ini membantu dalam perlindungan terhadap penyakit
air terkait.
Pertanian: Irigasi: Menentukan kualitas air tanah untuk irigasi agar tanaman tidak terkena
kontaminan yang dapat merugikan pertumbuhan.
Nutrisi Tanaman: Mengetahui kandungan unsur hara dalam air tanah membantu dalam
mengelola pupuk dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Industri: Proses Manufaktur: Menentukan kualitas air yang sesuai untuk proses produksi
industri dan mencegah kerusakan peralatan akibat korosi atau kontaminasi.
Lingkungan: Monitoring Polusi: Mengidentifikasi sumber polusi air tanah dan memonitor
perubahan kualitas air seiring waktu.
Konservasi Sumber Daya Alam: Mempertahankan kualitas air tanah yang baik untuk
keberlanjutan ekosistem dan keberlanjutan sumber daya air.
5. Fasies air tanah mengacu pada karakteristik fisik dan kimia air yang berasal dari suatu
lapisan atau akuifer tertentu. Istilah ini mencakup variasi komposisi dan sifat air tanah
dalam suatu wilayah geografis atau zona hidrogeologi. Fasies air tanah dapat bervariasi
sebagai respons terhadap berbagai faktor, seperti geologi, iklim, penggunaan lahan, dan
aktivitas manusia.
III.3. Saran
Saran buat praktikum pada kali ini kepada praktikan sudah harus mampu mengetahui materi
dan langkah-langkah sebelum melakukan pengolahan data analisis hidrokimia air tanah dan
mengetahui langkah kerja diagram piper, dan semakin semangat untuk melakukan kegiatan
praktikum modul-modul selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianita, R. (2015). Analisis Intrusi Air Laut dengan Pengukuran TDS Air Sumur Gali di
Kecamatan Padang Utara. Padang:Universitas Andalas.
Appelo, C.A.J. (2005). Geochemistry, Groundwater and Pollution. Belanda:A.A. Balkema
Publishers.
Nasjono, J. K..(2010). Pola Penyebaran Salinitas Pada Aquifer Pantai Pasir Panjang Kota
Kupang,NTT. Bali:Jurnal Bumi Lestari.
Peraturan Pemerintah Nomor 121 (2015). Pengusahaan Sumber Daya
Air.Jakarta:KemenKumhan.
Susana, T. (2003). Air Sebagai Sumber Kehidupan. Oseana, Jakarta:LIPI.
Sutrisno, & Suciastuti, E. (2006). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai