Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Zonasi Daerah Rawan dan Kritis Kontaminasi Air Tanah Dangkal di


Daerah Jatinangor dan Sekitarnya
Moh. Sapari D. Hadian1, M. Nursiyam Barkah1, Bambang A. Sistanto2, Hendarmawan3, Faisal Helmi1
1
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
2
Fakultas Teknik Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
3
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor, Sumedang, 45363, Indonesia
Email : sapari@unpad.ac.id

Abstrak
Daerah Jatinangor, merupakan kawasan pendidikan, batuan yang terdapat di kawasan
tersebut merupakan hasil dari endapan gunungapi tua hasil dari Gunung Manglayang, secara
lateral sebaran batuan ini akan mengkontrol pola aliran airtanah di daerah tersebut, dan
kebutuhan akan airtanah dari tahun ke tahun terus meningkat, dampak yang pasti terjadi adalah
penurunan muka airtanah yang berada di sekitar sumur abstraksi dan kontaminasi airtanah hasil
dari limbah domistik dari pemukiman dan lingkungan kampus. Seiring dengan penambahan
jumlah penduduk, penggunaan air tanah pada rumah tangga juga semakin meningkat.
sehingga menimbulkan berbagai macam persoalan. misalnya penggunaan air tanah yang semakin
meningkat, pencemaran air tanah, tertutupnya tempat-tempat resapan air tanah.hal ini tentu
akan mengganggu keseimbangan air tanah yang akan berdampak pada ketersedian air untuk
rumah tangga. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga ketersediaan air tanah yang
berkelanjuatan. Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: sumber
langsung dan sumber tidak langsung. Sumber – sumber langsung adalah buangan yang
berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan limbah
domestik berupa buangan tinja dan buangan air bekas cucian,cserta sampah. Pencemaran
terjadi karena buangan ini langsung di buang ke dalam badan air, (system) seperti sungai ,
kanal, parit atau selokan. Sedangkan Sumber – sumber tidak langsung adalah kontaminan yang
masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah
industri maupun dari limbah domestik. Mengingat bahwa air adalah komponen dari lingkungan
hidup, maka pencemaran air merupakan bagian dari pencemaran lingkungan hidup.
Pencemaran air perlu di kendalikan karena akibat pencemaran air dapat mengurangi
pemanfaatan air sebagai modal dasar dan faktor utama pembangunan.
Kata Kunci : Kebutuhan air, kontaminasi, sumber daya air

Latar Belakang pasti terjadi adalah penurunan muka airtanah


yang berada di sekitar sumur abstraksi. Dari
Daerah Universitas Padjadjaran, tahun ketahun potensi air tanah di daerah
secara kampus Jatinangor secara geologi penelitian menunjukkan penurunan muka air
merupakan daerah vulkanik purba hasil dari tanah, terutama air tanah dangkal.
endapan gunungapi dari Gunung Manglayang, Penurunan ini diduga karena adanya
secara lateral sebaran batuan ini akan ketidakseimbangan antara imbuhan air tanah
mengkontrol pola aliran airtanah di daerah (input) dengan pengambilan air tanah
tersebut, dan kebutuhan akan airtanah dari (output). Selain dari efek pembangunan
tahun ke tahun terus meningkat, dampak yang pemukiman dan pengembangan wilayah

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

mengakibatkan terjadinya pencemaran berupa Hasil dan Diskusi


prediksi zona kontaminasi dari kegiatan
Geologi Kawasan Kampus Unpad Dan
industri dan masyarakat.
Sekitarnya
Daerah penelitian berada di sekitar
Metode penelitian gunung manglayang yang berelief perbukitan
dengan elevasi terendah sekitar 700 mdpl dan
Data lapangan pengambilan sampel air
elevasi tertinggi sekitar 1800 mdpl.
tanah dan batuan dilakukan pada tahun 2011
Kenampakan bentang alam daerah penelitian
dan 2013 lokasi pengambilan berada di kaki
yang berupa perbukitan diakibatkan oleh
gunung Manglayang dan sekitarnya. Analisa
material penyusunya yang merupakan batuan
Hidrogeokimia mengacu pada teknik (APHA,
vulkanik. berdasarkan pada klasifikasi van
1998). Parameter Fisik yang diambil EC, TDS
Zuidam (1985), terbagi menjadi 5 Satuan
dan temperatur , sedangkan parameter kimia
geomorfologi berupa : perbukitan vulkanik
yang diambil . Ca2+ , Mg2+ , HCO3- , CO32- ,
landai-curam-agak curam- curam, pedataran
Na+ dan K+ , SO42- analisa hasil lab air dengan
Denudasional dan Intrusi Curam..
menggunakan piper trilinear diagram, Wilcox
Diagram. Pemecahan masalah dalam Kondisi geologi daerah penelitian
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dibentuk oleh perselingan material-material
pendekatan deterministik dan vulkanik yang lepas, masif, breksi vulkanik
probabilistik. dan lava yang dikenal sebagai gunungapi tipe
strato. Dengan kondisi batuan yang seperti itu
Pendekatan deterministik membentuk sistem akifer yang bergradasi dari
dilakukan dengan cara membuat suatu elevasi tinggi hingga elevasi rendah (Hadian
pemodelan dari data identifikasi yang 2013). (gambar 1)
diperoleh terhadap komponen dalam sistim
airtanah serta hubungan interaksi dari kimia
airtanah tersebut. Dengan metoda ini Hidrogeologi
peneliti dituntun untuk membuat
kesimpulan yang mempunyai tingkat Daerah penelitian terletak di gunung
validasi yang tinggi berdasarkan pada manglayang menghasilkan pola pengaliran
analisis dan pembahasan terhadap komponen yang berifat radial terhadap puncak, sehingga
yang terkait yang dinyatakan secara angka. menghasilkan kelurusan yang berarah barat
Sedangkan probabilistik dengan cara laut tenggara dan utara selatan. Berdasarkan
membuat suatu model dari data identifikasi pada pola kelurusan pada peta, maka
yang diperoleh terhadap komponen dalam diinterpretasikan terdapat sesar mendatar
fluktuasi airtanah serta hubungan curah hujan. dekstral (menganan) yang berarah relatif utara
Sesuai dengan lingkup kerja dan tujuan studi – selatan (gambar 3).
ini, maka pendekatan spasial atau konsep Hidrogeologi Jatinagor mempunyai 2
pewilayahan (zona) akan menjadi metode sistem akifer yaitu akifer tertekan dengan
yang dipakai. Pendekatan spasial biasanya ketebalan 10-30 m dan akifer semitertekan
didasarkan pada parameter tertentu. dengan ketebalan 50-120 meter (Hadian,
Parameter tersebut ditampilkan dalam bentuk 2011, 2013, Mardiana, 2012, Hendarmawan
peta tematik. Hasil penelitian ini akan 2014) dengan produktifitas kecil – menengah
dimanfaatkan dalam studi hidrogeologi, . Kualitas air tanah telah menjadi salah satu
dalam menentukan parameter pokok yang aspek yang paling penting dalam evolusi air
berkaitan dengan sumberdaya air dan tanah. Airtanah di daerah ini menjadi objek
pengelolaannya di daerah penelitian. yang penting untuk konsumsi air bersih

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

pemukiman dan kebutuhan pendidikan di Apabila digambarkan fasies-fasies tersebut


perguruan tinggi. Dalam beberapa tahun dalam profil. Pemunculan fasies Ca, Mg
terakhir pencemaran air tanah telah diakui HCO3 di bagian tengah pada mataair, sangat
sebagai salah satu isu yang disebabkan oleh jelas bahwa evolusi air tanah identic dengan
unsur-unsur anorganik dan orhanik proses di bagian puncak. Jenis fasies ini pula
sebelumnya menjadi topik antrogenik yang menandakan bahwa cekungan bagian
kontaminan. Pencemaran air tanah, tengah terpisah dari cekungan bagian atas.
diperkirakan oleh adanya lahan pertanian Sebaliknya pemunculan Ca, Na K, HCO3 di
dengan menggunakan pupuk anorganik dan bagian selatan memperjelas proses evolusi air
limbah rumah tangga. Arah aliran airtanah di tanah bahwa aliran air tanah bisa berasal dari
daerah penelitian memancar seiring dengan cekungan bagian tengah atau cekungan bagian
kemiringan toporafi yang secara umum sekitar puncak. Hadian dkk (2013) yang
menjauh dari gunung Manglayang. (Hadian menyatakan intermediate atau lokal sistem
2011, Hendarmawan 2014). pada bagian selatan. Berdasarkan data
singkapan tipologi mataair atau jenis akuifer di
Hasil dari analisa fisik dan kimia air di
bagian selatan yang bertipe Ca, Na K, HCO3
wilayah studi di dapat diinterpretasikan bahwa
berupa lava dan breksi grain supported, maka
Hidrogeokimia airtanag berhubungan dengan
data fasies air tanah tersebut memvalidasi
sifat parameter fisik-kimia hal ini bisa dilihat
bahwa air diperkirakan berasal dari cekungan
dari durov plot, piper plot, Wilcox. Kualita
paling utara atau cekungan sekitar puncak.
airtanag berdasarkan pada nilai pH pada
Hasil simulasi kontaminasi terhadap
sampel airtanah tidak mempunyai berubahan
sampel air tanah dangkal (tabel 1), semua
yang berarti hal ini masih dalam konsisi yang
sampel yang di uji menunjukkan tidak terjadi
baik dengan kisaran nilai antara 6.5 – 7.1. Daya
kontaminasi, nilai RSC berkisar antara 471.36
Hantar Listrik (EC) dan Zat Padat Terlarut
- 9526.4, SAR berkisar antara 0.13 – 1.68, SSP
(TDS) masih merupakan pola alami yang
berkisar antara 16.01 – 50.59, dan MG
berpola aliran lokal (Hem, 1989). Nilai EC
Hazzard berkisar antara 8.72 – 26.26.
dalam hasil penelitian ini masih bisa di
konsumsi dan dipergunakan secara alami tanpa
ada perlakuan khusus Depkes (2010). Kesimpulan
Diagram Piper dan Durov diagram Kerangka kondisi geologi secara
(gambar 2) digunakan untuk menyimpulkan konvensional menjelaskan bahwa karakter
facies hidrokimia. Konsep fasies hidrokimia urut-urut batuan di bagian puncak mengontrol
dikembangkan untuk memahami dan fluida air hanya sampai batas utara kampus.
mengidentifikasi komposisi air dalam kelas Aliran air tanah terkendala batuan kedap air
yang berbeda. Diagram trilinear diciptakan dan patahan yang memotong secara parallel di
untuk mengklasifikasikan tanah dari berbagai bagian utara. Akuifer yakni akuifer bebas dan
daerah studi dan untuk mengungkapkan akuifer tertekan. Cekungan air tanah dangkal
pengelompokan, kesamaan atau tren dari pada kampus tidak berhubungan langsung
sampel air dengan mengukur unsur kimia air dengan cekungan di sekitar puncak, baik dari
dari major elemen di daerah penelitian hasil urut-urutan batuan Melalui teknologi
memiliki tipe fasies Fasies Ca, Na K, HCO3 Fasies air tanah sumberdaya air di sekitar
(Kalsium, Natrium kalium bikarbonat): ; kampus Unpad sangat berhubungan dengan
Fasies Ca, Mg HCO3 (Kalsium, magnesium zonasi resapan tertentu di sekitar kawasan
bikarbonat) dan Fasies Mg, Ca HCO3 puncak dengan akifer yang saling berhubungan
(Magnesium bikarbonat), dari Tiga jenis fasies meski tidak terjadi kontaminasi akan tetapi
air tanah tersebut dihasilkan dari plotting data kondisi tersebut harus di jaga terutama pada
pada tabel diatas melalui diagram piper (1944).

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

daerah resapan, dengan melibatkan masyarakat Golekar R. B., Baride M.V., Patil S. N. (2013)
harus dilaksanakan sesegera mungkin, Assessment of surface and waste
mengingat kekritisan kondisi lahan di bagian water quality for irrigation suitability
utara kampus Unpad. A case study of Jalgaon Urban area,
Maharashtra (India) Der Chemica
Sinica Vol. 2: Issue 1 pp 50-61.
Golekar R. B., Baride M.V., Patil S. N. (2013)
Human health risk due to trace
Ucapan Terimakasih elements contamination in
Terima kasih kepada Ketua LPPM Unpad groundwater from Anjani and Jhiri
Dr.rer.nat. Ayi Bahtiar, M.Si, Dekan Sekolah river catchment of Northern
Pasca Sarjana Prof. Dr.Hendarmawan dan Maharashtra, India Earth Science
Dekan Fakultas Teknik Geologi atas Research Journal Vol 17, No. 1. June,
dukungannya terhadap penelitian ini dan juga 2013 pp 17-23
masukkannya yang berharga bagi penulisan HADIAN, Mohamad Sapari, et al. Sebaran
artikel ini. Anggota Lab geologi Lingkungan akuifer dan pola aliran air tanah di
dan Hidrogeologi Universitas Padjadjaran Kecamatan Batuceper dan Kecamatan
untuk terus melakukan penelitian hingga Benda Kota Tangerang, Propinsi
sekarang Banten. Indonesian Journal on
Geoscience, 2006, 1.3: 115-128.
Hadian dkk, 2013 Penentuan Zona Resapan
Dan Umur Air Pada Endapan
Daftar Pustaka Vulkanik Di Kawasan Jatinangor
Dengan Mengunakan Metoda Isotop
APHA (1998) Standard methods for the
Stabil.Buletin geologi Tata
examination of water and waste water,
Lingkungan. ISSN 1410-1696 Vol. 23
19th edition Washington DC, USA.
No. 3 Desember 2013
Azy, F. N., & Hadian, M. S. D. (2016).
Hendarmawan, 2002. Unconfined aquifer
Groundwater Characterization of
system of volcanics in the Northern
Cihaur Watershed Basin, Batujajar
part of Bandung basin, West Java,
and Adjacent, West Bandung District,
Indonesia. Journal of Geosciences
West Java, Indonesia. In IOP
Osaka City Univ., 45: 1-12.
Conference Series: Earth and
Hendarmawan, Kumai, H., and Mitamura M.,
Environmental Science (Vol. 29, No.
2004. Application of stream
1, p. 012027). IOP Publishing.
hydrograph separation method to
Bemmelen, Van, R.W., 1949, The
estimate the recharge in the
Geology of Indonesia, Vol. 1A,
northern part of the Bandung
General Geology, Bandung.
Basin, west Java, Indonesia.
Deshpande S. M.., Aher K. R.., Mahajan G.D.
Journal of Groundwater
(2011) Heavy metal contamination of
Hydrology, 3: 213-224.
Chikalthana area of Aurangabad,
Kumai, H. and Hendarmawan, 2002.
Maharashtra, India 4 th International
Groundwater local flowsystems in
Groundwater Conference (IGWC
volcanic slope: a case study on the
2011) Groundwater Research Series 4
Bandung City area, Indonesia.
pp 622-632.
Journal of Ground Water
Depkes (2010) Permenkes No.492
Technology, 10: 3 1-38.
TH 2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Kusumadinata, 1974, Reef Limestone in The Kumaresan M., and Riyazuddin P. (2006)
Sukabumi Area, Indonesia Kumaresan, M. and P. Riyazuddin
Petroleum Association, Proceeding 2nd (2006) Major ion chemistry of
Convention. environmental samples around
suburban of Chennai city Current Sci.,
Martodjojo, Soejono, 1984, Evolusi Cekungan 91(12): pp 1668 – 1677
Bogor, Jawa Barat, Disertasi pada Lloyd, J.W., and Heathcote, J.A. (1985)
Fakultas Pasca Sarjana ITB. Natural Inorganic Hydrochemistry in
Mandel dan Shiftan, 1981, Groundwater Relation to Groundwater Claredon
Resource Investigation and Press, Oxford pp 294.
Development, Academic Press, New Piper, A. M. (1944) A geographic procedure in
York the geochemical interpretation of
Sitonga, P.H., Peta gelogi regional daerah water analysis Transaction of
penelitian, sebagian dari peta geologi American Geophysical Union, v. 25,
regional lembar Bandung, 1973. pp. 914-928.
Soetrisno, S., Peta hidrogelogi regional daerah Raghunath, H.M. (1987) Groundwater 2nd
penelitian, sebagian dari peta (ed) New age International Pvt. Ltd.
hidrogelogi regional lembar Bandung, New Delhi Publication.
1983. Richard, L.A. (1954) Diagnosis and
To’th, J., 1963. A theoretical analysis of Improvement of Saline and Alkali
groundwater flow in small drainage Soils U.S. Department of Agriculture
basin. Journal of Geophysics Research, Handbook 60 pp 160
68: 4795-4812 Wilcox, L.V. (1955) Classification and use of
Hem, J.D. (1991) Study and Interpretation of irrigation waters USDA, Circular 969,
chemical characteristics of natural Washington, DC, USA.
waters U.S. Geol. Surv Water Supply
Paper, no. 2254.

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Penelitian (Sumber: diolah dari data 2015)

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Gambar 2 . Plot Kimia Air pada Piper Diagram Dan Durov Diagram

Gambar 2 . Penampang hidrogeologi daerah penelitian

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Tabel 1. Hasil Simulasi Kontaminasi Air Tanah Dangkal


daerah Jatinangor dan sekitarnya

MG
Sta Ca Mg Na K HCO3 SO4 Cl RSC SAR SSP HAZZARD

SM11 11.8 2.93 5.92 1.89 32 16.4 13.2 471.36 0.399761 34.64951 12.9991

SM27 10.1 4.19 3.34 0.415 38.4 0.056 10.2 548.736 0.223026 20.80909 23.2197

SMK1 40.4 11 3.74 6.06 185 0.02 5.08 9509 0.134616 16.01307 17.9739

SMK05 11.8 3.93 4.28 0.584 53.8 0.02 6.09 846.274 0.275675 23.61853 19.0832

SMK09 32.9 7.8 8.53 2.92 146 0.02 16.2 5942.2 0.347248 21.9559 14.9569

SMK10 29.5 6.32 28.5 8.19 97.4 33.6 36.6 3488.868 1.242178 50.59992 8.7160

SMK21 61.5 14.1 56.2 7.83 190 0.02 140 14364 1.681158 45.85691 10.0981

SMK23 20.2 6.88 6.88 0.951 118 0.02 2.03 3195.44 0.337343 22.43133 19.7073

SMK28 22.7 7.36 7.55 2.95 115 0.02 7.61 3456.9 0.352271 25.88757 18.1460

SMK29 35.8 10 16.7 8.95 208 1.2 15.7 9526.4 0.635995 35.89923 13.9958

MA2 30.3 5.06 10.9 1.73 136 6.89 2.54 4808.96 0.482866 26.31798 10.5439

SB-01 26.40 21.13 14.51 4.31 184.88 3.15 4.61 8787.346 0.638026 28.36473 31.8463

SB-03 21.60 7.60 13.08 4.68 158.45 2.10 6.99 4626.74 0.627549 37.81942 16.1840

SB-05 26.40 16.60 14.75 5.46 194.51 2.80 4.47 8363.93 0.646498 31.97279 26.2617

SB-06 22.40 9.50 12.96 3.32 127.69 1.65 6.99 4073.311 0.61101 33.78995 19.7177

MA-01 22.40 6.88 11.88 3.69 149.14 8.20 6.01 4366.819 0.574244 34.71572 15.3400

MA-02 16.00 7.91 9.97 3.32 99.43 2.50 7.27 2377.371 0.548316 35.72581 21.2634

MA-03 7.20 3.96 4.95 1.41 31.00 3.60 6.99 345.96 0.40853 36.30137 22.6027

MA-04 14.40 5.78 9.73 2.35 80.31 1.00 4.89 1620.656 0.556304 37.44575 17.9169

MA-05 9.6 4.65 5.8 1.54 55.49 1.3 10.85 790.7325 0.413803 33.99722 21.5377

MA-06 8.8 4.18 5.13 1.31 46.39 1.65 9.8 602.1422 0.382971 33.16169 21.5242

MA-07 25.6 8.75 13.81 4.02 132.78 9.3 13.29 4560.993 0.618853 34.17018 16.7689

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Anda mungkin juga menyukai