Anda di halaman 1dari 18

NAMA : ALVITO RIZKI ADIVA

NIM : 03021282025035

KELAS : A INDRALAYA

1. Komponen utama bumi terdiri atas Atmosfer yang berupa komponen gas,Litosfer komponen
padatan dan Hidrosfer Komponen Air.Sebutan 5 besar mineral penyusun kerak bumi.

Kerak bumi tersusun atas berbagai unsur- unsur kimia seperti:

 Oksigen (O) (46,6%)


 Natrium (Na)
 Silikon (Si) (27,7%)
 Kalium (K)
 Aluminium (Al) (8,1%)
 Magnesium (Mg) (2,1%)
 Besi (Fe) (5,0%)
 Kalsium (Ca) (3,6%) (2,8%) (2,6%)

Para ahli dapat menyimpulkan dan menganalisis lapisan- lapisan apa saja yang menyusun bagian
bawah bumi melalui seismogram yang direkam dan dicatat oleh stasiun pencatat gempa yang
terdapat di seluruh dunia. Kerak bumi dimungkinkan dapat mengalami daur ulang oleh aktifnya
lempengan tektonik yang jauh lebih besar saat ini. Dibandingkan jaman sekarang kerak bumi pada
zaman purba sangatlah tipis. 

2.

Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu Kristalografi


1. Sistem Reguler (Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular)

Ketentuan:
Sumbu : a = b = c
Sudut : α = β = γ = 900 Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.
Cara Menggambar: ∠ a- / b+ = 300 a : b¯: c = 1 : 3 : 3

Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam nama kristal Hexahedron. Dengan contoh
mineral Galena (PbS), Emas (Au), Pyrite (FeS2) dan Halite (NaCl).

Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam nama kristal Pentagonal Dodecahedron. Contoh
mineralnya adalah Magnetite (Fe3O4) dan Intan (C).

2. Sistem Tetragonal (Quadratic)


Ketentuan: Sumbu : a = b ≠ c
Sudut : α = β = γ = 900 Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek
dari Sb a atau b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar Bila Sb c lebih
pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout
Cara menggambar: ∠ a + / b-- = 30o a : b : c = 1 : 3 : 6
Contoh mineral : Cassiterite (SnO2), Calcophyrite (CuFeS2)
Gambar sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam nama nristal Tetragonal Prisma Orde I
dengan contoh mineral Chalcopyrite (CuFeS2) dan Cassiterite (SnO2).

3.Sistem Hexagonal
Ketentuan: Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d Sumbu : a = b = d ≠ c
Sudut : β1 = β2 = β3 = 900
Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang horisontal/lateral dan membentuk ∠ 600 .
Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a.
Cara menggambar: ∠ a+ / b¯ = 170 ∠ b+ / d¯ = 390
b:d:c:=3:1:6
Contoh Mineral : Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

Gambar sistem kristal Hexagonal yang termasuk dalam nama kristal Hexagonal Prisma dengan
contoh mineral Quarzt (SiO2) dan Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

4 Sistem Trigonal (Rhombohedral)


Ketentuan Sumbu : a = b = d ≠ c
Sudut : β1 = β2 = β3 = 900
Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200
Cara menggambar: Sama dengan sistem Hexagonal, perbedaannya hanya pada Sb c bernilai 3.
Penarikan Sb a sama dengan pada Sistem Hexagonal.

Gambar sistem kristal Trigonal prisma orde I yang termasuk dalam nama kristal Hexagonal Prisma
dengan contoh mineral Gypsum (CaSO4 2H2O).

5. Sistem Orthorombic (Rhombic = Prismatic = Trimetric)


Ketentuan: Sumbu : a ≠ b ≠ c
Sudut α = β = γ = 900
Sb c adalah sumbu terpanjang Sb a adalah sumbu terpendek
Sb a disebut Sb Brachy Sb b disebut Sb Macro Sb c disebut Sb Basal
Cara menggambar: ∠ a- / b+ = 300 a : b : c = 1 : 4 : 6

Gambar sistem kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic Brachy Macro Basal Pinacoid dengan
contoh mineral Barite (BaSO4)

6. Sistem Monoklin (Oblique = Monosymetric = Clinorhombic = Hemiprismatik = Monoclinohedral)


Ketentuan: Sumbu : a ≠ b ≠ c
Sudut : α = γ = 900 , β ≠ 900
Sb a disebut sumbu Clino Sb b disebut sumbu Ortho Sb c disebut sumbu Basal
Cara menggambar ∠ a- / b + = 450
a:b:c=1:4:6
Sb c adalah sumbu terpanjang Sb a adalah sumbu terpendek

Gambar sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin Hemybipyramid dengan contoh mineral
Orthoclase (K Al Si3O8)

7. Sistem Triklin (Anorthic = Asymetric = Clinorhombohedral)


Ketentuan: Sumbu : a ≠ b ≠ c
Sudut : α ≠ β ≠ γ ≠ 900
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy Sb b disebut Sb Macro Sb c disebut Sb Basal
Cara menggambar: ∠ a+ / c¯ = 450 ∠ b- / c + = 800
a:b:c=1:4:6
Gambar sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramid dengan contoh mineral Kyanite
(Al2OSiO4).

3. Bagaimana penggunaan ilmu kristalografi dalam pertambangan


1. Dengan mempelajari kristalografi, kita dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan dasar
pembentuk bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar bumi.
2.Untuk dapat mengetahui jenis-jenis mineral berharga yang ekonomis untuk ditambang dari
bentuk-bentuk kristalnya.
3.Dalam dunia pertambangan kita harus mengetahui asal jadi dari pada batuan/bijih yang akan kita
tambang dan juga komposisi mineralnya apa saja, maka pada tahap eksplorasi kita dapat
menemukan apa yang kita cari.
4.Ilmu kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang
paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai
estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi digunakan
sebagai dasar untuk mempelajari ilmu geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah
sebagai pembentuk bumi yang akan dipelajari.

5.Untuk dapat mengetahui jenis-jenis mineral berharga yang ekonomis untuk ditambang dari
bentuk-bentuk kristalnya.

6.Untuk mencari suatu kandungan bijih atau bahan tambang lainnya. Kita harus mengetahui
keterdapatan mineral pada bahan tambang yang kita cari. Bila kita tidak mengetahui apa mineral
yang terkandung maka kita pun akan kesulitan untuk mencari bahan tambang itu. Maka untuk
menjadi penambang yang benar kita harus mengerti akan kristalografi, mineralogi dan petrologi

7.Dalam dunia pertambangan kita harus mengetahui asal jadi dari pada batuan/bijih yang akan kita
tambang dan juga komposisi mineralnya apa saja, maka pada tahap eksplorasi kita dapat
menemukan apa yang kita cari.

8. Dapat digunakan untuk mendeskripsikan sebuah mineral dengan terlebih dahulu mendeskripsikan
jenis kristalnya untuk mendapatkan data-data jenis mineral berharga dan ekonomis untuk
ditambang.

4.Sebutkancontoh mineral logam dan mineral non-logam (masing-masing minimal 5 contoh).


 Mineral Logam yaitu mineral timah hitam, mangaan, seng dan
emas,tembaga,aluminium,magnesium,perak,pasir besi, besi, timah putih dan nikel.
 Mineral Non Logam yaitu kuarsa, yodium, belerang,mika,batu gamping,intan,lempung
fosfat, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit.

5.Jelaskan hubungan proses pendinginan magma terhadap ukuran kristal pada suatu
mineral/batuan?

Seperti yang kita tahu jika magma yang berada di dalam Bumi memiliki wujud cair dan sangat panas.
Tidak heran jika ion – ion yang berada di dalamnya akan terus bergerak secara bebas dan tidak
beraturan. Justru sebaliknya ketika magma mengalami proses pendinginan, pergerakan ion – ion
penyusun magma mengalami penurunan dan secara bertahap ion tersebut mulai mengatur
membentuk susunan yang lebih teratur. Proses tersebut yang dikenal dengan nama kristalisasi.

Ion – ion di dalam magma akan saling terkait antara satu dengan yang lain untuk membentuk suatu
ikatan kimia dan menghasilkan bentuk kristal yang teratur. Secara umum material penyusun magma
tidak akan membeku dalam waktu bersamaan. Cepat atau lambatnya pendinginan magma tersebut
sangat berpengaruh pada proses kristalisasi terutama pada ukuran kristal. Jika pendinginan
berlangsung secara lambat maka ion – ion mempunyai kesempatan untuk berkembang sehingga
kristal yang dihasilkan akan berukuran besar. Proses kristalisasi ini biasanya terjadi di magma yang
berada jauh di bawah permukaan bumi. Batuan beku yang terbentuk di bawah permukaan bumi
menghasilkan tekstur kasar atau faneritik. Tektur faneritik memiliki butiran kasar dan relatif sama
besar namun mineral penyusunnya dapat dibedakan dengan mata telanjang. Karena terbentuk di
bawah permukaan bumi, maka batuan beku ini akan muncul ketika batuan yang menutupinya
mengalami erosi.

Namun sebaliknya jika proses pendinginan berlangsung dengan cepat dan terjadi dekat dengan
permukaan bumi, ion – ion tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sehingga
tidak akan menghasilkan kristal. Bentuk batuan beku yang dihasilkan memiliki tekstur berbutir halus
sangat kecil atau disebut afanitik. Hasil akhir pembekuan menghasilkan atom tidak teratur yang
dikenal dengan nama mineral gelas. Meskipun mineral sulit untuk ditentukan karena ukurannya
yang sangat halus, batuan beku ini bisa dicirikan dari warnanya yang sangat terang, sedang atau
gelap. Untuk batuan beku afanitik berwarna terang memiliki kandungan mineral nonferromagnesian
silicate sedangkan yang berwarna gelap mengandung ferromagnesian silikat. Jika dilihat secara
visual, batuan beku afanitik terdapat lubang – lubang bekas keluarnya gas berbentuk bulat atau
memanjang yang disebut dengan vesikuler yang umumnya ditemukan pada bagian luar aliran lava.
Ketika magma mengalami proses pendinginan, atom oksigen dan atom silikon saling berkaitan satu
dengan lainnya untuk pertama kali membentuk tetrahedra oksigen – silikon. Semua tetraherdra
yang terbentuk akan saling berkaitan dan bergabung dengan ion – ion lainnya sampai membentuk
inti kristal dan bermacam mineral silikat. Seperti yang dijelaskan sebelumnya mineral yang tersusun
di dalam magma tidak terbentuk dalam waktu yang sama, sehingga ada beberapa mineral yang akan
mengkristal pada suhu tertentu. Tidak heran jika terkadang magma mengandung kristal padat yang
masing dikelilingi oleh material cair.

Komposisi magma dan jumlah kandungan dari bahan volatil juga turut mempengaruhi proses
kristalisasi. Tidak heran jika magma dapat digolongkan berdasarkan materi penyusunnya maka
kenampakan fisik serta komposisi mineral yang terdapat pada batuan beku juga akan bervariasi.
Sedangkan kondisi lingkungan saat terbentuknya proses kristalisasi dapat diketahui dari sifat
susunan butiran mineral atau tekstur. Bisa dikatakan bahwa klasifikasi batuan beku berdasarkan
pada tekstur serta komposisi mineral penyusunnya.

6.Coba saudara jelaskan beberapa sifat fisik mineral berdasarkan tugas yang telah dikerjakan :

 Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat
diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu
warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai
contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau
demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:Putih : Kaolin
(Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)

 Cerat
Cerat merupakan warna dari mineral dalam wujud serbuk atau hancuran. Warna mineral ini
dapat diperoleh jika mineral digoreskan pada bagian kasar seperti kepingan porselin atau
dilakukan penumbukan mineral lalu dilihat warna bubuk tersebut. Cerat dapat sama dengan
warna asli dari mineral namun ada juga yang berbeda, seperti contoh

Pirit: berwarna keemasan, saat digores hasil serbuknya akan menjadi warna hitam.

Hematit: berwarna merah, namun hasil serbuk akan berwarna merah kecoklatan.

Biotite: cerat tidak berwarna

 Bentuk kristal
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan oleh system
kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut mineral kristalin.
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

a.    Bangun kubus                     : galena, pirit.


b.    Bangun pimatik                  : piroksen, ampibole.

c.    Bangun doecahedon         : garnet

Mineral amorf misalnya          : chert, flint.

Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan.
Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan
terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-
kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai
berikut:

 Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat
dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa).
Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
 Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut begitu
memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat.
Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler),
struktur bintang (stelated) dan radier.
 Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-individu
mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi
struktur konsentris, foliasi.
 Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain.
Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.

Bentuk kristal mencerminkan  struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk pemerian atau
pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

 Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena cahaya
(Sapiie, 2006)
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi  jenis:
a.    Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam.
Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:

 Gelena
 Pirit
 Magnetit
 Kalkopirit
 Grafit
 Hematit

b.    Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

 Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.


 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral
yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal
dan nepelin.
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam
menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu
dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu
dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

 Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat
membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral
yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral
tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh
Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala,
dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

 Gores
Gores adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat diperoleh
apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu
mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli
mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun
warna mineralnya berubah-ubah.

 Belahan
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih arah
tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang oleh
sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang
belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah
seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di
dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan
yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu
bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena
keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo,
1994).

 Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur apabila
mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral
apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan
sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak
teratur (Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:


 Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan, seperti
kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
 Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit, hipersten
 Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh pada
kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
 Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar,
contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
 Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-
runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

 Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)


Yaitu suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,pembengkokan, penghancuran, dan
pemotongan.Hampir sama dengan kekerasan ( HARDNESS ) yaitu daya tahan permukaan
mineral terhadap goresan dengan mineral lain.Hanya saja kekerasan untuk menguji gores di
permukaan mineral saja,sedangkan tenacity menguji pemecahan mineral,
pembengkokan,penghancuran, dan pemotongan

 Berat jenis (SG)


Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum untuk
menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya
beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya
beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi
dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

 Rasa dan Bau


Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas, beberapa mineral mempunyai rasa dan
bau.

Rasa ( taste ) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :

1. Astringet : rasa yang umum dimiliki oleh sejenis

logam

2. Sweetist Astinget : rasa seperti pada tawas

3. Saline : rasa yang dimiliki seperti garam

4. Alkaline : rasa yang dimiliki seperti rasa soda

5. Bitter : rasa seperti garam pahit

6. Cooling : rasa seperti rasa sendawa

7. Sour : rasa seperti asam belerang

Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile melalui pemanasan
atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau ( odour ) akan menjadi ciri-
ciri yang khas dari suatu mineral.

1. Alliaceous : Bau seperti bawang, proses pereaksi dati aersenopirit akan


menimbulkan bau yang khas

2. Horse Radish Odour : Bau dari lobak kuda yang menjadi busuk ( biji selenit yang
dipanasi )
3. Sulphurous : Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian pirit atau
pemanasan mineral yang mengandung unsure sulfide.

4. Bituminous : Bau seperti bau aspal

5. Fetid : Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfide atau bau busuk seperti
telur busuk

6. Argiilaceous : Bau seperti lempung basah, seperti serpentin yang mengalami


pemanasan, bau kalau pyrargillite

kadang raba ( feel ) merupakan karakter yang penting. Ada beberapa macam raba, misalnya :
smooth ( sepioloite ), greasy ( talc )

 Kemagnetan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila mineral
dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang
menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk
melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas
tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet
tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya
bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis
vertical.

 Derajat ketransparanan
Variasi jenis mineral berdasarkan sifat ketransparannya dibagi menjadi 4, yaitu:

Opaque mineral: Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang amat
tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas
hitam atau gelap (logam-logam mulia, belerang, ferric oksida).

Transparant mineral: Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa (batu-batu
kristal).

Translusent mineral: mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang seperti kaca
frosted (calsedon, gypsum, dan kadang-kadang opal ).

Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non transparent) dalam bentuk pecahan-pecahan
(fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis (feldspar).

 Nama mineral dan batuan


Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral
antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya.

7.Bagaimana penggunaan ilmu mineralogi dalam pertambangan


mineralogi merupakan ilmu yg mempelajari tentang kandungan mineral bahan pembentuk batuan
dalam bumi. sehingga manfaat dari mempelajari mineralogi dalam pertambangan yaitu :

→ dapat mengetahui jenis kandungan mineral yg terdapat dalam batuan yg akan di tambang

→ dapat memperkirakan jumlah kandungan mineral yg terdapat pada lokasi tambang

→ dapat mengetahui kualitas mineral bahan tambang


→ dapat mengetahui sifat sifat yg terkandung dalam mineral batuan yg akan di tambang

8. Jelaskan pembentukan igneous rock, sedimentary rock dan metamorphic rock beserta contoh
batunnya (minimal 5).

a.Batuan beku
Batuan beku terbentuk dari pendinginan dan kristalisasi magma. Namun proses pembentukan yang
berbeda akan menghasilkan batu yang berbeda misalnya batuan beku dalam atau batuan plutonik
terbentuk karena pembekuan yang terjadi di dalam dapur magma secara perlahan-lahan sekali
sehingga tubuh batuan terdiri dari kristal-kristal besar contohnya adalah batuan granit, batuan
peridotim dan batuan gabro.
Sedangkan batuan beku gang atau korok yang proses pembentukannya terjadi pada celah-celah
antar lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan cepat sehingga di samping kristal
bersar terdapat juga kristal kecil, contoh dari batuan ini adalah granit porfir.

Kemudian ada proses pembentukan pada batuan beku luar atau batuan lelehan yang prosesnya
terjadi melalui semburan lava cair pijar. Pembekuan ini tidak hanya terjadi di sekitar kawah gunung
api saja, namun juga di udara. Proses pembekuan ini berlangsung singkat dan hampir tidak
mengandung kristal (armorf).
Contoh: Granit,obsidian,basalt,apung,andesit dan rhyolite

b.Batuan sedimen
Proses terbentuknya batuan sedimen melibatkan 3 proses pengerasan atau pembatuan, antara lain:

Pemampatan (Compaction)

Proses pertama ialah pemampatan (compaction). Proses pemampatan menyebabkan butiran


sedimen akan tertekan semasa tertimbus. Susunan butiran akan tersusun semula dengan lebih
padat. Apabila terdapat banyak partikel yang lembut, seperti syal, maka sedimen akan lebih mudah
mengalami pemampatan. Akibatnya, lapisan akan menjadi lebih tipis, porositi berkurang, terutama
dalam sedimen lumpur.

Pengurangan porositi biasanya akan menyebabkan kehilangan air hingga mencapai 60-80%. Air
kemudian akan mengalir menuju kawasan yang berketelapan tinggi, seperti pasir. Inilah yang
kemudian akan memainkan peranan penting dalam pelarutan dan pengendapan kimia dalam pasir.
Barulah setelah tersusun semula, pemampatan yang terterusan akan menyebabkan butiran
bersentuhan satu sama lainnya. Sedemikian sehingga tempat sentuhan tersebut mengalami tekanan
yang tinggi dan perubahan fisikal pun berlaku, seperti proses larutan tekanan atau pressure solution.
Kemudian silika yang terlarut akan masuk ke dalam rongga antara butiran dan mulai membentuk
simen.

Penyimenan (Cementation)

Proses kedua ialah penyimenan (cementation). Penyimenan adalah proses di mana mineral baru
yang berasal dari cairan rongga akan terbentuk atau terendap di permukaan butirannya. Adapun
jenis simen yang biasanya terbentuk dan utama ialah kuarza dan kalsit. Kemudian simen akan
mengikat butiran yang menyebabkan sedimen menjadi batu. Penyimenan ini biasanya berlaku pada
tingkat pertengahan diagenesis. Karena jika berlaku pada tingkat awal, maka akan mengurangkan
kesan pemampatannya. Yang mana, simen yang keras akan dapat menahan tekanan. Adapun simen
kuarza berasal dari air liang yang tepu dengan silika, yaitu hasil dari larutan organisme bersilika,
larutan tekanan kuarza, diagenesis kimia mineral liat, dan lain sebagainya. Sedangkan simen klasit
dapat terbentuk semasa sedimen terendap, yaitu berada di kawasan sekitar karbonat.

Penghabluran Semula (Recrystallization)

Proses ketiga ialah penghabluran semula (recrystallization). Penghabluran ulang merupakan proses
perubahan ukuran atau bentuk dari batuan sedimen tanpa disertai dengan perubahan kimia atau
mineralnya. Ukuran biasanya akan mengalami penambahan (bertambah besar), meskipun ada juga
yang ukurannya justru mengecil. Penghabluran semula ini termasuk penting apalagi dalam kasus
batu kapur, di mana ukuran kalsit menjadi bertambah besar, tekstur, dan strukturnya yang mungkin
lenyap.

Namun pada umumnya batuan sedimen terbentuk melalui dua cara, antara lain:

Pertama batuan sedimen terbentuk dalam lembangan pengendapan. Dengan kata lain, proses
pembentukannya tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen jenis ini dikenal sebagai sedimen
autochthonous. Adapun jenis batuan sedimen yang termasuk dalam golongan ini, diantaranya
evaporit, batu kapur, dan laterit.

Kedua batuan sedimen terbentuk tidak dalam lembengan pengendapan melainkan di luar
lembengan pengendapan. Dengan kata lain, proses pembentukannya mengalami proses
pengangkutan. Yang mana, angkutan tersebut membawa sedimen ke lembangan pengendapan yang
baru. Adapun jenis batuan sedimen yang termasuk dalam golongan ini, diantaranya konglomerat
dan volkanoklastik.
Contohnya: Batu pasir,batu konglomerat,batu breksi,batu lumpur,batu gamping dan rijang

c.Batuan Metamorf
Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses pengubahan batuan akibat adanya
perubahan tekanan, temperatur, dan adanya aktivitas kimia, baik fluida ataupun gas, bahkan bisa
merupakan variasi dari ketiganya (tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia). Proses metamorfosa
sendiri sebenarnya merupakan proses isokimia, di mana tidak adanya penambahan unsur-unsur
kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Adapun temperatur yang berkisar biasanya antara
200oC – 800oC, tanpa melalui fase cair.

Adapun tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadi proses metamorfosa tersebut sehingga
mengakibatkan proses terbentuknya batuan metamorf, antara lain:

Perubahan Tempetur
Perubahan temperatur dapat terjadi karena adanya beberapa sebab, seperti adanya pemanasan
akibat intrusi magmatik dan perubahan gradient geothermal. Adapun panas dalam skala kecil juga
dapat terjadi akibat adanya sebuah gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa
batuan. Pada batuan silikat misalnya, batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya berkisar pada
suhu 150oC ± 50oC. Hal ini ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg, yaitu carpholite,
glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite maupun slitpnomelane. Sedangkan untuk batas
atasnya berkisar pada suhu 650oC – 1100oC, tepatnya sebelum proses pelelehan dan tergantung
pula pada jenis jenis batuan asalnya.

Perubahan Tekanan
Tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfosa pada dasarnya bervariasi. Proses
metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaannya, di mana
besarnya beberapa bar saja. Sedangkan proses metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks
ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.

Aktivitas Kimiawi
Ativitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara butir batuan, mempunyai
peranan penting dalam proses metamorfosa. Hal ini dikarenakan memang fluida aktif memiliki
banyak peran, yaitu air, karbon dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Pada umumnya, fluida
dan gas tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki sifat untuk membentuk reaksi
kimia dan penyetimbang mekanis.

Contohnya: gneiss, slate, marmer, schist,batu sabak,milonit,batu tanduk dan kuarsit.

9. Jelaskan bagan alir di bawah ini dan sebutkan contoh mineralnya dalam setiap prosesnya
(minimal 2 mineral).

1.Komposisi interior bumi (Mineralnya :Oksigen dan Silika)


Bumi ini berbentuk bola tak sempurna. Nilai rata-rata dari jari-jari Bumi dari permukaan
menuju  pusat adalah 6.371 km. Namun, akibat dari efek rotasi Bumi yang menghasilkan gaya
sentrifugal,  maka nilai jari-jari Bumi akan lebih besar di daerah ekuator, yaitu sekitar 6.378
km. Sebaliknya, jari jari Bumi akan mencapai nilai minimum di daerah kutub, yaitu 6.357 km. 
Secara umum, interior Bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lapisan kerak, mantel,
dan inti. ∙ Kerak 
Kerak Bumi bersifat kaku dan terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudera.
Kerak  benua bersifat asam/felsik dengan komposisi mayoritas silika (Si), aluminium (Al),
natrium (Na), dan  kalium (K). Ketebalan dari kerak benua adalah 20-70 km dengan rentang
suhu sekitar 200-500 C.  Densitas dari kerak benua adalah 2,7 g/cc. Sedangkan kerak samudera
0

bersifat basa/mafik dengan  komposisi mayoritas silika (Si), magnesium (Mg), kalsium (Ca),
dan besi (Fe). Ketebalan dari kerak  samudera adalah 8-15 km dengan rentang suhu 400-700 C. 0

Rata-rata densitas dari kerak samudera  sekitar 3,3 g/cc. 


∙ Mantel 

Mantel dibagi menjadi dua lapisan, yaitu mantel luar (astenosfer) dan mantel dalam (mesosfer). 
Sebagian mantel luar bersama dengan kerak akan membentuk lempeng Bumi. Lempeng Bumi
inilah  yang disebut sebagai litosfer dan akan selalu bergerak setiap waktu. Pada lapisan litosfer
terdapat  suatu bidang diskontinuitas yang memisahkan lapisan kerak dengan mantel, yaitu
bidang  diskontinuitas Mohorovicic. Litosfer bersifat kaku dan ultrabasa. Tebal dari lapisan ini
sekitar 200 km  dengan suhu maksimum 1.100 C. Ketika suhu melebihi 1.100 C, maka batuan
0 0

akan sepenuhnya  mencair dan membentuk magma, sehingga lapisan astenosfer akan bersifat
plastis dan bergerak  layaknya fluida. Astenosfer membentang dari kedalaman 200 km hingga
660 km di bawah permukaan  Bumi. Suhu dari astenosfer berkisar 1.100-2.000 C dengan0

densitas rata-rata 3,3 g/cc. Di bawah  astenosfer terdapat lapisan mesosfer. Mesosfer bersifat
kaku dan memiliki densitas sekitar 5,7 g/cc.  Mesosfer membentang pada kedalaman 660-2.900
km dengan rentangan suhu 2.000-3.000 C. Akibat  adanya perubahan sifat dari astenosfer yang
0

bersifat plastis dengan mesosfer yang bersifat kaku, maka  terdapat bidang diskontinuitas di
antara dua lapisan ini, yaitu bidang diskontinuitas Repetti. 
∙ Inti 

Bidang yang memisahkan lapisan mantel dengan inti adalah bidang diskontinuitas Guttenberg.
Inti  Bumi dibagi menjadi dua lapisan, yaitu inti luar yang bersifat cair dan inti dalam yang
bersifat padat.  Perbedaan sifat inilah yang membentuk lapisan elektromagnetik dan kutub Bumi.
Inti luar bersifat  cair dan berada pada kedalaman 2.900-5.150 km dengan densitas 10-12 g/cc.
Suhunya berkisar antara  3.000-3.800 C. Komposisi utama dari inti luar adalah besi (Fe), nikel
0

(Ni), dan sulfur (S). Di bawah  lapisan inti luar, terdapat bidang yang membatasi lapisan inti luar
dan inti dalam, yaitu bidang  diskontinuitas Lehmann. Komposisi dari inti dalam berupa besi
(Fe), nikel (Ni), dan uranium (U).  Lapisan ini memiliki suhu yang sangat tinggi akibat adanya
reaksi nuklir, yaitu sekitar 3.800-6.000 C.  Meskipun inti dalam suhunya sangat tinggi dan
0

hampir setara dengan suhu permukaan Matahari,  lapisan ini bersifat padat. Hal ini disebabkan
karena masifnya energi gravitasi di daerah inti dalam  sehingga lapisan ini memiliki densitas
yang sangat tinggi (>12 g/cc) dan suhu tersebut tetap tidak  sanggup mencairkan lapisan inti
dalam.

2.Tektonik Lempeng 
Prinsip utama dari Teori Tektonik Lempeng adalah bahwa Bumi ini tersusun oleh lempeng-
lempeng  yang bergerak. Suatu lempeng dapat berupa kerak samudera, kerak benua, atau
gabungan dari kedua  kerak tersebut. Adanya pergerakan lempeng ini disebabkan oleh adanya
arus konveksi, yaitu berupa  perpindahan energi panas yang terjadi di lapisan astenosfer.Karena
semua lempeng-lempeng tersebut  
bergerak, maka terjadilah interaksi antara satu lempeng dengan lempeng lainnya, interaksi
tersebut  berpusat di sepanjang batas dari lempeng-lempeng itu. Ada yang berbenturan, ada
yang saling  menjauh dan ada yang bergeser. Setiap interaksi antar lempeng itulah yang
kemudian menimbulkan  dinamika di Bumi ini, baik perubahan morfologi, aktivitas
vulkanisme, gempa bumi, tsunami dan  sebagainya. 
Model Tektonik lempeng mampu mengidentifikasi kemungkinan keterdapatan bahan galian
pada  suatu tempat. Indonesia contohnya, Endapan emas di Indonesia banyak berasosiasi dengan
model  tektonik tipe konvergen (Magmatic Arc), sedangkan timah, khusunya daerah gugusan
kepulauan Riau  hingga Bangka Belitung dan sekitarnya banyak berasosiasi dengan zona Kolisi
Lempeng Benua  (Continental Collision). 

3.Magmatisme-hidrotermal 
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 sampai > 500 C),
secara  lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervarisasi, di bawah permukaan
bumi  (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan
sumber fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan
dinding menjadi tidak  stabil, dan cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan
membentuk himpunan mineral yang  sesuai dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai
alterasi hidrotermal. 
Sumber panas utama dari sistem hidrotermal adalah proses magmatisme. Oleh karena itu,
tempat  dimana terjadi proses magmatisme, cenderung terbentuk sistem hidrotermal. Baik
magmatisme yang  membentuk plutonisme maupun vulkanisme. Sedangkan fluida utamanya
adalah fluida magmatik dan  meteorik (baik air meteorik, air metamorfik, bahkan air laut). 

4.Proses Magmatik 
Sesuai namanya, proses pembentukan mineral ini terjadi di dapur magma primer sehingga
mineral  yang terbentuk akan bersifat ultra basa untuk kemudian mengalami pendinginan dan
pembekuan  hingga membentuk mineral – mineral bijih dan silikat. Mineral tersebut pada suhu
tinggi yaitu sekitar  lebih dari 600 derajat celcius sehingga berhasil mengubah stadium liquido
magmatis menjadi mineral berbentuk logam maupun non logam. Proses pembentukan magmatis
sendiri terbagi menjadi 2  macam, antara lain: 
∙ Early magmatis, yaitu sebuah endapan yang berasal dari proses magmatik secara langsung  dan
lebih dikenal dengan sebutan orthomagmatik di mana pada proses ini terjadi  pengkristalan
magma hingga mencapai 90%. Khusus mineral bijih, selalu berasosiasi dengan  batuan beku
plutonik ultrabasa dan basa. Untuk bentuk endapan terbagi menjadi 3 cara yaitu  dengan cara
injeksi, disseminated dan segregasi. 
∙ Late magmatis, mineral ini berasal dari kristal yang telah terbentuk dari batuan silikat dan  berasal
dari sisa magma yang sangat kompleks serta memiliki corak dengan banyak variasi.  Sifat
mineral dari late magmatis ini yaitu mobilitas tinggi. Di dalam late magmatis terdapat  istilah
jebakan ore yang terbentuk setelah adanya batuan silikat yang menerobos serta  bereaksi dan
perubahan tersebut disebut deuteric alteration. Jebakan ore late magmatic yang  bergabunga
dengan batuan beku dasar menghasilkan berbagai macam proses differensiasi dan  masuk ke
dalam beberapa golongan yaitu residual liquid injection, residual liquid  segregation,
immiscible liquid injection, dan immiscible liquid segregation. 
5.Proses Hidrotermal 
Proses hidrotermal yaitu proses pembentukan mineral karena adanya pengaruh dari suhu atau 
temperatur serta tekanan sangat rendah dan adanya larutan magma yang sudah terbentuk
sebelumnya.  Bentuk – bentuk dari endapan mineral bisa ditemukan sebagai bagian dari proses
endapan hidrotermal  yang disebut Cavity Filling. Cavity Filling sendiri merupakan suatu proses
mineralisasi dengan  mengisi ruang bukan rongga yang terdapat di dalam batuan dan terdiri atas
mineral – mineral yang  telah diendapkan dari larutan bukaan – bukaan batuan. 
6.Proses Metamorfik-Hidrotermal 
Pada proses ini terbentuk batuan metamorf yang berasal dari mineral batuan beku, mineral
metamorf  dan mineral batuan sedimen. Di proses metamorfisme ini terjadi perubahan dari suatu
mineral  menjadi mineral baru atau menghasilkan mineral yang sama akan tetapi mempunyai
sifat berbeda  sebab menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang baru. Contoh perubahan
mineral lama menjadi  mineral baru yaitu mineral homblende menjadi mineral serpentine,
sedangkan perubahan mineral  lama menjadi mineral sama dengan sifat berbeda yaitu mineral
calcite menjadi mineral calcite  kembali namun dengan sifat yang berbeda. 
7.Endapan Missisipi Valley 
Dataran tengah Amerika Utara , membentang dari Pegunungan Appalachian di timur ke
Pegunungan  Rocky di barat, didasari oleh hampir datarbatuan sedimen yang diletakkan di atas
dasar batuan beku  dan metamorf yang sekarang tertutup. Tutupan batuan sedimen, yang telah
sedikit berubah sejak  diendapkan, mengandung banyak stratabatugamping , dan di dalam
batugamping di dekat dasar  tumpukan ditemukan kelas endapan mineral yang khas . Karena
dataran tengah bertepatan erat  dengan cekungan drainase dari Sungai Mississippi , kelas ini
deposito telah datang untuk disebut jenis  Mississippi Valley (MVT). 
8.Endapan Pegmatik 
Endapan pegmatitik merupakan suatu batuan beku yang memiliki ukuran kristal yang sangat
kasar,  terbentuk selama kristalisasi magma pada dapur magma (magma chamber) pada kondisi
larutan yang  memiliki kandungan air cukup tinggi mengakibatkan pertumbuhan kristal yang
relatif cepat.  Pegmatitik terbentuk berupa massa di dalam dike atau urat-urat pada daerah
batas/kontak batholith.

9.Endapan Gravitational Settling 


Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan besi, cenderung
memperkaya  resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur
tersebut. Proses ini  mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan.
Lapisan paling bawah diperkaya  dengan mineral-mineralyang lebih berat seperti mineral-
mineral silikat dan lapisan diatasnya  diperkaya dengan mineral-mineral silikat yang lebih
ringan. 
10.Endapan Greisenn 
Sistem endapan greisen merupakan sistem endapan bijih yang terbentuk pada fase
post  magmatik suatu pembekuan magma. Fase post magmatik merupakan fase
dimana batuan  sudah membeku dan mengahasilkan fluida sisa pembekuan magma
yang didominasi fase  gas, kemuadian fluida inilah yang akan bereaksi dengan
batuan samping. 
11.Endapan Porfiri 
Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang bersifat
intermedier-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang
mengakibatkan  terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik. Produk utama dari
Porfiri adalah Cu-Au atau  Cu-Mo. 
12.Endapan Epitermal 
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal
yang  terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang
dekat dengan  permukaan, (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008). 
13.Endapan Sulfida Masif 
Endapan bijih sulfida masif adalah sebuah tipe endapan bijih sulfida metal, yang terdiri dari
terutama  tembaga dan seng yang berasosiasi dan berasal dari kejadian hidrotermal vulkanik di
lingkungan  submarin. 
Endapan ini sering juga disebut endapan volcanic-hosted massive sulfide. Massa jenisnya pada 
umumnya adalah 4500 Kg/m³. Endapan VMS kebanyakan merupakan akumulasi stratiform dari 
mineral-mineral sulfida yang terpresipitasi dari cairan hidrotermal diatas atau dibawah lantai
samudra  pada skala waktu geologi dari yang kuno hingga yang modern. Di samudra modern
mereka sangat  mirip dengan lidah-lidah sulfur yang biasa disebut asap hitam. 
14.Endapan Evaporasi 
mineral yang terdapat di daerah kering dan juga panas hingga tidak heran jika di daerah ini
proses  penguapan sering terjadi. 
15.Endapan Supergen 
Endapan yang metalnya berasal dari hasil rombakan batuan atau bijih primer), Selama
berlangsung  pengangkatan dan erosi. suatu endapan bijih terangkat di dekat permukaan,
kemudian mengalami  proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun oksidasi pada
mineralmineral bijih. Proses tersebut  menyebabkan banyak unsur logam (Cu2+, Pb2+, Zn2+
dll.) akan terlarut (umumnya sebagai senyawa  sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air
tanah atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses  oksidasi tidak berlangsung. 
16.Endapan Residual

Endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses pelapukan dan pengendapan
terjadi di  tempat yang sama, dengan kata lain tanpa mengalami transportasi (baik dengan media
air atau angin)  seperti endapan sedimen yang lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya
terjadi secara fisika  dan kimia.

Anda mungkin juga menyukai