Anda di halaman 1dari 1

Dityas Fergiawan

12018062
BATU GARAM (ROCK SALT)

Batu garam (rock salt) merupakan batuan yang tersusun secara dominan oleh mineral halit
(NaCl). Rock salt diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk batuan sedimen non-klastik. Selain
mengandung mineral halit/NaCl, rst juga dapat mengandung mineral pengotor seperti anhydrite
(CaSO4), gypsum (CaSO4.2H2O), dan juga sylvite (KCl). Terbentuknya batu garam ini umumnya
akibat dari penguapan air yang mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion
Na+ (Natrium) dan Cl- (Klorida). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah danau yang mengering
akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup, daerah estuari yang ada di daerah arid, daerah-
daerah di dekat laut seperti laguna dan lain-lain.

Batu garam dapat terbentuk melalui proses evaporasi, misalnya lautan luas yang airnya
menguap selama ratusan juta tahun dan meninggalkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.
Peristiwa ini terjadi umumnya karena hilangnya sejumlah air laut yang tidak dapat menahan ion-ion
garam yang ada pada larutan air laut, yang dapat dibilang kelewat jenuh oleh ion garam. Salah satu
contoh mekanisme ini adalah Cekungan Michigan pada masa Paleozoikum.

Batu garam dapat dijelaskan pula oleh mekanisme pembentukan kubah garam (salt dome).
Kubah garam terbentuk karena lapisan garam yang sangat tebal, yang terbentuk dari mineral halit,
menerobos batuan yang ada di atasnya sehingga membentuk morfologi ini. Penerobosan ke atas ini
tidak lain dissebabkan oleh kecilnya densitas garam (2,16 gram/cc) dibanding batuan di sekitarnya
yang memiliki densitas 2,4 gram/cc, sehingga memungkinkan untuk mobilisasi ke atas. Contoh dari
keberadaan kubah garam ini adalah Avery Island di Lousiana dan Pegunungan Zagros. Pada saat
mineral-mineral garam tersebut mencoba menerobos batuan di atasnya, batuan-batuan di atasnya akan
sedikit terlipat dan akan membentuk jebakan dimana minyak bumi dan gas akan berakumulasi. Bahkan
tidak jarang pula mineral garam tersebut mampu menerobos sampai ke permukaan atau menerobos
lantai samudera jika mineral garam tersebut ditemukan di lautan (offshore). Kubah garam yang muncul
ke permukaan dapat berkontak dengan air laut dan menimbulkan depresi yang dilanjutkan rekahan.
Rekahan ini mampu menginisiasi perpindahan fluida sehingga kerap kali kubah garam menjadi tempat
akumulasi minyak bumi dan gas.

Referensi
www.saltinstitute.org
Schreiber, B.C. and Hsü, K.J. (1980) Evaporites. In Developments in Petroleum Geology, Vol. 2 (Ed.
G.D. Hobson), pp. 87–138. Elsevier Science, Amsterdam.
Dronkert, H. & Remmelts, G. 1996. Influence of salt structures on reservoir rocks in Block L2, Dutch
continental shelf. In: Rondeel, H.E., Batjes, D.A.J., Nieuwenhuijs, W.H. (eds): Geology of gas and oil
under the Netherlands, Kluwer (Dordrecht): 159–16

Anda mungkin juga menyukai