Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS SEKUEN DAN FASIES SEISMIK

(Laporan Praktikum Seismik Stratigrafi)

Oleh

Muhammad Farhan Yassar


1815051039

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Judul Praktikum : Analisis Sekuen dan Fasies Seismik

Tanggal Percobaan : 23 April 2021

Tempat Percobaan : Rumah Masing - Masing

Nama : Muhammad Farhan Yassar

NPM : 1815051039

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 2 (dua)

Bandar Lampung, 30 April 2021


Mengetahui,
Asisten

Erlina Messa
NPM. 1715051007

i
ANALISIS SEKUEN DAN FASIES SEIMSIK

Oleh

Muhammad Farhan Yassar

ABSTRAK

Telah dilaksanakan praktikum seismik stratigrafi pada tanggal 23 april 2021 yang
membahas mengenai analisis sekuen dan fasies seismik. dimana kegiatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk memahami konsep dasar dari penentuan batas,
pola, parameter serta batas dari sekuen dan fasies seismik. adapun target yang
akan dicapai yakni berupa pemahaman dan kemampuan praktikan dalam
melakukan interpretasi terhadap penampang seismik yang diberikan. Proses
analisis dilakukan berdasarkan dari penampang seismik yang diberikan oleh
asisten. Dimana berdasarkan praktikum dan interpretasi yang telah dilakukan
maka didapatkan hasil sebagai berikut : Sekuen didefinisikan sebagai studi
mengenai hubungan batuan dalam kerangka kronostratigrafi terhadap lapisan yang
berulang dan saling berhubungan secara genetik serta dibatasi oleh permukaan
erosi atau nondeposisi dan keseragaman yang sebanding. Fasies adalah suatu
kenampakan lapisan atau kumpulan lapisan batuan yang memperlihatkan
karakteristik, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda dengan
sekitarnya. Berdasarkan reflection termination maka terdapat pola downlap dan
onlap pada penampang seismik , kemudian dari parameter reflection configuration
maka didaparkan pola berupa pararel, sub pararel, wavy, dan chaotic. Dan terakhir
berdasarkan external form dari penampang maka diketahui terdapat pola onalp fill,
prograded fill dan divergent fill

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
ABSTRAK......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan Praktikum............................................................................. 1
II. TEORI DASAR
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan................................................................................. 6
B. Diagram alir..................................................................................... 6
IV. DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan.............................................................................. 7
B. Pembahasan...................................................................................... 7
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Diagram alir .................................................................................... 6

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hingga saat ini metode seismik masih menjadi pilihan utama dalam proses
eksplorasi dan kontroling terhadap sumur atau cekungan hidrokarbon
terutama pada minyak dan gas bumi. Hal ini dikarenakan metode seismik
memiliki keunggulan dalam resolusi yang dihasilkan sehingga dapat
mempermudah interpretasi yang akan dilakukan. Interpretasi seismik sendiri
memiliki jenis yang sangat banyak namun untuk mengidentifikasi lingkungan
pengendapan, pembentukan dan penyusun suatu cekungan atau formasi maka
analisis dilakukan berdasarkan pola yang terbentuk dari pantulan gelombang,
dimana hal ini kemudian dikaitkan dengan stratigrafi, lingkungan
pengendapan serta sejarah geologi pada wilayah tersebut. Urutan
pengendapan yang terjadi dibatasi oleh ketidaksesuaian dan ekuivalen lateral,
di mana suksesi sedimen umumnya lebih kontinu. Hal ini akan menunjukan
time stratigrafi dasar dan penting untuk rekonstruksi sejarah pengendapan
basin. Strata dalam urutan pengendapan termasuk dalam sejarah pengendapan
yang sama dan secara genetik terkait (Miall 1991). Berbagai unit fasies dapat
hadir dalam satu urutan pengendapan dan pantulannya dapat mencakup
beberapa unit litofasies. misalnya kipas aluvial, dataran banjir, tanggul dan
tebing, saluran, rawa, danau dan delta ditemukan berbatasan satu sama lain.
Semua lingkungan ini memiliki ekspresi geologis dan karakter seismik yang
khas. Jenis variasi inilah yang perlu disorot pada data seismik jika diperlukan
interpretasi yang rinci.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum kali ini ialah sebagai berikut:
1. Praktikan mampu memahami konsep sekuen seismik secara teoritis.
2. Praktikan mampu menganalisis batas sekuen dalam data seismik.
3. Praktikan mampu membedakan antara batas sekuen dan batas fasies dalam
data seismik yang menjadi dasar dalam interpretasi data.
4. Praktikan mampu memahami konsep fasies seismik secara teoritis.
5. Praktikan mampu menganalisis batas fasies dalam data seismik.
6. Praktikan mampu membedakan antara batas sekuen dan batas fasies dalam
data seismik yang menjadi dasar dalam interpretasi data.

2
II. TEORI DASAR

Fase pertama dalam studi stratigrafi seismik dari sebuah basin adalah untuk
menggambarkan unit yang terkait secara genetik, yang disebut Urutan
Deposisional (Mitchum et al. 1977). Menurut Payton et al. (1977) Depositional
Sequences adalah unit terkait secara genetik yang dibatasi oleh ketidaksesuaian
dan / atau konformitas korelatifnya. Urutan pengendapan adalah kepentingan
regional dan selanjutnya dibagi lagi menjadi sistem sistem individu (Van
Wagoner et al. 1987). Bidang sistem digambarkan berdasarkan adanya
ketidaksesuaian lokal dan kesesuaian setara lateral mereka berisi pengelompokan
simpanan dari sistem pengendapan yang kira-kira setara dengan waktu
(Armentrout dan Perkins 1991). Urutan pengendapan terdiri dari tumpukan bidang
sistem (Thorne dan Swift 1991). Perbedaan dapat dibuat antara bidang sistem
standar rendah dan tinggi, dengan mengacu pada perubahan permukaan laut
relatif. Pembagian stratigrafi mengikuti skema hierarki dasar, di mana pengamatan
skala besar pertama digunakan dan baru kemudian subdivisi yang lebih rinci dapat
dibuat. Dalam prakteknya pertama-tama data seismik dianalisis dan selanjutnya
data sumur / singkapan digunakan untuk subdivisi lebih lanjut. Pendekatan top-
down ini memastikan analisis sistematis yang konsisten dari basinfill. Metode
dasar untuk penggambaran batas Urutan Deposisional, adalah apa yang disebut
teknik 'pemetaan terminasi refleksi' (Vail et al. 1977). Refleksi berakhir dan
geometri tambatan menentukan posisi ketidaksesuaian. Perbedaan perlu dibuat
antara penghentian terkait sedimen dan penghentian yang disebabkan oleh
gangguan sesar tektonik atau artefak lainnya.

Sekuen didefinisikan sebagai studi mengenai hubungan batuan dalam kerangka


kronostratigrafi terhadap lapisan yang berulang dan saling berhubungan secara
genetik serta dibatasi oleh permukaan erosi atau nondeposisi dan keseragaman
yang sebanding (Posamentier et al., 1988; Van Wagoner et al., 1988). Analisis
sekuen stratigrafi akan menghasilkan kerangka kronostratigrafi dari endapan yang
dianalisa. Kerangka itu selanjutnya dapat dipakai untuk mengkorelasikan dan
memetakan fasies-fasies yang ada dalam endapan yang dianalisis. Sekuen
stratigrafi merupakan rancangan stratigrafi modern yang memanfaatkan sejumlah
metoda dan konsep yang telah ada sebelumnya, terutama biostratigrafi, seismik

2
3

stratigrafi, kronostratigrafi, dan sedimentologi. Perlu ditekankan disini bahwa


konsep litostratigrafi tidak memberikan sumbangan yang berarti dalam
pengembangan konsep dan metoda sekuen stratigrafi. Satuan litostratigrafi
ditentukan berdasarkan kesamaan litologi dan biasanya memotong garis waktu. Di
lain pihak, satuan sekuen stratigrafi pada hakekatnya merupakan satuan
kronostratigrafi yang sejajar dengan garis waktu. Dalam proses pembentukan
sekuen pada batuan sedimen, terjadi interaksi antara tektonik subsidence, eustasi
air laut, pasokan sedimen (sediment suplay) dan iklim ( climate)
1. Tektonik Subsidence
Faktor tektonik akan berkaitan erat dengan naik dan turunnya cekungan
sedimentasi (subsidence and uplift). Penurunan (subsidence) dasar cekungan
menyebabkan seolah - olah terjadi penambahan akomodasi atau terjadinya
kenaikan muka air laut relatif. Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan (uplift)
dasar cekungan maka yang terjadi adalah pengurangan akomodasi atau
penurunan muka air laut relatif.

2. Eustasi Air
Laut Eustasi didefinisikan sebagai perubahan kedudukan elevasi muka air laut
dalam skala dunia atau global diukur dari datum yang tetap yakni pusat bumi.
Perubahan muka air laut global dikontrol oleh volume absolut air laut dan
oleh perubahan topografi dasar laut.

3. Pasokan Sedimen (Sediment Suplay)


Banyaknya pasokan sedimen pada suatu cekungan berpengaruh terhadap
penyebaran dan ketebalan endapan sedimen serta mengontrol kedalaman
suatu cekungan, perubahan tektonik daratan yang lambat dapat mengontrol
provenance pasokan sedimen silisiklastik, perubahan pusat cekungan dapat
menyebabkan berubahnya rata-rata pasokan silisiklastik dengan jelas sekali
dalam suatu daerah. d. Iklim ( Climate ) Iklim dapat mempengaruhi tipe-tipe
sedimen yang diendapkan, terutama endapan evaporit dan karbonat.

Studi stratigrafi sekuen memiliki sejumlah urutan sekuen yang menunjukkan


suatu gejala yang bersifat repetitif (berulang). Ini menunjukkan bahwa kondisi
pembentukan suatu sekuen bersifat siklus. Siklus ini dibagi menjadi 6 orde (Van
Gorsel, 1987, part A). Siklus sekuen di sepadankan dengan siklus orde tiga yang
mempunyai durasi 1 – 5 juta tahun. Sekuen adalah lapisan yang secara genetik
berhubungan dan dibatasi oleh bidang ketidakselarasan (unconformity) atau
ketidakselarasan lanjutan (correlative conformity) (Mitchum, 1977). Suatu sekuen
diendapkan selama Satu sea level cycle, yaitu dari kecepatan turunnya muka air
laut yang paling besar hingga kecepatan turunnya muka air laut yang paling besar
berikutnya.
4

System tract dibedakan menjadi tiga yaitu Lowstand System Tract, dan
Transgresive System Tract pada Sekuen tipe-1 dan Shelf Margin System Tract,
Transgresive System Tract, dan Highstand System Tract pada Sekuen tipe-2 (Van
Wagoner, et. Al., 1990). System tract adalah hubungan dari beberapa system
pengendapan yang seumur. Setiap system tract terbentuk pada tahapan atau waktu
tertentu dalam satu siklus perubahan muka air laut relatif. System tract dan
Sekuen didefinisikan atas bentuk geometri dan hubungan fisik dari suatu strata
dan fasies yang tidak tergantung pada lamanya pembentukan, ukuran atau
mekanisme pengendapan. Sequence boundary adalah ketidakselarasan dan
keselarasannya yang sebanding dengan penyebaran lateral yang menerus,
menutupi hampir seluruh luasan cekungan dan terbentuk synchronous pada
cekungan di seluruh dunia (Vail et al, 1977; Vail and Todd, 1981; Vail et al, 1984;
Haq et al, 1988; vide Arato, 1995). Sequence boundary terbentuk ketika volume
akomodasi menjadi negative saat terjadi turunnya muka air laut relatif dan
diekspresikan oleh erosi subaerial dibeberapa tempat di cekungan. Ada dua jenis
Sequence boundary yang dikenal, yaitu:
1. Sequence boundary tipe 1 terbentuk ketika laju turunnya eustasi melebihi laju
subsidence dasar cekungan di offlap break menghasilkan turunnya muka air
laut relatif di seluruh cekungan (Van Wagoner et al, 1990).

2. sequence boundary tipe 2 diinterpretasikan terbentuk ketika laju turunnya


eustasi lebih kecil dibandingkan dengan laju subsidence dasar cekungan pada
offlap break sehingga tidak terjadi turunnya muka air laut relatif pada posisi
ini.

Fasies adalah suatu kenampakan lapisan atau kumpulan lapisan batuan yang
memperlihatkan karakteristik, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda
dengan sekitarnya (Boggs, 1987). Perbedaan karakteristik yang menjadi dasar
bagi pengamatan fasies bisa ditinjau dari berbagai hal seperti karakter fisik dari
lithologi (lithofacies), kandungan biogenic (biofacies), atau berdasarkan pada
metoda tertentu yang dipakai sebagai cara pengamatan fasies contohnya fasies
seismik atau fasies log Menurut Walker (1978), fasies merupakan kenampakan
suatu tubuh batuan yang dikarekteristikan oleh kombinasi dari lithologi, struktur
fisik dan biologi yang merupakan aspek pembeda dari tubuh batuan di atas, di
bawah, ataupun disampingnya. Sedangkan menurut Yarmanto dkk. (1997), fasies
merupakan kenampakan menyeluruh suatu tubuh batuan sedimen, berdasarkan
pada gambaran khususnya (tipe batuan, kandungan mineral, struktur sedimen,
perlapisan, fosil, kandungan organik) yang dapat membedakannya dengan tubuh
batuan yang lainnya.

Lingkungan pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi dimana proses


fisik, kimia dan biologi berbeda dengan daerah yang berbatasan dengannya
5

(Selley, 1988). Sedangkan menurut Boggs (1995) lingkungan pengendapan adalah


karakteristik dari suatu tatanan geomorfik dimana proses fisik, kimia dan biologi
berlangsung yang menghasilkan suatu jenis endapan sedimen tertentu. Nichols
(2009) menambahkan yang dimaksud dengan proses tersebut adalah proses yang
berlangsung selama proses pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen.
Perbedaan fisik dapat berupa elemen statis ataupun dinamis. Elemen statis antara
lain geometri cekungan, material endapan, kedalaman air dan suhu, sedangkan
elemen dinamis adalah energi, kecepatan dan arah pengendapan serta variasi
angin, ombak dan air.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini ialah sebagai
berikut:
1. Penampang Seismik
2. Alat tulis
3. Pensil Warna
4. Marker

B. Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum kali ini ialah sebagai berikut:

Mulai

Penampang Seismik Interpretasi batas Fasies

Interpretasi batas sekuen Interpretasi sturktur internal

Picking horizon dan patahan Pengolahan hasil interpretasi

Interpretasi Hasil Pemberian nama dan analisis

Hasil interpretasi sekuen dan fasies seismik

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir


IV. DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Adapun data hasil pengamatan pada praktikum kali ini ialah terdapat pada
lampiran.

B. Pembahasan
Praktikum yang telah dilaksanakan pada 23 april 2021 membahas mengenai
analisis fasies dan sekuen seismik, dimana kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan untuk memahami konsep dasar dari penentuan batas, pola, parameter
serta batas dari sekuen dan fasies seismik. adapun target yang akan dicapai
yakni berupa pemahaman dan kemampuan praktikan dalam melakukan
interpretasi terhadap penampang seismik yang diberikan. Proses praktikum
diawali dengan penjelasan basic concept dari pola pola refleksi yang
terbentuk dari reflektor dibawah permukaan, selain itu dari pola tersebut juga
dijelaskan pula mengenai kaitannya terhadap kemungkinan pembentukan
secara geologi yang terjadi. Tahapan akhir dari praktikum ini yakni
melakukan proses interpretasi melalui sistem diskusi antara praktikan dan
asisten terkait dengan studi kasus daru suatu penamapang seismik.

Berdasarkan tugas dari praktikum sebelumnya maka dapat diketahui bahwa


penampang seismik yang diberikan memiliki beberapa pola unik yang
berbeda serta zona prospek hidrokarbon yang ditunjukan oleh adanya direct
hydrocarbon indicator (DHI) berupa bright spot maupun flat spot pada.
Keseluruhan pola ini kemudian dilakukan interpretasi untuk memperkirakan
proses dan zona pembentukan dari penampang seismik tersebut namun
terdapat beberapa kelemahan dalam interpretasi yang akan dilakuan kali ini.
dimana hal ini disebabkan tidak terdapatnya informasi jelas mengenai lokasi
akuisisi penampang seismik sehingga hasil interpretasi tidak dapat dikaitkan
secara aktual dengan sejarah geolgi pada zona tersebut, selain itu
kemungkinan atau kekurangan lainnya yakni tingkat error yang mungkin akan
timbul dari proses interpretasi akan cukup tinggi mengingat belum terlalu
8

pahamnya praktikan mengenai maksud dan juga jenis pasti dari pola geometri
yang dihasilkan.
9

Penampang seismik yang diberikan memiliki beberapa struktur geologi


berupaa ketidakselarasan yang ditandai dengan adanya perbedaan pola
pengendapan pada penampang, dan juga beberapa patahan. Dari
ketidakselaran yang terbentuk maka kita dapat menentukan juga lokasi atau
zona basement high dari gambar, selanjutnya patahan kemungkinan terbentuk
karena adanya lipatan atau gaya kompresi yang disebabkan oleh aktivitas
tektonik ataupun pergerakan lempeng pada zona tersebut. Interpretasi
kemudian dilanjutkan dengan memperhatikan geometri refleksi yang
terbentuk pada penampang dimana untuk melakukan hal ini maka proses
interpretasi dibagi menjadi 3 bagian yakni bedasarkan reflection
configuration, reflection termination dan external form. Dari parameter
reflection configuration kita mendapatkan pola berupa pararel, sub pararel,
wavy, dan chaotic. Parameter jenis ini dapat pula disebut dengan analisis
fasies. Pola prallel sendiri tebentuk karena adanya pengendapan sedimen
denga rate yang seragam, sedangkan pada subparallel proses terbentuk karena
adanya gangguan dari arus laut saat terjadinya proses pengendapan.
Kemudian pola dengan bentuk wavy menunjukan korelasi terhadap
keterdapatan patahan dimana pola ini terbentuk karena adanya lipatan
kompresi dari lapisan parallel diatas permukaan detachment. Dan chaotic
terbentuk dari pengendapan dengan energi tinggi atau terjadi setelah proses
deformasi berlangung. Namun terdapat beberapa keraguan dalam penentuan pola
chaotic ini hal ini dikarenakan pola ini terletak pada bagian bawah dimana masih
ada kemungkinan pengaruh dari basement yang kemungkinan berupa batuan
beku yang memiliki tingkat perambatan gelombang tinggi sehingga membentuk
pola hampir serupa

Interpertasi lainnya dilakukan berdasarkan reflection termination yang


menghasilkan pola downlap dan onlap. Dimana proses onlap dapat terjadi pada
lingkungan shelf (shelfal environment) yang disebabkan karena adanya kenaikan
muka air laut relatif, pada lingkungan laut dalam akibat sedimentasi yang
perlahan, dan pada channel yang tererosi akibat low energy fill. Sedangkan
Downlap terbentuk akibatk proses sedimentasi yang cukup intensif . selain kedua
hal tersebut kemungkinan terdapat pula erotional trucation yang terjadi akibat
proses erosi hal ini pun memiliki kaitan yang cukup erat dan terlihat cukup jelas
pada penampang karena terdapat beberapa pola pengendapan yang berbeda.

Proses interpretasi terakhir dilakukan berdasarkan external form dari penampang


dimana terdapat pola onalp fill, prograded fill dan divergent fill. Onlap fill
terjadi pada saat proses sedimentasi yang berlangsung pada channel memiliki
energi yang cukup rendap, sedangkan prograded fill terbentuk karena adanya
transpot sedimen dari bagian ujung atau pada lengkungan channel dan yang
terakhit divergent fill merupakan piola yang terbentuk serta menunjukan
keberadaan dari shale prone yang terkompaksi dengan sedimentasi energi rendah
10

sebgai tahap akhir pengisian graben. Selain keseluruhan pola yang telah
dijelaskan terdapat pula Oblique tangential yang terbentu dari suplai sediment
yang cukup sampai besar, muka laut yang konstan seperti delta, sediment butir
kasar pada delta plain, channel dan bars. Berdasarkan keseluruhan analisis yang
telah dilakukan terhadap fasies dan sekuen yang terdapat pada penampang
seismik, maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan besar lokasi atau zona
penampang seismik ini berada pada bagian delta hingga laut dangkal yang
memiliki tatanan aktivitas geologi cukup tinggi sehingga menyebabkan cukup
banyaknya struktur patahan yang terbentuk. Hal ini di dukung pula dari pola
wavy dan ketidakselarasan yang dapat dilihat pada penampang geologi.
Sedangkan zona atau lokasi dari penampang ini dapat diperkirakan dari fasies
yang terbentuk dimana hampir keseluruhannya lebih dominan kearah laut.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini ialah sebagai berikut:


1. Sekuen didefinisikan sebagai studi mengenai hubungan batuan dalam
kerangka kronostratigrafi terhadap lapisan yang berulang dan saling
berhubungan secara genetik serta dibatasi oleh permukaan erosi atau
nondeposisi dan keseragaman yang sebanding.
2. Fasies adalah suatu kenampakan lapisan atau kumpulan lapisan batuan yang
memperlihatkan karakteristik, geometri dan sedimentologi tertentu yang
berbeda dengan sekitarnya
3. Berdasarkan reflection termination maka terdapat pola downlap dan onlap pada
penampang seismik
4. Berdasarkan parameter reflection configuration maka didaparkan pola berupa
pararel, sub pararel, wavy, dan chaotic
5. Berdasarkan external form dari penampang maka diketahui terdapat pola onalp
fill, prograded fill dan divergent fill
DAFTAR PUSTAKA

Armentrout, J.M. and Perkins, B.F. 1991 Sequence stratigraphy as an exploration


tool, concepts and practices in the Gulf Coast. SEPM Foundation annual
research conference, 417.

Boggs, S. Jr. 1987. Principles of Sedimentary and Stratigraphy. Merril Publishing


Company, Columbus.

Boggs, Sam. 1987. Principle of Sedimentology and Stratigraphy. Ohio: Merril


Publishing

Haq, B.U., Hardenbol, J. and Vail, P. (1988) Mesozoic and Cenozoic


chronostratigraphy and cycles of sealevel change. In Wilgus, C.K. et al. eds.
Sealevel changes: An integrated approach. SEPM Special Publication 42,
San Francisco, SEPM, 71-108.

Miall, A.D. 1991 Stratigraphic sequences and their chronostratigraphic


correlation. Journal of Sedimentary Petrology, 61, 505.

Mitchum, R.M., Vail, P.R. and Thompson, S. (1977) Seismic stratigraphy and
global changes in sealevel, part 2: The depositional sequence as a basic unit
for stratigraphic analysis. In: Payton, (ed). Seismic stratigraphy: application
to hydrocarbon exploration. AAPG-Memoir 26, AAPG, Tulsa, 53-62.
13

Mitchum, R.M., Vail, P.R. and Thompson, S. 1977 Seismic stratigraphy and
global changes in sealevel, part 2: The depositional sequence as a basic unit
for
stratigraphic analysis. In: Payton, (ed). Seismic stratigraphy: application to
hydrocarbon exploration. AAPG-Memoir 26, AAPG, Tulsa, 53-62.

Nichols, Gary. 2009. Sedimentology and Stratigraphy. United Kingdom:


Balckwell

Payton, C.E. 1977 Seismic stratigraphy: application to hydrocarbon exploration,


AAPG-Memoir 26, AAPG, Tulsa, 516.

Selley, Richard C. 1988. Ancient Sedimentary Environments Third Edition.


Cornell University Press, Ithaca, N.Y.

Thorne, J.A. and Swift, D.J.P. 1991 Sedimentation on continental margins VI: a
regime model for depositional sequences, their component systems tracts and
bounding surfaces. International Association of Sedimentologists, Special
Publication, 14, 189-255.

Vail, P.R. and Todd, R.G. (1981) Northern North Sea Jurassic unconformities,
chronostratigraphy and sealevel changes from seismic stratigraphy. In: Illing,
L.V. and Hobson, G.D. eds. Petroleum geology of the continental shelf of
northwest Europe. Heyden, London, 216-235.

Vail, P.R., Mitchum, R.M., Todd, R.G., Widmer, J.M., Thompson, S., Sangree,
J.B., Bubb, J.N. and Hatfield, W.G. 1977 Seismic stratigraphy and global
changes in sea level. In: Payton, ed. Seismicstratigraphy: application to
hydrocarbon exploration. AAPG-Memoir 26, AAPG, Tulsa, 49-212.

Van Gorsel,1987, part A. Pembagian Unit – unit Statigrafi dalam konsep


stratigrafi sikuen berdasarkan ordenya. The American Association of
Petroleum Geologist.
Van Wagoner, J.C., Mitchum, R.M., Posamentier, H.W. and Vail, P.R. 1987
Seismic stratigraphy interpretation using sequence stratigraphy, part II: Key
definitions of sequence stratigraphy. In: Bally, A.W. ed. Atlas of Seismic
Stratigraphy. AAPG-Studies in Geology 27, AAPG, Tulsa, 1-10.

Wagoner, J.C. Van, Mitchum, R.M., Campion, K.M. dan Rahmanian, V.D.. 1990.
Siliciclastic Sequence Stratigraphy in Well Logs, - Cores, and Outcrops:
Concepts for High-Resolution Correlation of Time and Facies. AAPG
Methods in Exploration Series, No. 7, Oklahoma

Walker, R.G. 1978 Deep-water sandstone facies and ancient submarine fans:
models for exploration for stratigraphic traps. AAPG-Bulletin, 62(6), 932-966.
LAMPIRAN
Hasil Pengolahan Data

Unconformity/
Tangetial
Oblique

Fan complex simple

Anda mungkin juga menyukai