Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Kota Ternate merupakan sebuah kota yang kecil namun memiliki

pembangunaan yang cukup pesat. Hal ini karena akibat dari terjadinya urbanisasi,

dimana penduduk desa berbondong- bondong pindah ke kota ternate. Kota ternate

yang merupakan pusat perdagangan Maluku Utara, demikian juga merupakan pusat

dari Pendidikan di Maluku Utara, lebihnya lagi adalah Ibukota Propinsi Maluku

Utara, hal ini memicu pergeseran penduduk ke kota Ternate, sehingga pembangunan

pun berkembang pesat.

Dengan meningkatnya Penduduk serta perkembangan jaman yang semakin

modern, maka hal ini dibarengi pula dengan pembangunan Gedung- gedung serta

perumahan- perumahan penduduk yang secara terus menerus dilakukan seiring

dengan waktu.

Pembangunan Gedung- gedung serta perumahan- perumahan penduduk ini

dilakukan haruslah ditopang dengan ketersediaan bahan baku pembuat bangunan itu

sendiri seperti Pasir, kayu, semen, besi, dan lain-lain. Disisi lain, ketersediaan bahan

baku khususnya pasir di kota ternate juga terbatas, hall ini karena pulau Ternate yang

kecil dan meningkatnya penduduk serta bertambahnya pembangunan gedung dan

perumahan penduduk, sehingga memperkecil areal atau lokasi penambangan Pasir,

selain itu juga lahan yang berpotensi penambangan pasir hanya berada pada titik –
titik daerah tertentu sehingga perlu diadakanya suatu identifikasi tentang daerah mana

saja yang memiliki lokasi penambangan galian C di kota ternate. Dari pemaparan di

atas penulis bermaksud mengajukan usulan kerja praktek dengan judul “STUDI

PEMANFAATAN DATA CITRA SATELIT DALAM PEMETAAN AREA

PERTAMBANGAN GALIAN C DI PULAU TERNATE” propinsi maluku utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, masalah yang diangkat adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana menentukan titik lokasi penambangan dan perhitungan luas area

dengan memanfaatkan data citra satelit dan pemetaan

2. Apa hubungan antara pertambangan, citra satelit dan pemetaan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam proposal ini penulis beracuan pada rumusan masalah yang menjadi pokok

utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya difokuskan di lokasi pertambangan galian C yang ada

dalam perda kota ternate nomor 02 tahun 2012 TENTANG RENCANA TATA

RUANG WILAYAH KOTA TERNATE TAHUN 2012 - 2032


1.4 Tujuan

Adapun maksud yang diharapkan dari dilaksanakan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui dimana letak – letak lokasi penambangan galian C yang ada di

kota ternate di dalam peta

2. Untuk mengetahui bagaimana langkah – langkah pemetaan area pertambangan

dengan memanfaatkan data citra satelit

1.5 Kegunaan Kerja Praktek

I.5.1Untuk Mahasiswa

a. Melatih bagaimana mengaplikasikan teori yang diperoleh dari perguruan tinggi

untuk diterapkan di lapangan

b. Dapatmemperoleh pengalaman dari permasalahan – permasalahan yang ada di

lapangan

1.5.2 Untuk Akademik

a. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian.

b. Dapat di jadikan acuan atau literature para peneliti selanjutnya.


1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitiana ini adalah sebagai berikut :

1. Study Kepustakaan :

Yaitu berdasarkan study literatur, dimana data data yang didapat dijadikan

sebagai data sekunder, disamping itu juga buku buku yang berkaitan dengan

judul atau tema penelitian tersebut.

2. Observasi Lapangan :

Observasi lapangan merupakan kegiatan pengambilan data lapangan dengan

cara turun langsung ketempat atau daerah yang menjadi lokasi penelitian.

3. Wawancara :

Yaitu dilakukan aktifitas interaksi dengan pihak pihak yang dianggap

mengerti dan paham terkait ruang lingkup tentang judul penelitian serta pihak

pihak yang beraktifitas dilokasi daerah penelitian


1.7 Bagan Alir Penelitian
Judul
STUDY PEMANFAATAN DATA CITRA SATELIT DALAM PEMETAAN AREA
PERTAMBANGAN GALIAN C DI PULAU TERNATE

Latar Belakang

Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan titik lokasi penambangan dan perhitungan luas area dengan
memanfaatkan data citra satelit dan pemetaan
2. Apa hubungan antara pertambangan, citra satelit dan pemetaan.

Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya difokuskan di lokasi pertambangan galian C yang ada dalam
perda kota ternate nomor 02 tahun 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KOTA TERNATE TAHUN 2012 - 2032

Tujuan Kerja Praktek


1. Untuk mengetahui dimana letak – letak lokasi penambangan galian C yang ada di kota
ternate di dalam peta
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah – langkah pemetaan area pertambangan dengan
memanfaatkan data citra satelit

Data primer Pengambilan Data Sekunder


Data Lapangan Data sekunder meliputi :
Merupakan data yang
1. Data peta geologi
diperoleh langsung
regional pulau
pada lokasi penelitian Pengolahan ternate
Data lapangan 2. Data curah Hujan
3. Peta topografi
4. Data koordinat
Analisis Data dari GPS

Kesimpulan

Gambar I.1.Bagan Alir Kerja Praktek


BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah

Lokasi penilitian di pulau ternate yang secara administratif merupakan bagaian

dari gugusan Kepulauan Maluku Utara yang secara geografis terletak pada 00°

50’ 26” Lintang Utara dan 127° 21’47” Bujur Timur. Dalam penelitian ini lokasi

yang menjadi objek penelitian tersebar di beberapa tempat diseputaran pulau

ternate dengan rute sebagai berikut :

Sasa – kalumata

Kelurahan kalumata secara administratif terletak di kecamatan ternate selatan dan

dapat ditempuh dengan kendaraan beroda dua ataupun kendaraan beroda empat

dengan waktu tempuh ± 10 menit

Sasa – Dufa-dufa

Sasa – tubo

Kelurahan tubo secara administratif terletak pada kecamatan ternate utara yang

berjarak sekitar 8 Km dari kelurahan sasa.Transportasi yang digunakan berupa

kendaraan beroda dua ataupn kendaraan beroda empat dengan waktu tempuh ± 25

menit

Sasa – kulaba

Jarak tempuh dari kelurahan sasa kurang lebih 10 Km dengan jarak tempuh ± 35

menit.

Sasa – Sulamadaha
Sasa – bula

Sasa - Loto

2.2 Kondisi Geologi

3. Sebagaian besar Propinsi Maluku Utara bagian tengah dan utara merupakan

daerah pengunungan dengan bahan induk yang bervariasi, bagian utara dan

timur laut semenanjung Halmahera di dominasi oleh pengunungan.

Semenanjung utara di susun oleh formasi gunung api (andesit dan basalt).

Pada semenanjung timur laut di temukan batuan beku asam, basa dan

ultrabasa serta batuan sedimen (sedimentary rock). Daerah pengunungan

merupakan bentang lahan dengan puncak tajam dan punggung curam tertoreh

serta curam (> 40%).

4.Kawasan sepanjang pantai barat Halmahera terbentang sejumlah pulau- pulau

besar dan kecil dan mulai dari Ternate bagian Utara sampai Obi bagian

selatan. Pulau – pulau kecil di bagian Utara umumnya merupakan daerah

vulkanik yanag tersususun dari bahan andesit dan batuan beku basaltik dengan

lereng curam (30 – 45 %) sampai dengan curam (>45).

5.Gunung Gamalama merupakan salah satu gunung api aktif yang terletak di

sepanjang busur pulau Halmahera di sebelah timur laut Maluku. Laut ini di

perkirakan sebagai daerah pertemuan antara lempeng pasifik, Eurasia,

Australia dan lempengan yang lain. Formasi batuan yang mendominasi Pulau
Ternate adalah gunung api kuarter di antaranya satuan aliran lava andesit yang

menempati wilayah utara Kota Ternate, dan endapan piroklastik yang

menempati sebagian daerah utara Ternate namun juga mendominasi di bagian

selatan Kota Ternate. (lampiran 3 Peta geologi daerah penelitian)

5.1.1 Litologi

Litologi cekungan kutai terdiri dari batuan pleogen dan neogen.Selain itu

diberbagai tempat terdapat lapisan penutup pasent yang terdiri dari batuan

terkonsulidasi.Batuan tersebut mengalami perlipatan pada akhir neogen (mio-

pustesen), sumbuh perlipatan mempunyai arah timur laut- barat daya atau lebih

kurang sejajar garis pantai.

Disebelah barat cekungan tingkat perlipatan lebih kuat dibandingkan dengan

cekungan sebelah timur. Berdasarkan hasil penyelidikan yang lampau, dapat

dinyatakan bahwa lapisan batu bara dicekungan kutai terdapat pada formasi pulau

balan, formasi pemaluang, formasi balikpapan, dan formasi kampong baru.

5.1.2 Stratigrafi Cekungan Kutai

1. Formasi Pamaluan (tomp)

Terdiri dari batu pasir dengan sisipan batu lempung, serimpih, batu gamping,

dan batu lanau. Umur sari satuan stratigrafi ini adalah oligosen sampai miosen

bawah.

2. Formasi Babuluh (Tmb)


Terletak diatasformasi pemalang, dapatdijumpai formasi babuluh yang

mempunyai litologi batugamping dengan sisipan batu pasiir dan serpih. Umur

dari satuan stratigrafi ini adalah miosen bawah.

3. Formasi Pulau balang (Tmbp)

Terletak secara silang atas formmasi babuluh yang dicirikan dengan litologi

grey wacke, batu pasir kuarsa, batu gampingdan batu lempung. Umur formasi

ini adalah miosen tengah sampai miosen atas.

4. Formasi Balik Papan (Tmbp)

Terletak dari persilangan batu pasir, lempung, sisipan lanau, batu gamping

danbatu pasir kuarsa, dengan lingkungan pengendapan perengan paras terletak

sampai dataran delta.

5. Formasi Kampung Bara (Tpkb)

Terletak selaras diatas formasi balik papan, litologi penciri formasi ini

persilangan batu pasirdan batu lempung dengan sisipan batu lanau, serpih dan

batu bara.dibeberapa tempat menunjukkan hubungan dengan satuan

dibawahnya.

6. Alluvial (Qa)

Terdiri dari material lepas hasil pelapukan dari batuan induk yang

tertransportasi jarak tertentu padalingkungan yang lebih rendah sebagai


endapan yang banyak mengandung bahan organik yang menutup tidak

selarasdengan cekungan kutai.


Gambar 2.2.3

Stratigrafi Cekungan Kutai

5.2 Iklim Dan Curah Hujan

Iklim tropis merupakan ciri khas daerah katulistiwa, dimana daerak lokasi

penambangan PT. Guru Putra Bersama yang berada di daerah katulistiwa. Dengan

demikian daerah penambangan memiliki iklim tropis.seperti daerah lainnya di daerah

Indonesia yang memiliki dua musim yakni musim penghujan dan musim kemarau,

akan tetapi batasan antara kedua musim tersebut tidak begitu jelas karena hampir

sepanjang tahun terjadi hujan, hanya saja hujan tidak terlalu lama. Oleh karena itu

iklim juga sangat berpengaruh padakegiatan penambangan.

5.3 Genesa Batu Bara

Batu Bara merupakan batuan sediment yangterbentuk dari hasil tumbuhanyang

mengalami proses pembusukan dan penghancuran karena aktivitas bakteri dan oleh

adanya peningkatan tekanan, temperatur dan waktu geologi, maka akan terbentuk

batu bara.

Berdasarkan tahapan terbentuknya batu bara secaraumum antara lain terdiri dari :
a. Tahapan Biokimia

Pada tahapan ini terjadi penghancuran oleh bakteri anaerob, hinggan

tumbuhan mengalami pembusukandan akan terkumpul, terendap dan

termampathinggaterjadi gambut dan atau peat.

b. Tahapan Geokimia

Pada prosese ini terjadi perubahan dari gambut menjadi batu bara oleh adanya

kenaikan tekanan dan temperatur, dan juga oleh adanya pengaruh dari proses

geologi yang dapat berasal dari tekanan dari lapisan penutup, gradient,

geothermal, dan prosesgeologi lainnya.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pemuatan

Pemuatan (loading) adalah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk memuat

material kealat angkut untuk dibawah ke tempat penampungan yang gunanya untuk

dilakukan proses selanjutnya. Alat muat yang digunakan untuk kegiatan

penambangan jenisnya sangat bermacam-macam karena di sesuaikan dengan

kebutuhannya, salah satu jenis alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan pemuatan

adalah Excavator

3.1.1 Waktu Edar Alat Muat

Dalam mengevaluasi kemampuan produksi alat muat pada kegiatan

penambangan, maka pengambilan data meliputi waktu edar alat muat terdiri dari
jumlah waktu mengisi bucket, mengayun atau mengambil posisi memuat,

membongkar muatan, mengayun kembali bucket pada posisi mengisi kembali. Untuk

waktu mengisi bucket dihitung mulai dari bucket menyentuh material dalam keadaan

bucket terisi sampai pada posisi mundur membelok, lalu maju untuk posisi

penumpahan material. Sedang waktu tumpah dihitung mulai dari penumpahan isi

bucket sampai habis. Menumpah isi bucket sampai mengambil posisi kembali.

3.1.2 Kemampuan Produksi Alat Muat

Untuk mengetahui produksi alat muat maka harus dilakukan perhitungan

produktivitas dari setiap alat, dimana perhitungan selalu didasarkan pada

pengoperasian peralatan sampai mencapai suatu produksi yang maksimal.Produksi

maksimal ini merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap pemakai peralatan,

agar target produksi yang direncanakan dapat tercapai.

Dalam menghitung produksi alat muat, maka dilakukan pengamatan terhadap

setiap jenis peralatan berdasarkan produktifitasnya. Secara umum untuk menghitung

produksi alat muat yang dioperasikan digunakan rumus sebagai berikut :


Kb x FP x EU x SF x 60 menit/jam
P = ....................................................(1)
CT
P = Kemampuan produksi alat (Ton/jam)

Kb = Kapasitas bucket (m³)

Fp = Faktor pengisian (%)

EU = Efisiensi kerja (%)

CT = Cycle time (menit)

SF = Swell faktor (%)


3.1.3 Waktu Kerja Efektif Alat Muat

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi atau menyebabkan keterlambatan

kerja efektif dari alat muat adalah :

- Perawatan harian, waktu yang diperlukan untuk memeriksa mesin, bahan

bakar dan pelumasan.

- Waktu tunggu, yaitu tidak bekerjanya alat pada saat operasi karena menunggu

alat yang akan bekerja sama untuk beroperasi, dalam satu sistem produksi

alat.

- Kerusakan alat, yang diakibatkan karena kondisi daerah kerja, keterampilan

operator dan kondisi dari alat itu sendiri.

- Keperluan operator, banyaknya keperluan dari operator misalnya untuk buang

air, mengambil air minum pada saat pekerjaan sedang berlangsung.

- Perbaikan alat, waktu yang terbuang untuk memperbaiki alat dan menunggu

datangnya suku cadang lain.

- Keterlambatan awal shift, yaitu persiapan dan waktu berangkat kerja lebih

lama dari jadwal yang ada.

- Cuaca, yaitu tertundanya suatu pekerjaan karena keadaan cuaca yang tidak

memungkinkan.

- Sebelum dan sesudah istirahat, yaitu pekerjaan terhenti sebelum istirahat dan

terlambat sesudah istirahat.

- Akhir gilir, yaitu waktu berhenti kerja awal dari yang dijadwalkan.
3.2 Pengangkutan

Pengangkutan (hauling) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut

material dari suatu tempat ke tempat lain. Alat angkut yang digunakan untuk

pengangkutan material pada kegiatan penanmbangan jenisnya sangat bervariasi

karena disesuaikan dengan kebutuhanya, salah satu jenis alat mekanis yang

digunakan untuk kegiatan pengangkutan material adalah Dump Truck.

3.2.1 Waktu Edar Alat angkut

Dalam mengevaluasi kemampuan produksi alat angkut pada kegiatan

penambangan, maka pengambilan data meliputi waktu edar dari alat angkut yaitu,

jumlah waktu pemuatan, jumlah waktu pengangkutan, jumlah waktu manuver isi,

jumlah waktu penumpahan, jumlah waktu kembali kosong dan jumlah maneuver

kosong.

Waktu pemuatan mulai dari Dump Truck dilayani alat muat sampai Dump

Truck tersebut meninggalkan alat muat. Waktu mengangkut muatan saat dihitung

mulai dari Dump Truck meninggalkan alat muat sampai pada tempat penumpahan.

Waktu maneuver isi dihitung saat Dump Truck mulai tiba di tempat penumpahan

sampai pada posisi siap untuk menumpah muatan. Waktu penumpahan dihitung pada

saat Dump Truck menumpah muatan sampai muatan habis. Waktu kembali kosong

dihitung pada saat Dump Truck mulai meninggalkan tempat penumpahan sampai tiba
ditempat pemuatan kembali. Sedang waktu manuver kosong dihitung pada saat Dump

Truck tiba ditempat pemuatan sampai pada posisi untuk pemuatan kembali.

3.2.2 Kemampuan Produksi Alat Angkut

Untuk mengetahui produksi alat angkut maka harus dilakukan perhitungan

produktivitas dari setiap alat, dimana perhitungan selalu didasarkan pada

pengoperasian peralatan sampai mencapai suatu produksi yang maksimal.Produksi

maksimal ini merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap pemakai peralatan,

agar target produksi yang direncanakan dapat tercapai.

Dalam menghitung produksi alat angkut, maka dilakukan pengamatan

terhadap setiap jenis peralatan berdasarkan produktivitasnya. Secara umum untuk

menghitung produksi alat angkut yang dioperasikan digunakan rumus sebagai berikut

P = KB x EU .....................................................................(2)
x 60 menit/jam
CT
KB = (Kb x SF x Fp) n .................................................................................(3)

P = (Kb x SF x Fp) n x EU x 60 menit/jam ...............................................(4)


CT
P = Kemampuan produksi alat (Ton/jam)

KB = Kapasitas bak (m³)

Kb = Kapasitas bucket (m³)

Fp = Faktor pengisian (%)

EU = Efisiensi kerja (%)

CT = Cycle time (menit)


SF = Swell faktor (%)

n = Jumlah Pengisian

3.2.3 Waktu Kerja Efektif Alat Angkut

Hambatan-hambatan yang mempengaruhi waktu kerja efektif alat angkut

tidak terlalu berbeda dengan hambatan-hambatan yang ada pada alat muat

3.3 Waktu Kerja( Cycle Time ) Alat Muat Dan Alat Angkut

Cycle Time adalah waktu yang di butuhkan oleh alat mekanis untuk melakukan

kegiatan daur produksi. oleh karena itu cycle time sangat berpengaruh dalam aktifitas

produksi

a. Waktu Kerja (Cycle Time) alat Muat

Kadang kadang dalam posisi menggali, alat gali memerlukan gerakan memutar,

gerakan memutar ini disebut “angle of swing”.semakin kecil sudut putarnya berarti

semakin kecil “cycle time” sehingga produksi (out put) per satuan waktu menjadi

semakin besar. Waktu kerja cycle time adalah diantaranya

1. Trem PP (waktu mengambil material) pada heading Ore dan kembali pada

tempat tunggunya Dump Truck.

2. Load-Pad Time (waktu mengangkat dalam keadana terisi), yaitu waktu yang

di mana memutar bucket dalam keadaan terisi oleh material.

3. Dumping Time (waktu menumpah), yaitu waktu yang dimana digunakan pada

saat menumpah material kedalam dump truk


4. Empty Load-Pad Time (waktu menurunkan bucket kosong), yaitu waktu yang

digunakan untuk menurunkan bucket dalam keadaan bucket kosong guna

pengisian kembali

b. Waktu kerja (cycle time ) alat angkut

1. Manuver for loading Time adalah waktu yang di gunakan untuk

mengambil posisi ketika akan di lakukan Loading (pemuatan).

2. Loading Time (waktu muat), adalah Waktu yang di butuhkan untuk proses

pemuatan dari alat Muat

3. Hauling Time (waktu angkut), yaitu waktu yang digunakan oleh sebuah

Dump Truck untuk mengangkut material setelah proses pemuata

4. Manuver for Dumping Time adalah waktu yang di gunakan oleh Dump

truck ketika akan melakukan Dumping (Tumpah)

5. Dumping Time adalah waktu yang digunakan untuk menumpahkan

material

Sedangkan yang mempengaruhi waktu kerja alat muat dan alat angkut adalah :

3.3.1 Kondisi Tempat Kerja ( Loading Point & Hauling Road Condition )

Faktor efisiensi suatu alat Mekanis sangat berbanding lurus dengan kondisi jalan,

dengan kata lain kondisi jalan di ( heading Loading Point) ataupun jalan angkut

(Hauling Road) yang bertanjakan, basah dan becek dapat mempengaruhi gerak alat

mekanis yang beroperasi di areal jalan produksi maupun jalan tambang. oleh kerena

itu pengontrolan serta perawatan jalan harus selalu di lakukan untuk memperkecil
resiko kecelakaan (Safety Factor), sekaligus untuk mempercepat siklus produksi pada

waktu melakukan kegiatan.

3.3.2 Kondisi Fisik Dan Mekanis Peralatan

Kondisi fisik maupun mekanis peralatan sangat menunjang efektifitas kerja

seorang operator, kondisi kurang baik dari alat mekanis akan memperkecil tingkat

produktifitas di karenakan kerusakan yang selalu monoton, dan membutuhkan

perawatan yang cukup lama sehingga memperbesar waktu hambatan sebaliknya

kondisi alat yang baik dapat meningkatkan efisiensi kerja dikerenakan tingkat

kerusakan serta perawatan yang tidak memerlukan waktu lama.

Maka untuk menghitung total Cyle time antara alat muat dan alat angkut adalah :

a. untuk alat muat CT = T1 + T2 + T3 + T4 ............ (3-2)

Dimana :

CT = Cycle Alat Muat (s).

T1 =Digging time Ore (s).

T2 =Loading Swing Time (s).

T3 =Dumping time Ore (s).

T4 = Empty swing time (s).

b. Untuk alat angkut CT = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6

Dimana :

CT = Cycle Time Alat Angkut Dump Truckl(s).


T1 = mengambil posisi loading time(s).

T2 = loading time(s).

T3 = hauling time menuju rompad(s).

T4 = mengambil posisi dumping time(s).

T5 = dumping time(s).

T6 = empty swing time(s).

3.4 Effisiensi Kerja Operator

Merupakan faktor manusia yang menggerakkan peralatan mekanis, yang mana

efisiensinya sangat sukar ditentukan karena selalu berubah-ubah tergantung dari

ketrampilan operator dalam mengoperasikan alat. Operator yang cakap dan terampil

karena terdidik dan terlatih lebih tau cara pengoperasian dan penempatan alat yang

pada posisi yang benar, sehingga alat yang akan nantinya di operasikan lebih dapat

leluasa bergerak dan tidak terpengaruh dan tidak mengganggu aktifitas alat lain yang

sedang beroperasi, peralatan mekanis sangat berpengaruh dan akan menghasilkan

produksi yang tinggi apabila alat-alat mekanis tersebut di operasikan secara benar

oleh operator yang terampil.

3.5 Pengaruh Cuaca

Dalam keadaan cuaca panas dan berdebu sangat mengganggu kerja operator,

sehingga akan mengurangi kelincahan gerak peralatan. Begitu pula pada musim

hujan, kondisi tempat kerja dan jalan angkut yang tidak diperkeras akan menjadi

licin, sehingga peralatan mekanis yang digunakan tidak dapat bekerja secara

maksimal.
3.6 Sistem Kerja Alat Angkut

Pengangkutan adalah suatu kegiatan yang di lakukan oleh alat Angkut (Dump

Truck) setelah aktifitas pemuatan dengan maksud mengangkut material.

a. Efisiensi Produksi AlatAngkut

Dalam melakukan melakukan pengangkutan material digunakan Dump Truck

sebagai alat angkut.Perhitungan kemampuan effesiensi produksi optimal yang dapat

dicapai oleh alat angkut dalam waktu yang tersedia dengan memperhitungkan faktor

koreksi yang mempengaruhinya.

Adapun rumus empiris yang digunakan dalam perhitungan effesiensi produksi

alat angkut adalah sebagai berikut:

60
Pa = x Cb x Ff x Sf x EU x MA
Cta

Pm = Produksi Alat Muat

n = Jumlah Curah

Cta = Waktu Edar Alat Angkut

Cb = Kapasitas Bucket

Ff = Faktor Pengisian

SF = Faktor Pengembangan

EU = Effective Utilization ( % )

MA = Mechanical Availability ( % )
Waktu edar alat angkut:

CT = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6 /n

Dimana :

CT = Cycle Time Alat Angkut (ADT), menit

T1 = waktu manuver 1 (menit)

T2 = waktu muat (menit)

T3 = waktu angkut (menit)

T4 = waktu manuver 2 (menit)

T5 = waktu tumpah (menit)

T6 = waktu kembali kosong (menit)

3.7 Metode Loading Alat Muat

Berdasarkan dari posisi posisi truck untuk dimuati hasil galian alat muat maka

terdapat dua pola , yaitu :

a. Bottom Loading

Dimana posisi alat muat dan alat angkut (sama sama diatas jenjang).

b. Top Loading

Merupakan posisi alat muat diatas jenjang dan alat angkut berada dibawah

jenjang.

Secara pola pemuatan ada empat kelompok besar, yaitu :

1.Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap

posisi alat muat.

2. Berdasarkan dari posisi alat angkut untuk dimuati hasil galian alat muat.
3. Berdasarkan cara manuvernya

4. Berdasarkan posisi penggalian alat muat.

Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap posisi

alat muat, maka ada tiga pola, yaitu :

1). Single Back Up

Alat angkut memposisikan untuk dimuati pada satu tempat

2). Double Back Up

Alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat.

3). Triple Back Up

Alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada tiga tempat.

Berdasarkan cara manuvernya, pola muat dapat dibedakan menjadi :

1.Frontal Cut

Alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian.Pada pola

ini alat muat memuat pertama kali pada alat angkut sebelah kiri sampai penuh,

kemudian dilanjutkan pemuatan pada alat angkut sebelah kanan.

2.Parallel Cut With Drive By

Alat angkut melintang dan sejajar dengan front penggalian.Pola ini diterapkan

apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan berdekatan dengan lokasi

penimbunan.

Berdasarkan posisi penggalian alat muat, pemuatan dibagi menjadi empat pola, yaitu :

1.V-shape loading
Untuk menggali, maka harus didorong kearah permukaan kerja.Jika mangkuk

telah penuh “prime mover”, mundur dan mangkuk diangkat keatas untuk

selanjutnya material diangkut kesuatu tempat penimbunan atau dimuatkan

keatas alat angkut.Gerakan yang dilakukan membentuk huruf “V”.

2.I-shape loading

Dalam pola pemuatan ini, gerakan dari alat muat hanya maju mundur,

sedangkan gerakan alat angkut juga maju mundur tapi memotong dari arah

gerakan dari alat muat, gerakan yang dilakukan membentuk huruf “I”

3.Cross Loading

Dimana gerakkan dari alat muat hanya maju mundur sedangkan gerakan dari

alat angkutnya adalah maju dan memotong arah gerakan dari alat muat.

4.Chain Loading

Dimana gerakan alat muat maju mundur, sedangkan gerakan dari alat angkut

setelah dilakukan pengisian bergerak maju secara terus menerus.Biasanya

diterapkan pada tambang terbuka dengan produksi per hari yang relative

tinggi.

3.8 Effesiensi Kerja

Effesiensi kerja adalah penilayan terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau

merupakan suatu perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan

waktu yang tersedia. Adapun hambatan–hambatan yang sering terjadi dalam

pengunaan jam kerja yang dapat dikelompokan menjadi dua,yaitu hambatan yang

dapat dihindari dan hambatan yang tidak dapat dihindari.


a. Hambatan Yang Dapat Dihindari

Yaitu hambatan – hambatan yang bisa dihindari pada saat jam kerja berlangsung

yaitu seperti berikut :

1. Keterlambatan masuk kerja

2. Istirahat terlalu awal dan kembali bekerja terlalu lambat.

3. Menunggu alat lain, yaitu waktu yang terbuang karena menunggu datangnya

alat lain atau beroperasi lat yang lain.

4. Pekerjaan terhenti karena operator melakukan pekerjaan lain.

5. Berhenti bekerja sebelum waktu kerja berakhir.

b. Hambatan yang tidak dapat dihindari.

Yaitu keterlambatan yang memang tidak dapat dihindari seperti :

1. Pemeriksaan harian yaitu waktu digunakan untuk pemeriksaan alat.

2. Penempatan alat dan pada lokasi waktu yang digunakan untuk pada posisi

dalam penempatan alat dan permukaan kerja.

3. Perbaikan permukaan kerja

4. Hujan

Adapun formula yang digunakan untuk menghitung effesiensi kerja adalah

ssebagai berikut :
𝑊𝑘𝑒
E = × 100%
𝑊𝑘𝑡

Dimana :

E = Effesiensi kerja (%)

Wke = Waktu kerja effektif (menit)

Wkt = Waktu kerja tetap (menit)

Effesiensi kerja diklasifikasikan dalam tiga keadaan yaitu :

1. Baik effesiensi kerjanya > 85%

2. Sedang effesiensi kerjanya 60% - 85%

3. Kurang effesiensi kerjanya < 60%

Sumber : Ir. Partanto prodjosumarto, (2003).

3.9 Ketersedian Alat Muat Dan Alat Angkut

Tingkat efisiensi alat sangat diperlukan, guna untuk mengetahui sampai jauh

mana kemampuan dari alat-alat mekanis yang dioperasikan itu bekerja dengan baik.

Tingkat efisiensi dari alat-alat mekanisme meliputi :

a. Mechanical Availability Index Percent(MA)

Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi alat mekanis yang sesungguhnya

darialat yang sedang dioprasikan. Besar kecilnya nilai darimechanical availability

index percent (MA) ditentukan oleh kondisi dari alat mekanis tersebut pada waktu

dioperasikan. Dengan persamaan sebagai berikut


MA = x 100%

Dimana :

W= Waktu yang dibebankan untuk seorang operator pada suatu alat yang

digunakan dalam kondisi yang dapat dioperasikan.

R = Waktu yang dipakai untuk perbaikan, perawatan dan waktu menunggu

untuk perbaikan dalam menunggu suku cadang.

Dengan data kesediaan mekanis dari catatan waktu kerja dan waktu perbaikan alat

maka didapatkan data tentang kemampuan alat dalam menghadapi kondisi tertentu

dalam setiap operasi kerjanya. Dengan data tersebut daya guna alat pada waktu yang

akan datang juga dapat diperkirakan dengan ketepatan yang beralasan.

b. Physical Availability Percent (PA)

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat mekanis yang sedang

digunakan atau kesediaan operasional total dengan memperhitungkan waktu yang

hilang dengan berbagai alasan. Kesediaan fisik pada dasarnya merupakan data yang

menunjukan seberapa besar alat yang dipergunakan sebelumnya.Data tentang

kesediaan fisik juga merupakan suatu yang berguna untuk penafsiran secara umum

dari daya dukung alat mekanis dan juga sebagai indicator dari efisiensi penjadwalan

alat.persamaan sebagai berikut :


PA : x 100%

Dimana :

S =Standby hours (jam bersiap) atau jumlah waktu dari suatu alat

tidipakai sedangkan alat tersebut dipakai untuk tambang dalam

keadaan operasi.

T = W+R+S,

yaitu jam yang tersedia.

c. Use Of Availability Percent (UA)

Menunjukan beberapa persen waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk

beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Nilai ini dapat memperlihatkan

seberapa efektif suatu alat yang tidak rusak dapat dimanfaatkan sehingga dapat

dijadikan ukuran seberapa baik pengolaan alat yang digunakan, Persamaanya yaitu :

UA = x 100%

Dimana:

W= Waktu yang dibebankan untuk seorang operator pada suatu alat

yang digunakan dalam kondisi yang dapat dioperasikan.

S = Standby hours yaitu jumlah waktu dari suatu alat kerja tidak

dipakai sedangkan alat tersebut dipakai untuk tambang dalam

keadan beroprasi.
d. Penggunaan Efektif/Effective Utilization (EU)

Mengunakan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat

dimanfaatkan untuk kerja produktif. Persamannya :

EU = x 100%

Penggunaan efektif berguna untuk mengetahui seberapa efektif waktu kerja

yangdipergunakan untuk berproduksi dan berpengaruh pada hasil produksi.

3.10 Faktor Pengisian (fill faktor)

Faktor pengisian adalah faktor yang menunjukkan perbandingan antara kapasitas

nyata alat dengan kapasitas teoritis alat. Kapasitas teoritis sendiri merupakan heaped

capacity yaitu sudut maksimum yang dapat dicapai oleh tumpukan material lepas.

Faktor pengisian sangat dipengaruhi oleh keterampilan operator, ukuran butir, metode

pemuatan, ketersediaan material yang akan dimuat. Hal inilah yang mempengaruhi

faktor pengisian sehingga volume bucket tiap pengisian berbeda.

FP = x 100%

4
Sumber :Buku Ajar Pemindahan Tanah Mekanis

Gambar III.4.

Persen Pengisian Bucket Alat Muat

3.11Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)

Merupakan perbandingan antara material sebelum digali (volume insitu) dengan

material yang sudah digali (volume losse). Material di alam keadaanya padat dan

terkonsolidasi dengan baik hanyalah sedikit ruangan-ruangan yang terisi udara

diantara butir-butirnya. Bila material digali dari tempat yang asli maka akan terjadi

pengembangan atau pemuaian volume (sweel).

Faktor pengembangan tersebut perlu di perhitungkan karena volume material pada

waktu pengalihan disebut Pay yard atau Bank yard atau volume aslinya didalam.

Sedangkan apa yang harus anjurkan adalah material yang telah mengembang karena

digali. (Prodjosumarto,1995) Dengan persamaan sebagai berikut:

SF = x 100%

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari kegiatan pengambilan

data, pengolahan data dan analisis data. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

4.1. Teknik Pengambilan Data

Data - data yang di perlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dilapangan dari hasil

pengamatan dan wawancara, data primer ini berupa data :

1. Data pengamatan waktu edar alat muat, alat angkut dan alat angkut.

2. Data pengamatan fill factor alat muat.

3. Jadwal jam kerja yang tersedia.

4. Spesifikasi alat muat dan alat angkut

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah yang tidak diperoleh langsung dilapangan tetapi diperoleh

berupa dokumentasi atau referensi yang tersedia di perusahaan ataupun instansi

terkait, berupa :

1. Peta lokasi dan kesampaian daerah penelitian

2. Informasi geologi daerah penelitian

3. Data iklim curah hujan daerah penelitian

4. Data aktivitas penambangan daerah penelitian

5. Data litologi dan Topografi

6. Data standart kapasitas kerja mesin

4.2 Alat Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini baik secara langsung maupun

tidak langsung dilapangan meliputi

Tabel 4.2 Alat Yang Digunakan

Nama Peralatan Fungsi


NO

Untuk mendapatkan waku


1 Stopwatch edar dari alat-alat mekanis
yang sedang beroperasi.
Untuk mencatat waktu edar
Kertas HVS &
2 dari alat-alat mekanis yang
Pena/Pensil
sedang beroperasi.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survey data

sekunder instansional yang dilengkapi data primer, melalui pengamatan langsung

dilapangan dan pengecekan lapangan (Tabel 4.3)

Tabel 4.3 Data, Sumber Data dan Cara Mendapatkan

NO Data Sumber Data Cara Mendapatkan

A Data Primer
1 Waktu Edar Alat Pengamatan langsung Waktu edar alat mekanis
Mekanis dilapangan. diambil mengunakan
stopwatch pada saat alat
sedang beroperasi.
2 Fill Factor Pengamatan langsung Mengamati serta
dilapangan. melakukan perhitungan
secara teoritis terhadap
volume bucket dan volume
material pada saat alat
sedang beroperasi.
B Data Sekunder Sumber Data Cara Mendapatkan
1 Curah Hujan PT.Guru Putra Analisis dan perhitungan
Bersama curah hujan perbulan
sampai tahunan.
2 Jadwal Jam Kerja PT. Guru Putra Berdasarkan ketentuan dari
pihak perusahan serta
Bersama
pemantauan langsung
terhadap waktu kerja yang
disediakan perusahan.
3 Spesifikasi Alat PT. Guru Putra Diperoleh langsung dari
Bersama workshop ataupun devisi
Mekanis
produksi perusahan yang
terkait.
\

4.4 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dengan cara melakukan suatu proses analisis data yang

didapatkan selama penelitian melalui hasil perhitungan berdasarkan teori-teori dan

persamaan yang telah ada dengan menggunakan program Microsoft excel, dan

Microsoft Word.

Tahap akhir adalah melakukan analisis hasil pengolahan data dari data-data

yang telah diambil sebelumnya seperti data pegamatan waktu edar (cyle time) alat

muat, alat angkut, alat angkut, faktor pengisian (fill factor) dari alat muat, kemudian

dianalisis untuk mendapatkan hasil perhituntagan kemampuan produksi dari alat-alat

mekanis yang digunakan pada kegiatan pengapalan di PT.Yudistira Bumi Bhakti.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Cycle time kerja alat mekanis merupakan salah satu faktor yang menjadi kajian

konsentrasi dalam upaya memenuhi target produksi yang direncanakan pada

penetapan rancangan target produksi perhari, bulan, dan tahun. Disamping hal
tersebut juga penting diperhatikan beberapa hal hal penting yang termasuk jon site

componen yang mendukung pencapaian target produksi.

5.2 Saran

Diharapkan proposal ini dapat dijadikan sebagai bahan literature pembuatan

proposal selanjutnya.Saran dan kritik dari para pembaca tetap diharapkan oleh penulis

demi kesempurnaan penulisan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai