A. Kondisi Fisik
Kota Depok di Provinsi Jawa Barat memiiliki kondisi fisik yang sangat
fisik yang menjadi daerah penelitian tersebut meliputi, letak, batas, luas wilayah, Iklim,
geologi, geomorfologi, tanah,penggunaan lahan, serta sumber daya air. Dalam kajian
geografi, aspek fisik adalah unsur unsur yang berasal dari alam dan mempengaruhi
Kota Depok adalah Kota yang dibentuk oleh hasil pemekaran Kabupaten Bogor
yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kota Depok secara astronomis terletak pada
Bujur Timur (BT) dengan ketinggian ±50 sampai ±140 meter diatas permukaan laut.
Kota ini masuk dalam lingkungan wilayah Jabodetabek yang berbatasan langsung 44
Selatan dan Jakarta Selatan serta dua Provinsi yaitu Banten dan DKI Jakarta. Secara
43
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan
45
46
Dalam Buku Putih Sanitasi Kota Depok (2011:25-27) nama Kecamatan dan
sebagai berikut :
Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan
Kelurahan Cisalak.
i. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur,
Kota Depok merupakan wilayah termuda di Provinsi Jawa Barat yang memiliki
11 Kecamatan, 63 Kelurahan, 850 RW, dan 4689 RT serta memiliki luas wilayah
sekitar 200,29 Km². Wilayah Administrasi Kota Depok beserta luasnya dapat dilihat
Tabel 4.1
Wilayah Administrasi Kota Depok beserta luasnya
Luas Wilayah Jumlah
No Kecamatan
Km² % Kelurahan
1. Sawangan 26,19 13,1 7
2. Bojongsari 19,3 9,6 7
3. Pancoran Mas 18,03 9 6
4. Cipayung 11,45 5,7 5
5. Sukmajaya 17,35 8,7 6
6. Cilodong 16,19 8,1 5
7. Cimanggis 21,58 10,8 6
8. Tapos 33,26 16,6 7
9 Beji 14,56 7,3 6
10. Limo 11,84 5,9 4
11. Cinere 10,55 5,3 4
Jumlah 200,29 100 63
Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2019,BPS Depok.
2. Iklim
Iklim adalah unsur unsur yang bergabung dalam suatu kesatuan yang
berasal dari proses iklim. Cahaya, suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan
ditekankan kepada rata rata dari unsur iklim yang menjadi ciri ciri dari suatu
Iklim memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari
baku dan desain pakaian serta kesesuaian fungsinya, jenis dan porsi pangan
yang diperlukan, dan ragam aktivitas sosial budaya yang dilakukan penduduk
Barat, peneliti menggunakan deskripsi unsur unsur iklim berupa data yang
Lama penyinaran disebabkan oleh bergesernya garis edar matahari dari lokasi
lokasi pada permukan bumi. Pada daerah tropis perubahan panjang hari tidak terlalu
besar karena berada tepat atau dekat dengan garis ekuator. Jika letak daerah semakin
jauh dari garis ekuator maka fluktuasi lama penyinaran akan semakin besar. Lama 50
penyinaran berbeda beda dengan intensitas penyinaran yang berbeda beda juga
b. Suhu Udara
Secara filosofis suhu udara dapat dikatakan sebagai tingkat gerakan molekul
benda dan tingkatan panasnya yang dimiliki oleh suatu benda, jika semakin tinggi
maka semakin panas dan apabila semakin rendah makan akan semakin dingin.
Untuk menyatakan suhu udara digunakan berbagai macam skala, untuk disebagian
besar negara khususnya di Indonesia digunakan satuan derajat celcius (ºC). Dalam
skala ini, titik didih air terukur 100 ºC dan titik lebur es terukur 0 ºC (Bayong
Tjasyono,2004:12)
udara berbeda. Ketinggian wilayah penelitian ±95 mdpl dan ketinggian stasiun
pengukuran suhu udara ±28 mdpl. Oleh karena itu, dilakukan konversi suhu
suhu udara daerah tersebut, semakin tinggi daerah maka suhu udara semakin rendah
sebaliknya semakin rendah daerah maka suhu udara semakin tinggi. Untuk
menentukan suhu udara suatu tempat yang didasarkan oleh data suhu stasiun yang
t = 0,006 (z1-z2)ºC
Keterangan :
menunjukkan bahwa suhu udara tahunan rata- rata di daerah penelitian sebesar 27,2
ºC sangat sesuai dengan kondisi iklim Indonesia yang beriklim tropis. Suhu rata-
rata bulan tertinggi 28,1 ºC terjadi pada bulan Oktober, sedangkan suhu rata-rata
bulan terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 26,1 ºC dapat dilihat di (Tabel
4.4).
rata-rata bulanan tidak begitu besar. Suhu udara minimum rata-rata bulanan
terendah sebesar 23 °C yang terjadi pada bulan Agustus dan Sepetember (Tabel
4.2). Sedangkan suhu udara maksimum rata-rata bulan tertinggi 33,6 ºC terjadi pada
Tabel 4.2
Rata rata
23,7 23,3 23,4 23 23,1 22,7 24,3 23,9 24,2 23,8 24,1 23,7
tahunan
Keterangan:
HPK : Data Stasiun Klimatologi Halim Perdanakusuma
WP : Wilayah Penelitian (Pengolahan data)
Tabel 4.3
Suhu udara maksimum daerah penelitian tahun 2014-2018
Rata rata
32,4 32 32,9 32,5 32,2 31,8 32,8 32,4 33 32,6 32,7 32,3
tahunan
Keterangan:
HPK : Data Stasiun Klimatologi Halim Perdanakusuma
WP : Wilayah Penelitian (Pengolahan data)
Tabel 4.4
Suhu udara rata rata daerah penelitian tahun 2014-2018
Suhu Udara Rata Rata Daerah Penelitian Rata rata
Bulan 2014 2015 2016 2017 2018 (◦C)
HPK WP HPK WP HPK WP HPK WP HPK WP HPK WP
Januari 26,0 25,6 27,1 26,6 24,4 24,0 28,2 27,8 27,2 26,8 26,6 26,2
Februari 25,9 25,5 26,3 25,9 27,7 27,3 26,2 25,8 26,4 26,0 26,5 26,1
Maret 27,0 26,6 27,1 26,7 27,9 27,5 27,4 27,0 27,9 27,5 27,5 27,1
April 27,4 27,0 27,6 27,1 28,5 28,0 27,5 27,1 27,8 27,4 27,7 27,3
Mei 27,7 27,3 27,6 27,2 28,8 28,4 28,2 27,8 27,7 27,3 28,0 27,6
Juni 27,1 26,7 27,2 26,8 27,5 27,1 28,3 27,9 28,0 27,6 27,6 27,2
Juli 26,6 26,2 27,6 27,2 27,3 26,9 27,9 27,5 27,8 27,3 27,4 27,0
Agustus 26,9 26,5 27,4 27,0 27,6 27,2 27,9 27,5 27,9 27,5 27,6 27,2
September 28,0 27,5 28,2 27,7 28,1 27,7 28,5 28,1 28,5 28,1 28,2 27,8
Oktober 28,6 28,2 29,7 29,3 27,2 26,8 28,1 27,7 29,1 28,7 28,5 28,1
November 28,3 27,9 28,9 28,5 27,8 27,4 27,1 26,7 27,2 26,8 27,9 27,5
Desember 27,9 27,4 27,6 27,2 27,9 27,5 28,4 28,0 27,6 27,1 27,9 27,5
Rata rata
27,3 26,9 27,7 27,3 27,6 27,2 27,8 27,4 27,8 27,4 27,6 27,2
tahunan
Keterangan:
HPK : Data Stasiun Klimatologi Halim Perdanakusuma
WP : Wilayah Penelitian (Pengolahan data)
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah uap air yang terkandung di udara, hal ini karena
adanya perubahan tekanan uap air di udara yang berhubungan dengan perubahan
suhu, untuk mengukur kelembaban udara di suatu daerah maka dapat digunakan alat
higrometer, alat higrometer ini umumnya terdiri atas termometer bola basah kering
Tabel 4.5
Kelembaban udara daerah penelitian tahun 2014-2018
Kelembaban Udara Daerah Penelitian Rata rata
Bulan
2014 2015 2016 2017 2018 (%)
Januari 86,0 80,1 84,1 73,4 77,5 80,2
Februari 87,1 86,8 81,3 88,3 86,3 86,0
Maret 83,7 84,6 82,5 79,9 80,3 82,2
April 80,4 86,0 79,8 77,8 81,8 81,2
Mei 83,5 78,7 79,1 77,8 79,0 79,6
Juni 84,2 76,3 78,2 73,8 74,4 77,4
Juli 81,4 71,1 81,5 69,8 67,5 74,3
Agustus 79,0 72,4 75,1 68,2 64,2 71,8
September 65,9 64,3 77,7 67,7 62,0 67,5
Oktober 69,7 60,0 81,8 72,6 66,9 70,2
November 76,8 74,9 80,1 82,1 79,9 78,8
Desember 77,1 80,1 75,0 69,0 76,7 75,6
Rata rata
79,6 76,3 79,7 75,0 74,7 77,1
tahunan
tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 86% dan kelembaban relatif rata-
rata bulanan terendah terjadi pada bulan September sebesar 67,5% (lihat Tabel 4.5).
d. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama periode
tertentu dan diukur dengan satuan tinggi milimeter dan diukur menggunakan alat
ukur curah hujan yang berbentuk silinder. Jumlah curah hujan terdiri dari harian
tahun 1933 klasifikasi iklim ini yang pertama di Indonesia atas dasar perhitungan
curah hujan di wilayah Indonesia. Dasar yang digunakan adalah bulan basah dan
bulan kering. Pengertian dari bulan basah menurutnya adalah curah hujan yang lebih
dari 100mm, bulan kering memiliki curah hujan yang kurang dari 60mm, sedangkan
bahwa curah hujan tahunan rata-rata di daerah penelitian sebesar 1155 mm. Curah
hujan bulanan rata-rata tertinggi sebesar 169,2 mm terjadi pada bulan Februari dan
curah hujan bulanan rata-rata terendah terjadi pada bulan September sebesar 41,6
Tabel 4.6
Curah hujan daerah penelitian tahun 2014-2018
Curah Hujan Daerah Penelitian Rata rata
Bulan
2014 2015 2016 2017 2018 (mm)
Januari 342 98 75 6 110 126,2
Februari 217 211 246 32 140 169,2
Maret 232 192 126 100 10 131,8
April 129 128 150 148 25 116,1
Mei 101 125 141 13 78 91,6
Juni 144 158 189 0 0 98,2
Juli 140 0 102 0 0 48,5
Agustus 238 14 107 1 0 72,1
September 8 0 200 0 0 41,6
Oktober 0 12 162 18 49 48,3
November 110 127 211 53 162 132,5
Desember 111 187 85 2 9 78,8
Jumlah Hujan
1772 1252 1794 374 582 1155
Tahunan
iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951). Dalam klasifikasi iklim Schmidt dan
Ferguson membedakan tipe iklim berdasarkan curah hujan bulanan yaitu jumlah
bulan basah dan jumlah bulan kering dalam setahun dan kemudian diambil rata
Tabel 4.7
Klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson
Tipe Nilai Q Karakteristik Curah Hujan
A 0,000 ≤ Q < 0,143 Sangat basah
B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak basah
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak kering
F 1,670 ≤ Q < 3000 Kering
G 3,000 ≤ Q < 7000 Sangat kering
H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering
Sumber : Bayong Tjasyono HK, 2004:151
Berdasarkan data curah hujan (Tabel 4.6) dapat diketahui jumlah rata-
rata bulan kering 4,8 sedangkan jumlah rata-rata bulan lembab 0,8 dan jumlah
Schmidt dan Ferguson, maka dapat ditentukan nilai Quotion (Q) sebagai
berikut:
4,8
Q=
6,4
Q = 0,75
Schmidt dan Ferguson (Tabel 4.7), maka wilayah daerah penelitian termasuk
a. Geologi
permukaan bumi dan makhluk yang pernah hidup di dalam dan di atas bumi,
serta proses-proses yang telah, sedang dan akan bekerja di bumi (Djauhari
Noor, 2006:5).
Kondisi geologi di kota Depok berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1992 lembar Jakarta dan
pasir, batu lanau, batu lempung dengan sisa tanaman dan tuff batu apung.
3) Batuan Gunung Api muda (Qv), Penyebaran terutama di daerah tengah dan
selatan terdiri dari breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung.
a) Breksi, Komponen terdiri dari, obsidian basal, andesit, dan batung apung
batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di lereng
gunung.
59
4) Alluvial (Qa), batuannya terdiri dari batu lempung, batu lanau, pasir, kerikil,
5) Kipas Alluvial (Qav), Tuf halus berlapis, tuf pasiran, berselingan dengan tuf
lipatan dengan kemiringan lapisan yang hampir datar dan sesar yang mengarah ke
utara sampai ke selatan. Termasuk pula dalam sistem geologi cekungan yang
60
61
b. Geomorfologi
di permukaan bumi, dengan penekanan aspek fisik atau alami, proses terbentuk dan
perkembangannya dari segi material penyusun serta keterkaitan antara bentuk lahan
Daratan ini lebarnya kurang lebih 40 km, yang terbentang dari Serang
(Banten) sampai Cirebon. Daerah ini sebagian besar terdiri dari endapan aluvial
2) Zona Bogor
Zona ini berada di sebelah selatan daratan aluvial dengan ditandai adanya
merupakan sebuah antiklinorium dari lapisan Neogen yang terlipat kuat dengan
disertai intrusi-intrusi vulkanis. Bagian timur jalur ini tertutup oleh vulkan muda
3) Zona Bandung
Anakan, dengan lebar antara 20- 40 km. Zona ini merupakan puncak geantiklin
Jawa yang telah hancur selama pelengkungan akhir Tersier. Batas antara Zona
Secara umum topografi wilayah Kota Depok di bagian utara merupakan dataran
bergelombang lemah dengan elevasi > 110 mdpl meliputi Kecamatan Bojongsari,
2019:9).
Peta 4.3 Peta Topografi Kota Depok Provinsi Jawa Barat
63
64
a. Tanah
Menurut Suriyatna Rafi”i (1982:9) pengertian tanah dalam ilmu tanah adalah
bagian yang terkandung bahan jasad hidup (organik) dan bahan bukan jasad hidup
(inorganik) yang biasanya disebut sebagai mineral, tanah memiliki arti penting
untuk lingkungan hidup mulai dari pertanian, permukiman, perternakan, dan lain-
lain.
Berdasarkan Peta Jenis Tanah Rencana Tata Ruang Wilayah Depok Tahun
2011-2031 Skala 1: 25.000 bahwa jenis tanah yang terdapat di Kota Depok adalah
jenis tanah Aluvial coklat kekuningan, Aluvial kelabu, Aluvial coklat keabuan, dan
65
66
kemerahan dengan laterit air tanah merupakan horison yang tercuci berwarna
Tanah jenis ini memiliki tekstur yang halus dengan drainase yang buruk
jumlahnya berubah tidak teratur, bertekstur kasar dari bahan albik, tidak
oleh 50 cm atau lebih bahan baru) selain horison A okrik, horison H histik
atau sulfurik serta berkadar fraksi pasir 60 persen. Untuk warna kelabu
Tanah aluvial coklat ini memiliki pH Lebih rendah dari 6,5 dan jauh dari
persawahan karena tekstur tanahnya liat atau berpasir. epipedon yang tidak
terdapat di sawah berstruktur granular dan berwarna coklat tua. Untuk Aluvial
Untuk tanah ini terbentuk dari bahan induk sulfidik dengan kedalaman
sulfurik, biasanya pH di antara 3,5 dan 4,0, dan tidak mempunyai sulfida atau
b. Penggunaan Lahan
terhadap lingkungan fisik atas iklim, morfologi, air, vegetasi serta benda yang
saat ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari seperti contohnya
Wilayah kota Depok memiliki luas sebesar 20.029 Ha atau 200,29 Km². Untuk
penggunaan lahan di kota Depok berdasakan luas dan persentasenya dapat dilihat di68
Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Penggunan lahan di Kota Depok tahun 2018
Penggunaan Lahan Luas lahan (ha) Persentase
Sawah 594,73 2,97
Pekarangan 1.022,16 5,10
Permukiman 13.133,66 65,57
Ladang 783,65 3,91
Perkebunan 58,05 0,29
Empang 270,7 1,35
Pemakaman 280,9 1,40
Lain lain 3.887,46 19,41
Jumlah 20.029 100
Sumber: 11 Kecamatan di Depok dalam angka 2018, BPS Depok
Berdasarkan data pada tabel 4.8 Penggunaan lahan terbesar di Kota Depok
adalah permukiman dengan luas 13.133,66ha dengan persentase 65,57%, hal ini
penggunaan lahan untuk tempat tinggal mereka. Sementara itu penggunaan lahan
Perkebunan di Kota Depok di dominasi oleh perkebunan buah belimbing dewa yang
sekaligus menjadi ikon Depok serta perkebunan kecil lainnya seperti karet, kebun
hidroponik yang menanam sayuran sehari hari dan kebun singkong, salak, pepaya
Sumber Daya air merupakan sumber air yang digunakan untuk melayani
kebutuhan air bersih. Untuk memasok air bersih di kota Depok di ambil dari mata air
di Kabupaten Bogor yang merupakan hulu sungai besar yang mengalir kearah utara
68
(Buku Putih Sanitasi Depok,2011:18). Menurut RPJIM Kota Depok 2015-2019, Kota
a. Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang berasal dari sumber air di permukaan
1) Air Sungai
sungai yang besar yaitu Ciliwung dan Cisadane. PDAM Kota Depok
memanfaatkan potensi itu sebagian sumber air baku. Sungai Angke, Sungai
Ciliwung, dan Sungai Pesanggrahan adalah sungai yang mengalir melalui Kota
Depok.
2) Saluran Irigasi
Kota Depok memiliki lima jaringan irigasi lintas Kabupaten/Kota dan dua di
(1) Daerah Irigasi Cisadane Empang dengan luas kurang lebih 256 ha;
(4) Daerah Irigasi Karanji dengan luas kurang lebih 98 ha; dan
(5) Daerah Irigasi Angke V dengan luas kurang lebih 252 ha.
69
b) Jaringan irigasi utuh kabupaten/kota yaitu Daerah Irigasi Angke dengan luas
(1) Daerah Irigasi Enggram dengan luas kurang lebih 51 Ha; dan
Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di 11 kecamatan. Danau atau Situ
berfungsi sebagai tambak ikan, pengendali banjir dari meluapnya air hujan,
b. Air Tanah
terdapat definisi air tanah, “Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah
atau batuan di bawah permukaan tanah”. Air tanah merupakan hasil dari proses
siklus hidrologi yaitu infiltrasi ke bagian tanah. Air tanah merupakan unsur penting
yang menunjang kehidupan manusia yang bermukim di permukaan bumi. Air tanah
menggunakan sumur gali dengan kedalaman rata rata 10 meter yang kondisinya
Di Kota Depok banyak sekali ditemukan air tanah dalam. Kota Depok dapat
diindikasikan bahwa wilayahnya berada pada lokasi antara Badak Kulon dan
Pasar Minggu yang merupakan ujung dari kipas alluvium yang merupakan batas
dari Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta dan Bogor, dimana akuifer terdapat
rata laju infiltrasi sebesar 19,7 l/det dan di tempat lain didapatkan 22,4 l/det.
tanah kembali, aliran air tanah dalam akan sangat optimal serta terjangkau dan
murah.
B. Kondisi Penduduk
negara dan himpunan berjumlah yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas
akan dijabarkan dalam penelitian ini berupa jumlah, distribusi, tingkat pertumbuhan
penduduk, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, komposisi penduduk
Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota
Depok. Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2018 sebanyak 1.844.932 jiwa
71
terdiri dari jenis kelamin laki laki sebanyak 930.827 dan perempuan sebanyak
Tabel 4.9
Distribusi Penduduk Yang Teradministrasi Per-Kecamatan
Di Kota Depok Tahun 2018
Jenis Kelamin Persentase
No Kecamatan Jumlah
Laki laki Perempuan (%)
1 Sawangan 75.525 73.031 148.556 8,1
2 Bojongsari 58.872 57.091 115.963 6,3
3 Pancoran Mas 116.458 115.034 231.492 12,5
4 Cipayung 75.339 73.527 148.866 8,1
5 Sukmajaya 123.345 124.372 233.168 13,4
6 Cilodong 75.064 73.111 247.717 8
7 Cimanggis 118.423 114.745 148.175 12,6
8 Tapos 121.162 118.985 240.147 13
9 Beji 78.180 77.044 155.224 8,4
10 Limo 45.419 44.395 89.814 4,9
11 Cinere 43.040 42.770 85.810 4,7
Kota Depok 930.827 914.105 1.844.932 100
Sumber: Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Depok 2018
bertempat di suatu wilayah dengan luas wilayah tersebut. Dari tabel tersebut bisa
paling banyak disana dan menempati wilayah yang biasa disebut Depok Dua
Tengah, dan Depok Dua Timur, dimana wilayah ini merupakan gabungan dari
(4,7%) hal ini disebabkan Cinere merupakan Kecamatan baru yang berasal dari
pemekaran Kecamatan Limo pada tahun 2009 dan pemerataan penduduk yang
belum merata.
rumah tangga per Km² untuk menunjukkan kesesakan atau kepadatan itu sendiri
Jawa Barat tahun 2018 dihitung dari masing masing Kecamatan per Km² dengan
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk =
Luas Wilayah (Km2 )
tersebut dalam satuan jiwa. Untuk kepadatan penduduk di Kota Depok berdasarkan
Tabel 4.10
Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kota Depok
Tahun 2018
Kepadatan
Luas Wilayah Jumlah
No Kecamatan Penduduk
Penduduk
Km² Jiwa/Km²
1 Sawangan 29,5 148.556 5.672
2 Bojongsari 19,79 115.963 6.008
73
dinamis yang disebabkan dari berbagai macam faktor seperti kelahiran dan kematian
Tabel 4.11
Jumlah Penduduk yang Teradministrasi dari Tahun 2014-2018
Di Kota Depok
Jumlah penduduk
Tahun Jumlah Total
Laki laki Perempuan
2014 1.043.815 998.576 2.042.391
2015 1.070.596 1.024.755 2.095.351
2016 1.093.717 1.048.747 2.142.464
2017 915.764 896.160 1.811.924
2018 930.827 914.105 1.844.932
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Depok 2018
Adapun pertumbuhan penduduk di Kota Depok dari tahun 2014 – 2018 adalah
sebagai berikut:
74
Pt = Po (1+rn)
(Sumber: Lembaga Demografi FEUI, 1980:57-58)
Keterangan:
Pt = Po (1+rn)
1.844.932 − 2.042.391
r=
2.042.391 𝑋 4
−197.459
r= = -0,024
8.169.564
r = -0,024 x 100
r = -2,4 %
Depok Provinsi Jawa Barat antara tahun 2014 – 2018 rata rata sebesar -2,4 %. Hal
ini berarti jumlah penduduk di Kota Depok mengalami penurunan dari faktor faktor
75
penghapusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) ganda, serta penghapusan anomali data.
yang menjadi pokok. Struktur komposisi ini mempunyai pengaruh yang penting
terhadap perilaku demografi maupun sosial dan ekonomi para penduduk yang
penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kota Depok
Tahun 2018
Kelompok Jenis Kelamin Persentase
Frekuensi
umur Laki laki Perempuan (%)
0-4 91.741 87.727 179.468 9,7
5-9 85.409 81.872 167.281 9,1
10-14 79.269 72.090 151.359 8,2
15-19 73.589 68.319 141.908 7,7
20-24 67.763 63.521 131.284 7,1
25-29 69.544 70.335 139.879 7,6
30-34 71.134 73.760 144.894 7,9
35-39 80.690 83.538 164.228 8,9
40-44 76.534 76.632 153.166 8,3 76
45-49 69.649 68.312 137.961 7,5
50-54 54.376 53.998 108.374 5,9
55-59 40.616 41.732 82.348 4,5
60-64 29.777 30.087 59.864 3,2
65+ 40.736 42.182 82.918 4,5
JUMLAH 930.827 914.105 1.844.932 100
Sumber : Dinas Kependudukan dann Pencatatan Sipil Kota Depok 2018
Berdasarkan pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki laki
yaitu 0-4 tahun sebanyak 179.468 jiwa atau sebesar (9,7%). Sedangkan kelompok
umur terendah yaitu 60-64 tahun sebanyak 59.864 jiwa atau sebesar (3,2%).
dengan menggunakan grafik batang atau yang biasa dikenal dengan piramida
suatu wilayah. Di Kota Depok, piramida penduduk menurut umur dan jenis kelamin 77
bahwa di suatu daerah terdapat penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama
b. Golongan usia dewasa atau usia kerja, usia produktif berumur 15 sampai 64
tahun.
78
c. Golongan usia tua atau usia tidak produktif berumur 65 tahun keatas.
usia tidak produktif dan bergantung beban hidupnya kepada usia produktif yang
mampu menghasilkan kebutuhan hidup usia yang belum mampu atau sudah tidak
perbandingan antara usia non produktif dengan usia produktif secara ekonomi dan
P0−14 +P>65
Beban Ketergantungan = P15−64
x 100
(Lembaga Demografi FEUI,1980:16)
Keterangan:
P0-14 = Jumlah penduduk umur belum produktif (0-14 tahun)
Diketahui:
79
498.108 + 82.918
Beban Ketergantungan = 𝑋 100
1.263.906
Beban Ketergantungan = 46
tiga golongan. Jika kurang dari 30 orang maka digolongkan kecil, jika 30-40 orang
maka digolongkan sedang, dan bila angka beban ketergantungan lebih dari 40 maka
Depok tahun 2018 sebesar 46 serta tergolong besar. Hal ini mengartikan bahwa
setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung beban 46 jiwa penduduk non
kelamin atau sex ratio. Rasio ini merupakan perbandingan antara banyaknya
penduduk laki laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu wilayah
930.827
𝑆𝑅 = 𝑋 100
914.105
80
𝑆𝑅 = 101,82 dibulatkan menjadi 102
𝑆𝑅 = 102
Rasio jenis kelamin di Kota Depok Provinsi Jawa Barat tahun 2018 sebesar 102.
Hal ini mengartikan bahwa terdapat 102 penduduk laki laki dari setiap 100
penduduk perempuan. Perbedaan pola mortalitas dan migrasi antara laki laki dan
yang berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pendidikan setinggi tingginya tergolong besar maka kualitas hidupnya juga akan
tingginya maka kualitas hidup akan membaik dengan ilmu pendidikan yang
komposisi penduduk menurut pendidikan di Kota Depok tahun 2018 dapat di lihat
81
di tabel 4.13
Tabel 4.13
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Depok
tahun 2018
Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak tamat SD 176.594 12
Tamat SD 188.760 12,9
Tamat SLTP/Sederajat 220.195 15
Tamat SLTA/Sederajat 646.955 44,1
Perguruan Tinggi 234.274 16
Jumlah 1.466.778 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Depok 2018
tahun 2018 paling banyak adalah tingkat SLTA/Sederajat sebesar (44,1%) dan
82
yang paling sedikit adalah golongan tidak tamat SD sebesar (12%). Sementara itu
definisi bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan
paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut
termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
mulai dari aktivitas yang rutin maupun yang tidak, salah satu aktivitas yang
82
dilakukan rutin oleh usia produktif adalah bekerja. Bekerja berarti melakukan
pekerjaan yang menjadi rutinitas sebagai penunjang kehidupan sehari hari untuk
dapat dilihat dari seberapa besarnya tingkat usia produktif yang bekerja. Untuk data
komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan di Kota Depok dapat dilihat pada
Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kota Depok
Tahun 2018
Mata Pencaharian Frekuensi Persentase (%)
PNS/TNI/POLRI 48.354 7,2
Karyawan 411.422 61
Pensiun 20.347 3
Pejabat Negara 64 0,009
Buruh 59.758 8,9
Informal 8.708 1,3
Petani & Peternak 1.028 0,2
Wiraswasta 124.478 18,5
JUMLAH 674.159 100
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Depok 2018
terbesar adalah karyawan sebesar (61%) dan jenis pekerjaan dengan persentase
terendah yaitu pejabat negara seperti contohnya anggota DPR RI, DPRD, Walikota
dan wakilnya serta pejabat negara yang dijabarkan dalam Undang Undang yaitu
sebesar (0,003%). Untuk persentase buruh sebesar (8,9%) adanya mata pencaharian
buruh dikarenakan wilayah Kota Depok di sepanjang Jalan Raya Bogor terdapat
banyak pabrik pabrik yang memproduksi peralatan rumah tangga, peralatan berat